• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.2 Pengetahuan Responden

Dari hasil pengumpulan sampai dengan analisis data di dapat distribusi frekuensi uraian jawaban pengetahuan responden tentang pendidikan kesehatan reproduksi/seks terhadap upaya pencegahan tindak kekerasan seksual pada anak sebagai berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Uraian Jawaban Pengetahuan Responden Dalam Hal Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak Sekolah Dasar Harapan 1 dan 2 Medan Tahum 2016

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. D3 1 1,9

2. S1 52 96,2

3. S2 1 1,9

Jumlah 54 100,0

No. Uraian Jawaban Pengetahuan Ya % Tidak % Jumlah %

1. Pernah mendengar tentang pendidikan kesehatan reproduksi/pendidikan seks 50 92,6 4 7,4 54 100 2. Pernah menerima informasi/sosialisasi terkait pendidikan kesehatan

reproduksi/pendidikan seks khusus bagi siswa

No. Uraian Jawaban Pengetahuan Nilai 1 % 2 % 3 % Jml % 3. Pengertian dari kesehatan reproduksi 44 81,5 8 14,8 2 3,7 54 100 4. Pengertian pendidikan kesehatan reproduksi/pendidikan seks 49 90,7 2 3,7 3 5,6 54 100 5.

Kapan sebaiknya anak diberi pendidikan kesehatan reproduksi

17 31,5 5 9,3 32 59,3 54 100

6.

Darimana anak sebaiknya menerima pendidikan kesehatan reproduksi yang baik dan aman

53 98,1 1 1,9 0 0 54 100

7.

Tujuan pendidikan kesehatan reproduksi khusus pada anak sekolah dasar

27 50,0 19 35,2 8 14,8 54 100

8. Pengertian kekerasan

seksual 32 59,8 12 22,2 10 18,5 54 100

9.

Siapa yang dapat menjadi pelaku kekerasan seksual pada anak

40 74,1 13 24,1 1 1,9 54 100

10.

Manfaat pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak

19 35,2 23 42,6 12 22,2 54 100

11.

Yang termasuk dalam kejahatan seksual pada anak 36 66,7 11 20,4 7 13,0 54 100 12. Pengertian hubungan seksual 34 63,0 14 25,9 6 11,1 54 100 13. Pengertian pencabulan 17 31,5 31 57,4 6 11,1 54 100 14. Pengertian pemerkosaan 16 29,6 4 7,4 34 63,0 54 100 15. Pengertian sadisme 48 88,9 4 7,4 2 3,7 54 100 16. Pengertian ekshibisionisme 28 51,9 17 31,5 9 16,7 54 100 17. Pengetian incest 27 50,0 11 20,4 16 29,6 54 100 18. Pengertian pedofilia 30 55,6 16 29,6 8 14,8 54 100 19. Pengertian prostitusi anak 33 61,1 11 20,4 10 18,5 54 100

20. Pengertian pornografi

anak 29 53,7 15 27,8 10 18,5 54 100

21. Dampak kekerasan

seksual pada anak 41 75,9 10 18,5 3 5,6 54 100

22.

Peran guru dalam upaya pencegaan kekerasan seksual pada anak

21 38,9 26 48,1 5 9,3 54 100

23. Yang diajarkan agar anak

waspada terhadap pelaku 23 42,6 26 48,1 5 9,3 54 100

24.

Yang diajarkan saat anak mengalami tindak kekerasan seksual

Dalam uraian jawaban pada Tabel 4.6 dapat dilihat pada pertanyaan yang menunjukkan responden yang pernah memperoleh informasi/sosialisasi terkait dengan pendidikan kesehatan reproduksi sebanyak 22 orang (40,7 %). Kemudian tidak pernah mendapat informasi/sosialisasi sebanyak 32 orang (59,3 %).

Pertanyaan nomor 5, kapan sebaiknya anak diberikan pendidikan kesehatan reproduksi yang menjawab baik dengan nilai 3 yaitu saat usia dini sebanyak sebanyak 17 orang (31,54 %). Jawaban dengan nilai 2 yaitu saat remaja sebanyak 5 orang (9,3 %). Kemudian jawaban dengan nilai 1 yaitu ketika anak telah menstruasi atau mengalami mimpi basah sebanyak 32 orang (59,3 %).

Selanjutnya pada pertanyaan nomor 6, darimana sebaiknya anak menerima pendidikan kesehatan reproduksi yang baik dan aman yang menjawab dengan nilai 3 yaitu sebanyak 53 orang (98,1 %) dari orangtua dan guru. Jawaban dengan nilai 2 yaitu media elektronik dan cetak seperti internet temannya sebanyak 1 orang (1,9 %). Kemudian yang menjawab dengan nilai 1 yaitu dari teman tidak ada (0 %).

