• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BAHASA MAHASISWA MULTIETNIK DALAM MEDIA SOSIAL

(The Use of Language of University Students in Social Media) oleh//by:

Emma Maemunah

Balai Bahasa Jawa Tengah

Jalan Elang Raya Nomor 1, Mangunharjo, Tembalang, Semarang 50272 Telepon (024) 76744357, Faksimile (024) 76744358

Pos-el: emmamaemunah69@gmail.com

Diterima: 1 Februari 2016, Disetujui: 14 Maret 2016

ABSTRAK

Keberagaman etnik dalam komunitas mahasiswa memunculkan suatu nuansa dan fenomena yang khas dan berbeda dalam penggunaan bahasa. Masyarakat multietnik cenderung menggunakan bahasa yang berbeda-beda ketika berkomunikasi dengan etnik satu dan etnik lainnya. Keberagaman etnik dan bahasa tersebut memungkinkan seseorang menjadi mampu menggunakan lebih dari satu bahasa. Komunikasi saat ini dapat dilakukan melalui berbagai media, salah satunya adalah media sosial. Banyak sekali media sosial yang dapat digunakan untuk berkomunikasi, seperti facebook, tweeter, bbm (blackberry messenger), line, dan

whatsapp. Penelitian dengan ancangan sosiolinguistik dan metode kualitatif deskriptif ini

bertujuan mendeskripsikan bahasa yang digunakan dalam komunitas mahasiswa multietnik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan oleh mahasiswa multietnik di Kota Semarang dalam media sosial adalah bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Kemultietnikan mahasiswa dengan bahasa yang berbeda mengakibatkan penggunaan campur kode. Faktor penyebab penggunaan bahasa tertentu antarmahasiswa multietnik adalah stimulus atau inisiasi yang disampaikan oleh penutur pertama. Selain itu, faktor latar atau situasi bahasa tertentu digunakan, faktor penutur dan petutur yang melakukan percakapan, maksud dan tujuan yang diinginkan oleh penutur dan petutur, bentuk pesan dan isi pesan yang dipilih oleh penutur dan petutur turut memengaruhi bahasa yang digunakan.

Kata Kunci: campur kode, media sosial, multietnik

ABSTRACT

The ethnical variety in the university student community has brought a unique phenomena and different nuance in their language use. The students in the multiethnic community tend to use various languages to communicate to each other. Those various ethnics and languages would encourage the member of the community to use more than one language. In the other hand, people could communicate nowadays through all sorts of media. One of them is social media. Some of the social medias such as facebook, tweeter, bbm (blackberry messenger), line, and whatsapp could be used as mean of communication. This research uses approach in sociolinguistics and qualitative-descriptive method. The aim of this research is describing the language use in students’ multiethnic community. The result shows that the language used in multiethnic students in Semarang in social media is Indonesian, local, and foreign languages. The students in different language multiethnic community used the code-mixing. The factor that causes a certain language use in multiethnic students is the stimulus or the initiation uttered by

Jalabahasa, Vol. 12, No. 1, Mei 2016, hlm. 49—59

p r o o f

PENDAHULUAN

Keberagaman etnik dalam satu komunitas memunculkan suatu nuansa dan fenomena yang khas dan berbeda dalam penggunaan bahasa. Masyarakat multietnik cenderung menggunakan bahasa yang berbeda-beda ketika berkomunikasi dengan etnik satu dan etnik lainnya. Nuansa dan fenomena berbahasa yang berbeda tersebut terjadi tidak hanya karena perbedaan bahasanya, tetapi juga topik pembicaraan dan mitra tuturnya. Keberagaman etnik dan bahasa tersebut memungkinkan seseorang menjadi mampu menggunakan lebih dari satu bahasa.

Penggunaan bahasa daerah di luar wilayah penutur aslinya menyebabkan terciptanya beberapa bentuk dwibahasawan atau multibahasawan. Pada masyarakat dwibahasa ataupun multibahasa terdapat pola kedwibahasaan yang mampu menunjukkan kedudukan dan fungsi bahasa yang terdapat di dalam repertoar bahasa masyarakat tersebut. Di Indonesia, repertoar bahasa ini biasanya terdiri atas bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Siregar, 1981:1 dalam Karsana, 2009:133).

