• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Prosedur Batik Cap

Dalam dokumen Buku Guru Kelas VIII Tunagrahita dan Autis (Halaman 14-56)

BAB II PROSEDUR BATIK CAP

1. Pengertian Prosedur Batik Cap

3. Praktek Prosedur Dasar Batik Cap BAB III Alat Dasar Batik Cap

1. Alat Dasar Batik Cap

2. Pengenalan Alat Batik Cap

BAB IV Teknik Pembuatan Pola Sederhana Batik Cap 1. Pengertian Tehnik Pola Sederhana Batik Cap

2. Penggolongan Pola 3. Komposisi Pola

xiv BAB V Alat Sederhana dan Aman

1. Alat dari berbagai bahan teknik batik cap 2. Membuat alat dari berbagai bahan BAB VI Teknik Pengecapan

1. Pengenalan Teknik Pengecapan

2. Teknik Pengecapan alat bahan alam sekitar 3. Tehnik Pengecapan dari bahan kertas bekas BAB VII Teknik Pewarnaan Batik Cap

1. Teknik Celup 2. Teknik Ciprat 3. Teknik Colet

BAB VIII Teknik Melorod 1. Proses Melorod

2. Membersihkan Alat Melorod 3. Merawat Kain Batik Cap

D. Model, Metode dan Strategi Pembelajaran 1. Perencanaan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaan dalam satu tahun terdapat dua semester dilaksanakan selama 32 minggu, setiap semester 16 minggu. Kegiatan pembelajaran ketrampilan pilihan membatikk cap per minggu 18 jam, alokasi waktu 35 menit per satujam pelajaran (1 JP), sehingga alokasi waktu untuk setiap KD selama satu tahun sebagai berikut:

Semester Bab Minggu Efektif

Semester 1 16 Minggu

Efektif

I Keselamatan, Kesehatan kerja, dan Lingkungan di tempat kerja

2 Minggu Efektif

II Prosedur Batik Cap 2 Minggu Efektif III Alat Dasar Batik Cap 2 Minggu Efektif IV Teknik Pembuatan Pola

Sederhana Batik Cap 6 Minggu Efektif Semester

1I 16 Minggu

Efektif

V Alat Sederhana dan Aman 6 Minggu Efektif VI Teknik Pengecapan 7 Minggu Efektif VII Teknik Pewarnaan Batik Cap 6 Minggu Efektif VIII Teknik Melorod 3 Minggu Efektif

 Pembagian waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah.

xv

2. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan proses yang harus dilakukan untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampikan. Untuk pencapaian ketiga kompetensi tersebut, guru dapat menggunakan model pembelajaran Inquiry, discovery, Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL) atau juga product based learning. Model pembelajaran dapat diperkaya dengan kegiatan yang terdapat pada pendekatan scientifik yaitu meliputi kegiatan.

a. Mengamati, yaitu kegiatan untuk mengidentifikasi masalah yang dikaitkan dengan materi dan kondisi nyata kehidupan (kontekstual) peserta didik, sehingga peserta didik akan lebih memahami masalah yang dipelajari.

b. Menanya, merupakan kegiatan lanjutan atau kegiatan seiring dengan kegiatan mengamati, yaitu mencari penyebab dari timbulnya masalah. Kegiatan ini berguna untuk mengembangkan wawasan pikir peserta didik, mengkontekstualisasikan masalah dengan kehidupan nyata, mengembangkan berfikir kritis dan mengembangkan berfikir kreatif saat mencari solusi dari masalah.

c. Mengumpulkan informasi, merupakan kegiatan untuk membuktikan alternatif solusi yang diberikan saat melakukan kegiatan menanya. Kegiatan ini dilakukan dengan membaca, mencari informasi berbagai sumber terkait materi pembelajaran. Kegiatan ini akan mengembangkan kemampuan rasa ingin tahu, kemampuan literasi. Mengumpulkan informasi juga dapat diperoleh melalui kegiatan mencoba yaitu melakukan kegiatan praktik /keterampilan. Melalui kegiatan mencoba akan mengembangkan kemampuan psikomotorik, keterampilan kognitif dan afektif. Pada saat praktik psikomotorik anak akan mengembangkan kemampuan otot, sikap kerja (disiplin/taat prosedur/aturan); bekerja berdasarkan kriteria/mutu produk; dan mengembangkan rasa tanggung jawab.

