• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan prinsip kesantunan dalam interaksi di lingkungan Mallengkeri Kota Makassar

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

2. Penggunaan prinsip kesantunan dalam interaksi di lingkungan Mallengkeri Kota Makassar

Dalam penelitian ini prinsip kesantunan terdapat enam yaitu; Maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan, maksim kesimpatian. Berikut dipaparkan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

a. Maksim Kebijaksanaan

Di dalam maksim kebijakasanaan dijelaskan bahwa orang dapat dikatakan santun apabila memaksimalkan keuntungan orang lain dan meminimalkan kerugian orang lain. Ketika penutur berusaha menguntungkan pihak lain, lawan tutur akan merasa dihargai dan dihormati. Hal ini dilakukan untuk menjaga perasaan agar tidak dianggap kurang sopan. Agar lebih jelas tuturan di bawah ini dapat dicermati dan dipertimbangkan.

(7) Sopir : “Disituko lewat kalo keluar, lihat-lihat mi saja” (“Lewat disitu kalau keluar, lihat-lihat saja”)

Pengunjung : “Oh iye” (“Oh iye”) Konteks :

Percakapan yang dilakukan seorang sopir yang memberitahukan arah datangnya mobil yang ditunggu pengunjung untuk mengambil barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Dari tuturan “Disituko lewat kalo keluar, lihat-lihat mi saja” terlihat bahwa sopir berusaha memaksimalkan keuntungan untuk pengunjung. Kondisi pengunjung saat itu tdak tahu jalur mobil yang ditungguinya, makanya sopir dengan bijaksana memberitahukan kepada si pengunjung arah jalan keluar. Hal ini sesuai dengan prinsip maksim kebijaksanaan yang mewajibkan penutur memaksimalkan keuntungan orang lain.

(8) Sopir : “Apa na bilang ?”

(“Dia berkata apa?”)

Pengunjung : “Bilang tunggumi di Mallengkeri” (“Katanya tunggu saja di Mallengkeri”) Sopir : “Kibilangi adaya di Bulukumba kota”

(“Bilang saja saya ada di Bulukumba Kota”) Konteks :

Percakapan yang dilakukan seorang sopir dan seorang pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

bahwa sopir berusaha memaksimalkan keuntungan untuk pengunjung. Karena kondisi saat itu pengunjung tidak tahu dimana posisi mobil yang ditungguinya jadi sopir bermaksud memberitahukan dengan bijaksana bahwa posisi si pengunjung berada di tempat jalur Bulukumba kota. Hal ini sesuai dengan prinsip maksim kebijaksanaan yang mewajibkan penutur memaksimalkan keuntungan orang lain.

b. Maksim kedermawanan

Maksim kedermawanan seringkali disebut dengan maksim kemurahan hati. Maksim kedermawanan mewajibkan setiap peserta tutur memaksimalkan pengorbanan atau kerugian dirinya sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri. Tuturan berikut dapat dicermati dan dipertimbangkan untuk memperjelas maksim kedermawanan.

(9) Sopir A : “Pasingga sai paeng anne ri kantonga punna

motereko, nakaluppai subanggngia ri otoku.”

(“Kalau kamu pulang kasih singgah ini kantong, kemarin dia lupa dimobil saya.”)

Sopir B : “Iyo paeng sinampe pa katte daeng ka nia rong

laku lampai anne katte deng.”

(“Iya deh sebentar yah kak karena ada juga yang mau saya pergi ini kak”)

Konteks :

Percakapan yang dilakukan oleh dua sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal Mallengkeri Kota Makassar.

Penggunaan maksim kedermawanan ditunjukkan oleh tuturan sopir b “Iyo paeng sinampe pa katte daeng ka nia rong laku lampai

anne katte deng.” Terliat bahwa sopir b mau membawakan kantong yang terlupa itu ke rumah si sopir a. Dengan demikian sopir b mematuhi maksim kedermawanan.

c. Maksim Penghargaan

Di dalam maksim penghargaan, peserta tutur dapat dianggap santun apabila berusaha menghargai orang lain. Peserta tutur harus memaksimalkan pujian kepada orang lain dan meminimalkan cacian atau kerugian pada orang lain. Tuturan berikut dapat dicermati dan dipertimbangkan untuk memperjelas maksim penghargaan.

