• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUANG TERBUKA

2.2. Penghijauan Perkotaan

Penghijauan diartikan sebagai satu kegiatan pen ting yang harus dilaksanakan secara konseptual d alam men angani krisis lin gkungan. Fakta menunjuk kan bahwa banyak b angunan dibangun pada lahan pertanian dan ruang terbuk a hijau. Padahal tumbuhan (yan g berh ijau daun) dalam ekosistem, berperan sebagai p rodusen pertama yan g mengubah energi su rya menjadi energi potensial un tuk makhluk lain nya, dan mengu bah CO2 menjadi O2 dalam proses fotosintesis (Odum, 1 996).

M enurut Zoer’aini (2003), pen ghijauan dalam arti luas ad alah segala daya untuk memulihkan, memelih ara dan meningkatkan k ondisi lah an agar dapat berprod uksi dan berfun gsi secara o ptimal, baik sebagai pengatur tata air atau pelindun g lingkungan. Penghijauan kota adalah suatu usah a untuk menghijauk an kota dengan melaksanakan pengelolaan taman-taman kota, taman-taman lingkungan, jalur hijau, hutan ko ta dan sebagainya. Dalam hal in i p enghijau an perkotaan merupakan kegiatan pengisian ruang terbuka diperkotaan. Bentuk penghijauan yang dilaku kan san gat tergantung p ada kondisi lingk ungan setempat. Berbeda tempat berbeda pula karakteristiknya. Akibatnya cara p enghijau an menjadi bervariasi walau pun tujuan utamanya ialah penan aman pohon atau tanaman.

Karakteristik yang dapat membedakan bentuk penghijauan di suatu tempat an tara lain sumber air, luas lahan tersedia, intensitas sinar matahari, dan k ondisi lingkungan sekitarn ya. Lingkun gan sekitar dapat dapat berarti tempat hunian atau tempat umum dengan kondisi padat, sedang, atau bahkan jarang (Nazaru ddin, 1996).

M enurut Nazaruddin (19 96), bentuk-bentuk penghijau an kota antara lain : A. Hutan Kota

Defin isi hutan ko ta men urut Faku ara (1987) dalam Departemen Kehutanan (20 05) adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan man faat lingkungan yang sebesar-b esarnya dalam kegunaan-kegunaan pro teksi, estetika dan kegunaan-k egunaan khusus lainnya. M enurut Nazaruddin (19 94), hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami di sini bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hu tan besar atau rimba melainkan tidak terlalu d iatur seperti taman.

Lokasi hutan kota umumnya di daerah ping giran. Hal tersebut d imun gkin kan karena kebu tuh an lokasi permukiman atau perkantoran daerah terseb ut tidak terlalu besar. Lokasi yang cu kup luas un tuk dijadikan h utan kota relatif mudah dipero leh.

M enurut Grey dan Deneke (1978) dalam Zo er’aini (2005), hutan kota merupakan kawasan vegetasi berkayu yang luas serta jarak tanamn ya terbuka bagi bagi umum, mudah dijangkau oleh p enduduk kota. Jarak lokasi hutan kota dapat dicapai dengan berjalan kaki dari pusat permukiman p enduduk padat, jarak sama yan g ditempuh dari titik akhir jaringan transportasi umum atau setara waktu yang diperlukan pejalan kak i ap abila ia bersepeda dan harus dibuka untuk umum.

Hutan ko ta merupakan bagian dari program Ruang Terbuka Hijau (Departemen Kehutanan, 2005). Ruang Terbu ka Hijau dinyatakan sebagai ruang-ruang dalam k ota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk membu lat maupun dalam bentuk memanjang/jalur di mana d alam p enggunaannya lebih bersifat terb uka yan g p ada d asarnya tanpa bangunan. Pelaksanaan program pengembangan Ruang Terbuka Hijau dilakuk an dengan pengisian hijau tumbuh an secara alamiah ataupun tanaman budidaya seperti p ertanian, pertamanan, perkebu nan dan seb again ya.

B. Taman Umum

Taman umum menurut Nazaruddin (19 96), merupak an taman yang diperuntukkan seb agai ruang terbuka hijau u ntu k umum. Masyarakat dapat memanfaatkan taman umum u ntu k aneka k eperluan, diantaran ya sebagai tempat bersantai, berjalan-jalan, membaca, dan sebagainya. Lok asi taman u mu m biasanya dibuat d i lok asi yang b anyak dilalui orang. Lokasi ini bisa di pusat kota, dekat perkan toran, bahkan di tengah p ermuk iman p endudu k.

Hasni (2008) men yatakan, taman umum atau disebut juga taman kota (urban park) adalah taman yan g khusus dirancang u ntuk menampung kegiatan rekreatif penduduk kota dan berguna untuk kegiatan fisik yang menyeh atkan , bermanfaat bagi pendidik an anak-anak maupun gen erasi muda untuk lebih mencintai dan menghargai lingkungan hijau .

