• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Bidan Praktek Mandiri Tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional

Bidan Praktek Mandiri

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.3.2 Persepsi Bidan Praktek Mandiri Tentang Program Jaminan Kesehatan Nasional

Pelaksanaan JKN masih banyak menimbulkan pertanyaan bagi BPM, karena mereka tidak dapat bekerjasama langsung dengan BPJS Kesehatandan. BPM harus menjadi jejaring dulu pada fasilitas kesehatan tingkat I (Puskesmas) , dokter praktek perseorangan,atau klinik swasta. Sosialisasi tentang JKN pada BPM tentang bagaimana mekanisme kerjasama, prosedur, sistem pembayaran klaim dan cakupan pelayanan kebidanan dan neonatal yang ditanggung JKN masih kurang, sehingga Ikatan Bidan Indonesia (IBI) berharap agar BPM dapat

35 bekerjasama langsung dengan BPJS Kesehatan seperti saat program Jampersal dan JKBM diberlakukan. Jika BPM tidak bisa dilibatkan secara lansung sebagai provider JKN maka dapat menghambat upaya pemerintah menekan AKI dan upaya menggalakkan Program Keluarga Berencana (IBI, 2014).

Partisipan BPM menyatakan bahwa program JKN adalah program yang bagus dan patut untuk didukung, namun banyak yang harus diperbaiki.

“Kalau manfaat kan dah bagus. Kalau programnya bagus cuma pembiayaannya

program lebih awal bisa ikut asuransi kan bagus tidak terbebani biaya

persalinan…”(Informan 8)

“Bagus sebetulnya kalau dilihat dari ini biar masuk lah untuk menurunkan angka

kematian ibu dan bayi biar tetap kita para bidan apapun itu yang menjadi tujuan untuk menurunkan angka kematian itu kita tetap berkomitmen mendukung tetapi

di satu sisi mungkin perlu pembiayaan2 itu mungkin lebih

ditingkatkan…”(Informan 12)

Tingkat penggantian jasa pelayanan yang rendah,untuk kebidanan dan neonatal dalam program JKN adalah permasalahan utama yang disampaikan oleh BPM partisipan.

... terus terang aja kalau dengan harga kan terlalu.. nggak..nggak sesuai dengan kita punya yaaa...! (Informan 5)

“…ya mungkin tarifnya lebih dinaikkan ya, karena kita kan khususnya untuk persalinan disini kita memantaunya bukan satu dua jam aja, kita sampe dari bukaan awal sampe lengkap itu perlu proses kan, perlu tenaga, perlu biaya juga banyak, kalo dari klaimnya cuma segitu aja kan ka yaknya kita capek tapi biayanya tidak inilah, tidak sesuai (Informan4).

BPM partisipan menyatakan klaim yang diberikan tidak sebanding dengan upaya yang mereka lakukan. BPM memiliki komitmen tinggi untuk ikut membantu menyukseskan program pemerintah dalam menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi di Indonesia.

“Bagus sebetulnya kalau dilihat dari ini biar masuk lah untuk menurunkan angka

kematian ibu dan bayi biar tetap kita para bidan apapun itu yang menjadi tujuan untuk menurunkan angka kematian itu kita tetap berkomitmen mendukung tetapi

di satu sisi mungkin perlu pembiayaan2 itu mungkin lebih ditingkatkan”

36 Pendapat BPM tersebut sejalan dengan hasil penelitian Indrayathi (2013) tentang Perans serta Bidan Praktek Swasta di Kota Denpasar dalam Program Jampersal. Bidan menyatakan keikutsertaan mereka dalam program Jampersal adalah karena ingin ikut serta menyukseskan program pemerintah dan membantu masyarakat,hanya saja imbalan jasa yang diberikan sangat rendah jika dibandingkan dengan tariff umum yang diberlakukan oleh Bidan akhirnya banyak yang menyurutkan keinginan mereka berpartisipasi dalam program Jampersal. Dinas Kesehatan juga berharap agar BPM diberikan imbalan yang layak agar motivasi mereka dalam menyukseskan program JKN meningkat.

“Iya itu juga kita harapkan, ini maksudnya tarifnya .. tarif untuk pertolongan

persalinan, berapa sekarang tarifnya... kan Cuma 600.000, yaa minimal 800.000 lah..

(Informan 14).

Partisipan menyatakan bahwa motivasi mereka mengikuti program JKN merupakan dorongan dari hati nurani sebagai seorang bidan ingin membantu masyarakat terutama masyarakat tidak mampu yang tidak memiliki KTP Bali sehingga tidak berhak untuk memperoleh layanan JKBM.

