• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Bidan Praktek Mandiri Tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional

Bidan Praktek Mandiri

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.3.1 Pengetahuan Bidan Praktek Mandiri Tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional

Hasil penelitian mengenai pengetahuan BPM tentang Program JKN menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan menyatakan sudah mengetahui program JKN secara umum.

“…Yang memang JKN tu Jaminan Kesehatan Nasional tu, artinya suruh gini kita

nanti, sama seluruh Nasional” (Informan 1).

“…manfaat tujuannya ya untuk agar masyarakat itu semua terakses pelayanan

kesehatan, dengan biaya yang terjangkau seperti itu (Informan 3)

Beberapa partisipan yang juga merupakan staff puskesmas dapat memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai JKN,terutama yang berkaitan dengan pelayanan kebidanan.

31

“Kalau BPJS Kesehatan itu dapat dia pemeriksaan kehamilannya 4 kali

ditanggung di Puskemas. Itu yang saya tahu, karena saya kan dipemeriksaan

KIA…. kalau ke KIA misalnya atau apa dikasih .. KB itu kan ditanggung dia,

kalau melahirkan sampai 42 hari sampai masa nifasnya ditanggung dia KB nya, baik itu suntik, pasang KB atau apapun dipakai..ditanggung oleh BPJS

Kesehatan… (Informan 6)

“….layanan kebidanan kan dari biasa, hamil, ee dari ANC itu, persalinan, nifas,

ee ya imunisasi kalo bayi kan, KB kan itu itu yang saya tahu. Mungkin kayak Jampersal dulu pelayanannya ya, tapi bajunya aja yang ganti, dulu Jampersal sekarang JKN( Informan 4).

Pengetahuan tentang program JKN sudah banyak diketahui oleh para BPM, terutama JKN dianggap sebagai pengganti dari jaminan kesehatan yang pernah ada sebelumnya, seperti Askes, Jamsostek, Jamkesmas , Jampersal dengan cara membayar premi sebelumnya. Informasi mengenai JKN diperoleh oleh BPM melalui sumber yang berbeda-beda. Informasi ada yang diberikan oleh BPJS Kesehatan kepada puskesmas, Dinas Kesehatan ,maupun dari IBI.

“…. kebetulan saya tugas di Puskesmas jadi ya pernah disosialisasikan ……,

hampir persis seperti Jampersal saya lihat sama, sudah pernah dikasi tau lewat

Puskesmas….kita dikasi tau pada minlok…”(Informan 2).

“ Iya, kita diundang dari dinas kesehatan kabupaten” …(Informan 1)

“Dari pemerintah ada dari dinas juga dari dinas kesehatan dari bpjs juga ada

kita dari bidan juga mengundang BPJS ….”(Informan 8)

Meskipun sudah banyak pihak yang memberikan informasi mengenai JKN melalui sosialisasi, namun BPM masih merasa bahwa informasi yang diperoleh belumlah cukup untuk membuat mereka memahami tentang JKN. Bahkan salah seorang partisipan menyatakan sama sekali belum pernah memperoleh sosialisasi mengenai JKN.

“Ya karna baru ya belum… banyak ada perubahan – perubahan itu. Sama seperti

Jampersal dulu kan selalu berubah”… (Informan 1).

“Mensosialisakikan tapi tidak se detail nya karena kami juga tidak begitu detail

32 beralih ke jkn dan teman2 harus menjadi jejaring da n cari dokter yang praktik

mandiri …”(Informan 12)

“…Nggak pernah sama sekali “– (Informan 3).

Selain kepada BPM sosialisasi JKN kepada masyarakat juga dirasa kurang oleh BPM sehingga membuat BPM kerepotan dalam menjelaskan prosedur JKN kepada masyarakat.

“…Kalau informasi sih rasanya kurang, karena kita kan untuk memberikan

pelayanan kalau untuk masyarakat dia yang kurang, sebenarnya bukan kita yg mejelaskan kepada pasien tentang tarif tentang alur begitu tapi ternyata kita yang

memberikan pelayanan memberikan penjelasan kepada pasiennya jadi terbalik” –

(Informan 8).

Pengetahuan masyarakat tentang JKN yang sangat minim terutama di daerah-daerah perlu diselesaikan secara bertahap. Dalam mengatasi masalah ini, kebijakan kesehatan pemerintah harus hati-hati, cermat dan teliti sehingga investasi yang dilakukan selama ini tidak sia-sia (Kebijakan Kesehatan Indonesia,2013). Ketidaktahuan masyarakat mengenai prosedur pelayanan dapat berimbas pada motivasi BPM untuk berpartisipasi menyukseskan JKN.

“….Dia ingin menggunakan BPJS, dia nggak bole langsung ke rumah sakit harus

dari tingkat 1 kedua dia tidak diberitahukan berapa budget yg ditanggung oleh bpjs untuk persalinan normal kedua alurnya dia tidak diberitahu kemana dia dulu, dia kira setelah menggunakan BPJS dia bole kemana saja (Informan 8).”