d. Mengasosiasi: merupakan kegiatan untuk mengolah informasi dan menyimpulkan informasi dyang diperoleh melalui berbagai referensi. Kegiatan ini akan melatih kemampuan menalar, berfikir kritis, berfikir kreatif.

xvi

e. Mengkomunikasikan, merupakan kegiatan untuk menyampaikan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan praktik dan kegiatan teori, baik secara lisan maupun tulisan (sesuaikan dengan kondisi ketunaan peserta didik.

3. Penilaian Pembelajaran.

Penilaian pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian pembelajaran, baik sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sikap dilakukan selama pembelajaran maupun di luar pembelajaran melalui teknik penilaian observasi dengan menggunakan jurnal. Penilaian sikap yang dimasukkan pada jurnal hanya sikap yang menonjol dari peserta didik. Deskripsi nilai sikap diberikan oleh guru mata pelajaran Agama dan Budi Pekerti, guru PPKN, guru BK dan wali kelas. Deskripsi akhir penilaian sikap diberikan oleh wali kelas.

Penilaian pengetahuan dilakukan selama proses dan di akhir proses pembelajaran, dengan menggunakan teknik tes maupun non tes. Teknik tes dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, penugasan, dan portofolio. Penilaian keterampilan dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan teknik penilaian kinerja/praktik, penilaian produk, penilaian proyek, penilaian portofolio, penilaian tertulis (untuk keterampilan abstrak).

4. Remidial dan Pengayaan

Dalam kurikulum dirumuskan secara jelas kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai siswa sesuai dengan alokasi waktu yang sudah ditentukan. Penguasaan KI dan KD setiap siswa diukur dengan menggunakan sistem penilaian acuan kriteria (PAK). Jika seorang siswa mencapai standar tertentu maka siswa tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan dan dilanjutkan dengan melakukan pengayaan, namun jika siswa belum mencapai ketuntasan belajar maka guru melaksanakan remidial.

Remidial dilakukan dengan melakukan analisis terlebih dahulu. Analisis dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab hasil belajar siswa tidak dapat mencapai ketuntasan belajar. Aspek yang dianalisis meliputi kondissi siswa, lingkungan belajar, alat belajar, media belajar dan kedalaman materi. Pelaksanaan remidial dilakukan berdasalkan hasil analisis yang telah dilaksanakan.

xvii

Program pengayaan dapat diartikan sebagai langkah untuk memberikan tambahan/perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Guru menyiapkan media belajar agar dapat memfasilitasi peserta didik untuk memperkaya pengetahuan, melatih keterampilan dan membentuk sikap yang baik.

Kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal sesuai dengan kemampuannya.

Langkah-langkah dalam program pengayaan diawali dengan kegiatan identifikasi, kemudian perencanaan, dan pelaksanaan. Guru tidak perlu menunggu diperolehnya penilaian otentik terhadap kemampuan siswa. Apabila melalui observasi dalam proses pembelajaran, peserta didik sudah terindikasi memiliki kemampuan yang lebih dari teman lainya, bisa ditandai dengan: penguasaan materi yang cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat. Sehingga siswa seringkali memiliki waktu sisa yang lebih banyak, dikarenakan cepatnya dia menyelesaikan tugas atau menguasai materi. Disinilah dibutuhkan kepekaan guru dalam merencanakan dan memutuskan untuk melaksanakan program pengayaan.

xviii PETUNJUK KHUSUS

Buku panduan guru memiliki dua fungsi, yaitu sebagai petunjuk penggunaan buku peserta didik dan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Mengingat pentingnya buku ini, disarankan memperhatikan hal-hal berikut. 1. Bacalah halaman demi halaman dengan teliti.