No. Uraian Jawaban Pengetahuan Ya % Tidak % Jumlah %

25. Pernah mendengar tentang

kekerasan seksual pada anak 53 98,1 1 1,9 54 100

26.

Kebijakan khusus yang diterapkan pemerintah terkait pendidikan kesehatan reproduksi pada anak dalam upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak

23 42,6 31 57,4 54 100

27.

Kebijakan khusus yang diterapkan sekolah terkait pendidikan kesehatan reproduksi pada anak dalam upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak

Pada pertanyaan yang menerangkan tujuan pendidikan kesehatan reproduksi khusus pada anak sekolah dasar yang menjawab baik dengan nilai 3 yaitu memahami perbedaan jenis kelamin, membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya sebanyak 27 orang (50 %). Kemudian yang menjawab dengan nilai 2 dengan jawaban menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuhnya sebanyak 19 orang (35,2 %). Selanjutnya nilai 1 dengan memilih memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan seperti seks bebas sebanyak 8 orang (14,8 %).

Pertanyaan nomor 9, mengenai siapa saja yang dapat menjadi pelaku kekerasan seksual pada anak yang menjawab baik dengan nilai 3 yaitu siapa saja sebanyak 40 orang (74,1 %). Nilai 2 dengan jawaban orang dekat seperti keluarga, tetangga, guru, teman-teman dari orang tua 13 orang (24,1 %). Selanjutnya nilai 1 dengan memilih orang asing sebanyak 1 orang (1,9 %).

Pada pertanyaan selanjutnya menjelaskan manfaat pendidikan kesehatan reproduksi khusus pada anak yaitu mengerti dan memahami dengan peran jenis kelaminnya, menerima setiap perubahan fisik yang dialami dengan wajar dan apa adanya, menghapus rasa ingin tahu yang tidak sehat, memperkuat rasa percaya diri dan bertanggung jawab pada dirinya, dan mengerti dan memahami betapa besarnya kuasa Sang Pencipta, yang menjawab dengan nilai 3 sebanyak 19 orang (35,2 %). Nilai 2 sebanyak 23 orang (42,6 %). Kemudian dengan nilai 1 sebanyak 12 orang (22,2 %).

Selanjutnya pengetahuan responden tentang dampak kekerasan seksual pada anak yaitu mimpi buruk, fobia, dan kecemasan; pendiam, menangis, menyendiri, gangguan/kerusakan organ; robekan selaput dara; trauma secara seksual; terkena penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) dan merasa bersalah, malu, serta memiliki gambaran diri yang buruk, dengan nilai 3 sebanyak 41 orang (75,9 %). Nilai 2 sebanyak 10 orang (18,5 %). Kemudian nilai 1 sebanyak 3 orang (5,6 %).

Pada peran guru dalam upaya mencegah kekerasan seksual dengan mengajarkan agar anak memiliki kemampuan mengenali ciri-ciri orang yang berpotensi melakukan kekerasan seksual; kemampuan anak bertahan dari tindakan kekerasan seksual, misalnya berteriak minta tolong, memberitahu orang lain dan kemampuan anak melaporkan perilaku kurang menyenangkan secara seksual yang diterimanya, jawaban dengan nilai 3 sebanyak 21 orang (38,9 %). Nilai 2 sebanyak 26 orang (48,1 %). Selanjutnya 5 orang (9,3 %) dengan nilai 1.

Mengenai pengetahuan responden tentang adanya kebijakan khusus yang diterapkan pemerintah terkait pendidikan kesehatan reproduksi pada anak dalam upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak, 23 orang (42,6 %) menjawab ada. Sedangkan yang menjawab tidak ada sebanyak 31 orang (57,4%).

Mengenai pengetahuan responden tentang adanya kebijakan khusus yang diterapkan sekolah terkait pendidikan kesehatan reproduksi pada anak dalam upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak, 29 orang (53,7 %) menjawab ada. Sedangkan yang menjawab tidak ada sebanyak 25 orang (46,3%).

Dari hasil di atas, tingkat pengetahuan guru dalam hal kesehatan reproduksi/ seks di Sekolah Dasar Harapan 1 dan 2 tahun 2016 dapat dikatagorikan sebagai berikut:

Tabel 4.7 Katagori Tingkat Pengetahuan Responden Dalam Hal Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak Sekolah Dasar Harapan 1 dan 2 Medan

Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat katagori tingkat pengetahuan responden dalam hal pendidikan kesehatan reproduksi terhadap upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak berada pada tingkat baik dengan total nilai 75-100 % sebanyak 48 responden (88,9 %) dan tingkat sedang dengan total nilai 65-74 % sebanyak 6 responden (11,1 %) serta dengan total nilai kurang dari 65 % tidak ada (0 %) pada katagori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden berpengetahuan baik dalam hal pendidikan kesehatan reproduksi maupun pencegahan kekerasan seksual pada anak.

Dokumen terkait