Para ahli bahasa mengartikan dwibahasawan secara beragam. Bloomfi eld (1933) mengartikan dwibahasawan sebagai seseorang yang menguasai dua bahasa seperti penutur asli atau bahasa kedua yang dikuasainya sama baiknya dengan bahasa pertama. Sementara itu, Mackey (1972,

dalam Chaer dan Agustina, 2010:87) menggambarkan kedwibahasaan sebagai praktik penggunaan bahasa secara bergantian dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain oleh seorang penutur. Haugen (1966, dalam Mutmainah, 2008:40) mengartikan dwibahasawan sebagai seseorang yang mampu memberikan tuturan yang lengkap dan bermakna dalam bahasa lain.

Wardhaugh (1986:99) mengatakan bahwa masyarakat dwibahasa atau multibahasa dihadapkan pada masalah untuk memilih kode. Kode adalah sebuah sistem yang digunakan untuk berkomunikasi antara dua penutur atau lebih yang berupa sebuah dialek atau bahasa tertentu. Pada saat bertutur, seorang dwibahasawan mungkin harus memutuskan untuk berganti dari satu kode ke kode lain atau mencampur kode-kode tersebut.

Kondisi kedwibahasaan dengan segala bentuk fenomena yang mengiringinya mungkin terjadi dalam konteks lisan atau percakapan langsung. Sementara itu, komunikasi saat ini dapat dilakukan melalui berbagai media, salah satunya adalah media sosial. Banyak sekali media sosial yang dapat digunakan untuk berkomunikasi, seperti facebook, tweeter, bbm (blackberry messenger), line, dan whats app.

Facebook merupakan salah satu jejaring sosial yang terkenal di dunia maya. Facebook dapat menghubungkan ratusan juta manusia di dunia tanpa mengenal batas wilayah.

the fi rst speaker. The other factor such as setting or situation where a certain language used, speaker, and hearer that are involved in the conversation, form and contain of the message chosen by the speaker and the hearer, have also infl uence the language used.

Penggunaan Bahasa Mahasiswa Multietnik ... (Emma Maemunah)

p r o o f

Whatsapp adalah layanan pesan multiplatform yang menggunakan sambungan internet telepon. Penggunanya dapat bercakap-cakap (chatting) dan melakukan panggilan (menelepon) dengan pengguna whatsapp lainnya. Whatsapp ini hampir sama dengan line, yaitu suatu aplikasi yang digunakan untuk kegiatan berkirim pesan (messenger/chatting) dengan menggunakan nomor telepon.

Twiteer adalah jejaring sosial yang terdiri atas 140 karakter yang disebut tweet. Melalui tweet ini berita, informasi, dan teman baru dapat ditemukan.

BlackBerry Messenger adalah aplikasi pengirim pesan instan yang awalnya disediakan untuk para pengguna perangkat BlackBerry. Aplikasi ini dapat diaktifkan setelah pengguna mendapatkan PIN (nomor identitas pengguna) dari penyedia jasa BlackBerry.

Beberapa aplikasi jejaring sosial tersebut memiliki fi tur untuk berbagi status, berita, video, foto, kontak dan sebagainya. Selain itu, para pengguna dapat bertukar pendapat, pikiran, bahkan melakukan bisnis.

Komunikasi yang terjadi melalui media sosial tersebut merupakan bahasa tulis. Akan tetapi, status, komentar, dan pendapat yang ditulis dalam media sosial tersebut merupakan representasi atau transformasi bahasa lisan ke bahasa tulis.

Ragam yang digunakan dalam media sosial adalah ragam tidak baku atau informal. Ciri ragam bahasa tidak baku atau informal adalah bentuknya yang singkat, langsung, tidak memiliki fungsi gramatikal yang lengkap, misalnya ketiadaan subjek (S) dalam

satu kalimat, dan menggunakan banyak singkatan atau akronim. Ragam bahasa informal ini biasanya mengikuti atau menyesuaikan dengan keadaan dan situasi komunikasi, yaitu siapa, kepada siapa, masalah apa, dan untuk tujuan apa. Penggunaan ragam informal lebih mengarah pada situasi komunikasi yang ringan, basa-basi, dan santai. Hal itu terlihat dari pilihan dan penulisan kata-katanya, seperti penyingkatan dan penghilangan beberapa huruf dan suku kata.