(10) Sopir :“Tanya dulu sopir ka bilang keluar mana lewat

Jalan Alauddin atau Mallengkeri”

(“Tanya sopir beritahu keluar lewat jalan Alauddin atau Mallengkeri”)

Pengunjung : “Oh iye makasih pale” (“Oh iya Makasih”) Konteks :

Percakapan yang dilakukan seorang sopir dan seorang pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Tuturan pengunjung “Oh iye makasih pale” merupakan bentuk penghargaan pengunjung kepada sopir. Kata tersebut cukup sederhana namun memiliki makna yang sangat luar biasa. Dengan ucapan terimakasih dari pengunjung tentu sopir akan sangat senang. Dengan demikian pengunjung mematuhi maksim penghargaan.

(11) Sopir A : “Itu ceweka yang cantikka” (“Itu cewek yang cantik”) Sopir B : “Ada itu yang cantikka”

(“Ada itu yang cantik”)

Sopir C : “Dea, Dea, siapaka namanya” (“Dea Dea siapa namanya”) Konteks :

Percakapan yang dilakukan oleh tiga sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal Mallengkeri Kota Makassar.

Penggunaan maksim penghargaan ditunjukan oleh tuturan sopir a “Itu ceweka yang cantikka” dan sopir b “Ada itu yang cantikka”. Terlihat jelas bahwa sopir a dan b berusaha memberikan penghargaan kepada cewek yang dimaksud dalam percakapannya dengan sebutan “cantik”.

(12) Sopir A : “We baguski rajin olahraga na kenna, itu juga

laki-laki pemain Ftv gammara rajin olahraga.”

(“Bagus rajin olahraga dikena, itu juga laki-laki pemain Ftv gagah rajin olahraga.”)

Sopir B : “Itu yang di kenna siapa saja bisa dikenna Cuma

daya tahan tubuhnya.”

(“Itu yang dikena siapa saja bisa kena Cuma daya tahan tubuhnya.”)

Konteks :

Percakapan yang dilakukan oleh dua sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal Mallengkeri Kota Makassar.

Penggunaan maksim penghargaan ditunjukkan oleh tuturan sopir a “We baguski rajin olahraga na kenna, itu juga laki-laki pemain Ftv gammara rajin olahraga.” Terlihat jelas bahwa sopir a berusaha memberikan penghargaan kepada seorang artis Ftv yang terpapar virus Corona. Sopir a memuji dengan mengatakan rajin olahraga dan gagah. Dengan demikian sopir a mematui prinsip penghargaan.

(13) Sopir : “Siapa anak ?” (“Anaknya siapa ?”)

Pengunjung : “Ye’? anak ngaona dg. Somba yang samping

ballana kareng Ambo”

(“Ya? Anak tirinya dg. Somba yang samping rumahnya karaeng Ambo.”)

Konteks :

Percakapan yang dilakukan seorang sopir dan seorang pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Penggunaan maksim penghargaan ditunjukkan oleh tuturan pengunjung “Ye’? anak ngaona dg. Somba yang samping ballana kareng Ambo”. Terlihat jelas bahwa pengunjung berusaha memberikan penghargaan kepada sopir yang lebih tua darinya dengan menggunakan kata Ye’ . Itu merupakan bentuk kesopanan menghargai orang yang lebih tua. Dengan demikian pengunjung mematuhi prinsip maksim penghargaan.

(14) Sopir : “Dimanako na tunggu? Sinikah?” (“Dimana dia tunggu kamu? Sinika?”)

Pengunjung : “Iye” (“Iye”) Konteks :

Percakapan yang dilakukan seorang sopir dan seorang pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Penggunaan maksim penghargaan ditunjukkan oleh tuturan pengunjung “Iye” . Terlihat jelas bahwa pengunjung memberikan penghargaan dengan cara menghormati menggunakan tuturan yang sopan kepada sopir saat ditanyai. Dengan demikian pengunjung mematuhi prinsip maksim penghargaan.

