• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILA-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEGIATAN MAJELIS TA’LIM MANAQIBAN KITAB MANAQIB JAWAHIRUL MA’ANY DI DESA SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILA-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEGIATAN MAJELIS TA’LIM MANAQIBAN KITAB MANAQIB JAWAHIRUL MA’ANY DI DESA SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

NILA-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

DALAM KEGIATAN MAJELIS

TA’LIM

MANAQIBAN

KITAB MANAQIB

JAWAHIRUL MA’ANY

DI DESA SRUWEN KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018

SKRIPSI

Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

SITI AISYAH

NIM: 111-14-087

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO











"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan

Kuperkenankan bagimu”

(6)

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur yang tiada henti kehadirat Allah

SWT, dan sholawat serta salam teruntuk Baginda Nabi

Muhammad Saw selamanya...

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan

kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan

mimpiku:

1. Almarhumah Ibunda Suliyem malaikat hidupku yang kini

telah tiada lagi bersamaku. Terimakasih selama 21 tahun

telah merawat, menyayangi, menjaga, berjuang, berdoa

tiada hentinya untukku demi mewujudkan cita-citaku,

yang tanpa lantaran dari beliau saya tidak mungkin bisa

merasakan hidup seperti saat ini.

2. Bapak Miharjo Sirep yang senantiasa mencurahkan kasih

sayangnya, memberikan bimbingan, dan doa yang tak

pernah henti-hentinya untuk anaknya.

3. Abah Nur Hanani dan Ibu Bariyah selaku pengasuh TPA

(7)

benar, dan yang telah menyayangiku seperti anaknya

sendiri.

4. Mbak Supinah, Mas Sumeri, Mbak Suparti, Mas Mukholim,

Mbak Taslimah, Mas Zaenal, ke-enam saudaraku yang

telah membantuku dan mensuportku untuk menggapai

mimpiku.

5. Mas Agus Gunawan yang telah memberikan motivasi,

menemani disetiap perjuangan suka maupun duka dan

bantuan untukku.

6. Sahabat-sahabati TPA Darul Madani yang memberikan

semangat dan motivasi untukku.

7. Teman-teman PAI C angkatan 2014 senasib seperjuangan

yang telah memberikan kenangan-kenangan indah dalam

kebersamaan kita.

8. Keluarga besar Biro Tazkia dan SMA N 2 Salatiga yang

telah memberikan banyak pengalaman berharga dalam

(8)

KATA PENGANTAR





Assalamu‟alaikum, Wr. Wb.

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad saw yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir nanti, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul

“NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEGIATAN MAJELIS

TA‟LIM MANAQIBAN KITAB MANAQIB JAWAHIRUL MA‟ANY DI DESA SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan SI Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalamnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

(9)

4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis skripsi ini.

5. Bapak Dr. Saerozi selaku dosen pembimbing akademik yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dari semester 1 hingga semester akhir. 6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

7. Bapak dan ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dan penyusunan skripsi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

8. Abah Nur Hanani dan Ibu Bariyah serta seluruh jamaah Majelis ta’lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma’anyDesa Sruwen yang telah meluangkan waktunya dan melancarkan terselesainya skripsi ini.

Tentu masih banyak pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini namun penulis tidak dapat menyebutkannya secara keseluruhan penulis ucapkan terima kasih. Jazakallah khairan katsiron.

(10)

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamu‟alaikum, Wr. Wb.

Salatiga, 15 Maret 2018 Penulis

Siti Aisyah

(11)

ABSTRAK

Aisyah, Siti. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis Ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul Ma‟any (di Desa Sruwen Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2018). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.

Kata Kunci: Nilai Pendidikan Islam, Majelis Ta‟limManaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul Ma‟any.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟anymerupakan salah satu wadah kegiatan keagamaan yang berada di Desa Sruwen, yang diadakan sejak ± satu tahun. Sebagai sarana untuk mengumpulkan umat Islam, dan diajak bersama-sama untuk berbuat manfaat di dalamnya. Dari manfaat yang dapat diambil dari kegiatan tersebut, kita juga dianjurkan untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan tersebut terdapat hikmah atau manfaat yang baik. antusiasme masyarakat Desa Sruwen yang berbondong-bondong dari berbagai daerah untuk mengikuti majelis ini menjadikan hal penting untuk diteliti. Lebih dari itu, terdapat juga nilai-nilai pendidikan Islam yang tersirat dan penting untuk diteliti.

Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Apa Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Majelis Ta‟lim Manaqiban kitab

Jawahirul Ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang? (2) Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis

Ta‟lim Manaqiban kitab Jawahirul Ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?. Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode wawancara (interview), observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dilapangan kemudian disusun dengan memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk ditarik kesimpulan.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... I Halaman Nota Pembimbing ... Ii

Halaman Pengesahan... iii

Deklarasi... Iv Motto ... V Persembahan ... vi

Kata Pengantar... viii

Abstrak ... xi

Daftar Isi... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Lmpiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1-6 B. Fokus Penelitian ... 7

(13)

3. Tujuan Pendidikan... 20-22 4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam... 22-25 B. Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟any... 25-38 1. Pengertian Majelis Ta‟lim... 25-27 2. Pengertian kitab ManaqibJawahirul Ma‟any... 28-32 3. Sejarah kitab ManaqibJawahirul Ma‟any... 32-34 4. Maksud dan tujuan Manaqib... 34-38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 39 B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 39-46 C. Sumber Data... 46-47 D. Prosedur Pengumpulan Data... 47-49 E. Analisis Data... 49-52 F. Pengecekan Keabsahan Data... 53-54 G. Tahap-Tahap Penelitian... 54-55

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data... 53-79 B. Analisis Data... 79-87

BAB V PENUTUP

(14)

Daftar Pustaka 91-93

(15)

DAFTAR TABEL

(16)

Daftar Lampiran

1. Daftar Riwayat Hidup Penulis 2. Surat Ijin Penelitian

3. Surat Keterangan Telah Meneliti 4. Lembar Konsultasi

5. Laporan SKK

6. Pernyataan Keaslian Penelitian dan Publikasi 7. Pedoman Wawancara

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam merupakan agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah (Zuhairini, 1995:98).

Pendidikan Islam merupakan segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. Selanjutnya Achmadi (1992:20) menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

Menurut al Abrasyi dalam Nata, (2010:28) “Pendidikan Islam tidak

(18)

pemikiran, bahwa kesempurnaan seseorang tidak akan tercapai, kecuali

dengan mensinergikan antara agama dan ilmu.”