2. Upayakan untuk mencakup Kompetensi Inti (KI) dalam semua kegiatan pembelajaran dengan kegiatan pembiasaan, keteladanan, dan budaya sekolah guna mendukung pembentukan sikap, pengetahuan dan perilaku positif.

3. Sebelum membuat rencana pembelajaran hendaknya melakukan kegiatan asesmen agar mengetahui apa yang sudah dikuasai anak sebagai dasar dalam menyesuaikan kedalaman dan keluasan materi , media pembelajaran dan factor pendukng lainnnya.

4. cocokan setiap langkah kegiatan yang terdapat dalam buku peserta didik sesuai dengan hal yang dimaksud.

5. Pahamilah setiap Kompetensi Dasar.

6. Kembangkan ide-ide kreatif dalam memilih metode pembelajaran. temukan juga kegiatan alternatif apabila kondisi yang terjadi kurang sesuai dengan perencanaan terkaiat dengan cuaca dan keamanan.

7. Kembangkan materi pembelajaran dari sumber-sumber lain untuk menambah wawasan peserta didik dan sebagai alternatif untuk pengayaan, gunakan media atau sumber belajar alternatif yang tersedia di lingkungan sekolah.

8. Indikator yang dibuat boleh tidak digunakan atau ditambah atau disesuaikan dengan keadaan peserta didik, kondisi daerah dan situasi masing-masing.

9. Setelah satu bab selesai buatlah catatan refleksi, sebagai bahan untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran bab berikutnya dan informasikan dengan jelas kepada siswa untuk mengerjakan tugas atau evaluasi pada tiap bab.

xix

10. Setiap kegiatan pembelajaran diupayakan menciptakan kondisi yang menyenangkan baik pada kegiatan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup melalui bercerita, menunjukan gambar, maupun penguatan.

11. Pada saat melaksanakan praktek persiapkan perencanaan yang terdiri dari kebutuhan alat, bahan, tertib kerja, guru diharapkan selalu mendampingi, membimbing dan membantu siswa selama kegiatan pembelajaran praktek 12. Menyampaikan prosedur pelaksanaan diantaranya keselamatan kerja,

kebersihan diri, alat, bahan, ruangan, langkah-langkah kerja yang efektif dan efisien, memberihkan dan menyimpan kembali alat-alat sesuai inventaris serta letaknya.

13. Berikan perhatian kepada semua peserta didik tanpa kecuali dan yakini bahwa semua peserta didik cerdas, memiliki potensi dan keunikan masing-masing, Dengan demikian, pemahaman tentang kecerdasan majemuk, gaya belajar siswa serta beragam faktor penyebab efektivitas dan kesulitan belajar siswa, sangat dibutuhkan serta bisa saling melengkapi

14. Gunakan Metode Pembelajaran yang aktif kreatif inovatif dan menyenangkan seperti penggunaan media, sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah, pengelolaan kelas dengan suasana yang humanis, penciptaan kondisi hubungan interpersonal yang positip, serta beragam kegiatan pembelajaran seperti mengamati, bertanya, bercerita, menggambar dan lainnya. Upayakan menjalin komunikasi secara maksimal antara murid dengan murid, guru dengan murid, guru dengan guru dan guru dengan orangtua atau warga sekolah serta lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran.

15. Alokasi waktu dapat merujuk pada srtuktur kurikulum yang tertera pada perdirjen, Pertemuan dalam pembelajaran ditentukan dan disesuaikan oleh guru masing-masing tidak terpaku pada urutan yang tertera pada buku guru ini dan disesuaikan dengan kondisi siswa.

16. Pada akhir sub bab buku siswa dilengkapi dengan bahan-bahan latihan untuk pencapaian kompetesi meskipun demikian bahan-bahan latihan pengetahuan dan latihan ketrampilan yang tertera dalam buku guru ini adalah contoh, pada pelaksanaannya dapat diganti atau ditambah

xx

disesuaikan dengan pengembangan materi pembelajaran dan sumber-sumber lain yang diberikan kepada peserta didik.

