• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata didik. Menurut Poerwadarminta (2006: 250), istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran

“kan” mengandung arti “perbuatan: (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab

istilah ini sering diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang berarti pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu proses penyampaian informasi yang kemudian diserap oleh masing-masing pribadi, sehingga menjiwai cara berfikir, bersikap, dan bertindak baik untuk dirinya sendiri maupun hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan sesama makhluk hidup dalam alam semesta maupun lingkungan dan kedudukannya sebagai hamba allah, khalifah Allah di bumi (Kaelany, 2000:240).

Menurut Mudyahardjo (2002:64) Pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang mengalami proses perubahan kearah yang lebih baik. Apa pun bentuknya, selama suatu konsep atas objek itu sendiri

pendidikan. Hal ini juga sejalan dengan konsepnya bahwa pendidikan merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam kehidupan manusia yang berawal dari hal-hal yang bersifat aktual menuju kepada hal-hal yang ideal. Oleh karena itu, wajar apabila pendidikan disebut sebagai proses pembelajaran yang berlangsung seumur hidup dan di semua tempat.

Dari berbagai pengertian pendidikan tersebut penulis menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang mengarahkan manusia kearah kebaikan.

Islam dari segi bahasa bersal dari kata aslama, yuslimu,

Islaman, yang berarti submision (ketundukkan), resignation

(pengunduran), dan reconciliation (perdamaian), (to the will of god) tunduk kepada kehendak Allah. Kata aslama ini berasal dari kata salima, berarti peace, yaitu damai, aman, dan sentosa. Jadi Islam yaitu untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa. Serta sejalan pula dengan ajaran Islam yaitu menciptakan kedamaian dimuka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan tunduk

kepada Tuhan (Nata, 1995:32). Karena Islam sebagai “agama dan

sekaligus sebagai sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya

Serta “Islam sebagai agama, sebagai jalan hidup, tentunya akan

memberikan jawaban tentang berbagai macam permasalahan hidup dan kehidupan manusia, dan memberikan petunjuk atau jalan hidup

bagi manusia dalam tujuan hidupnya” (Zuhairini, 1995:34). Dalam

menempuh hidupnya serta selaras dengan alam sekitarnya.

Pendidikan Islam ditunjukkan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan- latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan dan panca indera (Jalaluddin, 2001:74). Karena pendidikan Islam bertugas

“membimbing seorang manusia agar dapat menjalankan amanat yang

diembankan kepadanya. Amanat ini bersifat individual dan sosial”

(Suharto, 2006:29).

Secara umum pendidikan Islam sebagai usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia (Jalaluddin, 2001: 76).

Pendidikan Islam merupakan suatu proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau secara utuh dan menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani (Gunawan, 2014:8). Pendidikan Islam juga diartikan sebagai pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul-Nya (Daradjat, 2011:17).

Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat (Daradjat, 2011:28).

Penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan yang mengarah kepada terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam yang memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan yang bersumber dari al-Qur’an dan hadist.

3. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai setelah melakukan sebuah usaha dan sekaligus merupakan pedoman yang memberi arah bagi segala aktivitas yang dilakukan. Tujuan pendidikan juga berarti sasaran yang ingin dicapai setelah melalui proses pendidikan. Tujuan tersebut bukanlah suatu benda yang

berbentuk tetap dan statis, akan tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan seluruh aspek kehidupannya.

Pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan potensi- potensi, baik jasmani maupun rohani, emosional maupun intelektual serta ketrampilan agar manusia mampu mengatasi problema hidup secara mandiri serta sadar dapat hidup menjadi manusia-manusi yang berfikir bebas. Sehingga dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat serta dapat mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di hadapan Allah SWT. (Thoha, 1996:100).

Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan tersendiri sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan dalam al-

Qur’an. Sebagaimana firman Allah QS. Az-zariyat: 56:

.

(

تايراذلا

:

51:56

)

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Departemen Agama RI, 2009:523 )

Tujuan penciptaan manusia menurut ayat tersebut hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Inilah tujuan utama manusia, yakni beribadah karena ibadah itu meliputi berbagai sikap dan perbuatan. Dalam hal ini menuntut ilmu pun suatu hal yang termasuk ibadah kepada Allah. Tanpa ilmu, manusia tidak akan mengetahui Tuhan, hakikat, dan keberadaan-Nya.

Menurut Mustofa Amin sebagaimana yang dikutip Ramayulis bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu mempersiapkan seseorang bagi amalan dunia dan akhirat (Ramayulis, :25)

Penulis mengambil kesimpulan bahwa, tujuan pendidikan Islam ialah untuk mencapai tujuan hidup muslim yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai mahluk Allah SWT, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berahlak mulia dan beribadah kepada-Nya.

4. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Hakikat pendidikan merupakan proses tranformasi dan internalisasi nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta penyesuaian nilai. Nilai Pendidikan Islam bermakna sebagai konsep-konsep pendidikan yang dibangun berdasarkan ajaran Islam sebagai landasan etis, moral dan operasional pendidikan (Sarjono, 2005:137).

