• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Pendidikan Multikultural

1. Penggolongan Politik Masyarakat Muslim Solo

BAB III

MASYARAKAT MUSLIM SOLO, MASJID AL-BUKHARI IAIN SUKARTA DAN MASJID NURUL HUDA UNS

A. Masyarakat Muslim Solo

1. Penggolongan Politik Masyarakat Muslim Solo

Kota Solo nama resminya adalah Surakarta, hanya saja sebutan “Solo” lebih dikenal dari pada “Surakarta”. Solo terkenal dengan ikon batiknya dan “budaya Jawa”nya yang sangat kuat. Kota ini terdiri atas 5 (lima) kecamatan, yaitu kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari yang merupakan kecamatan terluas.

Kota Solo merupakan kota yang multietnis dan multiagama, karena masyarakatnya terdiri dari suku Jawa sebagai penduduk terbesar, etnis Cina, etnis Arab, dan suku-suku lain, seperti suku Madura dan Banjar. Hasil sensus 2012 jumlah penduduk Surakarta berjumlah 545.653 jiwa. Dari jumlah tersebut pemeluk Islam sebanyak 77,78 persen, Kristen Protestan sebanyak 14.37 persen, Kristen Katolik sebanyak 7.50 persen, Budha, Hindu, Konghucu dan aliran kepercayaan sebanyak 0.36 persen.

Dari seluruh penduduk yang beragama Islam di Solo, Kecamatan Banjasari merupakan wilayah dengan pemeluk Islam terbesar, dari segi kuantitas yaitu 132.664, sedangkan Kecamatan yang penduduk Muslimnya paling sedikit adalah kecamatan Serengan, jumlahnya hanya 39.861 jiwa; namun jika dilihat dari segi prosentase, daerah Laweyan merupakan kecamatan yang paling banyak Muslimnya, yaitu 84,80% dari jumlah pendudukanya, dan peringkat paling rendah adalah kecamatan Jebres,

jumlah Muslimnya hanya sekitar 69,65%. Jumlah masyarakat Muslim secara keseluruhan di wilayah solo berjumlah 424.421 atau 77,78% dari seluruh penduduk Solo.

Untuk memperoleh gambaran lebih jelas, bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Persentase Penduduk Berdasarkan Agama 1

Agama dan Kepercay aan Laweyan Serengan Pasar Kliwon

Jebres Banjarsari Kota

Surakarta N % N % N % N % N % n % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) Islam 82.306 84,80 39.861 75,21 72.701 87,22 96.889 69,65 132.664 76,62 424.421 77,78 Kristen 8.865 9,13 8.699 16,41 5.726 6,87 27.139 19,51 27.975 16,16 78.404 14,37 Katholik 5.626 5,80 4.189 7,90 4.729 5,67 14.399 10,35 11.993 6,93 40.936 7,50 Hindu 117 0,12 28 0,05 25 0,03 97 0,07 157 0,09 424 0,08 Budha 131 0,13 208 0,39 164 0,20 521 0,37 331 0,19 1.355 0,25 Konghucu 1 0,001 13 0,02 1 0,001 53 0,04 17 0,01 85 0,02 Lainnya 10 0,01 - 0,00 7 0,01 3 0,002 8 0,005 28 0,01 Jumlah 97.056 100,00 52.998 100,00 83.353 100,00 139.101 100,00 173.145 100,0 0 545.653 100,0 0

Dominasi Islam di kota ini hampir sama dengan sebagian besar kota lain di Indonesia, terutama di pulau Jawa yang mayoritas masyarakatnya pemeluk Islam. Hanya saja, Islam di Solo ini sangat unik karena gerakan

Islamisme2-nya yang memunculkan banyak varian di satu sisi, di sisi lain kelompok Islam abangan juga bervariasi. Secara garis besar, masyarakat Muslim di Solo dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : Islam moderat, Islam radikal, dan Islam Abangan. Pembagian tersebut didasarkan pada paham keagamaan masyarakat tersebut. Pada perkembangannya masing-masing dari kelompok tersebut memunculkan berbagai varian.

Jumlah masing-masing dari Islam Abangan, Moderat maupun Radikal memang sulit diketahui secara pasti, namun sebagai gambaran jumlah setiap kelompok tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil pemilu pasca Reformasi. Hasil pemilu legislatif 1999, 2004, 2009 dan 2014 di Solo didominasi oleh Islam abangan, sedangkan Islam moderat dan Islam puritan atau radikal jumlahnya tidak begitu banyak.