Media sosial digunakan oleh berbagai kalangan dengan berbagai latar belakang budaya, bahasa, dan sosial yang berbeda, salah satunya adalah mahasiswa. Para mahasiswa itu memiliki nuansa yang berbeda dalam penggunaan bahasa, baik dalam menuliskan status maupun dalam memberikan komentar.

Penelitian tentang penggunaan bahasa di media sosial pernah dilakukan oleh Sena Budi Husada dalam skripsinya yang berjudul “Register Chatting Para Chatter Surakarta” pada tahun 2007 di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Penelitian tersebut menghasilkan keunikan bentuk-bentuk register dalam chatting, keunikan tersebut berupa: pemakaian kata ganti sapaan, penulisan ejaan yang tidak perlu, pemakaian slang, kekhasan penanggalan fonem dan suku kata, pemakaian afi ks dialek Jakarta, pemakaian morfem partikel dialek Jakarta, dan pemakaian singkatan-singkatan. Dalam penelitian tersebut juga membahas cara chatter mengenal register chatting, di antaranya bertanya pada chatter lain, inisiatif berpikir sendiri, proses belajar panduan dari

Jalabahasa, Vol. 12, No. 1, Mei 2016, hlm. 49—59

p r o o f

orang lain, ikut-ikutan atau pengaruh komunikasi langsung media internet, dan intensitas aktivitas chatting.

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa, baik mahasiswa S-1 maupun S-2 di Kota Semarang. Masalah yang dibahas dalam tulisan ini adalah bahasa apa sajakah yang digunakan dalam komunitas mahasiswa multietnik di Kota Semarang dalam media sosial. Hasil yang dicapai adalah deskripsi bahasa yang digunakan dalam komunitas mahasiswa multietnik di Kota Semarang dalam media sosial.

Banyak ahli bahasa yang membuat defi nisi tentang sosiolinguistik. Kridalaksana (2011:225) mendefi nisikan sosiolinguistik sebagai cabang ilmu yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial. Sementara itu, Kartomihardjo (1981:4 dalam Handono, 2013:8) mengemukakan bahwa:

Sosiolinguistik mengkaji hubungan antara pembicara dan pendengar, berbagai macam bahasa dan variasinya, penggunaannya sesuai dengan berbagai faktor penentu, serta berbagai bentuk bahasa yang hidup dan dipertahankan dalam suatu masyarakat. Jadi, sosiolinguistik tidak hanya menyangkut masalah wujud formal bahasa dan variasi bahasa, tetapi juga menyangkut masalah penggunaan bahasa di masyarakat yang berkaitan dengan berbagai faktor, baik kebahasaan maupun nonkebahasaan, seperti faktor soaial budaya.

Dalam kajian sosiolinguistik, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik tetapi juga

oleh faktor-faktor nonlinguistik, seperti faktor-faktor sosial. Faktor-faktor sosial yang memengaruhi pemakaian bahasa adalah status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya. Di samping itu, pemakaian bahasa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa seperti yang dirumuskan oleh Fishman (dalam Suwito, 1985:4) “Who Speaks, what language, to whom, and when”.

Secara sosiolinguistik, sebuah percakapan baru dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur apabila telah memenuhi syarat-syarat, seperti pokok-pokok pembicaraan, situasi, tujuan, dan ragam yang digunakan. Hymes (Sumarsono, 2004:335 dan Chaer dan Agustina, 2010:48) menyatakan bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen yang dirangkaikan dalam sebuah akronim, yaitu S-P-E-A-K-I-N-G. Akronim tersebut dijabarkan sebagai berikut.

(1) Setting dan scene, mencakup latar atau situasi penggunaan bahasa. Secara umum setting ini menunjuk kepada keadaan dan lingkungan fi sik tempat tuturan itu terjadi, sedangkan scene berkaitan erat dengan kondisi psikologis dan batasan kultural sebuah tuturan. Kondisi tersebut memungkinkan seorang penutur untuk beralih dari kode yang satu ke dalam kode yang lain dalam suasana tertentu di tempat (setting) yang sama.