Nilai religius merupakan sesuatu yang dianggap bermanfaat ditinjau dari segi keagamaan (Sastrapradja, 2010:339). Nilai Pendidikan Islam juga bermakna sebagai konsep- konsep pendidikan yang dibangun berdasarkan ajaran Islam sebagai landasan etis, moral dan operasional pendidikan (Sarjono, 2005:137).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam merupakan ciri khas, sifat yang melekat yang terdiri dari aturan dan cara pandang yang

dianut oleh agama Islam digunakan sebagai dasar untuk mengabdi pada Allah SWT.

Nilai pendidikan Islam harus ditanamkan pada anak sejak dini agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islami yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaian atau sistem di dalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa anak sehingga dapat memberi out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas.

Ada tiga tanggung jawab seorang pendidik dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam, yaitu:

a. Nilai Aqidah

Kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu aqada-yaqidu- aqdan yang berarti mengumpulkan dan mengokohkan. Aqidah merupakan sesuatu yang harus dipercayai terlebih dahulu sebelum yang lainnya. Penanaman aqidah yang baik pada diri seseorang akan membawa kepada kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.

b. Nilai Ibadah

Ibadah merupakan suatu wujud perbuatan yang dilandasi rasa pengabdian kepada Allah Swt. Ibadah juga merupakan kewajiban agama Islam yang tidak dapat dipisahkan dari aspek

keimanan. Dan keimanan ini merupakan pundamen, sedangkan ibadah merupakan manifestasi dari keimananan tersebut.

Ibadah memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri seseorang. Pada saat melakukan ibadah makan secara tidak langsung akan ada dorongan kekuatan yang terjadi dalam jiwanya, dan jika tidak melakukan ibadah seperti biasanya maka ia merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya. Hal ini dilatar belakangi karena kebiasaan tersebut. Oleh karena itu orang tua dirumah, guru di sekolah, dan siapapun yang berperan pada pendidikan seseorang haruslah mengusahakan dan membiasakan agar seseorang dapat melaksanakan ibadah dengan baik.

c. Nilai Akhlaq

Akhlaq berasal dari bahasa arab jama‟ dari khuluqun, yang secara bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,

atau tabiat (Ya’qub, 1996:11). Pendidikan akhlaq adalah bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama, karena yang baik menurut akhlaq, baik pula menurut agama. Dan yang buruk menurut ajaran agama buruk juga menurut agama. Akhlaq merupakan bentuk realisasi dari wujud keimanan yang ada pada diri seseorang.

Pada dasarnya faktor bimbingan pendidikan agama terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua di rumah dan guru di sekolah

akan dapat berpengaruh terhadap pembentukan akidah, ibadah, dan akhlaq yang baik.

B. Gambaran Umum Majelis ta’limManaqiban Kitab Manaqib

Jawahirul ma’any

1. Pengertian MajelisTa’lim

Majelis ta‟lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majlis dan kata ta‟līm. Dalam bahasa Arab kata majlis (سهجم) adalah bentuk isim makan (kata tempat) dari kata kerja jalasa (سهج) yang berarti tempat duduk, tempat sidang, dan dewan (Munawwir, 1997: 202). Dengan demikian majelis merupakan tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 120). Sedangkan kata ta‟līm (مُهعت) dalam bahasa Arab merupakan masdardari kata kerja „allama (مهع) yang mempunyai arti pengajaran (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 1035). Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul (Depdikbud RI, 1999:615).

Dengan demikian majelis ta‟lim dapat dipahami sebagai suatu institusi dakwah yang menyelenggarakan pendidikan agama yang bercirikan non-formal, tidak teratur waktu belajarnya, para pesertanya disebut jamaah, dan bertujuan khusus untuk usaha memasyarakatkan Islam (Siregar, 2003: 16). Majelis ta‟lim juga

sesungguhnya memiliki basis yang kuat yaitu sejak Nabi Muhammad SAW mensyiarkan agama Islam di awal-awal risalah beliau. (Helmawati, 2013:76).

Adanya majelis ta‟lim di tengah-tengah masyarakat bertujuan untuk menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama, sebagai ajang silaturahmi anggota masyarakat, dan untuk meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya (Alawiyah, 1997: 78). Masih dalam konteks yang sama, majelis ta‟lim juga berguna untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT, menjadi taman rohani, ajang silaturrahim antara sesame muslim, dan menyampaikan gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa (Djaelani, 2007: 237-238). Sementara itu, maksud diadakannya majelis ta‟lim menurut Chirzin (2000: 77) adalah:

a. Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal- hal yang gaib

b. Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan alam semesta

c. Sebagai inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal

dan optimal dengan kegiatan pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama

d. Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat dan selaras.

Masih dalam konteks yang sama, tujuan majelis ta‟lim yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di kalangan masyarakat Islam, meningkatkan amal ibadah masyarakat, mempererat tali silaturrahmi di kalangan jamaah, membina kader di kalangan umat Islam, dan lain sebagainya.

Majelis ta‟lim ini termasuk lembaga pendidikan non- formal, meskipun demikian namun majelis ta‟lim mempunyai kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 121-122). Hal ini karena majelis ta‟lim merupakan wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT. Di samping itu, majelis ta‟lim juga merupakan taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya dilakukan secara santai. Faktor lainnya yang membuat majelis ta‟lim cukup diminati masyarakat, karena lembaga pendidikan non-formal ini adalah wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar Islam dan sebagai media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa.

Dokumen terkait