Dari berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa Pendidikan Islam merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengembangkan fitrah keberagamaan pada diri seseorang untuk menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam yang memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist.

Pendidikan sebagai institusi sosial memiliki fungsi sebagai proses perubahan sosial yang mampu mengakomodir karakter sosial yang dimiliki masyarakat, yang bukan sekedar transfer informasi tentang ilmu pengetahuan dari guru kepada murid, melainkan suatu proses pembentukan karakter yang memiliki tiga misi utama yaitu; pewarisan pengetahuan (transfer of knowledge), pewarisan budaya (transfer of culture), dan pewarisan nilai (transfer of value). Oleh karena itu pendidikan dipahami sebagai suatu proses transformasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya (Nugroho, 2016:33)

(19)

menjadikannya sebagai manusia mulia. Allah SWT berfirman dalam QS.

Ar-Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Departemen Agama RI, 2009: 407)

Dari ayat tersebut dapat diambil intisarinya yaitu manusia yang beriman harus berusaha menyelamatkan dirinya dan anak keturunannya agar tidak menjadi manusia yang hina di dunia dan di akhirat. Usaha itu yakni dilakukan melalui pendidikan yang berkesinambungan sejak ia lahir di muka bumi ini. Upaya itu akan berakhir ketika ia sudah menjadi dewasa, karena pilihan untuk menjadi manusia yang mulia atau hina telah menjadi tanggung jawabnya sendiri.

(20)

ibadah. Upaya tolong menolong tersebut dapat diaktualisasikan dalam menyelenggarakan pendidikan baik itu pendidikan jalur formal maupun non formal.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan itu sangat urgent bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia akan memperoleh pengetahuan sehingga dapat menggali potensi-potensi yang dimilikinya secara optimal. Namun, kenyataannya tidak semua manusia mampu memahami dan menggali potensi yang dimilikinya. Oleh sebab itu, perlu adanya arahan serta bimbingan dari orang lain sehingga akan tampak dan berkembanglah potensi-potensinya. Dengan potensi yang dimilikinya, manusia diharapkan mampu menghadapi seluruh permasalahan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Bagi orang Islam menuntut ilmu itu wajib dari masa buaian sampai liang lahat. Hal ini mengisyaratkan bahwa menuntut ilmu itu harus dilaksanakan tidak hanya oleh anak-anak saja melainkan juga oleh para orang tua (Helmawati, 2013:5). Namun ketika orang tua ingin melanjutkan pendidikannya, banyak sekali faktor yang menghambatnya sepertihalnya waktu dan faktor ekonomi, mereka cenderung lebih mengutamakan pendidikan anaknya.

(21)

yang tidak terikat waktu, tidak membutuhkan biaya yang banyak, serta dapat dihadiri kapan saja diwaktu yang senggang.

Untuk tetap memperoleh pendidikan, orang tua tidak hanya dapat memperoleh melalui jalur formal saja, namun bisa dengan jalur non formal, salah satunya yaitu dengan majelis ta‟lim. Majelis ta‟lim merupakan pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Masyarakat Desa Sruwen mengapresiasikan pendidikan melalui majelis ta‟lim yang mengandung nilai-nilai keagamaan maupun norma-norma kehidupan yang sangat bermakna dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat mendidik khususnya bagi jamaah. Di Desa Sruwen terdapat beberapa Majelis

ta‟lim diantaranya yaitu istighotsah, yasinan, maulidan, pengajian Ahad pagi, semaan al-Qur’an jami‟iyatul qurro‟ walkhufadz, dan Manaqib Jawahirul

Ma‟any.

Di Desa Sruwen yang mayoritas penduduknya beragama Islam, telah membudaya dan terbentuk kelompok-kelompok majelis ta‟lim, salah satunya adalah majelis ta‟lim manaqib. Dan manaqib yang banyak digunakan adalah

manaqib jawahirul ma‟any. Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib

(22)

Istilah tawasul berasal dari kata yang terdiri dari tiga huruf, yaitu waw, sin, dan lam yang bermakna menjadikan sesuatu sebagai perantara

untuk mendapatkan sesuatu yang dimaksud (Maimun, 2009:27). Sebagaimana al-Juraisy yang dikutip Maimun (2009:27) tawasul dalam doa berarti menyertakan perantara dalam berdoa dengan maksud doanya itu akan dikabulkan. Sebagaimana Shihab yang dikutip Maimun (2009:27) bahwa wasilah berarti sesuatu yang menyambung dan mendekatkan sesuatu dengan

yang lain atas dasar keinginan yang kuat dan mendekat.

Pemimpin majelis ini seusai kegiatan terkadang memberikan penjelasan sedikit demi sedikit tentang apa yang terkandung dalam manaqib

Jawahirul Ma‟any dan juga nasehat-nasehat kehidupan yang sangat bermakna bagi jamaah dalam menghadapi kehidupan ini.

Dalam kegiatan majelis ta‟lim manaqiban kitab Manaqib Jawahirul

Ma‟anyterdapat nilai-nilai pendidikan Islam yang tersirat dan penting untuk diteliti serta dipublikasikan. Agar dapat dijadikan motivasi bagi masyarakat terutama para pemuda agar lebih giat lagi dalam memperdalam ilmu agama terutama melalui majelis ta‟lim. Dari berbagai manfaat yang bisa diambil dari majelis tersebut kita dianjurkan untuk dapat mengimplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang dan sedikit paparan pendek diatas penulis mengambil judul sebagai berikut, “ NILA-NILAI

PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEGIATAN MAJELIS TA’LIM

MANAQIBAN KITAB MANAQIB JAWAHIRUL MA’ANY DI DESA

(23)

B. Fokus Penelitian

Penulis akan mengemukakan fokus penelitian lebih lanjut, supaya dapat mempermudah dalam proses penelitian ini. Dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apa Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam kegiatan

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

2. Bagaimanakah Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islamdalam kegiatanMajelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari fokus masalah di atas maka peneliti merumuskan tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan agama Islam yang terkandung dalam kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

b. Untuk mengetahui Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam kegiatanMajelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul

ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang? 2. Manfaat Penelitian

(24)

a. Secara Teoritis

1) Memberikan kejelasan secara teoritis tentang pelaksanaan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. 2) Penelitian ini memiliki relevansi dengan ilmu agama Islam

khususnya program studi agama Islam, sehingga hasil pembahasannya berguna untuk menambah literatur atau bacaan tentang nilai-nilai pendidikan dalam majelis ta‟lim Manaqiban

Jawahirul Ma‟any.

b. Manfaat Praktis

Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berfikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat dipergunakan sebagai berikut:

1) Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi motivasi bagi umat Islam untuk mengikuti majelis ta‟lim

Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any.

