• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ramuan merupakan jenis obat yang berasal dari buah-buahan maupun tumbuh-tumbuhan yang diolah sedemikian rupa kemudian dikonsumsi jika muncul gejala suatu penyakit tertentu. Dalam masyarakat desa Poleganyara, penggunaan ramuan dalam mengobati penyakit tertentu lebih banyak digunakan dari pada obat dokter. Dari 30 riset partisipan, 23 riset partisipan menggunakan ramuan jika muncul gejala hipertensi sedangkan 7 riset partisipan lainnya tidak menggunakan ramuan tetapi obat dokter sebagai pengobatan hipertensi.

Dalam mengkonsumsi ramuan, takaran yang digunakan dan frekuensi setiap kali minum ramuan berbeda-beda. Kebanyakan dari riset partisipan menggunakan takaran sendiri dalam jumlah bahan yang digunakan, namun jumlah yang diminum dalam ukuran yang sama yakni 1 gelas sekali minum.

a. Ramuan

Jenis ramuan yang digunakan oleh riset patisipan ada yang sama, ada pula yang berbeda dan setiap riset partisipan

68

yang mengkonsumsi ramuan sebagai pecegahan rehipertensi menggunakan lebih dari satu jenis ramuan. Hal ini berdasarkan jenis ramuan yang mudah didapatkan pada saat munculnya gejala hipertensi.

Dari hasil penelitian terhadap 23 riset partisipan yang mengkonsumsi ramuan, jenis ramuan yang digunakan adalah daun balacai (daun jarak), daun sambiloto, balakama (daun kemangi), daun papaya, mengkudu, daun salam, bawang putih, daun sup, daun alpukat dan daun belimbing. Daun balacai dan daun kemangi merupakan jenis ramuan yang paling sering dikonsumsi oleh kebanyakan riset partisipan karena mudah didapat dan mudah dalam pembuatan.

Cara Pembuatan

Dalam hasil wawancara, tidak semua riset partisipan mengatakan cara pembuatan dari beberapa ramuan yang pernah dikonsumsi dan hanya mengungkapkan cara pembuatan dari jenis ramuan yang sering dikonsumsi yaitu balacai, balakama, daun salam, sambiloto, daun belimbing, daun papaya, daun sirsak, mengkudu.

Pada umumnya cara pembuatan ramuan oleh setiap partisipan sama. Setiap jenis ramuan yang diketahui oleh 23 riset partisipan sebagai pencegahan rehipertensi diolah oleh

69

riset partisipan itu sendiri, namun ada beberapa riset partisipan yang mendapat bantuan dari anggota keluarga untuk membuat ramuan jika riset partisipan tidak mampu membuatnya karena sedang sakit atau sedang mengalami gejala penyakit yang terlalu berat.

Ada 2 riset partisipan memiliki perilaku tertentu dalam mencegah rehipertensi selain mengkonsumsi ramuan yaitu dengan memanfaatkan jenis bahan makanan tertentu seperti bawang putih dan daun papaya. Bawang putih digunakan lebih banyak dalam masakan seperti dalam wawancara dengan bapak RT yang mengatakan: “Sering.Jangankan itu kalo pusing-pusing saja minum obat. Hah, tapi kebanyakan anu, biasa minum ramuan anu itu, apa ini, itu rumput-rumput dimasak nah itu cepat juga. Biasa juga bawang putih. Kalo saya ba masak itu saya kase banyak itu bawang putih. Kan bawang putih juga kase turun tekanan juga to“ (P3,11). Daun papaya dengan rasa pahit yang khas dipercaya juga dapat menurunkan gejala hipertensi. Dilihat dalam wawancara dengan bapak BK yang mengatakan : “Tidak ada saya kalo pake ramuan. Saya itu biasa rebus daun papaya dengan dimakan daun pepayanya. Kalau itu kita makan cepat sekali. Tapi kalau lewat juga dimakan langsung turun talewat turun juga. Daun papaya

70

dia kan pahit, makanya bisa cuma direbus itu saya bisa makan, atau dicampur disayur to. Begitu saja.”(P11,29). Menurut mereka hal ini berpengaruh terhadap pencegahan rehipertensi, dimana gejala hipertensi jarang muncul kembali.

71

Table 5. Cara Pembuatan Ramuan dan Frekuensi

No. Jenis Cara Pembuatan Frekuensi

1. Balakama (kemangi)

Ambil daun balakama secukupnya, dicuci bersih kemudian, disiram dengan air panas. Diamkan hingga hangat kemudian diminum.

1 gelas perhari

2 Daun balacai 3 lembar daun balacai, dicuci bersih, kemudian disiram dengan air panas, diamkan hingga hangat kemudian diminum.

1-2 gelas perhari

3 Daun sambiloto

Ambil 7 lembar daun sambiloto, dicuci bersih kemudian disiram dengan air panas, diamkan hingga hangat kemudian diminum.

1 gelas perhari

4 Daun belimbing

Ambil 7 lembar daun belimbing, cuci bersih kemudia direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih.

1 gelas perhari

5 Daun salam Ambil 7 lembar daun salam, direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih di perkirakan tinggal 1 gelas. Dinginkan kemudian diminum.

1 gelas perhari

6 Daun pepaya Ambil 3 daun papaya kuning yang telah jatuh, rebus sampai mendidih, kemudian airnya diminum

1 gelas perhari

7 Daun sirsak daun sirsak, dicuci bersih kemudian direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih (diperkirakan tinggal 1 gelas)

1-2 gelas perhari

72  Frekuensi dan Alasan

Frekuensi mengkonsumsi ramuan dalam sehari diatur oleh riset partisipan, sehingga frekuensi meminumnya ada yang berbeda dan ada pula yang sama. Ramuan tersebut hanya dikonsumsi ketika muncul gejala hipertensi sedangkan jika gejala telah berkurang maka dihentikan mengkonsumsi ramuan tersebut.

