• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

6. Persyaratan Melakukan Uji-t Paired Sample T-Test

Uji Paired Sample t-test adalah uji perbedaan rata-rata dua sample berpasangan atau uji paired sample t-test digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan Mean

untuk dua sampel bebas (Independen) yang berpasangan. Adapun yang dimaksud dengan berpasangan adalah data pada sample kedua merupakan perubahan / perbedaan dari data sample pertama atau dengan kata lain sebuah sample dan subjek sama mengalami dua perlakuan.

Analisis dalam uji Paired Sample t-test melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu, apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh maka perbedaan rata-rata adalah NOL. Melakukan uji t Paired Sample t-test diperlukan data berskala interval atau rasio yang dalam SPSS

disebut dengan Scale dan pengujian teradap sample tersebut dilakukan 2 kali (sebelum,sesudah perlakuan) dalam kurun waktu yang berbeda.

Adapun dasar penggunaan uji-t Paired Sample t-test ialah observasi/penelitian untuk masing-masing data, perbedaan rata-rata harus berdistribusi normal.Seperti halnya uji statistic parametik lainnya, uji Paired Sample t-test menggunakan persyaratan data yang digunakan harus berdistribusi normal. Uji normalitas bisa dilakukan dengan melihat nilai Score atau Skewness, Kolmogorov Smirnov dan lain sebagainya.

Untuk penelitian kali ini peneliti melakukan uji normalitas dengan melihat nilai Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah subjek kurang dari 50. Dasar pengambilan keputusan adalah berdasarkan probabilitas > 0,05.2 Jika didapatkan hasil dari uji normalitas di atas probabilitas atau P> 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa sampel berdistribusi Normal. Berikut peneliti paparkan hasil uji normalitas dengan melihat nilai Shapiro-Wilk .

Tests of Normality Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Pretest ,282 8 ,061 ,790 8 ,022

Posttest ,234 8 ,200* ,877 8 ,178

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

2

peneliti melakukan uji normalitas dengan melihat nilai Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah subjek kurang dari 50 Dasar pengambilan keputusan adalah nilai probabilitas > 0,05 dan dari data di atas nilai sig pretest = 0,022 dan nilai sig posttest = 0,178 lebih besar dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi Normal. 7. Uji Pengaruh Konseling Kelompok Dengan Teknik Positive Reinforcement

Untuk Meningkatkan Disiplin Pesrta Didik

Pengaruh konseling kelompok dengan teknik positive reinforcement

untuk meningkatkan disiplin peserta didik dapat dilihat dari gain score sebelum dan sesudah pelaksanaan konseling. Sebelum dilakukan perbandingan score terlebih dahulu dilakukan uji t untuk mengetahui pengaruh konseling kelompok dengan teknik positive reinforcement untuk meningkatkan disiplin pesrta didik. Uji pengaruh konseling kelompok untuk meningkatkan disiplin pesrta didik secara keseluruhan

Hipotesis yang dianjurkan dalam penelitian ini adalah :

Ha :Konseling kelompok dengan teknik positive reinforcement ada pengaruhnya dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik di MTs Al-Hikmah Bandar lampung tahun pelajaran 2017/2018

Ho :Konsling kelompok dengan teknik positive reinforcement tidak ada pengaruhnya dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik di MTs Al-Hikmah Bandar lampung tahun pelajaran 2017/2018

Untuk mengetahui apakah pengaruh konseling kelompok dengan teknik

skor kecerdasan emosional sebelum diberikan layanan konseling dan setelah diberikan layanan konseling dilakukan dengan menggunakan rumus analisis data t-test, dengan nilai distribusi yang ditentukan yaitu derajat kebebasan (df) N-1=8-1=7 dengan taraf signifikan (α) 0,5. Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :

Ho : µ1 = µ0 Ha : µ1 = µ0

Berdasarkan hasil uji t paired samples t-test, konseling kelompok dengan

teknik positive reinforcement untuk meningkatkan disiplin pesrta didik, penghitungan dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows reliase 17, di dapat hasil sebagai berikut :

Tabel 22

Hasil Uji t Paired Samples T-Test Paired Samples Test

Paired Differences T df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

Pair 1 pos - pri 15,125 8,202 2,900 8,268 21,982 5,216 7 ,001

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa t adalah 5,216 mean 15,125 kemudian thitung dibandingkan dengan ttabel dengan ketentuan thitung > ttabel (5,216 > 1,895 ),

dengan demikian kedisiplinan peserta didik kelas VII di MTs Al-Hikmah Bandar Lampung mengalami perubahan setelah diberikan konseling kelompokdengan teknik

positive reinforcement Dan sig 0,01<α= 0.05, Jadi dapat disimpulkan bahwa Konseling kelompok dengan teknik positive reinforcement berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik di MTs Al-Hikmah Bandar Lampung.