2) Dengan skripsi ini, juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

D. Penegasan Istilah

(25)

1. Nilai

Secara etimologi nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari kata valere (Latin) yang bermakna kuat, baik, dan berharga. Sedangkan secara terminologi nilai diartikan sebagai suatu sasaran sosial atau tujuan sosial yang dianggap pantas dan berharga untuk dicapai (Sagala, 2006: 237).Nilai berarti sifat-sifat (hal-hal) penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 2006:801). Menurut Surayin (2007: 374) nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda atau hal untuk memuaskan manusia. Nilai juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang tau kelompok orang sehingga prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan-perbatannya (Maslikhah, 2009:106).

Dari berbagai pengertian diatas, Penulis mengambil kesimpulan bahwa nilai merupakan tolok ukur mengenai suatu makna yang terkandung dalam suatu peristiwa. Tolok ukur ini digunakan sebagai standar pertimbangan baik-buruk atau benar-salah terhadap suatu masalah.

2. Pendidikan Islam

Menurut Poerwadarminta (2006: 250), istilah pendidikan berasal

dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”

mengandung arti “perbuatan: (hal, cara, dan sebagainya). Istilah

(26)

pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang berarti pendidikan.

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta (Haidar, 2012:3).

Secara umum pendidikan Islam sebagai usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia (Jalaluddin, 2001: 76).

Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul-Nya (Daradjat, 2011:17).

Dari berbagai pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan yang mengarah kepada terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam yang memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist.

3. Majelis Ta’lim

(27)

duduk, tempat sidang, dan dewan (Munawwir, 1997: 202). Dengan

demikian majelis merupakan tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 120). Sedangkan kata ta‟līm

(

مُهعت

)

dalam bahasa Arab merupakan masdardari kata kerja „allama

(

مهع

)

yang mempunyai arti pengajaran (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 1035). Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul (Depdikbud RI, 1999:615).

Majelis ta‟lim lebih dikenal dengan istilah pengajian-pengajian atau sering pula berbentuk halaqah (Muliawan, 2005:161). Majelis ta‟lim juga berarti lembaga pendidikan Islam Non Formal yang memiliki kurikulum tersendiri yang diselenggarakan secara berkala dan teratur dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesamanya, dan antara manusia dengan lingkungannya (Nuryanis, 2003:40).

(28)

4. Manaqib Jawahirul Ma’any

Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any merupakan salah satu wadah kegiatan keagamaan yang berada di Desa Sruwen, yang diadakan sejak ± satu tahun. Sebagai sarana untuk mengumpulkan umat Islam, dan diajak bersama-sama untuk berbuat manfaat di dalamnya. Wadah ini dibentuk agar masyarakat mendapat tempat yang kondusif untuk berdoa bersama atau bertawassulkepada Syech Abdul Qadir al-Jailani, menyampaikan segala hajat, keinginan, kebutuhan, maupun segala permasalahan kehidupan yang dialami oleh masyarakat.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini difokuskan pada nilai-nilai pendidikan Islam dalam Majelis ta’lim Manaqiban

Kitab Manaqib Jawahirul ma’any yang didasarkan pada studi kasus di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2017. Untuk menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam kontek yang sama, maka penulis akan memaparkan beberapa judul skripsi terdahulu yang berkaitan dengan tema pembahasan penelitian ini. Diantara skripsi tersebut adalah:

(29)

Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Puncakwangi Pati. Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode analisis data kualitatif. Melalui metode tersebut, penulis menganalisis nilai-nilai pendidikan dalam Ritual Tawasulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Puncakwangi Pati. Adapun nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalamnya adalah keimanan, akhlaq, kezuhudan, pendidikan sosial.

Skripsi Dedy Romansyah (2017) mahasiswa jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga yang mengangkat judul “Nilai-nilai

Pendidikan Islam Pada Novel Asiyah Sang Mawar Gurun Fir’aun”. Skripsi

ini membahas mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Asiyah Sang Mawar Gurun Fir’aun. Penelitian ini tergolong penelitian yang bertumpu pada study kepustakaan (library reaserc). Untuk mengolah data dalam penelitian tersebut menggunakan metode analisis isi (conten analize). Yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk menangkap,

memahami, dan menangkap isi karya sastra. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat pada novel Asiyah Sang

Mawar Gurun Fir’aun adalah aqidah dan akhlaq mulia yang meliputi

(penolong, rendah hati, dermawan, jujur atau benar, dan cinta terhadap lingkungan).

(30)

Kecamatan Gajah Kabupaten Demak”. Metode yang diguanakan dalam penelitian tersebut adalah metode penelitian budaya, dengan jenis penelitian kualitatif. Adapun hasil dari penelitian tersebut yakni manaqiban yang dilaksanakan di kecamatan gajah ini dalam prakteknya telah terjadi akulturasi Islam dan budaya lokal (jawa). Bentuk dan pola dari akulturasi Islam dan budaya lokal yaitu adanya pembauran antara nilai-nilai Islam dengan budaya jawa. Pembauran antara Islam dan budaya Jawa dalam manaqiban ini memiliki ciri yaitu bagian luarnya menggunakan simbol jawa, tetapi ruh budayanya adalah Islam sinkretik. Jawa digambarkan sebagai wadah, sedangkan isinya adalah Islam.

Penelitian tersebut diatas merupakan karya yang bisa dijadikan referensi dan pendukung penyusunan karya tulis ilmiah ini. Kendati demikian buku-buku hasil karya tersebut tetap saja berbeda dengan tempat dan latar belakang penelitian dalam karya tulis ilmiah ini. Dari beberapa penelitian diatas, penulis belum menemukan judul yang sama dengan skripsi ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek kajiannya. Dengan demikian, penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan keasliannya.

F. Sistematika Penulisan

(31)

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini penulis akan mengemukakakan pokok-pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara lain: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, kajian penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka, Pada bab ini penulis menguraikan tentang tentang nilai pendidikan Islam, Majelis Ta‟lim, dan Manaqib Jawahirul

Ma‟any.

Bab III Metode Penelitian, Pada bab ini laporan peneliti tentang metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini.