(2) Participant, mencakup penutur, pengirim, pendengar, dan penerima. Partisipant dapat dipakai untuk menunjuk kepada minimal dua

Penggunaan Bahasa Mahasiswa Multietnik ... (Emma Maemunah)

p r o o f

pihak dalam bertutur. Pihak pertama adalah penutur dan pihak kedua adalah mitra tutur. Dalam waktu dan situasi tertentu penutur dapat pula bertambah dengan hadirnya pihak ketiga.

(3) End, mencakup maksud dan tujuan yang dikehendaki oleh penutur. Sebuah tuturan mungkin sekali dimaksudkan untuk menyampaikan informasi atau buah pikiran, merayu, membujuk, mendapatkan kesan, dan sebagainya.

(4) Act Sequence, mencakup bentuk pesan dan isi pesan. Ini merupakan bagian dari komponen tutur yang tidak pernah tetap, artinya bahwa pokok tuturan itu akan selalu berubah dalam deretan pokok-pokok tuturan dalam peristiwa tutur.

(5) Key, mencakup unsur nada suara dan ragam bahasa. Nada tutur berkaitan erat dengan masalah modalitas dari kategori-kategori gramatikal dalam sebuah bahasa. Nada ini dapat berwujud perubahan-perubahan tuturan yang dapat menunjuk kepada nada santai, serius, tegang, kasar, dan sebagainya.

(6) Instrumentalities, mencakup saluran (media) dan bentuk tutur (lisan/tulisan). Saluran atau media tutur adalah alat di mana tuturan itu dapat dimunculkan oleh penutur dan sampai kepada mitra tutur. Sarana yang dimaksud dapat berupa saluran lisan, tulis, sandi, atau kode-kode tertentu.

(7) Norm, mencakup norma interaksi dan norma interpretasi. Norma interaksi menunjuk kepada dapat atau tidaknya sesuatu dilakukan oleh

seseorang dalam bertututr dengan mitra tutur. Norma interpretasi memungkinkan pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi untuk memberikan interpretasi kepada mitra tutur.

(8) Genre, mencakup jenis penyampaian pesan (puisi, dialog, cerita, dan lain-lain). Jenis tutur menunjuk pada jenis kategori kebahasaan yang sedang dituturkan. Kategori tersebut mencakup kategori wacana, seperti percakapan, cerita, pidato, dan sebagainya.

Suwito (1985:39) menunjukkan bahwa apabila terdapat dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama akan terjadi kontak bahasa. Apabila kontak bahasa itu terjadi pada individu pemakai bahasa, dapat dikatakan bahwa orang atau individu bilingual itulah yang merupakan tempat terjadinya kontak bahasa. Kondisi yang demikian juga dapat membawa akibat adanya hubungan saling ketergantungan antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain. Artinya bahwa tidak pernah akan mungkin seorang penutur dalam masyarakat tutur yang demikian hanya akan menggunakan satu bahasa secara murni, tidak terpengaruh oleh bahasa yang lainnya yang sebenarnya memang sudah ada dalam diri penutur itu. Hal inilah yang dapat menimbulkan gejala alih kode (code switching).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini dilakukan di komunitas mahasiswa multietnik. Informan penyedia data

Jalabahasa, Vol. 12, No. 1, Mei 2016, hlm. 49—59

p r o o f

adalah mahasiswa yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta, Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Kendari (Sulawesi Tenggara). Penulis akan menjelaskan bahasa yang digunakan oleh mahasiswa multietnik berdasarkan data yang diperoleh dari sosial media mereka, yaitu facebook, tweeter, bbm (blackberry messenger), line, dan whatsapp. Facebook selanjutnya akan ditulis Fb, blackberry messenger selanjutnya akan ditulis BBM, dan whatsapp selanjutnya akan ditulis WA.

Hasil analisis menunjukkan bahwa para mahasiswa multietnik menggunakan bahasa yang berbeda-beda, bergantung pada stimulus atau inisiasi yang dilontarkan oleh penutur. Stimulus tersebut dapat berupa bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Untuk kenyamanan informan, nama yang muncul dalam media sosial mereka ditulis dengan inisialnya saja. Data ditulis apa adanya tanpa melihat apakah penulisan kata atau kalimatnya benar atau salah. Selain itu, untuk memudahkan pengelompokan, informan yang berasal dari Sumatera Utara, Riau, dan Jambi akan dikategorikan sebagai etnik Melayu.

Berikut ini beberapa contoh penggunaan bahasa oleh mahasiswa multietnik dalam media sosial.