Frekuensi meminum ramuan tidak teratur karena bergantung pada jenis ramuan yang diminum. Ada 1 jenis ramuan yakni daun salam, yang jika diminum terlalu sering dapat menurunkan darah secara siginifikan dan menyebabkan darah rendah. Hal ini dialami oleh 2 riset partisipan, seperti yang disampaikan oleh ibu R: “Iyo sama khasiatnya itu no. Cuma kalo daun salam kalo talalu sering diminum jadi tiba-tiba turun saya pe darah. Waktu itu kan saya pi ba priksa di bidan kancu dia bilang, kenapa ini ibu biasanya darah tinggi sakarang tinggal 80 tekanan darahnya ibu. Sa baru ingat o iyo ada jojo daun salam owi. 4 hari berturut-turut waktu itu saya minum itu ramuannya daun salam. Makanya memang musti dikase berenti kalo so kurang depe sakit.” (P2,54). Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu O bahwa jika mengkonsumsi daun salam terlalu sering dapat menurunkan tekanan darah secara

73

signifikan sehingga disarankan untuk menghentikan konsumsi ramuan daun salam jika gejala hipertensi berkurang. Frekuensi dari setiap ramuan dapat dilihat pada table 4.4.

Takaran

Takaran yang dimaksud adalah banyaknya jumlah bahan yang digunakan dalam pembuatan ramuan dan ukuran banyaknya yang diminum dalam sekali konsumsi. Takaran ini berbeda untuk beberapa partisipan, ada yang jumlahnya sama, ada yang jumlahnya berbeda. Namun untuk setiap ramuan yang dibuat, 23 riset partisipan memiliki ukuran konsumsi yang sama yakni 1 gelas untuk satu kali minum.

Table 6. Takaran Jenis Ramuan

No. Jenis Ramuan Takaran

1. Mengkudu 3 biji

2. Balakama ( daun kemangi) 1 genggam

3. Daun balacai 3-5 helai

4. Daun belimbing 7 helai

5. Daun sambiloto 7 lembar

Berdasarkan hasil wawancara dengan 12 riset partisipan menyebutkan takaran yang digunakan untuk membuat ramuan yakni untuk jenis mengkudu, balakama

74

(kemangi), daun balacai (daun jarak), daun belimbing dan daun sambiloto. Banyaknya daun yang digunakan untuk setiap ramuan harus berjumlah ganjil. Hal ini berdasarkan kepercayaan dari setiap riset partisipan. Jumlah yang digunakan adalah 3 helai daun, 5 helai daun, 7 helai daun dan seterusnya. Namun dari 23 partisipan mengatakan hanya menggunakan 3 atau 7 helai daun dalam pembuatan ramuan, sedangkan untuk kemangi jumlahnya segenggam. Jumlah ini tidak berpengaruh terhadap manfaat yang didapatkan oleh riset partisipan karena pada umumnya hasil yang didapatkan setelah mengkonsumsi ramuan, 23 riset partisipan mengatakan bahwa perasaan setelah mengkonsumsi ramuan baik dan sangat berpengaruh untuk mengurangi gejala hipertensi yang muncul.

11 riset partisipan lainnya hanya menyebutkan jenis dan cara pembuatan ramuan tanpa menyebutkan jumlah bahan yang digunakan. Namun secara keseluruhan 23 riset partisipan yang menggunakan ramuan memiliki cara yang sama dalam proses pembuatan dan cara mengkonsumsinya.

75

a. Penggunaan Obat Medis dan Alasan

Dari 30 riset partisipan 7 riset partisipan hanya mengkonsumsi obat sebagai pencegahan rehipertensi. Obat yang sering diminum adalah katopril. Adapun alasan penggunaan obat karena sudah terbiasa sejak dulu dan merasa lebih baik setelah minum obat, seperti dalam wawancara dengan ibu AL mengatakan: “Ane da puramo nu

pakuli, malai mo yaku. Karna be bisa ane bere’e. matu’a mo wance’i.

japodo pakuli. Maeka ku yaku ane rata ju’a se’i. ane ramuan bere’e, biasa mo pai pakuli, lese kuepe.” (Kalo sudah mau habis obat, langsung saya pergi. Karena saya tidak bisa kalau tidak obat. Sudah tua begini hanya obat saja. Takut saya kalau penyakit ini kambuh. Kalo ramuan tidak ada, minum obat saja karena so bagus juga dengan obat saya rasa to).(P6,15).Hal serupa dikatakan oleh bapak WP: “Minum obat saja. Tidak ada minum-minum ramuan. Dari dulu so dengan obat soalnya to, jadi saya minum obat terus.” Alasan lainnya yaitu karena tidak mampu mengkonsumsi ramuan seperti yang dikatakan oleh ibu BT: “Bere’e japodo

pakuli setu. Ane re’e bara nja, ja pakuli ungkari Puskesmas. Ane

damanginu ramuan, be ku poli” (Tidak ada hanya obat itu saja. Ada apa-apa saya obat dari Puskesmas saja. Kalau minum ramuan saya tidak mampu) (P7,6). Hal serupa juga disampaikan oleh 6 riset

76

partisipan yang hanya menggunakan obat jika mengalami hipertensi.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa ketujuh riset partisipan bergantung pada obat karena telah memiliki kepercayaan dan perasaan yang lebih baik jika mengkonsumsi obat.

Dokumen terkait