• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Teknik Positive Reinforcement

1. Pengertian Positive Reinforcement

Positive reinforcement adalah prosedur untuk memperkuat perilaku dimana respon diikuti oleh penyajian atau peningkatan intensitas stimulus yang memperkuat perilaku dan sebagai hasilnya respon ini semakin kuat dan semakin mungkin terjadi. positive reinforcement merupakan salah satu metode dalam

operant conditioning yang merupakan teknik pendekatan behavior. Corey mengungkapakan behavior adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan eksperiment yang dikendalikan dengan cermat akan menyikap hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku7

6Ibid, h 18

7

Teori behavior lebih di kenal dengan nama teori belajar karena seluruh perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Belajar merupakan perubahan tingkah laku hasil interaksi antara stimulus dan respon yaitu proses manusia memberikan respon tertentu berdasarkan stimulus yang dating dari luar8

Krumboltz dan Thoresen mengartikan konseling behavior sebagai suatu proses membantu seseorang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan membuat keputusan tertentu. Pada konseling behavior terdapat beberapa teknik yang dapat di gunakan dalam proses konseling. Dan ditambahkan oleh Baraja bahwa pendekatan behavior lebih bersifat suatu pelatihan terhadap perilaku konseli. Maka pendekatan ini menekankan pada teknik dan prosedur untuk memfasilitasi perubahan perilaku pada konseling. Sehingga pendekatan

behavior ini lebih mementingakan teknik mengubah perilaku (behavior modification)9

Teori belajar behavior sangat menekankan pada hasil belajar (outcome),

yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat dan tidak begitu memperhatikan apa yang terjadi di dalam otak manusia karena hal tersebut tidak dapat dilihat. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apa bila ia mampu menunjukan perubahan tingkah laku

8

Udin S. Winatapura, Teori belajar dan pembelajaran,(tangerang Selatan:Universitas Terbuka, 2012), h.24

9

Krumboltz dan Thoresen dalam Baraja, A. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. (Jakarta, Stadi Press. 2004). h. 22

Menurut para pakar psikologi behavior bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reword) atau pengutan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavior dan stimulus

Menurut aliran teori-teori behavior manusia belajar dari berbagi cara antara lain belajar signal menurut Pavlov belajar melalui penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Penguatan dapat ditambahkan dan dikurangi untuk memperoleh respon yang semangkin kuat ataupun semakin lemah. Dalam konsep tersebut di pegang paradikma stimulus –respon (S - R), pada konsep ini menjelaskan dengan cara proses belajar. Dalam rangka pendekatan teori behaviorisme dalam konseling rangkaian S dikonsepsikan sebagai rangkaian antecendent-behavior-consequence,

yang disebut dengan model A-B-C.

Komalasari menyatakan bahwa A-B-C dari analisis fungsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. A (antecendent) ialah segala hal yang mencetuskan perilaku yang di pemasalahkan

b. B (behavior) ialah segala hal yang mengenai perilaku yang dipermasalahkan: frekuensi, intensitas, dan lamanya

c. C (consequence) ialah akibat-akibat yang diperoleh setelah perilaku ini terjadi. Konsekuensi inilah yang biasanya “memelihara“ perilaku yang

menjadi masalah. Misalnya: mendapat pujian atau perhatian, perasaan lebih tenang, bebas dari tugas, dan sebagainya. 10

Antecendent adalah kejadian-kejadian yang mendahului behavior dan dapat berupa pemberitahuan atau ajakan sebelum seseorang diminta melakukan sesuatu. Consequence dalah efek-efek yang mengikuti atau berlangsung sesudah

behavior. Perilaku (behavior) sama dengan yang disebut perilaku (respon), kejadian atau pengalaman yang berlangsung sebelum perilaku muncul

(antecendent) sama dengan stimulus.

Menurut Willis tujuan konseling behavior adalah membantu konseli membuang respon yang lama yang merusak diri dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat, membuang perilaku yang maladaptif dan meperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan11. Jadi pendekatan ini berusaha membuang respon-respon lama yang merusak diri dan mempelajari respon baru yang lebih baik

Dalam pendekatan behavior terdapat teknik operant conditioning, Corey menyebutkan teknik operant conditioning adalah teknik yang dipelopori oleh Frederic Skinner, operant conditioning melihat organisme sebagai responden yang aktif contohnya tingkah laku operan adalah membaca, menulis dan makan menggunakan alat 12. Hal ini sejalan dengan apa yang dungkapakan oleh skinner,

10

Gantina Komalasi, eka Wahyuni, Karsih, Teori Dan Teknik Konseling (Jakarta; Indeks, 2011), h, 164

11

Willis, S. Konseling Individu Teori dan Praktis.( Bandung, Alfabeta, 2004), h.70.

12

tingkahlaku operan adalah tingkah laku yang memancarkan dan menjadi ciri organisme aktif. Ia adalah tingkah laku yang beroprasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat.13

Komalasari mengatakan prinsip-prinsip operant conditioning yaitu

reinforcement diasosiasikan dengan respon karena respon tersebut beroprasi memberikan reinforcement, respon tersebut disebut tingkah laku operan (operant behavior). Operant conditioning menggambarkan bila tingkah laku tersebut berpeluang untuk sering terjadi. Skinner memandang hadiah (reword) atau penguatan (reinforcement) sebagai unsur yang paling penting dalam proses belajar. Kita cenderung belajar atau respon jika segera diikuti oleh penguatan

(reinforcement). Skinner lebih lebih memilih istilah reinforcement dari pada

reword, karena reword diinterprestasikan sebagai tingkah laku subjektif yang dihubungkan dengan kesenangan. Sedangkan reinforcement adalah istilah yang lebih netral.14

Penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong timbulnya peningkatan kualitas tingkah laku. Positive reinforcement dalam dunia pendidikan diartikan sebagai penghargaan kepada peserta didik yang diharapkan bisa meningkatkan sikap dan perkembangan yang positif. Dalam proses belajar mengajar. Penghargaan atau pujian terhadap perbuatan yang baik dari peserta didik merupakan hal yang

13

Corey, Op. Cit, h, 218.

14

sangat di perlukan sehingga peserta didik terus berusaha untuk berbuat yang lebih baik contohnya pemberian sikap seperti tersenyum dan mengucapkan pujian atau kata-kata yang bagus terhadap peserta didik yang mematuhi tatatertib sekolah hal ini akan berpengaruh besar terhadap sikap dan tingkah laku peserta didik. Peserta didik akan merasa puas dan merasa diterima atas hasil yang telah dicapai sehingga peserta didik yang lain diharapkan akan berbuat hal yang sama.

Menurut Walker dan Shea positive reinforcement adalah pemberian penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang., meningkat dan menetap dimasa datang. Positive reinforcement yaitu peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang diulang kerena bersifat disenangi15, Dari berbagai pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa reinforcement adalah suatu metode penguatan yang digunakan seseorang untuk meningkatkan perilaku positif peserta didik dengan hal-hal yang menyenangkan dan yang dapat diterima oleh peserta didik. positive Reinforcement diberikan setelah perilaku yang diharapkan muncul, sehingga perilaku yang diharapkan akan muncul, meningkat dan terus berulang.

Dokumen terkait