Dari hasil uji t, hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perubahan skor kedisiplin peserta didik setelah diberikan teknik positive reinforcement Peserta didik yang pada awalnya memiliki skor rendah, setelah diberikan layanan konseling dengan teknik positive reinforcement mengalami peningkatan skor

B. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2017 di MTS Al-Hikmah Bandar lampung kelas VII semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Dalam penelitian ini ada beberapa tahap yang dilalui tahap pertama adalah penyebaran angket awal

(pretest). dan berdasarkan hasil pretest yang telah dilakukakan menunjukan bahwa disiplin peserta didik rata-rata menunjukan pada kategori tinggi dan rendah. maka dari itu peserta didik yang menunjukan hasil pretest yang rendah dan sangat rendah harus segera mendapat treatment pemberian konseling kelompok memakai teknik

positive reinforcement dengan lebih lanjut karena apabila dibiyarkan akan mempengaruhi sikap atau tingkah laku peserta didik yang tidak baik.

pelaksanaan konseling kelompok dilakukan sebanyak lima kali pertemuan dengan durasi waktu 45 menit setiap kali pertemuan dan pada sertiap pertemuan

membahas permasalahan-permasalahan yang di alami peserta didik hingga tuntas seperti seringkali tidak hadir kesekolah tanpa ada keterangan yang dibahas pada pertemuan kedua, membuat gaduh saat jam pelajaran berlangsung dibahas pada pertemuan ketiga, berkelahi di lingkungan sekolah yang dibahas pada pertemuan keempat dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang dituntaskan pada pertemuan kelima, untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut peneliti menggunakan konseling kelompok dengan teknik positive reinforcement.

Peneliti memilih konseling kelompok untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan disiplin sekolah. konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan di dalamnya melalui dinamika kelompok, dinamika kelompok merupakan susunan yang hidup, berdenyut, yang bergerak,berkembang dan yang di tandai dengan adanya interaksi soial antara sesama anggota kelompok 3. Dinamika interaksi social yang secara intensif terjadi didalam suasana kelompok yang akan meningkatkan kemampuan komunikasi dan keterampilan, meningkatkan kemampuan pengendalian diri dan tenggang rasa.4

Konseling kelompok itu sendiri merupakan upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antar konselor dan konseli, agar konseli bisa memahami diri dan lingkunganya, mampu membuat keputusan dan menentukan

3

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Progam Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (jakarta: Renika Cipta,2008), h. 68

4

tujuan berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia efektif perilakunya.5 Pada pelaksanaan konseling kelompok peneliti menggunakan teknik positive reinforcement yang merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong timbulnya peningkatan kualitas tingkah laku.

Positive reinforcement dalam dunia pendidikan diartikan sebagai penghargaan kepada peserta didik yang diharapkan bisa meningkatkan sikap dan perkembangan yang positif. Dalam proses belajar mengajar. Penghargaan atau pujian terhadap perbuatan yang baik dari peserta didik merupakan hal yang sangat di perlukan sehingga peserta didik terus berusaha untuk berbuat yang lebih baik contohnya pemberian sikap seperti tersenyum dan mengucapkan pujian atau kata-kata yang bagus terhadap peserta didik yang mematuhi tatatertib sekolah hal ini akan berpengaruh besar terhadap sikap dan tingkah laku peserta didik. Peserta didik akan merasa puas dan merasa diterima atas hasil yang telah dicapai sehingga peserta didik yang lain diharapkan akan berbuat hal yang sama. dan di perkuat oleh Walker dan Shea positive reinforcement adalah pemberian reinforcement yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang., meningkat dan menetap dimasa datang. Positive reinforcement yaitu peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang diulang kerena bersifat disenangi6,

Setelah konseling kelompok dengan teknik positive reinforcement di laksanakan sebanyak lima kali pertemuan dan peneliti memantau perkembangan

5

Achmad Juntika Nurihsan Bimbingan dan konseling dalam berbagai latar belakang. (Bandung: Rafika Adiantama,2007),h.10

6

peserta didik terdapat perubahan perilaku disiplin pada peserta didik yang mulai meningkat, dengan melihat dari hasil posttest yang mendapat nilai rata-rata 83,75 dan lebih besar dari pada hasil pretest dengan rata-rata 67,75. Dan dari berbagai pengertian hasil yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest di atas peneliti menyimpulkan bahwa reinforcement adalah suatu metode reinforcement yang digunakan seseorang untuk meningkatkan perilaku positif peserta didik dengan hal-hal yang menyenangkan dan yang dapat diterima oleh peserta didik. positive Reinforcement diberikan setelah perilaku yang diharapkan muncul, sehingga perilaku yang diharapkan akan muncul, meningkat dan terus berulang.

Dokumen terkait