• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Sub PPKBD (Kader) tentang Penggunaan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 30 pertanyaan yang disiapkan untuk mengukur pengetahuan Sub PPKBD (kader) tentang penggunaan alat kontrasepsi sebelum KIE dengan metode ceramah booklet dilakukan, ada sebanyak 13 pertanyaan yang menjawab benar di atas 50%, sedangkan sebanyak 17 pertanyaan lainnya yang mendapat nilai rendah (<50%). Berdasarkan kategori pengetahuan sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang penggunaan alat kontrasepsi sebanyak 21 orang (84,0%), berpengetahuan cukup sebanyak 3 orang (12,0%), dan berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (4,0%).

Pengukuran terhadap pengetahuan Sub PPKBD (kader) tentang penggunaan alat kontrasepsi setelah dilakukan KIE dengan metode ceramah booklet maka hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 4.8 bahwa ada 28 pertanyaan yang menjawab benar (≥50%), sedangkan 2 pertanyaan lainnya yang mendapat nilai rendah (<50%). Berdasarkan kategori pengetahuan sebagian besar responden berpengetahuan baik tentang penggunaan alat kontrasepsi sebanyak 12 orang (48,0%), berpengetahuan cukup sebanyak 7 orang (28,0%). Berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang (24,0%).

Pengetahuan Sub PPKBD (kader) tentang penggunaan alat kontrasepsi sebelum diberikan KIE dengan metode ceramah booklet tergolong cukup yaitu 49,5%, dan setelah diberi KIE dengan metode ceramah booklet pengetahuan sub PPKBD (kader) dalam kategori

baik yaitu 73,3%, sehingga terjadi efektivitas peningkatan pengetahuan sub PPKBD (kader) dengan menggunakan metode ceramah booklet sebesar 23,8%.

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 30 pertanyaan yang disiapkan untuk mengukur pengetahuan Sub PPKBD (Kader) tentang penggunaan alat kontrasepsi sebelum KIE dengan metode ceramah powerpoint dilakukan, ada sebanyak 13 pertanyaan yang dijawab benar di atas 50%, sedangkan sebanyak 17 pertanyaan lainnya yang mendapat nilai rendah (<50%). Berdasarkan kategori pengetahuan, sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang penggunaan alat kontrasepsi sebanyak 22 orang (88,0%), berpengetahuan cukup sebanyak 3 orang (12,0%).

Pengukuran terhadap pengetahuan Sub PPKBD (kader) tentang penggunaan alat kontrasepsi setelah dilakukan KIE dengan metode ceramah powerpoint maka hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 4.10 bahwa ada 28 pertanyaan yang dijawab benar di atas 50%, sedangkan 2 pertanyaan lainnya yang mendapat nilai rendah (<50%). Berdasarkan kategori pengetahuan, sebagian besar responden berpengetahuan baik dan cukup tentang penggunaan alat kontrasepsi masing-masing sebanyak 11 orang (44,0%), berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang (12,0%).

Pengetahuan Sub PPKBD (kader) tentang penggunaan alat kontrasepsi sebelum diberikan KIE dengan metode ceramah powerpoint tergolong cukup yaitu 52,3%, dan setelah diberi KIE dengan metode ceramah powerpoint pengetahuan sub PPKBD (kader) dalam kategori baik yaitu 71,3%, sehingga terjadi efektivitas peningkatan pengetahuan sub PPKBD (kader) dengan menggunakan metode ceramah powerpoint sebesar 19,0%.

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 30 pertanyaan yang disiapkan untuk mengukur pengetahuan Sub PPKBD (Kader) tentang penggunaan alat kontrasepsi pada pretest kelompok kontrol, ada sebanyak 12 pertanyaan yang jawaban tepat/sesuai di atas 50%, sedangkan sebanyak 18 pertanyaan lainnya yang mendapat nilai rendah (<50%). Berdasarkan kategori pengetahuan, sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang penggunaan alat kontrasepsi sebanyak 23 orang (92,0%), berpengetahuan cukup sebanyak 2 orang (8,0%).

Pengukuran terhadap pengetahuan Sub PPKBD (Kader) tentang penggunaan alat kontrasepsi pada posttest kelompok kontrol, ada sebanyak 18 pertanyaan yang dijawab

benar di atas 50%, sedangkan sebanyak 12 pertanyaan lainnya yang mendapat nilai rendah (<50%). Berdasarkan kategori pengetahuan, sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang penggunaan alat kontrasepsi sebanyak 22 orang (88,0%), berpengetahuan cukup sebanyak 3 orang (12,0%).

Pengetahuan Sub PPKBD (kader) tentang penggunaan alat kontrasepsi pada pretest tergolong cukup yaitu 48,8%, dan pada posttest pengetahuan sub PPKBD (kader) dalam kategori baik yaitu 52,2%, sehingga terjadi peningkatan pengetahuan sub PPKBD (kader) pada kelompok kontrol sebesar 3,4%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian KIE melalui metode ceramah booklet dan ceramah powerpoint memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan pada kelompok yang tidak diberikan intervensi (kelompok kontrol). Metode ceramah

booklet memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan metode ceramah powerpoint. Pada metode ceramah booklet peningkatan pengetahuan sub PPKBD (kader) setelah diberi perlakuan sebesar 23,8% sedangkan pada metode ceramah powerpoint peningkatan pengetahuan sub PPKBD (kader) setelah diberi perlakuan sebesar 19,0%.