“Yang ingin dicapai sih biar semua sehat, tidak ada yang sakit. Kalau kita di

bidan ya biar nggak ada kematian ibu, kematian bayi... (Informan 6)

“Yaa.. itu dah salah satunya, kalau JKN itu kan belum tentu orang punya-punya

saja.. banyak juga JKN dari kalangan yang tidak mampu.. disini kan kita dikelilingi juga sama masyarakat tidak mampu…. Sudah saya rasa dia nggak

mampu, tapi di harus bayar. Padahal yang lain lebih mampu dia masih bisa pakai

JKBM.. …Kalau bisa biar dapat juga kemudahan..gitu! (Informan 5)

Berdasarkan hasil penelitian Rahmah (2013), diketahui bahwa motivasi BPM dalam penandatangan perjanjian kerjasama Jampersal, adalah adanya faktor kebutuhan aktualisasi diri sebagai bentuk pengabdian BPM kepada masyarakat dan kepatuhan terhadap aturan pemerintah, sementara kecenderungan BPM tidak mengikuti Jampersal karena biaya pengganti yang terlalu sedikit dan perasaan tidak nyaman harus mematuhi aturan Jampersal.

Menurut IBI , sejak ada program JKN dari bidan sendiri secara tidak langsung banyak yang mengajukan Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB) karena salah satu syarat untuk dapat bekerjasama dengan JKN adalah mempunyai SIPB.

37

….. banyaklah temen-temen yang memperbaharui ijin.Kalau memperbaharui

tiang harus turun kelapangan memenuhi syarat ndak dia sesuai dengan standar,

kalau belum, tiang belum diijinkan. Tidak „oo teke STR gaenang gaenang‟,

ndak. Karena harus sesuai dengan standar baru dia bisa kerjasama gitu….

(Informan7).

Hal ini dikarenakan pihak IBI banyak mendapat permintaan rekomendasi jejaring BPM oleh dokter keluarga yang akan membuat kerjasama dengan BPJS Kesehatan.

“Banyak dokter nika, .., nika di Kesiman. Tiang sudah kasik, tiang begini nggih

karena tiang juga ikut di dalam BPJS nggih, kalau dokter nika menghubungi

tiang ….saya ketua IBI‟, gitu, „ibu minta nomer HP, ibu minta nomer HP‟, karena

dia inginnya nike mencari ee jejaring untuk bidan bidan. Jadi tiang dihubungi,

tiang juga sering bantu, „O dokter dije praktek?‟,dimana,„di teuku umar‟, tiang

carikan siapa, tiang carikan siapa dan tiang hubungi temen nika…(Informan 7)

Bidan Praktek Mandiri adalah suatu institusi pelayanan kesehatan secara mandiri yang memberikan asuhan pelayanan dalam lingkup kebidanan. Praktek bidan mandiri merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kebidanan yang diberikan kepada pasien baik individu, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kewenangan dan kompetensi yang dimilikinya. Bidan yang menjalankan praktek mandiri harus memiliki Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB) untuk menjalankan prakteknya pada sarana kesehatan yang dimilikinya. Praktek pelayanan bidan mandiri merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

Masyarakat sebagai pengguna jasa layanan bidan dapat memperoleh akses pelayanan yang bermutu, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan standar seperti yang diatur dalam peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 (Kemenkes, 2010). Motivasi BPM lainnya untuk mengikuti program JKN adalah sebagai media promosi kepada masyarakat supaya tetap mendapatkan kunjungan pasiennya, sehingga pendapatan bidan tidak berkurang.

38

“itu dah seperti tadi tiang sampaikan itu mbak, tahun 2019 semua akan punya

BPJS, amun rage ten ikut ya jelas pasien kita pasti akan menurun “(Informan 7).

Hasil penelitian terkait motivasi keterlibatan BPM pada program Jampersal di Kota Banjarmasin menunjukkan bahwa Pelaksanaan program Jampersal di Kota Banjarmasin belum berjalan optimal. Pertolongan persalinan oleh non nakes (dukun) meningkat dari 56 pada tahun 2010 menjadi 122 pada tahun 2011. Sosialisasi program Jampersal telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin kepada seluruh bidan. Kepala Dinas Kesehatan telah mengeluarkan instruksi kepada seluruh BPS untuk menjalin kerjasama Jampersal, namun demikian dari 346 BPS yang ada hanya 45 BPS (13%) yang bersedia melakukan perjanjian kerjasama program Jampersal. Rendahnya motivasi BPS untuk melakukan perjanjian kerjasama program Jampersal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik (Noorhidayah,2012).