(1) Informasi indeksal:

RUM menggunggah sebuah foto bersama dua temannya di FB. Foto tersebut dibuat pada sebuah acara dies natalis. RUM adalah mahasiswi di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Semarang. JL : alangke item2 ny kalian:D ‘alangkah hitam-hitamnya

kalian’

RUM : Iyoo diesnatalis kmren itu tu gosong rai –

‘Iya, dies natalis kemarin itu tu gosong muka’

JL : hahahha dak snatalis jgo smo bbe ay msi item tulah ‘Hahaha tidak dies natalis

juga sama masih hitam’ RUM : is tp dk seitem kau eh mas:D

haha

‘Tapi tidak sehitam kau eh mas, haha’

RUM : iyo jalu! ‘Iya, Jalu’ JL : sopan ouYyy

‘Sopan dong’

RUM : iyo kakak jalu:D ‘Iya, kakak Jalu’ JL : nah cak itu

‘nah seperti itu’ RUM : seneng lah itu dionih

‘Senang lah dia tuh’

Percakapan (1) terjadi antara JL dan RUM melalui FB. RUM berasal dari etnik Batak, Sumatera Utara. JL mengawali komentarnya terhadap foto RUM bersama teman-temannya dengan kata bahasa Melayu alangke ‘alangkah’ diikuti dengan kata ulang item-item yang merupakan kata percakapan untuk ‘hitam.’

Kemudian, RUM mengiyakan komentar JL dengan kata Melayu iyoo ‘ya.’ Dari percakapan tersebut terlihat bahwa penutur dan petutur secara sengaja bersama-sama menggunakan bahasa Melayu dalam percakapannya meskipun tidak utuh karena masih bercampur dengan bahasa Indonesia.

Hal tersebut terjadi karena baik penutur maupun petutur berasal dari etnik yang sama, yakni Melayu.

Penggunaan Bahasa Mahasiswa Multietnik ... (Emma Maemunah)

p r o o f

Kata-kata lain yang berasal dari etnik Melayu adalah jgo ‘juga’, smo ‘sama’, cak ‘seperti’, dan dio ‘dia’. Selain itu, terdapat beberapa kata yang ditulis sesuai dengan pengucapannya, seperti item ‘hitam’, seneng ‘senang’, dan kmren ‘kemarin’. Selain itu, terdapat beberapa kata seru, seperti is, tulah, ouYyy, dan nah.

(2) Informasi indeksal:

TC menulis sebuah status di FB “Perjalanan ke Semarang pagi ini lancar. Semarang, now I’m here.” TC adalah seorang mahasiswi

pascasarjana Magister Ilmu Linguistik, Universitas Diponegoro. SAI : Titi kuliah maneh pho...

cmgttt sobatq...sukses y

TC : Hai Ipip..walahh..kuliahku ra rampung2, hiks...aku ke Smg mo ngurus maju sidang tesis. Doakan ya ben ndang rampung

SAI : Amin2 y Robb..he sukses trus y...smg lancar smua urusan. Anakq thn ini kuliah n Undip jg nie.

TC : Awakmi tinggal di mn? Aku stay sampe Rabu, Ketemu yuk!

SAI : Aq wis jd org Mglg... cb nanti sore n Bojoq plg kerja mo nganter k Smrg y... inbook..ukeyyyy

TC : Okee

PRS : Titi laoshi, ni hao! Hao jiu bu jian le. Qing wen ni, ni shenmo shihour kao shuoshi lunwenshi? Du shuo chenggong! Jiayou!! Poedji laoshi.

TC :

Percakapan (2) terjadi antara TC dan temannya SAI melalui FB. TC menulis sebuah status dalam FB-nya bahwa dia telah tiba di Kota Semarang dan perjalanannya lancar. Status yang merupakan stimulus ditulis dalam bahasa Indonesia. Kemudian, temannya, SAI mengomentari status tersebut dengan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Percakapan berlangsung dengan menggunakan kedua bahasa tersebut.

Selain sebagai mahasiswa pascasarjana, TC juga seorang dosen bahasa Mandarin di salah satu universitas di Jakarta. Oleh karena itu, terdapat sebuah respons dari temannya dengan menggunakan bahasa Cina yang dibalas dengan bahasa yang sama oleh TC. PRS berkomentar dengan bahasa Cina dalam huruf Latin dan TC membalas dengan bahasa Cina dalam huruf Cina.

