PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEREMPUAN DI INDONESIA
A. Pengertian Perlindungan Hukum
Perlindungan kepada warga negara harus disesuaikan dengan kondisi warga yang beragam. Realitas masyarakat Indonesia menunjukkan adanya perbedaan kemampuan dalam memahami hukum dan mengakses perlindungan. Kepastian yang ditimbulkan karena hukum zekerheid door het rect bagi individu dalam masyarakat adalah tujuan utama dari hukum.
Bentham dalam Introduction to the Principles of Morals and Legislation merumuskan bahwa tujuan utama dari hukum adalah menjamin adanya bahagia sebanyak-banyaknya kepada orang sebanyak-banyaknya.
Hukum berfungsi sebagai pengendalian masyarakat. Leopold Pospisil berpendapat, tidak ada hukum kalau tidak ada masyarakat. Sebaliknya, tidak ada masyarakat tanpa adanya hukum.33
Pada hakikatnya peran hukum dalam mensejahterakan masyarakat dimulai dari dalam keluarga. Masyarakat yang sejahtera tercipta dari keluarga yang sejahtera. UU No. 10 Tahun 1992 menegaskan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup material dan spiritual yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.34
Tiap-tiap anggota keluarga memiliki perannya masing-masing. Peran anggota keluarga tidak dapat digantikan antar satu dengan yang lain, meski dalam beberapa situasi tertentu anggota keluarga dapat menggantikan peran anggota keluarga lainnya. Dalam keluarga juga terdapat hak-hak dan kewajiban tiap anggota keluarga. Jika satu anggota keluarga tidak melakukan
33 https://www.kabar-banten.com/perlindungan-hukum-terhadap-perempuan/#. diakses pada 11 November 2019 pukul 10.01 WIB.
34 https://hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/fl29171/parent/4584. diakses tanggal 11 November 2019 pukul 10.01 WIB.
kewajibannya, maka akan ada pergeseran di dalam keluarga tersebut. Selain daripada itu, sering kali anggota keluarga hanya menuntut haknya saja tanpa terlebih dahulu menunaikan kewajibannya.
Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrumen untuk mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban subjek hukum. Selain itu hukum berfungsi sebagai instrumen perlindungan bagi subjek hukum. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai tetapi dapat juga karena pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum terjadi ketika subjek hukum tertentu tidak menjalankan kewajiban yang seharusnya dijalankan atau karena melanggar hak subjek hukum lain. Subjek hukum yang dilanggar hak-haknya harus mendapatkan perlindungan hukum.
Istilah perlindungan hukum dalam bahasa Inggris dikenal dengan legal protection, sedangkan dalam bahasa Belanda dikenal dengan rechtsbescherming. Secara etimologi perlindungan hukum terdiri dari dua suku kata yakni perlindungan dan hukum. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perlindungan diartikan (1) tempat berlindung, (2) hal (perbuatan dan sebagainya), (3) proses, cara, perbuatan melindungi.35
Perlindungan hukum adalah suatu upaya melindungi hak setiap orang untuk mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama oleh hukum dan undang-undang. Oleh karenanya, untuk setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan padanya serta dampak yang diderita olehnya ia berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum yang diperlakukan sesuai dengan asas hukum.
35 https://kbbi.web.id/perlindungan, diakses tanggal 13 November 2019, pukul 23.02 WIB.
Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban, perlindungan hukum korban kejahatan sebagai bagian dari perlindungan masyarakat, dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti melalui pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan bantuan hukum.36
Perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki manusia sebagai subjek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subjek hukum, manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.37
Perlindungan hukum yang diberikan kepada subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.
Beberapa pendapat para sarjana tentang pengertian perlindungan hukum, antara lain:
1. Menurut Soetiono
36Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1984, hlm 133.
37 CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1980, hlm. 102.
Perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.38
2. Menurut Satjipto Rahardjo
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.39
3. Menurut Philipus M. Hadjon
Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan.40
4. Menurut Muchsin
Perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia.41
38 Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004, hlm. 3
39 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cet ke-V, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 53.
40 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Bagi Rakyat di Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hlm. 1-2.
41 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2003, hlm. 14.
Sehingga berdasarkan uraian dan pendapat para pakar di atas dapat simpulkan bahwa perlindungan hukum adalah perbuatan untuk melindungi setiap orang atas perbuatan yang melanggar hukum, atau melanggar hak orang lain, yang dilakukan oleh pemerintah melalui aparatur penegak hukumnya dengan menggunakan cara-cara tertentu berdasarkan hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai upaya pemenuhan hak bagi setiap warga negara, termasuk atas perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan oleh penguasa (aparatur penegak hukum itu sendiri).
Menurut Philip M. Hadjon, perlindungan hukum bagi rakyat meliputi dua hal, yakni:
1. Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif;42
2. Perlindungan Hukum Represif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa.43
Secara konseptual perlindungan hukum yang diberikan bagi rakyat Indonesia merupakan implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada pancasila dan prinsip negara hukum yang berdasarkan pancasila. Perlindungan hukum preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa. Bagi pemerintah
42 Philip M. Hadjon, Op.cit., hlm. 4.
43 Philip M. Hadjon, Op.cit., hlm. 5.
sendiri yang pada dasarnya memiliki kebebasan dalam bertindak, perlindungan hukum preventif sangat besar artinya karena dengan adanya perlidungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi.
Prinsip perlindungan bagi rakyat terhadap tindak pemerintah bertumbuh dan bersumber dari konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Karena menurut sejarahnya di Barat, lahirnya tentang konsep pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia diarahkan pada pembatasan dan peletakan kewajiban pada masyarakat terhadap pemerintahannya.44 Selain daripada itu, pancasila sebagai dasar ideologi dan falsafah negara menjadi landasan pijakan dalam merumuskan prinsip-prinsip perlindungan hukum bagi masyarakat Indonesia.
Dikatakan demikian, karena pengakuan dan perlindungan hukum secara intrinsik melekat pada pancasila dan seyogianya memberi warna dan corak serta isi negara hukum yang berlandaskan pancasila.
Dalam prinsip-prinsipnya, perlindungan hukum yag berdasarkan pancasila dibedakan menjadi dua, antara lain:
1. Prinsip Pengakuan dan Perlindungan Terhadap Hak-Hak Asasi Manusia Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindak pemerintahan yang bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban pada masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian dalam usaha merumuskan prinsip-prinsip
44 Philip M. Hadjon, Op.cit., hlm. 19.
perlindungan hukum bagi rakyat berdasarkan pancasila, diawali dengan uraian tentang konsep dan deklarasi tentang hak-hak asai manusia.
2. Prinsip Negara Hukum
Prinsip kedua yang melandasi perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dikatakan sebagai tujuan daripada negara hukum.
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) , konsep perlindungan hukum tidak terlepas dari perlindungan hak asasi manusia adalah konsep negara hukum yang merupakan istilah sebagai terjemahan 2 (dua) istilah (1) rechtstaat dan (2) rule of law. Sehingga, dalam penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen dikatakan, “Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat)”.