Bab IV Paparan dan Analisis Data, penulis menguraikan paparan data tentang majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟anydi Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Analisis data mengenai nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dan implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam kegiatan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Secara etimologi nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari kata valere (Latin) yang bermakna kuat, baik, dan berharga. Sedangkan secara terminologi nilai diartikan sebagai suatu sasaran sosial atau tujuan sosial yang dianggap pantas dan berharga untuk dicapai (Sagala, 2006: 237). Nilai juga diartikan sebagai sesuatu yang berharga, yang dianggap bernilai, adil, baik dan indah serta menjadi pedoman atau pegangan diri (Darmadi, 2009: 27).

Menurut Haryananta (2012:178) nilai dapat berarti harga, angka, isi, kadar, mutu, sifat atau hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan kumpulan dari ukuran-ukuran, orientasi, dan teladan luhur, yang selaras dengan akidah yang diyakini seseorang dan tidak bertentangan dengan perilaku masyarakat, dimana ukuran-ukuran itu menjadi moral bagi seseorang yang tercermin dalam perilaku, aktivitas, usaha, dan pengalaman-pengalamannya, baik secara ekplisit maupun implisit (Murshafi, 2006:96).

(33)

2. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata didik. Menurut Poerwadarminta (2006: 250), istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran

“kan” mengandung arti “perbuatan: (hal, cara, dan sebagainya). Istilah

pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani yaitu “paedagogie”,

yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education

yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab

istilah ini sering diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang berarti

pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu proses penyampaian informasi yang kemudian diserap oleh masing-masing pribadi, sehingga menjiwai cara berfikir, bersikap, dan bertindak baik untuk dirinya sendiri maupun hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan sesama makhluk hidup dalam alam semesta maupun lingkungan dan kedudukannya sebagai hamba allah, khalifah Allah di bumi (Kaelany, 2000:240).

Menurut Mudyahardjo (2002:64) Pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang mengalami proses perubahan kearah yang lebih baik. Apa pun bentuknya, selama suatu konsep atas objek itu sendiri

(34)

pendidikan. Hal ini juga sejalan dengan konsepnya bahwa pendidikan merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam kehidupan manusia yang berawal dari hal-hal yang bersifat aktual menuju kepada hal-hal yang ideal. Oleh karena itu, wajar apabila pendidikan disebut sebagai proses pembelajaran yang berlangsung seumur hidup dan di semua tempat.

Dari berbagai pengertian pendidikan tersebut penulis menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang mengarahkan manusia kearah kebaikan.

Islam dari segi bahasa bersal dari kata aslama, yuslimu,

Islaman, yang berarti submision (ketundukkan), resignation

(pengunduran), dan reconciliation (perdamaian), (to the will of god) tunduk kepada kehendak Allah. Kata aslama ini berasal dari kata salima, berarti peace, yaitu damai, aman, dan sentosa. Jadi Islam yaitu

untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa. Serta sejalan pula dengan ajaran Islam yaitu menciptakan kedamaian dimuka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan tunduk

kepada Tuhan (Nata, 1995:32). Karena Islam sebagai “agama dan

sekaligus sebagai sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya

(35)

Serta “Islam sebagai agama, sebagai jalan hidup, tentunya akan

memberikan jawaban tentang berbagai macam permasalahan hidup dan kehidupan manusia, dan memberikan petunjuk atau jalan hidup

bagi manusia dalam tujuan hidupnya” (Zuhairini, 1995:34). Dalam

menempuh hidupnya serta selaras dengan alam sekitarnya.

Pendidikan Islam ditunjukkan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan dan panca indera (Jalaluddin, 2001:74). Karena pendidikan Islam bertugas

“membimbing seorang manusia agar dapat menjalankan amanat yang

diembankan kepadanya. Amanat ini bersifat individual dan sosial”

(Suharto, 2006:29).

Secara umum pendidikan Islam sebagai usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia (Jalaluddin, 2001: 76).

(36)

Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat (Daradjat, 2011:28).

Penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan yang mengarah kepada terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam yang memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist.

3. Tujuan Pendidikan Islam

(37)

berbentuk tetap dan statis, akan tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan seluruh aspek kehidupannya.

Pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan potensi-potensi, baik jasmani maupun rohani, emosional maupun intelektual serta ketrampilan agar manusia mampu mengatasi problema hidup secara mandiri serta sadar dapat hidup menjadi manusia-manusi yang berfikir bebas. Sehingga dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat serta dapat mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di hadapan Allah SWT. (Thoha, 1996:100).

Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan tersendiri sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan dalam

al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah QS. Az-zariyat: 56:

















.

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Departemen Agama RI, 2009:523 )

(38)

Menurut Mustofa Amin sebagaimana yang dikutip Ramayulis bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu mempersiapkan seseorang bagi amalan dunia dan akhirat (Ramayulis, :25)

Penulis mengambil kesimpulan bahwa, tujuan pendidikan Islam ialah untuk mencapai tujuan hidup muslim yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai mahluk Allah SWT, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berahlak mulia dan beribadah kepada-Nya.

4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Hakikat pendidikan merupakan proses tranformasi dan internalisasi nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta penyesuaian nilai. Nilai Pendidikan Islam bermakna sebagai konsep-konsep pendidikan yang dibangun berdasarkan ajaran Islam sebagai landasan etis, moral dan operasional pendidikan (Sarjono, 2005:137).

Nilai religius merupakan sesuatu yang dianggap bermanfaat ditinjau dari segi keagamaan (Sastrapradja, 2010:339). Nilai Pendidikan Islam juga bermakna sebagai konsep- konsep pendidikan yang dibangun berdasarkan ajaran Islam sebagai landasan etis, moral dan operasional pendidikan (Sarjono, 2005:137).

(39)

dianut oleh agama Islam digunakan sebagai dasar untuk mengabdi pada Allah SWT.

Nilai pendidikan Islam harus ditanamkan pada anak sejak dini agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islami yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaian atau sistem di dalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa anak sehingga dapat memberi out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas.

Ada tiga tanggung jawab seorang pendidik dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam, yaitu:

a. Nilai Aqidah

Kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu aqada-yaqidu-aqdan yang berarti mengumpulkan dan mengokohkan. Aqidah merupakan sesuatu yang harus dipercayai terlebih dahulu sebelum yang lainnya. Penanaman aqidah yang baik pada diri seseorang akan membawa kepada kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.

b. Nilai Ibadah

(40)

keimanan. Dan keimanan ini merupakan pundamen, sedangkan ibadah merupakan manifestasi dari keimananan tersebut.