Taman menurut Dep artemen Kehutanan (2005), dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian ru pa, baik sebagian maupun semuanya

h asil rekayasa manu sia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Di taman umum biasan ya dijumpai beberapa poho n b esar yang rind ang, semak atau perdu dan tanaman hias yan g ditata rapi, bangku taman untuk tepat orang duduk melepas lelah , jalan setapak, kolam, air mancur, serta tempat bermain anak-anak. C. Penghijauan Halaman Rumah Penduduk.

Halaman atau pekarangan rumah pen duduk merupakan ruang terbuka hijau yan g cocok untuk mendukung gerakan pen ghijauan kota. Apabila setiap penduduk memiliki kesadaran untuk menanami halaman rumahnya den gan tanaman, maka penghijauan kota d apat dikatakan berhasil. Dengan semakin bertambahn ya populasi rumah hunian di suatu kota, jumlah populasi pepo honan pun akan bertambah bila di setiap rumah pendudu k ditan ami dengan poho n-pohon pen ghijauan (Nazaruddin,

1996). M enurut Departemen Kehutanan (2005), halaman rumah dapat memberikan

prestise tertentu. Oleh sebab itu halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mend apatk an citra, kebanggaan dan keindahan tertentu yang emp unya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya. Maka halaman tidak hanya d itanam dengan tanaman yang dapat men ghasilkan buah, namun dilengkapi juga den gan tanaman beb ungaan yang indah.

Akan tetapi, pertambahan pendud uk yan g pasti terjadi di sebuah kota yang dinamis membuat lahan pekarangan di kota ikut menyempit. Pekarangan luas dan lebar kin i hanya dimilik i oleh b eberapa penduduk yang mampu. Penduduk kota

k ebanyakan hanya memiliki halaman rumah seadanya. Bahkan fenomena ruko (rumah toko ) makin marak di p erk otaan yang sama sekali tid ak memiliki lahan pekarangan yang bisa ditanami. Bila memiliki halaman, hanya berukuran kecil yang disemen atau diperkeras dengan material lainnya untuk dijadikan tempat parkir kendaraan.

D. Jalur Hijau di Jalan Umum

Penghijauan di jalan umu m biasanya berbentuk penanaman pohon di bagian jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di median atau tengah jalan untuk jalan raya atau jalan dua arah maupun di kanan dan kiri jalan. Sering pula dijumpai jalan yang di kanan k irinya sudah dib uatkan jalur khusus untuk pejalan kaki (pedestrian) masih dapat pula ditanami pohon (Nazarud din , 1996).

Hasni (2008), men yatakan yang dimaksud d engan jalur hijau atau green belts ad alah daerah pen yangga yang diproyeksikan di sekeliling batas (administratif) kota. Sabuk hijau pen yangga umumnya berbentuk memanjang, b ahkan bisa mencapai puluhan kilometer, namun jarak lebar jalur hijau ini relatif pendek, di mana ukuran pendek tidakn ya tergantun g pada k ebutuhan yang disesuaikan dengan kondisi alam serta jenis kegiatan penduduk yang akan dilakuk an di dalamnya.

Pada jalan-jalan p rotokol yang pada umumnya lebar dan terang tidak ditanami dengan vegetasi secara pen uh. Bila ditanami tanaman, jenis tanamann ya biasan ya berupa rumput, bu nga-bungaan, atau tanaman hias yan g kecil. Namun, ini tergantung situasi jalan protokol tesebut. Jalan protokol yang melewati permu kiman atau

perkan toran tidak bisa ditanami poh on yang rap at atau terlalu menutupi pandangan. Akan tetapi, jalan protokol menuju luar ko ta atau permukiman yang tidak terlalu padat b isa ditanami tanaman yang agak rimbun.

E. Pen ghijauan Daerah Aliran Sungai

Tepian sungai yan g tidak ditanami dapat menjadi daerah yang berbahaya. Gerusan air yang berlangsung terus menerus, serangan banjir, atau hujan deras yang datang tiba-tiba membu at lereng sun gai menjadi daerah yang mudah sek ali longsor. Apalagi bila sungai belum dibuatkan tebin g p ermanen d ari beton atau dinding dari susunan batu besar maka bah aya longsor akan selalu menjadi ancaman.

Penghijauan daerah aliran sungai tidak hanya b ermanfaat untuk penguat tebing su ngai. Sungai yang ditan ami pepohonan akan terlihat lebih rapi dan in dah seh ing ga dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Pepohonan di sepanjang tepi sungai juga memberikan pemandangan asri bagi para p engemudi k endaraan bermotor yan g melalui jalan di tepian sun gai tersebut (Nazaruddin, 1996).

Dokumen terkait