Hasil wawancara mendalam kepada partisipan diketahui bahwa pemerintah selalu mendorong BPM untuk ikut menyukseskan program JKN, serta sebagai media promosi untuk mengajak pasien terutama ibu dan anak untuk berkunjung ke BPM.

“Nah itu lah .. kita dorong sih mereka sebenarnya. Kan niki tidak beda dengan

Jampersal. Hanya mereka berubah nama dan sistem mereka harus ada MOU...

Itu aja sih sebenarnya untuk bisa ikut.” (Informan 13)

kalau kita sih memberikan saja sosialisasi untuk mengikuti atau mendukung program JKN (Informan 14).

Pihak BPJS Kesehatan sangat mengharapkan dinas kesehatan untuk melaksanakan pembinaan secara kontinyu agar makin banyak bidan yang mau menjalin kerjasama dalam JKN

... dan lagi perlunya pembinaan dari Dinas Kesehatan sebenarnya. Mereka itu kan... bidan-bidan perlu pembinaan dari Dinas Kesehatan. (Informan 15)

39 Lebih lanjut pemegang kebijakan juga menyatakan bahwa tidak bisa memaksakan bidan untuk ikut program JKN. Hal ini karena jumlah klaim yang ditetapkan tidak sesuai dengan kondisi di Bali.

“Kita hanya sosialisasi, nggak mengharuskan. Nggih.. jadi mereka mau ini, ya

silahkan... .. tarif untuk pertolongan persalinan, berapa sekarang tarifnya... kan

cuma 600.000, yaa minimal 800.000 lah.. “(Informan 14)

Dari hasil wawancara dengan partisipan, diketahui bahwa sebenarnya motivasi bidan untuk berpartispasi dalam JKN sangat tinggi. Hal ini disampaikan oleh organisasi profesi yang menaungi para BPM

“sebetulnya, temen – temen nike sangat mendukung program niki sebetulnya,

cuman karena masalah pembayaran itu, banyak yang masih setengah

setengah.”(Informan 7)

Hal senada disampaikan pula oleh pihak penyelenggara JKN, antusiasme BPM yang tinggi untuk menjadi provider JKN dengan banyaknya bidan yang bertanya kepada penyelenggara mengenai prosedur untuk menjadi provider

“bidan jejaringnya yang langsung menghubungi kami, bagaimana caranya

mereka melakukan kerjasama dengan kita” (Informan 16).

Bidan berharap agar adanya perbaikan dalam sistem pembayaran kepada BPM sehingga akan lebih memotivasi bidan untuk menyukseskan program pemerintah

“ keuangannya nae lebih gini lebih ditingkatkan pembayarannya sama seperti

kemarin tiang bermasalah ini ya, jasa persalinan gitu nggih, kalau didalam

pelayanan kepada ibu kana da ibu, bayi, kespro dan KB kan gitu nggih”

(Informan 7)

BPJS Kesehatan selaku penyelenggara , menanggapi keluhan-keluhan tersebut dengan menyarankan agar keluhan disampaikan kepada organisasi profesi sehingga dapat disampikan ke pusat untuk perbaikan.

“….keluhan – keluhan itu sebenernya bisa saja disampaikan para pelaku

kesehatan kepada organisasi atau kolegium nya sehingga itu yang disampaikan ke pusat. Karna kalau misalkan per individu menyampaikan ke pusat kan saya rasa juga tidak mungkin, jadi perwakilan –perwakilan”(Informan 16)

40 Hasil penelitian Dewi (2013) di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang searah dan signifikan antara faktor harapan dengan pekerja bidan. Jika harapannya terpenuhi maka akan menghasilkan kepuasan. Harapan bidan dalam bekerja berhubungan kinerja provider dalam pelayanan antenatal berlaku pada lokasi tertentu dan situasi tertentu saja sesuai dengan kondisi daerah, jika ingin meningkatkan kinerja maka faktor harapan dalam bekerja yaitu memiliki uraian tugas yang jelas, prosedur kerja yang tetap serta standar pelayanan antenatal harus tersedia agar dalam menjalankan pekerjaan bidan tidak ragu-ragu dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan terhadap pelaksanaan pelayanan sesuai dengan tanggung jawab yang akan memberikan dukungan bagi bidan untuk berinisiatif dan berinovasi dalam memberikan pelayanan sehingga dapat meningkatkan kinerja.

4.3.3 Hambatan dan Tantangan Bidan Praktek Mandiri Untuk