(15) Sopir : “Ku taro ki dulu kirimanga dih” (“Aku simpan dulu kiriman yah”) Penumpang : “Naik maki?”

(“Kamu pergi?”)

Konteks :

Percakapan yang dilakukan oleh seorang sopir dan penumpang didekat mobil yang ingin menaruh barang yang mau diantar kesuatu daerah.

Tuturan penumpang “Naik maki?” merupakan bentuk penghargaan kepada sopir, klitika –ki yang digunakan dinilai sebagai bentuk kesantunan di suku bugis Makassar. Dengan demikian penumpang mematuhi prinsip maksim penghargaan.

d. Maksim Kesederhanaan

Menurut maksim kesederhanaan, setiap peserta tutur hendaknya memaksimalkan cacian pada diri sendiri dan meminimalkan pujian pada diri sendiri. Orang dapat dikatakan santun jika tidak sombong dan mengunggulkan diri sendiri di hadapan orang lain. Berikut contoh tuturan yang mengandung maksim kesederhanaan.

(16) Sopir A : “Bajiki iya tapi kesehatanga parallu, ammotere

mako antu”

(“Iya bagus tapi kesehatan lebih perlu, kamu pulang saja”)

Sopir B : “Karuengpi katte deng ka akboya rong sikedde” (“Sore saja daeng mencari dulu sedikit”) Konteks :

Percakapan yang dilakukan oleh dua orang sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal Mallengkeri.

Penggunaan maksim kesederhanaan ditunjukkan oleh tuturan sopir b “Karuengpi katte deng ka akboya rong sikedde” terlihat jelas bahwa tuturannya terkesan merendahkan diri dengan berkata mencari dulu sedikit. Sopir b tidak menyombongkan diri walaupun sakit iya tetap akan mencari uang. Dalam tuturan tersebut sopir b tetap mematuhi prinsip penggunaan maksim Kesederhanaan.

e. Maksim Pemufakatan

Maksim permufakatan atau biasa disebut dengan maksim kecoocokan mewajibkan setiap peserta tutur memaksimalkan kecocokan antara diri sendiri dengan orang lain. Orang yang melaksanakan maksim

permufakatan dianggap santun. Untuk memperjelas hal itu, tuturan berikut ini dapat dicermati.

(17) Sopir A : “Iye, apalagi itu yang di rumah sakit ka parayyami

atau orang tua”

(“Iya, apalagi itu yang di rumah sakit parah sekali atau orang tua”)

Sopir B : “Tapi rata-rata itu orang tua di” (“Tapi rata-rata itu orang tua kan”) Sopir C : “Ya lansia”

(“Ya lansia”) Konteks :

Percakapan yang dilakukan oleh tiga sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal Mallengkeri Kota Makassar.

Tuturan yang diucapkan sopir c “Ya lansia” termasuk bentuk penggunaan prinsip maksim pemufakatan. Dapat dipahami dengan jelas sopir c memperjelas dengan menjawab sesuai dengan kecocokan pendapat dari mitra tutur sopir a dan b. Dengan demikian sopir c mematui penggunaan prinsip maksim pemufakatan.

(18) Sopir A : “Deh songkolo ngerang virus injo” (“Deh songkolo bawa virus itu”)

Sopir B : “Baru orang yang angkatki itu jenazayya pake baju anu semua”

(“Baru orang yang angkat itu jenazah pakai baju anu semua”

Sopir C : “Tentara itu pake baju putih” (“Tentara itu pakai baju putih”) Sopir B : “Iye”

(“Iya”) Sopir C : “Tentara”

(“Tentara”) Konteks :