Ibadah memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri seseorang. Pada saat melakukan ibadah makan secara tidak langsung akan ada dorongan kekuatan yang terjadi dalam jiwanya, dan jika tidak melakukan ibadah seperti biasanya maka ia merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya. Hal ini dilatar belakangi karena kebiasaan tersebut. Oleh karena itu orang tua dirumah, guru di sekolah, dan siapapun yang berperan pada pendidikan seseorang haruslah mengusahakan dan membiasakan agar seseorang dapat melaksanakan ibadah dengan baik.

c. Nilai Akhlaq

Akhlaq berasal dari bahasa arab jama‟ dari khuluqun, yang secara bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,

atau tabiat (Ya’qub, 1996:11). Pendidikan akhlaq adalah bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama, karena yang baik menurut akhlaq, baik pula menurut agama. Dan yang buruk menurut ajaran agama buruk juga menurut agama. Akhlaq merupakan bentuk realisasi dari wujud keimanan yang ada pada diri seseorang.

(41)

akan dapat berpengaruh terhadap pembentukan akidah, ibadah, dan akhlaq yang baik.

B. Gambaran Umum Majelis ta’limManaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma’any

1. Pengertian MajelisTa’lim

Majelis ta‟lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majlis dan kata ta‟līm. Dalam bahasa Arab kata majlis (سهجم) adalah bentuk isim makan (kata tempat) dari kata kerja jalasa (سهج) yang berarti tempat duduk, tempat sidang, dan dewan (Munawwir, 1997: 202). Dengan demikian majelis merupakan tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 120). Sedangkan kata ta‟līm (مُهعت) dalam bahasa Arab merupakan masdardari kata kerja „allama (مهع) yang mempunyai arti pengajaran (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 1035). Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul (Depdikbud RI, 1999:615).

(42)

sesungguhnya memiliki basis yang kuat yaitu sejak Nabi Muhammad SAW mensyiarkan agama Islam di awal-awal risalah beliau. (Helmawati, 2013:76).

Adanya majelis ta‟lim di tengah-tengah masyarakat bertujuan untuk menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama, sebagai ajang silaturahmi anggota masyarakat, dan untuk meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya (Alawiyah, 1997: 78). Masih dalam konteks yang sama, majelis ta‟lim juga berguna untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT, menjadi taman rohani, ajang silaturrahim antara sesame muslim, dan menyampaikan gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa (Djaelani, 2007: 237-238). Sementara itu, maksud diadakannya majelis ta‟lim menurut Chirzin (2000: 77) adalah:

a. Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal yang gaib

b. Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan alam semesta

(43)

dan optimal dengan kegiatan pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama

d. Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat dan selaras.

Masih dalam konteks yang sama, tujuan majelis ta‟lim yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di kalangan masyarakat Islam, meningkatkan amal ibadah masyarakat, mempererat tali silaturrahmi di kalangan jamaah, membina kader di kalangan umat Islam, dan lain sebagainya.

Majelis ta‟lim ini termasuk lembaga pendidikan non- formal, meskipun demikian namun majelis ta‟lim mempunyai kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 121-122). Hal ini karena majelis ta‟lim merupakan wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT. Di samping itu, majelis ta‟lim juga merupakan taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya dilakukan secara santai.

(44)

2. Pengertian Kitab Manaqib Jawahirul Ma’any

Manaqib berasal dari bahasa arab dari lafadh naqaba, naqobu,naqban yang artinya menyelidiki, melubangi, memeriksa, dan menggali.Kata manaqib jamak dari lafadh manaqibun yang merupakan isim makan dari lafadh naqaba(Syaifullah, 2000:10).

Dalam al- Qur’an lafadznaqaba banyak dijumpai diantaranya sebagai berikut:

Artinya:”Dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang

pemimpin dan Allah berfirman,,,”(Departemen Agama RI, 2009:109) Berarti pemimpin, ini juga sesuai dengan bentuk manaqibyaitu berisi riwayat hidup seorang pemimpin yang bisa menjadipanutan umat.

Artinya:Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.(Departemen Agama RI, 2009: 303)

(45)

c. Qs. Qaff ayat 50 : 36

Artinya:Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, Maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?(Departemen Agama RI, 2009: 520)

Berarti menjelajah, ini berarti seiring dengan salah satu tujuan munculnya manaqib yaitu menyelidiki, menggali dan meneliti sejarah kehidupan seseorang untuk selanjutnya dipublikasikan kepada masyarakat umum agar dijadikan sebagai suri tauladan.

Manaqib juga berarti “riwayat hidup” yang berhubungan

dengan sejarah kehidupan orang-orang besar, atau tokoh-tokoh penting, seperti biodata tentang kelahirannya, silsilah keturunannya, langkah perjuangannya, guru-gurunya, sifat-sifatnya, serta akhlak kepribadiannya.

Kitab manaqib Syech Abdul Qodir al- Jailani sendiri ada

banyak versi atau redaksi meskipun semua isinya hampir mirip,

menurut penulis itu disebabkan oleh jalur sanad ijazah yang

(46)

karomah-karomahnya sampai pada wafatnya. Sosok ulama agung yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menghidupkan agama.

Nama lengkapnya ialah Abu Shalih Sayyid Abdul Qadir ibn Musa ibn Abdullah ibn Yahya az-Zahid ibn Muhammad ibn Dawud ibn Musa al-Jun ibn Abdullah al-Mahdi ibn al-Hasan al-Mutsana ibn al-Hasan ibn Ali ibn Abi Tholib. Beliau yang terkenal dengan nama Abdul Qadir al-Jailani ini lahir pada tahun 470 H.

Ayah beliau beliau dikenal sebagai orang yang tekun menjalankan syariat agama. Menurut nasabnya, ia masih keturunan dari Imam Hasan r.a, cucu pertama dari Nabi Muhammad SAW. Ibu Syeh Abdul Qadir Al- Jaelani juga keturunan dari keluarga sufi. Oleh karena itu tak heran bila mereka melahirkan seorang Syeh Abdul Qadir Al- Jaelaniyang jga seorang sufi terkenal.

(47)

guru, sehingga beliau mengembara ke berbagai negara Islam, seperti Persia, Iraq, Mesir, Jazirah Arab, dan akhirnya menetap di Baghdad.