Menurut para pemegang kebijakan dari dinas kesehatan, sosialisasi tentang program JKN telah dilakukan, namun tidak spesifik membahas mengenai kebijakan kebidanan dan neonatal.

“Karena kami sebetulnya dari tahun 2014 di era JKN kita sudah

melaksanakan sosialisasi. Sosialisasi itu kami laksanakan bersama -sama dengan rumah sakit dan BPJS kesehatan. Jadi kita sosialisasi baik ke semua kecamatan maupun ke UPT Kesmas. Jadi kalau ke semua kecamatan itu sasaran kami adalah tokoh-tokoh masyarakat yaitu kepala desa, kepala dusun, kemudian dari unsur kecamatan dan juga kalau di Puskesmas itu yaitu petugas JKN sendiri, kemudian bersama-sama dengan kader-kader posyandu.. “(Informan 14).

“Nggak bu.. tapi kalau dari Dinas nggih kepada masyarakat secara umum. “..

33 Sementara itu, pihak BPJS Kesehatan menyatakan bahwa sosialisasi telah dilakukan kepada BPM melalui organisasi profesi yakni IBI dan bekerja sama dengan lembaga BKKBN.

,,, kalau untuk sosialisasi tentang bidan praktek mandiri kita sudah melakukan sosialisai biasanya kita mendapatkan apanamanya,, kita masuk lewat

asosiasinya,, jadi kita lewat asosiasi IBI…(Informan 16)

“Oo.. sudah, biasanya sosialisasi bareng BKKBN…. (Informan 15)

Selanjutnya pihak BPJS Kesehatan menyatakan bahwa sosialisasi kepada BPM dilakukan setiap tahun untuk memberikan informasi-informasi terbaru mengenai program JKN.

Hmm.. sering sekali ya, 3 kali dalam satu kabupaten” (Informan 15).

Kalau sosialisai biasanya kita setiap tahun ada umtuk lakukan updating regulasi terutama terkait mengenai masalah atauran aturan tentang prosedur pelayanan, terkait mengenai masalah tariff dan sistem pengklaiman, stiap tahun kami melakukan sosialisati tentang updating regulasi yang ada.. (Informan 16)

Negara Indonesia menuju UHC berdasarkan undang-undang kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 13 menyatakan bahwa: setiap orang berkewajiban ikut serta dalam program Jaminan kesehatan sosial. JKN di laksanakan berdasarkan Undang-Undang RI nomor 40 tahun 2004. Implementasi JKN dalam

SJSN tahun 2014 adalah untuk menurunkan AKB dan AKI karena MDG’s tahun

2015 harus segera dapat dicapai sehingga identifikasi perlindungan akses melalui jaminan pembiayaan persalinan dengan kepesertaan dalam JKN menjadi penting. (BPJS Kesehatan, 2014).

Dalam rangka penyamaan persepsi BPM dan pemegang kebijakan serta BPJS Kesehatan, penting untuk dilakukan sosialisasi terpadu kepada BPM. Mengingat Program JKN di tujukan untuk mencapai kesehatan untuk semua dan salah satunya juga untuk memberikan pelayanan kebidanan dan neonatal, dalam hal ini bidan membantu pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB.

34 Sosialisasi yang telah dilakukan kepada IBI seharusnya disampaikan kepada bidan-bidan yang lain agar BPM dapat mengetahui tentang program JKN khususnya untuk pelayanan kebidanan dan neonatal.

Bidan sebagai ujung tombak merupakan tenaga kesehatan yang paling terdepan melayani masyarakat terutama untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Mayona, dkk (2012) menyatakan bahwa responden memiliki persepsi buruk tentang paket Jampersal tetapi memiliki kemauan untuk menjadi provider program Jampersal. Hal ini disebabkan karena responden memiliki persepsi yang baik tentang prosedur dan tarif program Jampersal. Secara umum bidan sudah mengetahui tentang adanya program Jampersal, namun pengetahuan bidan tentang program ini masih rendah. Bidan belum mengetahui prosedur maupun paket-paket manfaat Jampersal secara rinci Tarif Jampersal juga menurut bidan cukup rendah karena di bawah tarif yang biasa mereka berlakukan pada umumnya. Selain itu, pandangan bidan tentang prosedur yang harus dilakukan, baik untuk perjanjian kerja sama maupun klaim juga menjadi hambatan bagi mereka untuk mau menjadi provider Jampersal. Menurut bidan, rumitnya prosedur yang harus dilakukan sering kali menjadi kendala dalam program-program yang diadakan pemerintah, termasuk program-program Jampersal. Untuk itu, perlu adanya usaha dari pemerintah untuk meningkatkan kerjasama dengan bidan untuk menjadi provider program Jampersal.

4.3.2 Persepsi Bidan Praktek Mandiri Tentang Program Jaminan