Percakapan (2) yang terjadi antara TC, SAI, dan PRS didominasi dengan penggunaan bahasa Jawa yang merupakan bahasa ibu TC dan SAI. (3) informasi indeksal:

Nr mengirim pesan lewat WA kepada IAN salah seorang pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Nr berasal dari Kirgizstan –sebuah negara kecil berbentuk republik di kawasan Asia Tengah dan pernah berada di bawah kekuasaan Uni Soviet. Nr adalah seorang mahasiswa BIPA di Universitas Negeri Semarang.

Nr : ?

Jalabahasa, Vol. 12, No. 1, Mei 2016, hlm. 49—59

p r o o f

: Ada bertanyaan?

: Mas saya mau ambil

reference karena dari unnes : Kapan saya bisa ambil : Saya harus send reference

minggu ini hari senin atau selasa

: Karena di Kirgizistan

keluarga saya mau ambil uang kalau saya akan send referensi mereka bisa ambil bisa anda membantu saya? : Kata-kata saya betul?

IAN : Iya boleh minta surat referenxe

: Besok senin saya buatkan ya

: Oke

Nr : Ok

Percakapan (3) terjadi antara Nr dan IAN. Bahasa Indonesia digunakan dari awal sampai dengan akhir percakapan, baik oleh penutur maupun petutur. Hal tersebut terjadi karena Nr adalah seorang penutur asing yang sedang mempelajari bahasa Indonesia meskipun terdapat penulisan yang masih dipengaruhi oleh bahasa asing, yaitu send reference. Selain itu, terdapat tuturan yang susunan katanya terbalik dan cenderung diucapkan oleh penutur asing, seperti Kapan saya bisa ambil (umumnya kapan bisa saya ambil).

Pada percakapan (3) tersebut Nr juga tidak melakukan penyingkatan kata dalam tulisannya. Semua kata ditulis secara utuh tidak seperti dalam percakapan lainnya.

(4) Informasi indeksal:

ALM mengomentari foto EN yang sedang duduk di pantai

melalui BBM. ALM dan EN adalah mahasiswa pascasarjana di Universitas Negeri Semarang. ALM : Ingat tesis, pak..

EN : Lg kepentok sm kajian pustaka, Lif...

ALM : Hahaahahaha

EN : Bsk jadi ke pekalongan? : Kumpul dimana?

ALM : Kata temn@ di kontraknku, pak.

EN : Oke

Percakapan (4) sama dengan percakapan (3) di mana bahasa Indonesia digunakan secara bersama-sama oleh pelibat percakapan. ALM berasal dari Kendari, Sulawesi Tenggara dan berbahasa ibu bahasa Cia-cia. Untuk dapat berkomunikasi dengan EN, teman mahasiswa pascasarjananya di UNNES, ALM harus menggunakan bahasa dapat yang dipahami bersama, yakni bahasa Indonesia. EN yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah, pun melakukan hal yang sama sehingga komunikasi berjalan efektif.

(5) Informasi indeksal:

Percakapan berikut disalin dari grup BBM yang bernama Linguistik UNDIP 015. Para anggota grup itu sedang bercanda dan saling mengejek.

AKF : Bangke tenan og linguist siji iki.. Tema ngenean diangkat ning forum ngene ki pieeee jaaan

: Hahaha

DMV : Bangkeeeee... Mending

gantung diri...

AHA : Ah.. Km gtu bro, setiap Rabu-Jumat kalian kn

Penggunaan Bahasa Mahasiswa Multietnik ... (Emma Maemunah)

p r o o f

sekasur dan sekamar mandi berdua. Akui sja bro, ini forum linguist harapan bangsa...wkwkw

: Mas, AKF sehat? Jgan lupa makan Mas, biar gk Wafat.. DMV : Mas AKF... Pliiiss... Mas

AHA ngajakin mandi tu ditrima...

MLS : iya Mas Ahmad so pasti AHA : Haha..Lho, pasangan tidur

& mandinya Mas AKF datang pemirsah.

: Mas DMV jgan cemburu to AKF : Fiuuuuuhhhh... Bolo

kurowo mulai indikasi

Dokumen terkait