Dilihat dari peta politik, menunjukkan bahwa dari sejak Indonesia merdeka sampai sekarang, kota ini merupakan basis Islam Abangan.3 Perolehan hasil Pemilu pasca Reformasi yang bisa digunakan untuk

2Ridwan al-Makassary menjelaskan bahwa Islamisme merupakan upaya aktif kelompok

Muslim dalam menegaskan dan menyebarkan akidah, ajaran dan hukum Islam serta kebijakan publik yang dianggap sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ridwan al-Makassary dkk, Benih-Benih

Islam Radikal di Masjid: Studi Kasus Jakarta dan Solo, Cet 1 (Jakarta: CSRC-UIN Jakarta,

2010), 12.

3 Sejak tahun1920an, Kota Solo sudah dikenal sebagai basis Islam Abangan, bahkan Solo merupakan salah satu penyangga dari segi tiga “ kaum merah”. Kota segi tiga”kaum merah, yaitu: Boyolali, Solo dan Sragen. Sekarang sering disebut kaum “abangan”. Pada tahun 1948, ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun, yang dikenal dengan "Madiun Affairs", waktu itu Solo sudah menjadi "buffer zone" (daerah penyangga) bagi gerakan PKI di Jawa

Tengah. Sesudah tahun l948 PKI dilarang, dan dihidupkan kembali oleh Pemerintahan

Soekarno, kemudian dalam pemilu di tahun l955, serta kurang dari sepuluh tahun, di mana kekuatan PKI mendapatkan pijakan yang kuat dan menunjukkan sebagai gerakan politik yang sangat militan. Puncaknya, ketika berlangsung peristiwa G 30 S PKI tahun l965, kaum komunis di kota Solo, mereka yang paling keras memberikan perlawanan terhadap kekuatan anti komunis. Mereka benar-benar kekuatan laten sampai hari ini. Sampai sekarang Solo tetap menjadi lambang kekuatan “kaum merah”. (Musni Umar, “Islam Jawa dan Pluralisme Masyarakat”, dalam https://musniumar .wordpress. com/2011/03/07/dr-musni-umar-partisipasi-masyarakat-solo-dan-demokrasi-bagian-ke-iv/). Diakses tanggal 3 Desember 2015.

memperkirakan prosentasi antara Islam abangan, Islam moderat dan Islam radikal.4

Tabel 3.2

Perolehan kursi partai-partai politik pada pemilu parlemen 1999, Kota Surakarta5

NO Nama Partai Politik Jumlah Perolehan Suara Paham Kegamaan

1 PDIP 23 kursi 57,5%) Islam Moderat

2 PAN 6 kursi (15%) Islam Radikal

3 P. GOLKAR 5 kursi (12,5 %) Islam Radikal

4 PPP 2 kursi (5%) Sekuler/ Abangan

5 PKB 1 kursi (2,5%) Islam Moderat

6 PBB 1 kursi (2,5% Sekuler/ Abangan

7 PK 1 kursi (2,5%) Islam Radikal

8 PKP 1 kursi (2,5%) Sekuler/ Abangan

9 TNI 5 kursi (12,5%) -

Pemilu tahun 1999 diikuti oleh 48 partai. Dari hasil pemilu, partai yang mendapat dukungan dari suara rakyat Solo ternyata hanya 8 (tujuh) partai., yaitu: Partai Amanat Nasional (PAN) yang dipimpin Amien Rais, Partai Golongan Karya (Golkar) waktu itu dipimpin Akbar Tandjung, Partai

4 “Peta politik dapat digunakan untuk melihat hubungan antara keterlibatan seseorang dalam organisasi keagamaan dengan afiliasi politik dan lebih jauh juga dapat menjelaskan korelasi – yang dalam pengetian Max Weber disebut elective affinity- antara kaum abangan dan santri dalam pilihan politiknya. Mayoritas kaum abangan memberikan kontribusi kuat pada PDI Perjuangan dan Golkar; kaum santri NU pilihannya pada PKB atau PPP, dan Santri Muhammadiyah memilih PAN,” . Lihat: Nur Syam, Islam Pesisir (Yogyakarta: LkiS, 2005: 88), sedangkan Islam radikal pilihannya pada PKS atau PBB.

Persatuan Pembangunan (PPP) yang dipimpin Hamzah Haz, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang dipimpin Matori Abdul Djalil dengan Ketua Dewan Syura Abdurrahman Wahid, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang dipimpin Megawati Sukarnoputri, Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) yang dipimpin Jenderal TNI (Purn.) Edy Sudrajat, dan Partai Keadilan (PK) yang waktu itu dipimpin Dr. Nur Mahmudi Ismail, kemudian dalam musyawarah Majelis Syura partai itu mengganti namanya menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan dipilih pemimpin baru yaitu Dr. Hidayat Nur Wahid.