17. Hasil unjuk kerja siswa yang berupa hasil karya dan bukti penilaian dapat berfungsi sebagai portofolio siswa.

18. Buatlah catatan refleksi setelah satu subtema selesai, sebagai bahan untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya. Misalnya faktor-faktor yang menyebabkan pembelajaran berlangsung dengan baik, kendala-kendala yang dihadapi, dan ide-ide kreatif untuk pengembangan lebih lanjut.

19. Kegiatan Bersama Orang Tua

Pada setiap sub bab pada Buku Siswa, terdapat kolom untuk orang tua Kolom ini berisi informasi tentang materi yang dipelajari dan aktivitas belajar yang dapat dilakukan siswa bersama orang tua di rumah. Orang tua diharapkan berdiskusi dan terlibat dalam aktivitas belajar siswa. Guru perlu membangun komunikasi dengan orang tua sehubungan dengan kegiatan pembelajaran yang akan melibatkan orang tua dan siswa di rumah.

xxi Tentang Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita adalah anak dalam kelompok dibawah norma dan/atau lebih lamban dari anak nrmal baik perkembangan sosial maupun kecerdasannnya menurut PP 72 tahun 1991 dalam astati: 7

Menurut AAMD Grossman (Kirkn & Gallaher. 1986:116 dalam astati:9) Mental retardedation refers to signaficanly subaverage general intelllectual functioning exiting concurrently with defi Cits in adaotive behavior and manifested during the developmental period.

Menurut Dudi Gunawan(2011) anak gangguan intelektual (tunagrahita) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental-intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.

Tunagarahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut nama yang mempunya intelektual di bawah rata-rata, istilah tunagrahita selalu menunjuk pada keterhambatan fungsi kecerdasakan secara umum berada di bawah usia kronologisnya secara meyakinkan sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus.

Tunagrahita mengacu pada fungsi otak umum yang nyata berada dibawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan.

Klasifikasi Anak Tunagrahita

Pengklasifikasian anak tunagrahita penting dilakukan untuk mempermudah dalam menyususn program dan melaksanakan pelayanan pendidikan, adapau klasifikasi anak tunagrahita menurut Astati: 15 dalam hallahan, 1082: 43 adalah: a. Mild mental retardation (tunagrahita ringan) Intelegensia 70-55

b. Moderate mental retardation (tunagrahita sedang) Intelegensia 55-40 c. Severe mental retardation (tunagrahita berat) Intelegensia 40-25

d. Provound mental retardation (tunagrahita sangat berat) Intelegensia 25 ke bawah

Klasifikasi yang dipergunakan di indonesia saat ini sesuai dengan Peraturan pemerintah No : 72 tahun 1991 sebagai berikut:

a. Tunagrahita ringan intelegansia 50-70 b. Tunagrahita sedang intelegensia 30-50

xxii

c. Tunagrahita berat dan sangat berat intelegensia kurang dari 50.

Mumpuniarti (2000:32) klasifikasi anak tunagrahita ringan adalah tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50-70, dalam penyesuaian sosial maupun bergaul mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat semi trampil.

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak tunagrahita ringan adalah mereka yang memiliki Tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50 -70, mampu dalam penyesuaian sosial maupun bergaul. Mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas dan

mampu melakukan pekerjaan sederhana secara terus menerus. Anak tunagrahita ringan pada umumnya kondisi tidak banyak berbeda dengan anak normal lainnnya, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD umum.

Karakteristik Anak Tunagrahita Mampu Didika. Berikut ini akan dikemukakan karakteristik anak tunagrahita mampu didik secara umum berdasarkan adaptasi dari James D. Page (Suhaeri, HN : 1979 dalam Astati : 16) sebagai berikut:

a. Akademik

Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih kapasitasnya mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belaar dengan membeo (retroloarning) daripada dengan pengertian.