Percakapan yang dilakukan oleh tiga sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal Mallengkeri Kota Makassar. Penggunaan maksim pemufakatan ditunjukkan oleh tuturan b dan c. Dapat dilihat dengan jelas bahwa kedua penutur memiliki kecocokan pendapat terhadap pembahasan yang sedang mereka perbincangkan. Dengan demikian sopir b dan sopir c tetap mematuhi penggunaan prinsip pemufakatan.

f. Maksim Kesimpatian

Didalam maksim kesimpatian, peserta tutur diharapkan memaksimalkan sikap simpati antara diri sendiri dengan orang lain, dan meminimalkan rasa antipati antara dirinya dengan orang lain. Berikut ini adalah contoh dari maksim kesimpatian yang terdapat di dalam tuturan interaksi sosial di lingkungan terminal Mallengkeri kota Makassar.

(19) Sopir A : “Edede ka tena ku jannang ri ballaka boya doeka

baji”

(“Aku tidak tenang di rumah lebih baik cari uang”) Sopir B : “Bajiki iya tapi kesehatanga parallu, ammotere

mako antu”

(“Iya bagus tapi kesehatan lebih perlu, kamu pulang saja”)

Konteks :

Percakapan yang dilakukan oleh tiga sopir yang sedang duduk di warung dalam lingkungan terminal Mallengkeri Kota Makassar.

Penggunaan maksim kesimpatian ditunjukkan oleh tuturan sopir b “Bajiki iya tapi kesehatanga parallu, ammotere mako antu” dapat dilihat dengan jelas bahwa tuturan sopir b mengandung kesimpatian, sopir b mengkhwatirkan kesehatan sopir a sehingga sopir b menasehatinya bahwa kesehatan lebih penting dan menyuruhnya pulang. Dengan demikian tuturan sopir b memaksimalkan rasa kepeduliaannya kepada sopir a.

(20) Sopir : “Tapi bilangki saya ada sekarang di

Bulukumba kota, mobil bulukumba kota kau toh, supaya natauko, siapa tau disitui e”

(“Tapi bilang saya sekarang ada di Bulukumba kota, mobil Bulukumba kota kamu kan, supaya dia tahu kamu, siapa tahu disitu”)

Pengunjung : “Oh iye, na telfon ja intu bede” (“Oh iya, dia telfon saya kayaknya”) Konteks :

Percakapan yang dilakukan seorang sopir dan seorang pengunjung yang menunggu barang kirimannya di lingkungan terminal Mallengkeri.

Penggunaan maksim kesimpatian ditunjukkan oleh tuturan sopir “Tapi bilangki saya ada sekarang di Bulukumba kota, mobil bulukumba kota kau toh, supaya natauko, siapa tau disitui e”. Pada tuturan tersebut sopir berusaha memaksimalkan kesimpatian dengan

menyuruh mengatakan ke sopir yang ditunggu pengunjung bahwa posisi pengunjung menunggu di jalur Bulukumba kota. Dengan demikian sopir mematuhi penggunaan prinsip maksim kesimpatian.

Rekapitulasi Data Percakapan Tabel 2 : Rekapitulasi Data Percakapan Interaksi sosial di

lingkungan terminal Mallengkeri kota Makassar

Maksim Kesantunan Leech

A B C D E F Sopir 2 1 2 1 2 2 Penumpang - - 1 - - - Pengunjung - - 3 - - - Keteraangan : A. Maksim Kebijaksanaan B. Maksim Kedermawanan C. Maksim Penghargaan D. Maksim Kesederhanaan E. Maksim Pemufakatan F. Maksim Kesimpatian

Tabel 2. menunjukkan hasil penelitian penggunaan prinsip kesantunan dalam interaksi sosial di lingkungan masyarakat terminal Mallengkeri. Prinsip kesantunan yang ditemukan meliputi : Maksim kebijaksanaan sebanyak 2 ; Maksim kedermawanan sebanyak 1 ; Maksim penghargaan sebanyak 6 ; Maksim kesederhanaan sebanyak 1 ; Maksim pemufakatan sebanyak 2 ; Maksim kesimpatian sebanyak 2.

3. Persepsi penyimak bahasa yang berasal dari luar lingkungan terminal