Peningkatan pengetahuan melalui penyuluhan penting untuk menunjang program-program kesehatan. Akan tetapi pada kenyataannya, dalam program- program pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan (penyuluhan). Pendidikan kesehatan akan mampu menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan dalam jangka pendek (immediate impact). Dan dengan adanya peningkatan pengetahuan tersebut maka akan berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan di lapangan (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Iqbal (2007), metode ceramah merupakan metode pertemuan yang sederhana dan paling sering digunakan untuk menggugah kesadaran dan minat sasaran penyuluhan. Dengan metode ini penyuluh lebih banyak memegang peran untuk menjelaskan dan menyampaikan materi penyuluhan. Metode ceramah dapat juga dibarengi dengan pemberian materi berupa leaflet, poster, brosur, booklet, ataupun ceramah menggunakan media powerpoint kepada sasaran penyuluhan sehingga akan lebih mempermudah sasaran penyuluhan dalam memahami materi yang disampaikan oleh penyuluh.

Media booklet termasuk dalam media cetak yang umum digunakan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Booklet adalah suatu media yang

menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar-gambar. Dalam penelitian ini, booklet yang digunakan dalam bentuk buku dengan judul Pemahaman tugas sub PPKBD dan keluarga berencana sebanyak 12 halaman berisi tentang pemahaman tugas-tugas sub PPKBD seperti pengetahuan yang menyangkut reproduksi keluarga sejahtera, pengetahuan yang menyangkut ketahanan keluarga sejahtera, pengetahuan yang menyangkut pemberdayaan ekonomi keluarga sejahtera. Sedangkan keluarga berencana berisi tentang metode kontrasepsi yaitu pil KB, suntik KB, AKBD (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit), AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), tubektomi atau metode operasi wanita (MOW).

Hal ini juga sesuai dengan pendapat Mulyana (2005), bahwa tingkat keberhasilan penyampaian makna dari suatu pesan sangat dipengaruhi oleh metode yang tepat dalam penyampaian pesan tersebut. Sedangkan menurut Setiana (2005), faktor metode adalah salah satu faktor terpenting dalam penyampaian pesan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara optimal.

Dalam penelitian ini, masih banyaknya ibu-ibu kader (sub PPKBD) yang berpengetahuan kurang sebelum diberikan perlakuan tentang pemahaman tugas-tugas sub PPKBD dan keluarga berencana karena sebagian ibu-ibu tersebut masih baru menjadi kader (sub PPKBD) dan pada saat penunjukannya hanya diberi informasi lisan dan singkat tentang tugas pokoknya sehingga mereka tidak mengetahui detil tugas dan tanggungjawabnya sebagai sub PPKBD (kader).

Booklet adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk menyampaikan pesan yang bersifat promosi, anjuran, larangan-larangan kepada khalayak massa, dan

berbentuk cetakan (buku). Sehingga akhir dari tujuannya tersebut adalah agar masyarakat sebagai obyek memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam media booklet tersebut (Lewis, 2009).

Metode penyuluhan ceramah dengan menggunakan media powerpint merupakan suatu rangkaian kegiatan penyuluhan yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan audiens untuk lebih mudah memahami materi yang disampaikan melalui penyuluhan tersebut. Pada penyuluhan dengan metode ceramah menggunakan media booklet ini tidak hanya menyerahkan booklet kepada audiens dan penyuluh hanya sekedar ceramah tetapi terjadi lebih dari itu yaitu terjadi komunikasi antara penyuluh dan audiens serta antar audiens itu sendiri. Saat menyampaikan materi dengan metode, penyuluh memberikan intermesso atau cerita- cerita ringan yang lucu dan menarik sehingga membuat audiens tidak mengantuk serta memiliki minat yang tinggi untuk memperhatikan apa yang disampaikan oleh penyuluh.

Kelebihan media booklet dibandingkan dengan media powerpoint ini bahwa ibu-ibu dapat membaca booklet tersebut ketika penyuluh atau pemateri sedang memberikan ceramah sekitar 60 menit (1 jam) sehingga ketika diuji kembali pada kegiatan posttest maka para kader tersebut sudah mendapatkan pemahaman yang lebih baik lagi tentang tugas-tugas sub PPKBD dan pengetahuan tentang keluarga berencana. Sedikit berbeda pada metode ceramah powerpoint, maka para kader tersebut harus fokus memperhatikan apa yang sedang disajikan oleh penyuluh/ pemateri saat ceramah selama 60 menit (1 jam). Terkadang saat pemateri

menjelaskan, para kader terlihat bosan, ada yang mengantuk, kurang berminat atau kurang antusias mengikuti penyuluhan, sehingga apa yang disampaikan kurang dapat ditangkap dengan baik oleh para kader. Selain itu, adanya perbedaan pengetahuan para kader setelah diberi penyuluhan hal ini disebabkan oleh perbedaan pendidikan mereka, karena masih ada kader yang berpendidikan SMP, walaupun sebagian besar kader berpendidikan SMA, tetapi sebelum menjadi kader mereka juga sebagian kurang mengerti dan memahami dengan baik tentang keluarga berencana dan tugas menjadi seorang kader (sub PPKBD).

5.2. Hasil Uji Beda Proporsi Pengetahuan Sub PPKBD (Kader) tentang

Dokumen terkait