Dari hari ke hari mereka membuat kesalahan yang sama, mereka cenderung menghindar dari perbuatan berfikir. Merek. a mengalami kesukaran memusatkan perhatian, dan lapang minatnya sedikit. Mereka juga cenderung cepat lupa, sukar membuat kreasi baru serta rentang perhatiannya pendek.

b. Sosial emosional

Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus, memelihara dan memimpin diri. Ketika masih muda mereka \hars dibantu terus agar tidak terperosok kedalam tingkah laku yang kurang baik.mereka cenderung bergaul dengan anak muda yang lebih muda darinya

Kehidupan penghayatannnya terbatas, mereka juga tidak mampu menyatakan rasa bangga dan rasa kagum. Mereka mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan, tidak berpandangan luas.meeka mudah disugesti dan dipenguri sehingga tidak jarang dari

xxiii

mereka mudah terperosok ke hal-hal yang tidak baik, seperti mencuri, merusak, dan pelanggaran seksual.

Namun, dibalik itu semua mereka menunjukan ketekunan dan rasa empati yang baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau perlakuan dari lingkungan yang kondusif. Tidak jarang mereka menunjukan ketekunan yang baik pada saat bekerja. Contohnya : pada minggu pertama pekerja tunagrahita bekerja bersama-sama dengan orang berbakat dalam membuat dos. Hasilnya penyandang tunagrahita tidak menghasilkan apapun, malahan bahan banyak yang dirusak: sebaliknya anak berbakat langsng menghasilkan dos yang bagus.

Minggu berikutnya penyandang tunagrahita dapat membuat dos dengan masih membutuhkan bantuan dari isntruktur, sedangkan yang berbakat langsung mendapatkan puluhan dos. Pada minggu ketiga penyandang tunagrahita dapat membuat 5 dos tanpa bantuan, sedangkan pekerja yang berbakat (gifted) mulai menurun semangat bekerja, yang pada akhirnya tidak mau melakukan pekerjaan itu lagi (adaptasi dari kirk dan gallagher, 1986:125).

c. Fisik atau kesehatan

Baik struktur maupun fungsi tubuh ada umumnya anak tunagrahita kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara lebih tua dari anak normal. Sikap dan gerakannnya kurang indah, bahkan diantaranya banyak yang mengalami cacat bicara. Pendengaran dan penglihatannnya banyak yang kurang sempurna, kelaianan ini bukan pada organ tetapi pada pusat pengolahan di otak sehingga mereka melihat, tetapi tidak memahami apa yang dilihatnya, mendengar, tetapi tidak memahami apa yang didengarnya.

Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

Menurut Mulyono Abdurrachman dan Sudjadi (1994 : 26-27) memberi batasan bahwa anak tunagrahita ringan karena perkembangan mentalnya termasuk subnormalitas akan mengalami kesulitan dalam mengikuti program reguler di sekolah dasar, namun dipandang masih memiliki otensi untuk menguasai mata pelajaran akademik di sekolaj, mampu melakukan penyesuaian sosial, dalam jangka panjang dapat berdiri sendiri dalam masyarakat dan mampu bekerja untuk menopang sebagian atau selru kehidupan orang dewasa.

xxiv

Tunagrahirta ringan memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial, pada katagori ringan memiliki IQ 50-55 sampai 70, berdasarkan tes Binet kemampuan IQ angka 68-52, sedangkan dengan tes WISC kemampuan IQ-nya 80-55, biasanya anak ini mengalami kesulitan dalam belajar dan lebih sering tinggal kelas dibandingkan naik kelas.(Aquila Smart 2010:49).

Bandi Delphie (2007:2) mengatakan bahwa anak tunagrahita ingan adalah anak denagan hendaya perkembangan kemampuan tunagrahita, memiliki problem belajar yang disebabkan adanya hambatan pekembangan intelegensi, mental, emosi, dan fisik.

Anak tunagrahita ringan disebut juga anak debil termasuk dalam kelompok yang memiliki kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun masih memiliki kemampuan untuk berkembang dalan bidang akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.

Karakteristik Anak tunagrahita ringan.

