• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learnng (CTL) Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) sering dikenal

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.8 Pembelajaran Konvensional

2.1.10.1 Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learnng (CTL) Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) sering dikenal

dengan pembelajaran kontekstual. Sanjaya (2006) dalam Toharudin, Hendrawati,

dan Rustaman (2011: 92) menjelaskan “Pembelajaran kontekstual merupakan

pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara penuh untuk menemukan konsep dari materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupannya.”

Pengetahuan yang dimiliki siswa dibangun dari proses belajar siswa yang mengaitkan dengan lingkungannya. Blanchard (2001) dalam Trianto (2013: 105)

menjelaskan “Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam

hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya”. Pembelajaran seperti

pendapat Blanchard tersebut menjadikan pembelajaran bermakna bagi siswa. Sementara itu, Wisudawati dan Sulistyowati (2014: 121-2) menyatakan

Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata peserta didik dan mendorong mereka untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan mereka dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

“Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami

apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota

keluarga, warga negara, siswa, dan tenaga kerja” (University of Whasington dalam

Trianto 2013: 105). Pembelajaran Contextual Teaching and Learning berupaya menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, sehingga semua yang telah dipelajari siswa dapat menjadi ingatan jangka panjang siswa. Dalam kegiatan belajar bukan hanya memerhatikan hasil belajar, tetapi yang lebih penting yakni proses belajar siswa.

Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual menekankan pada proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan sendiri fakta atau konsep dari suatu materi melalui pengalaman langsung. Dalam hal ini, guru mengaitkan materi pelajaran dengan konsep yang telah dimiliki siswa untuk mempermudah siswa memahami materi pelajaran. 2.1.10.2Komponen Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Depdiknas (2002) dalam Trianto (2013: 111-9), pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inqury), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menerapkan pendekatan CTL, jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajaran. Berikut ini merupakan penjelasan ketujuh komponen tersebut yaitu:

Pertama, konstruktivisme. Dalam pendekatan CTL siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Hal tersebut akan menciptakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa harus menemukan dan mentransfer suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi menjadi milik mereka sendiri.

Kedua, inquiry (menemukan). Pembelajaran CTL adalah pembelajaran yang berkaitan dengan penemuan. Sebuah pembelajaran CTL harus dirancang dengan baik agar siswa menemukan sendiri konsep dalam suatu materi. Sebagai seorang guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang memberikan motivasi kepada siswa untuk menemukan sendiri materi melalui pengalaman langsung. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Ketiga, questioning (bertanya). Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry yaitu menggali informasi, mengonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Keempat, learning community (masyarakat belajar). Masyarakat belajar berarti dalam kegiatan pembelajaran terjadi komunikasi dua arah. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam

kelompok-kelompok belajar. Kelompok belajar dibentuk secara heterogen. Hal ini bertujuan, agar setiap siswa mau bertukar pengetahuan dan pengalaman dengan sesama temannya selama proses pembelajaran berlangsung. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Adanya masyarakat belajar ini menjadikan setiap siswa kaya akan pengetahuan dan pengalaman sebagai bekal hidup di lingkungannya.

Kelima, modeling (pemodelan). Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswa. Guru dapat menampilkan model yang dapat ditiru oleh siswa pada proses pembelajaran. Namun, guru bukanlah satu-satunya model dalam kegiatan pembelajaran. Guru dapat menggunakan siswa yang memiliki pengalaman yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan sebagai model dalam pembelajaran. Model pembelajaran dapat pula datang dari luar yang ahli dalam bidangnya.

Keenam, refleksi. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Refleksi ini biasanya dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Melalui kegiatan refleksi, guru membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Hal ini membuat siswa merasa memeroleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajari.

Ketujuh, penilaian autentik. Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Assessment bukan dilakukan di akhir periode pembelajaran, tetapi dilakukan bersama-sama secara terintegrasi (tidak terpisah) dari kegiatan pembelajaran. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (perfomance) yang diperoleh siswa.

Ketujuh komponen pendekatan tersebut ini harus dilaksanakan selama pembelajaran yang menerapkan pendekatan CTL. Melalui penerapan pendekatan CTL ini, akan mengembangkan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa. Hal ini akan menjadikan siswa mau melakukan kegiatan penemuan dan mencari sendiri pengetahuan barunya. Siswa akan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan suatu peristiwa, sehingga untuk mencari jawabannya mereka berusaha untuk mencarinya sendiri. Semua ini akan memperkaya pengetahuan, pengalaman serta keterampilan yang dimiliki oleh siswa.

2.1.10.3Langkah-langkah Pendekatan Contextual Teaching and Learning