Syeikh Abdul Qadir Al-jailani adalah seorang tokoh sufi terbesar dan dikenal luas, termasuk kekeramatan dan ketinggian derajat kewaliannya. Bahkan telah diakui oleh seluruh ulama Islam di seluruh dunia. Beliau wafat di Baghdad pada tanggal 11 Robiul Akhir 561 H atau tahun 1164. Beliau wafat dalam usia 90 tahun dan dimakamkan di Baghdad.Diantara fatwa dan ajaran beliau adalah : (Sunarto, 2012:53).

1) Seorang fakir yang bersabar lebih utama dari orang kaya yang bersyukur, dan orang fakir yang bersyukur, lebih utama dari keduanya dan orang fakir yang bersabar dan bersyukur, lebih utama dari semuanya.

2) Ikutilah sunnah Rasulullah saw dan jangan melakukan bid'ah, berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya jangan sampai keluar dari Islam, bersabarlah dan jangan menggumam, berharaplah untuk mendapatkan kesejahteraan dan jangan putus asa, berkumpullah dalam majlis dzikir kepada Allah ta'ala, jangan bercerai berai, bersihkan dirimu dengan bertaubat dari segala dosa dan jangan berlumuran noda dan secara rutin menghadap di pintu Allah untuk mohon ampunanNya.

(48)

dengan mengingat Allah dan banyak bersyukur, dan bila cobaan yang menimpa maka sibukkan lah dirimu dengan kesabaran dan kesadaran. Sadarilah bahwa cobaan yang menimpa orang mukmin bukan sebagai malapetaka, melainkan datang untuk menguji iman.

4) Ketika menghadap Allah swt hendaknya seseorang itu memberseihkan dirinya dari segala bentuk dosa. dan tidak akan dibuka hatinya untuk makrifat kepada Allah, kecuali hatinya dikosongkan dari pengakuan mempunyai perilaku baik.

5) Janganlah mencintai seseorang atau membencinya, kecuali sudah memperhatikan perbuatanya dengan berdasarkan al-Qur'an dan sunnah Rasul, agar kamu senang atau benci tidak sekedar menuruti hawa nafsu.

3. Sejarah Kitab Manaqib Jawahirul Ma’any

(49)

Meskipun dilahirkan dalam keadaan miskin harta benda, namun mulia dalam hal keturunan. Dari sang ayah, beliau mengaku masih keturunan Sultan Hasanudin bin Sunan Gunung Jati, dan dari sang ibu beliau mengaku masih keturunan KH Hasan Besari Tegal Sari Ponorogo Jawa Timur yang juga masih keturunan Sunan Kalijogo.

Orang tua Syaikh Ahmad Jauhari Umar memang terkenal cinta kepada para alim ulama terutama mereka yang memiliki barakah dan karamah. Ayah beliau berpesan kepada Syaikh Ahmad Jauhari Umar agar selalu menghormati para ulama. Jika sowan (berkunjung) kepada para ulama supaya selalu memberi uang atau jajan (oleh-oleh). Pesan ayahanda tersebut dilaksanakan oleh beliau, dan semua ulama yang pernah diambil manfaat ilmunya

mulai dari Kyai Syufa’at Blok Agung Banyuwangi hingga KH.

Dimyathi Pandegelang Banten, semuanya pernah diberi uang atau jajan oleh Syaikh Ahmad Jauhari Umar.

Dalam menghadapi setiap cobaan yang menimpa, Syaikh Ahmad Jauhari Umar memilih satu jalan yaitu mendatangi ulama untuk meminta doa dan berkah dari para ulama yang beliau datangi. Selesai beliau mendatangi para ulama, maka ilmu yang didapat dari

mereka beliau kumpulkan dalam sebuah kitab “Jawahirul Hikmah”.

(50)

beliau berziarah ke makam Syaikh Kholil Bangkalan Madura, Syaikh Ahmad Jauhari Umar bertemu dengan Sayyid Syarifuddin yang mengaku masih keturunan Syaikh Abdul Qadir Al-Al-jailani RA. Kemudian Sayyid Syarifuddin memberikan ijazah kepada

Syaikh Ahmad Jauhari Umar berupa amalan “MANAQIB

JAWAHIRUL MA‟ANY”. Setelah itu Ahmad jauhari umar mulai

mengajarkan dan “mengijazahkan”manaqib ini kepada murid-murid beliau. Dari murid-murid-murid-murid beliau inilah manaqib ini akhirnya tersebar luas ke seluruh nusantara karena banyak Fadhilahnya, bahkan sampai ke negara asing seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Pakistan, Afrika, Nederland, dll.

4. Maksud dan Tujuan KitabManaqib

Di kalangan nahdliyin dan kelompok Ahlussunah wal

Jamaah membaca manaqibjawahirul ma‟any ataupun

manaqibSyeikh Abdul Qadir Al-jailani merupakan sebuah tradisi.

Dalam kitab manaqib tersebut terdapat banyak hal, diantaranya, riwayat hidup, kisah teladan, karomah, serta keutamaannya.

(51)

Kerena beliau adalah hamba-hamba pilihan Allah maka sudah sewajarnya jika kita harus mencintai mereka.

Sedangkan salah satu hal yang bisa menambah rasa kecintaan kita kepada para wali adalah dengan membaca manaqibnya. Dengan membaca manaqibnya kita bisa mengetahui kesalehan dan kebaikannya, dan hal ini tentunya akan menambah kecintaan kita kepadanya. Secara umum ritual tersebut dimaksudkan sebagai penyampaian hajat kita (berdoa) dengan bertawassul kepada Syekh Abdul Qadir al-Jaelani.

Istilah tawasul berasal dari kata yang terdiri dari tiga huruf, yaitu waw, sin, dan lam yang bermakna menjadikan sesuatu sebagai perantara untuk mendapatkan sesuatu yang dimaksud (Maimun, 2009:27). Sebagaimana al-Juraisy yang dikutip Maimun, (2009:27) tawasul dalam doa berarti menyertakan perantara dalam berdoa

dengan maksud doanya itu akan dikabulkan. Sebagaimana Shihab yang dikutip Maimun, (2009:27) bahwa wasilah berarti sesuatu yang menyambung dan mendekatkan sesuatu dengan yang lain atas dasar keinginan yang kuat dan mendekat.