Ditinjau secara fisik, psikis dan sosial menurut mumuniarti (2000:41) anak tunagrahita ringan adalah : fisik normal nampak seperti anak normal hanya sedikit mengalamin keterlambatan dalam kemampuan sensomotorik; psikis sukar berfikir abstrak dan llogis, kurang memiliki kemampuan analisam assosuas lema, fantasi lemah, kurang mampu mengendalikan perasaan, mudah dipengaruhi, kepribadian kurang harmonis karena tidak mampu menilai baik dan buruk, sosial mampu bergaul menyesuaikan di lingkungan yang tidak terbatas ada keluarga saja namun ada yang mampu mandiri dalam masyarakat mampu melakukan pekerjaan yang sederhana dan melakukannya secara penuh sebagai orang dewasa.

Pendidikan bagi anak tunagrahita ditujukan untuk mengambangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat menyelesaikan diri dengan lingkungan dimana mereka berada.

xxv Tentang Anak Autis

Berdasarkan Individuals with Disabilities Education (IDEA) yang dikutip oleh Djadja Rahardja (2006) Autisme adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap komunikasi verbal dan non verbal serta interaksi sosial, umumnya terjadi pada usia sebelum tiga tahun, yang berpengaruh jelek terhadap kinerja pendidikan anak. Karakteristik yang lain sering menyertai autisme seperti sering melakukan kegiatan yang berulang-ulang dan gerakan stereotip, penolakan terhadap perubahan lingkungan atau perubahan lain dalam rutinitas sehari-hari. dan memberikan respon yang tidak semestinya terhadap pengalaman sensori.

Autis merupakan salah satu kelompok dari gangguan pada anak yang ditandai munculnya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, komunuikasi, ketertarikan pada interaksi sosial, dan perilakunya (Galih A Veskarisyanti, 2003:17). Dalam bahasa Yunani dikenal kata autis, “auto” berarti sendiri ditujukan kepada seseorang ketika dia menunjukkan gejala “hidup dalam dunianya sendiri atau mempunyai dunia sendiri”. Autisme memang merupakan kelainan perilaku yang penderintanya hanya tertarik pada aktivitas mentalnya sendiri. Secara umum autis ataupun autisme adalah gangguan perkembangan (neurolog) kompleks yamg sudah tampak pada usia sebelum tiga tahun, yang disebabkan oleh kerusakan pada otak sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan perilaku (Unifaturrahmah dalam Leo Martin, 2011: 20).

Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan sosial sehingga mengalami hambatan dalam komunikasi, interaksi sosial dan mempunyai perilaku repetitf (mengulang ulang) dan stereotype (meniru) dan gejala tersebut muncul sebelum anak berusia tiga tahun.

Karakteristik anak Autis

1. Menalami hambatan di dalam bahasa.

2. Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan isyarat sosial. 3. Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan.

4. Kurang memiliki perasaan dan empati

5. Sering berperilaku diluar kontrol dan meledak-ledak. 6. Ssecara menyeluruh mengalami masalah dalam erilaku. 7. Kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri.

xxvi

8. Keterbatasan dalam mengekspresikan diri.

9. Berperilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Kebutuhan pembelajaran bagi anak autis

1. Diperlukan adanya pengembangan strategi teknik di dalam

menghilangkanperilaku-perilaku negatifyang muncul dan menganggu kelangsungan proses belajar secara keseluruhan (stereotip).

2. Perlu mengembangkan ekspresi dirinya secara verbal dengan berbagai bantuan.

3. Guru perlu mengubah ingkungan berlajar yang nyaman dan menyenangkan bagi anak, sehinga tingkah laku anak dapat dikendaikan pada hal yang diharapkan.

1

PEMETAAN KD

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Sedangkan rumusan Kompetensi Sikap Sosial, yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli (toleran, gotong royong, kerja sama), dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya serta cinta tanah air”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini.

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)

KOMPETENSI INTI 4 (KETRAMPILAN)

Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) sesuai dengan bidang kajian dan lingkup kerja pada tingkat teknis, spesifik, detil berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari

Mampu melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat rutin, dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah ditetapkan, serta dibawah bimbingan, pengawasan, dan tanggung jawab atasannya.

Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan

2

keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat.

kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.

Dalam dokumen Buku Guru Kelas VIII Tunagrahita dan Autis (Halaman 14-56)

Dokumen terkait