Dari hasil pemilu 1999 di Kota Solo, partai-partai politik Islam hanya mendapat 11 kursi (27,5 persen kursi) dari 40 kursi di DPRD kota Surakarta, yaitu: PAN 6 kursi, PBB 1 kursi, PPP 2 kursi, PKB 1 kursi dan PKS 1 kursi. Dari 11 kursi itu, partai-partai yang berada dalam katagori Islam Radikal yaitu PBB dan PK hanya mendapat 2 kursi (5%), 9 kursi (22,5%) untuk partai-partai Islam moderat; sedangkan suara umat Islam lainnya berada pada partai-partai sekuler, yang mana mayoritas mereka memilih PDI-P. Pada pemilu 1999 PDI-P mendapat 23 kursi (57,5%).

Tabel 3.3

Perolehan kursi partai-partai politik pemilu parlemen 2004 di DPRD Kota Surakarta 6

NO Nama Partai Politik Jumlah Perolehan Suara Paham Kegamaan

1 PDIP 15 kursi (37,5%) Islam Moderat

2 PD (Partai Demokrat) 4 kursi (10%) Sekuler/ Abangan

3 PKS 4 kursi (10%) Islam Radikal

4 PAN 7 kursi (17,5%) Sekuler/ Abangan

5 PDS (Partai Damai Sejahtera)

4 kursi (10%) Kristen

6 Partai Golkar 5 kursi (12,5%) Sekuler/ Abangan

7 PPP 1 kursi (2,5%) Islam Radikal

Dalam pemilu 2004, partai Islam Radikal (PKS) memperoleh dukungan lebih banyak dari pada sebelumnya, yaitu mendapat 4 kursi (10 persen), partai Islam moderat (PAN dan PPP) memperoleh 8 kursi (20 persen), sedangan partai Islam abangan (PDI-P) juga turun menjadi 15 kursi (37, 5 persen). Meskipun partai Islam abangan pada pemilu 2004 turun, namun partai ini masih tetap mendominasi. Penurunan perolehan PDI-P pada pemilu 2004, ada kemungkinan karena sebagian konstituennya beralih ke Partai Demokrat dan Partai Damai dan Sejahtera (PDS).

Tabel 3.4

Perolehan kursi partai-partai politik pemilu parlemen 2009 di DPRD Kota Surakarta 7

No Nama Partai Politik Perolehan Suara Paham Keagamaan

1 PDIP 15 Kursi (37,5% ) Islam Moderat

2 PD (Partai Demokrat) 7 Kursi (17,5 %) Sekuler/ Abangan

3 PKS 4 Kursi (10 %) Islam Radikal

4 PAN 4 kursi (10 %) Sekuler/ Abangan

5 PDS (Partai Damai Sejahtera

2 kursi (5 %) Kristen

6 Partai Golkar 4 kursi (10 %) Sekuler/ Abangan

7 Hanura 2 kursi (5 %) Sekuler/Abangan

8 Gerindra 2 kursi (5 %) Sekuler/Abangan

Dari hasil pemilu 2009 menunjukkan, partai Islam Radikal (PKS) tetap memperoleh 4 kursi (10 persen), partai Islam moderat (PAN) perolehannya turun dari pemilu sebelumnya, hanya memperoleh 4 kursi (10 persen). Partai Islam abangan tetap unggul, yaitu memperoleh 30 kursi (75 persen), dengan didominasi PDI-P yang mendapat 15 kursi (37,5 persen) dan sisanya mereka mengarahkan pilihannya pada partai-partai sekuler lainnya. Pada pemilu ini, perolehan suara PAN turun secara signifikan. Hal ini dimungkinkan karena sejak tahun 2009 PAN menyatakan sebagai partai terbuka, dan tidak lagi berbasis Islam. Sehingga sebagian kaum Muhammadiyah tidak lagi memberi dukungan pada partai ini. Meskipun begitu, sebagian yang lain masih tetap memilihnya.

Tabel 3.5

Perolehan kursi partai-partai politik pemilu parlemen 2014di DPRD Kota Surakarta 8

No Nama Partai Politik Perolehan Suara Paham Keagamaan

1 PDIP 24 kursi (53,33%) Islam Radikal

2 PKS 5 kursi (11,11%) Sekuler/ Abangan

3 Golkar 4 kursi (8,88%) Sekuler/ Abangan

4 Gerindra 3 kursi (6,66%) Sekuler/ Abangan

5 PD (Partai Demokrat) 3 kursi (6,66%) Sekuler/ Abangan

6 PAN 4 kursi (8,88%) Islam Moderat

7 PPP 1 kursi (2,22%) Islam Moderat9

8 Hanura 1 kursi (2,22%) Sekuler/ Abangan

Dari 4 (empat) kali hasil pemilu, mulai pemilu 1999 sampai 2004, Partai Demokrasi Indonesia - Perjuangan (PDI-P) sebagai representasi dari Islam Abangan selalu memperoleh suara unggul dari partai-partai lain. Meskipun hasil perolehan suaranya kadang naik dan kadang turun, namun partai PDI-P tetap di atas partai-partai lain.

2. Kondisi Keagamaan Masyarakat Muslim Solo