Adapun pengertian tawassul menurut para tokoh, diantaranya yaitu:

(52)

(perantara) menuju keselamatan dari api neraka dan kebahagian masuk surga(Luz, 2004:8)

b. Menurut Sirodjuddin Abbas Tawassul merupakan mengerjakan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah (Abbas, 2006:132)

c. Menurut Muslih Tawassul merupakan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat, kedudukan yang tinggi untuk dijadikan sebuah wasilah (perantara) agar doa dapat dikabulkan oleh Allah (Muslih, 2011:51)

d. Menurut Nugroho, tawassul meupakan berdoa kepada Allah dengan melalui wasilah (perantara), dalam arti lain sesuai yang dijadikan perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan (Nugroho, 2010:121)

Dari berbagai pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa tawassul merupakan ritual yang dilakukan untuk mengungkapkan segala hajat, kebutuhan, keinginan dengan wasilah (lantaran) wali Allah yang diyakini kedekatannya dengan Allah berharap agar segala hajat tersebut dapat dikabulkan oleh-Nya.

(53)

























Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan

berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat

keberuntungan.(Departemen Agama RI, 2009: 113)

Artinya: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka[857] siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.(Departemen Agama RI, 2009: 287)

Penyelenggaraan manaqib yang banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat sekarang ini pada umumnya didasari adanya maksud dan tujuan tertentu secara khusus yang beragam, diantaranya, mengharap rahmat dari Allah SWT, keberkahan, serta pengampunan dosa, agar terwujudnya insan hamba Allah yang (beriman, bertakwa, beramal sholeh, dan berakhlak yang baik), untuk memperoleh berkah dari Syaikh Abdul Qadir Al-jailani, untuk mencintai, menghormati dan memuliakan para ulama, Auliya‟,

(54)

SAW. Sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah ra, yang artinya :

"Allah berfirman; Siapa yang memusuhi wali-KU, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku-lindungi. Dan aku tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan sakitnya."

Demikian anjuran Rasulullah SAW, agar kita selalu

memuliakan para ulama’ baik pada saat masih hidup dengan mengaji

ilmu kepadanya, bertawasul kepadanya maupun dengan berziarah kuburnya untuk mendoakannya, mengenang sejarah perjuangannya dan berusaha meneladaninya.

Memuliakan dan mencintai dzurriyah Rasulullah SAW Ahlul bait atau keluarga dan dzurriyah Rasulullah sangat dimuliakan oleh

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan danJenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualiatif. (sugiyono, 2012:9) mengatakan bahwa:

penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagi instrumen kunci, teknik pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil

penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.”

Adapun jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti (Moleong, 2009:11).

Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Dalam hal ini penulis akan mengkaji permasalahan secara langsung dengan sepenuhnya melibatkan diri pada situasi yang diteliti dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Letak Geografis Desa Sruwen

(56)

Tabel 3. 1 Batas Wilayah Desa Sruwen

Batas Wilayah Desa Sruwen

Sebelah Utara Desa Tengaran, Kec. Tengaran Kab. Semarang. Sebelah Selatan Desa Urutsewu, Kec. Ampel Kab. Boyolali Sebelah Barat Desa Tegalrejo, Kec. Tengaran Kab. Semarang Sebelah Timur Desa Sugihan, Kec. Tengaran Kab. Semarang

Berdasarkan data di kantor Kepala Desa Sruwen pada bulan Desember 2017, desa Sruwen terdiri dari 7 Dusun yaitu Dusun Sruwen 1, Sruwen II, Sruwen III, Margosuko Putatan, Jembangan, Durensawit, Krakal Muteran, Gudang Sakti, dan Kebon Batur.

2. Keadaan Demografi

a. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Menurut data statistik tahun 2017, jumlah penduduk Desa Sruwen, jumlah penduduk Desa Sruwen adalah 7698 jiwa, dan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No RW Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 RW. 001 485 468 953

2. RW.002 414 392 806

3. RW. 003 324 333 657

(57)

5. RW. 005 266 256 522

6. RW. 006 316 335 651

6. RW. 007 377 349 726

7. RW. 008 221 243 455

8. RW. 009 311 329 640

9. RW. 010 337 320 657

10. RW. 011 378 428 806

11. RW.012 135 133 268

13. RW.025 1 2 3

14. RW. 029 1 2 3

15. RW. 32 4 2 6

Jumlah 3791 3907 7698

Sumber : Data Monografi Desa Sruwen b. Agama

Mayoritas Desa Sruwen penganut agama Islam, beberapa warga ada yang menganut agama lain. Agama yang dianut oleh masyarakat Desa Sruwen adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Data Pemeluk Agama

No Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Islam 3790 3903 7593

2. Kristen 1 4 5

(58)

5. Budha 0 0 0

6. Konghuchu 0 0 0

Jumlah 7698

c. Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan mata pencaharian penduduk Desa Sruwen, sebagian besar adalah karyawan swasta

Tabel 3. 4 Data Mata Pencaharian Penduduk

No Mata Pencaharian Jumlah

1. Wiraswasta 997

2. Pedagang 17

3. Guru 51

4. Pembantu Rumah Tangga 15 5. Buruh tani/ perkebunan 6 6. Buruh harian lepas 1.094 7. Karyawan Swasta 1.454

11 Petani/Pekebun 394

9. Perdagangan 126

10. Kepolisian RI 9

11. Pegawai Negeri Sipil 48

12. Pensiunan 33

(59)

15. Belum/Tidak Bekerja 1.510 16. Akumulasi pekerjaan Lainnya 31

Jumlah 7698

3. Adat Istiadat

Penduduk Desa Sruwen masih menjujung tinggi adat istiadat, misalnya gotong royong yang masih berjalan dengan baik , peringatan besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra‟ Mi‟raj dan dalam peringatan hari Nasional seperti, peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia dan lain-lainnya. Di Desa Sruwen juga terdapat pengajian Yasin khusus untuk bapak-bapak dan remaja putra bahkan, masing-masing RT sudah ada jadwalnya sendiri dan berjalan dengan baik. Untuk kegiatan ibu-ibu ada PKK, pengajian Yasinan, Manaqib, berjanji, dan sebagainya, dan pertemuan rutin bagi karang taruna juga berjalan dengan baik.

