• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semiawan mengemukakan dalam bukunya yang berjudul “Pendekatan Keterampilan Proses”, bahwa keterampilan proses adalah pendekatan yang mengarah kepada pengembangan kemampuan fisik dan mental, yang pada dasarnya dimiliki oleh siswa dalam wujud potensi yang belum terbuka secara jelas. Dengan mengembangkan kemampuan fisik dan mental, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian keterampilan proses itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Jadi, keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam

pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkrit sampai pada penemuan konsep.22

Semiawan mengemukakan empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses harus diwujudkan dalam proses belajar dan pembelajaran, yaitu:23

a. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup.

b. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psikologis lebih mudah memahami konsep,apalagi yang sulit, bila disertai dengan contoh-contoh konkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. J. Piaget mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan atau aktivitas, baik fisik maupun mental.

c. Ilmu pengetahuan boleh dikatakan bersifat relatif, artinya, suatu kebenaran teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan situasi. Suatu teori bias gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar kiranya kalau anak-anak atau siswa sejak dini sudah ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan sikap kritis ini. Dengan menggunakan keterampilan proses, maksud tersebut untuk saat ini pantas diterima.

d. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh artinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi, pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemilikan sikap dan mental.

22

Conny Semiawan,Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar, (Jakarta: Gramedia Sarana Indonesia, 1992), h. 18

23

Semiawan mengemukakan bahwa keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan memproses perolehan, sehingga anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan–keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Sebuah irama gerak atau tindakan dalam proses belajar mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif.24

Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan ketermpilan proses sains, siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual terlibat karena dalam keterampilan proses sains melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran dan penyusunan atau perakitan alat dan bahan. Dan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses.

Keterampilan proses sains dikembangkan berdasarkan rasional bahwa masyarakat masa depan adalah masyarakat belajar ataulearning society. Oleh karena itu para siswa harus dibekali dengan kemampuan belajar ataulearning to learn. Beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses sains dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari25, yaitu:

a. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep melalui metode ceramah. Akibatnya para siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan, tidak dilatih untuk menemukan konsep, tidak dilatih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

24

Ibid, h. 18 25

b. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata. Pada prinsipnya, anak mempunyai motivasi dari dalam untuk belajar karena didorong oleh rasa ingin tahu. Jika peranan guru sangat dominan, maka anak akan sedikit sekali belajar, anak tidak berminat dan anak kehilangan motivasi.

c. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif semua konsep yang ditemukan melalui penyelidikan ilmiah masih tetap terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan dan diperbaiki. Anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir kritis dan mengusahakan kemungkinan-kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah.

d. Dalam proses belajar mengajar, seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik. Pengembangan keterampilan memproseskan perolehan akan berperan sebagai wahana penyatu kait antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai.

Secara umum pendekatan keterampilan proses sains adalah suatu pendekatan dimana guru berusaha membina siswa berpikir dan bertindak secara kreatif didalam menemukan suatu pengetahuan, konsep, serta mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bentuk obyek nyata.

Hamalik mendefinisikan keterampilan proses sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas dan kreativitas siswa untuk mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang sudah dimiliki ke tingkat yang lebih tinggi dalam memproses perolehan belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses erat kaitannya dengan

CBSA. Suatu bentuk penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran adalah pemecahan masalah dan inkuiri (penemuan).26

Pada pendekatan keterampilan proses sains para siswa secara mendasar dilatih untuk memiliki kemampuan fisik, mental dan sosilalitasnya. Pada pendekatan ini siswa dilatih untuk memiliki aspek-aspek keterampilan proses dalam pembelajaran sains, yang antara lain:27

a. Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah salah satu ketarampilan ilmiah yang mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat. Dalam mengobservasi atau mengamati kita memilah-milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting. Para guru perlu melatih anak agar terampil dalam mengobservasi atau mengamati berbagai makhluk, benda dan kenyataan di sekitarnya.

b. Pembuatan hipotesis

Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan unuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Seorang ilmuan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksprimen. Para guru dapat melatih anak dalam membuat hipotesis sederhana. Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan berbagai hal baru.

c. Perencanaan penelitian atau eksperimen

Eksperimen tidak lain adalah usaha menuji atau mengetes melalui penyelidikan praktis. Dalam melakukan eksperimen atau penelitian sederhana, guru perlu melatih siswa dalam merencanakan eksperimen atau penelitian sederhana itu.

d. Pengendalian variabel

Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Para guru dapat melatih anak-anak dalam mengendalikan variabel. Pengendalian variabel adalah suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita

26

Oemar Hamalik,Op.Cit, h. 150 27

bayangkan. Yang penting adalah bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan varibel. e. Interprestasi data

Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhana dapat dicapai atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, histogram, atau diagram. Data yang disajikan tersebut dapat di interprestasi atau ditafsirkan. Para guru dapat melatih anak-anak dalam menginterprestasi data.

f. Kesimpulan sementara (inferensi)

Membuat kesimpulan sementara (inference) sering dilakukan oleh seorang ilmuan dalam proses penelitiannya. Pertama-tama data dikumpulkan lalu dibuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi yang dimiliki samapai suatu waktu tertentu. Kesimpulan tersebut bukan merupakan kesimpulan akhir, hanya merupakan kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai pada saat itu.

g. Peramalan atau prediksi

Para ilmuan sering membuat ramalan atau prediksi berdasarkan hasil observasi, pengukuran, atau penelitian yang memperlihatkan kecenderungan gejala tertentu.

h. Penerapan ( aplikasi)

Para guru dapat melatih anak-anak untuk menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki.

i. Komunikasi

Setiap ahli dituntut agar mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain. Keterampilan mengkomunikasikan apa yang ditemukan merupakan salah satu keterampilan mendasar yang dituntut dari para ilmuan.

Jadi, perlu ditekankan terlebih dahulu bahwa kajian pada penelitian ini hanyalah keterampilan proses sains dan bukanlah pendekatan keterampilan proses, yang dalam pelaksanaannya pun menggunakan pendekatan pembelajaran yang berbeda, yaitu inkuiri terstruktur. Karena dengan

keterampilan proses, siswa dapata membentuk dan memahami konsep hingga yang bersifat abstrak. Atau dapat diartikan sebagai keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa dalam memproses sains melalui metode ilmiah. Dengan bekerja ilmiah, keterampilan tersebut akan mengantarkan siswa pada suatu penemuan konsep atau fakta sebagaimana yang telah dilakukan para ilmuwan menemukan atau mengembangkan ilmu. Sehingga para siswa tidak hanya memperoleh kemampuan kognitif tingkat rendah yaitu ingatan, tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif tingkat tinggi yaitu pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Dokumen terkait