4. Kegiatan Keagamaan Masyarakat

Sebagian besar masyarakat Desa Sruwen beragama Islam. Sehingga ada banyak kegiatan yang dilaksanakan disisni (Sumber: Data Masyarakat Desa Sruwen). Kegiatan tersebut adalah:

a. Kegiatan Yasinan (pembacaan Surat Yasin dan tahlil) setiap hari Kamis atau malam Jumat

(60)

b. Kegiatan Yasinan Remaja Masjid

Selain Kegiatan para Bapak dan Ibu, Remaja Masjid juga melaksanakan Kegiatan membaca Qs.Yasiin dan tahlil. Bedanya untuk tempat biasanya Remaja Masjid lebih memilih di masjid. Hal ini dikarenakan para remaja tidak ingin merepotkan tuan rumah dengan menyiapkan hidangan dan jamuan bagi mereka.

c. Kegiatan Mujahadah Istighotsah

Kegiatan mujahadah Istighotsah ini diikuti oleh orangtua terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu dan remaja. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu yaitu malam Kamis Legi dan bertempat di masjid al-Ikhlas. Kegiatan ini dilaksanakan dari pukul 20.00 – 11.00 WIB.

d. Kegiatan Semaan al-Qur’an

Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada hari Minggu pagi dan diikuti oleh ibu-ibu, bapak-bapak, dan remaja. Semaan

al-Qur’an di Desa Sruwen ini terdiri dari beberapa kegiatan

diantaranya:

(61)

2) Setiap 2 Minggu sekali, biasanya bertempat dirumah warga yang mengikuti pengajian semaan al-Qur’an secara bergilir.

e. Pengajian pada peringatan hari tertentu

Biasanya di Desa Sruwen ini rutin dilaksanakan baik pengajian lingkup Dusun maupun pengajian akbar untuk memperingati hari-hari tertentu. Misalnya isra’ mi’raj, Maulud Nabi dan lain-lain.

f. Kegiatan TPA

Bagi anak-anak yang duduk di SD-SMA, mereka di beri tambahan pelajaran mengenai agama Islam di TPA setiap sore hari. Pelaksanaannya dari hari Senin-Sabtu, di berbagai TPA yang ada di Desa Sruwen. Di sini mereka belajar membaca iqra dan

Al-Qur’an, menghafal bacaan shalat dan doa sehari-hari, belajar ilmu tajwid dan mendengarkan kisah-kisah teladan dari 25 Nabi.

g. Shalawatan

Setiap hari Senin malam, para remaja bersama bapak-bapak dan ibu-ibu membaca shalawat bersama-sama dan kegiatan ini dilaksanakan di masjid.

Penelitian ini dilaksanakan di Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab

(62)

bulan Januari 2018. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena melihat masyarakat di Desa Sruwen lebih antusias dalam majelis ta‟lim manaqiban kitab Jawahirul Ma‟any dibanding dengan majelis lainnya, dan juga peneliti ingin mengetahui apa nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam majelis ta‟lim tersebut.

C. Sumber Data

Data dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh, diantaranya melalui:

1. Sumber Data Primer (Utama)

Sumber data utama adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2006:253). Sumber data primer dapat diperoleh langsung dari lapangan yang dapat memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi permasalahan, dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian.

Pada penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah Ustadz Nur Hanani (selaku pemimpin Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any), dan perwakilan jamaah Majelis

ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any. Dari informan-informan kunci tersebut akan dilakukan penelusuran lebih lanjut kepada pihak-pihak terkait.

2. Sumber Data Sekunder (Pendukung)

(63)

didapatkan dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya. Adapun sumber-sumber data pendukung dalam penelitian ini ialah seluruh jamaah Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh melalui:

1. Wawancara

Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan atau data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara (Syofian, 2010:130). Arikunto (2010: 270) secara garis besar mendefinisikan pedoman wawancara yaitu sebagai berikut:

a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.

(64)

Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara terstruktur. Sebelum melakukan wawancara peneliti telah mempersiapkan Instrumen pertanyaan tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam majelis

ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma‟any. Untuk memperoleh data tersebut, maka pewawancara akan melakukan wawancara dengan imam atau pemimpin, dan sebagian jamaah majelis ta‟lim manaqiban jawahirul

ma‟any sebagai respondennya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara terbuka sehingga subjek tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara tersebut. 2. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut (Syofian, 2010:134).

Teknik observasi dalam penelitian ini yaitu dengan mengamati secara langsung pelaksanaan Majelis ta‟lim Manaqiban Kitab Manaqib

(65)

3. Dokumentasi

Merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan pribadi, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).

Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa arsip-arsip, dokumen-dokumen, maupun rekaman kegiatan atau aktifitas pada Majelis ta’lim Manaqiban Kitab Manaqib Jawahirul ma’any di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

E. Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dalam Moleong (2009: 248) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis (Tobroni, 2001:192).

(66)

1. Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan(Moleong, 2009:248)

Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang berasal dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan. Dengan begitu, dalam reduksi ini ada proses living in dan living out, maksudnya data yang terpilih adalah living in dan data yang terbuang (tidak terpakai) adalah living out (Sugiyono, 2013:244)

(67)

2. Penyajian Data (Display Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat, naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang tepat.

Penyajian data ini bertujuan untuk membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Jadi data yang sudah direduksi dan diklasifikasikan berdasarkan kelompok masalah yang diteliti, sehingga kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau verivikasi. Data yang sudah disusun secara sistematis pada tahapan reduksi data, kemudian peneliti mengelompokkan berdasarkan pokok permasalahannya hingga peneliti dapat mengambil kesimpulan.

3. Conclusion Drawing/verification

Gambar

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel 3.3 Data Pemeluk Agama
Tabel 3. 4 Data Mata Pencaharian Penduduk

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini disajikan Pada Kegiatan “Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat” yang diselenggarakan oleh LPPM Universitas Lampung, 4 November 2015 Page 12 secara keseluruhan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 8 Tahun 2007 tentang Badan Usaha Milik Desa adalah usaha desa yang didirikan

Dalam hal anggota PPPSRS telah diundang secara sah dan patut tetap tidak hadir sampai dengan batas waktu yang ditetapkan, pengambilan keputusan penggantian atau

Pengaruh Produksi Nasional, Konsumsi Dunia dan Harga Dunia Terhadap Ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia.. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Perdagangan (Bogor : IPB Press,

Mereka akan ditawarkan masuk sekolah yang dekat dengan rumahnya dan menjadi guru batik di sana.“Selain belajar, mereka mendapatkan honor karena sekaligus mengajari batik

Mikrokontroller selain sebagai pengatur Traffic Light juga mampu mengatur kesegaran battery,menjaga batas atas agar tidak terjadi over voltage, menjaga Battery tidak

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tari merupakan sebuah seni atau kesenian yang berupa gerakan badan yang ritmis sebagai ekspresi jiwa

Kepala Desa memberhentikan Perangkat Desa yang tidak menindaklanjuti teguran dan membuat pernyataan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf d