• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Sistem Dinamis Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Berdasarkan Faktor - Faktor Lingkungan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Polonia Dan Medan Area)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Model Sistem Dinamis Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Berdasarkan Faktor - Faktor Lingkungan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Polonia Dan Medan Area)"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

T E S I S

Oleh

FITRINA FAIZAH

047004005/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

T E S I S

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Prog ram Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

FITRINA FAIZAH

047004005/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Na ma Mahasiswa : Fitrina Faizah No mor Pokok : 0 47004005

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS)

(Prof.Dr.Ir. B.Sengli J. Damanik, M.Sc) (Ir.Meuthia Fadila Fachruddin, M.Eng.Sc)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS

Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc

2. Ir. Meuthia Fadila Fachruddin, M.Eng.Sc

3. Prof. Dr. Herman Mawengkang

(5)

Fitrina Fa izah

ABSTRAK

Penelitian ini d ilaksanakan pada 2 (dua) Kecamatan di Kota Medan, yaitu Kecamatan Med an Polonia dan M edan Area mulai bulan Oktober sampai Nopember 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model sistem dinamis ruang terbuka hijau (RTH) yang ad a di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area. Model yan g dib angun menggunakan metode sistem dinamis dengan memakai prog ram Powersim 2.5. Model yang dikembangkan terdiri dari sub sistem yang saling berkaitan yaitu sub sistem luas wilayah, ju mlah p enduduk, ju mlah k endaraan dan jumlah tanaman (pohon). Hasil simu lasi men unjukkan adanya penin gkatan jumlah penduduk, ju mlah kend araan dan jumlah tanaman dari tahun 200 8 sampai 2 012, sed ang untuk Standar Ruang Terb uka Hijau terjadi penurunan luas pada kedua kecamatan. Nilai Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada hasil ak hir simulasi un tuk Kecamatan Medan Polonia adalah 0,0049 Ha/jiwa atau 49 m2/jiwa, sedangk an untuk Kecamatan Medan Area adalah 0,0 018 Ha/jiwa atau 18 m2/jiwa. Penelitian ini juga menu nju kkan bahwa untuk memenuhi standar RTH, d iperlukan optimalisasi penanaman pohon d i tiap-tiap kecamatan. Model penelitian yang menggunakan metode sistem dinamis ini dapat dijadikan rekomendasi bagi pihak yang berwen ang dalam pengambilan keputusan kebijakan-kebijakan untuk pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan pemban gunan yan g berkelanjutan di Kota Medan.

(6)

Fitrina Fa izah

ABSTRACT

The research was condu cted in 2 ( two ) subdistrict in Medan City, that were Medan Polonia and Med an Area su bdistricts from Octo ber to Novemb er 2009. The aim of this research is to descript the d ynamic s ystem model of Green Open Space (GOS) which in Medan Polonia and Medan Area subdistricts. The model was used a dynamic system method of Po wersim 2.5 program. The model was constructed there were sub system broa d of region, population, to the amount of vehicle and p lan t (tree). Simulation result by showed tha t increase pop ula tion, to the amount of vehicle and plant (tree) from 2008 to 2 012, even for Green Open Space (GOS) Standart were decrea se broad at both of su bdistrict. Value o f Green Open Spa ce (GOS) at final simulation result for Medan Polonia subdistrict are 0 ,0049 Ha per person or 49 m2 per person , meanwhile Medan Area sub district are 0,0 018 Ha per person or 18 m2 per person. The result of resea rch was showed to fill Green Op en Space (GOS) Standart to required planting tree fully of each at subdistrict. The research model was used dynamic system meth od is recommended tools to policy instrument of urban Green Open Sp ace (GOS) Plann ing System to manage GOS and sustainable develop ment in Medan City.

Key Words : Green Open Space (GOS), System Dynamic, Simulation

(7)

Puji dan syukur Alhamdulillah disampaikan ke h adirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan tesis dengan judul ”Model Sistem Dina mis Rua ng Terbuka Hijau Kota Medan Berdasarkan Faktor-Faktor Lingkunga n (Studi Kasus di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area)” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi tu gas akhir

penyelesaian program pascasarjana pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya

Alam dan Lingku ngan (PSL), Seko lah Pascasarjana, Universitas Su matera Utara,

Medan.

Selama pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini penulis telah mendapat

bantu an dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya disamp aikan kepada:

1. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

banyak memberikan perhatian, nasihat, arahan dan waktu untuk berdiskusi

dengan memberikan semangat secara terus menerus sejak perencanaan penelitian

samp ai penyelesaian penulisan tesis in i.

2. Prof. Dr. Ir. Sengli J. Damanik, M.Sc dan Ir. Meuthia Fad ila Fachruddin,

M.Eng.Sc, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan

(8)

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Herman Mawengkang dan Dr. Zahari Zein, M.Sc, selaku Dosen Pen guji

yang telah memberikan koreksi, masukan, saran perbaikan dan semangat dalam

men yelesaikan studi.

3. Pemerintah Kota Medan, khususnya pihak Kecamatan Med an Polonia dan

Medan Area atas b antuan dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis

selama melakukan penelitian.

4. Ayahanda Alm. Karimul Rajali Lubis dan Ibu nda Hj. Dharmawaty, abanda

Rahmat d an Basyrah, kakan da Reni dan adinda Putra, Aci dan Ela atas duk ungan

moril dan materiil, pengo rban an, kasih sayang yang tak terhingga dan

men gajarkan tentang kehidupan.

5. Rekan-rekan PSL 2004 ( M.P. Haloho, M. Fadlun dan Wah yun i Zahra ) yang

selalu memberikan semang at dan b antuan moril dan materiil dalam

men yelesaikan stud i, Gita dan M ahya yan g membantu dalam pen gambilan

samp el di lapangan, Joko yang membantu dalam pembuatan mod el dan Oloan

Saragih yang membantu d alam pembuatan peta.

6. Maya dan Putri sebagai pegawai administrasi Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkun gan, Sekolah Pascasarjan a Universitas Sumatera

(9)

men yelesaikan tesis ini.

2. Dan segenap pihak yan g telah membantu dalam penyelesaian tesis dan studi,

yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Ibu, Bapak, Ab ang, Kakak

dan Adik dengan berlipat ganda. Akhirnya den gan ketulusan d an k erendahan h ati,

penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kekurangan dan belum sempurna,

namu n demikian penulis berharap tesis yan g sederhana ini bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yan g memerlukannya.

Medan, Februari 2011

(10)

Penulis dilahirk an di Aek Kano pan, Kab upaten Labuh anbatu Utara, Propinsi

Sumatera Utara pada tang gal 17 Juli 1977. Penulis merupakan anak ke-4 d ari 7

bersaud ara sebagai puteri dari Bapak Alm. Karimul Rajali Lubis dan Ibu Hj.

Dharmawaty.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai beriku t :

1. Tahun 1984, menempuh pendidikan tingkat dasar di SDN 106 162 Medan Esate,

Kecamatan Percut Sei Tu an, Deli Serdan g

2. Tahun 1 990, menempuh pendidikan tingkat pertama di MTsN Med an

3. Tahun 1 993, menempuh pendidikan tingkat atas d i MAN I Medan

4. Tahun 1997, menempuh pendidik an tingkat sarjan a di Universitas Sumatera Utara

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Juru san Biologi

5. Tahun 2 004, memasuki Sekolah Pascasarjana Un iversitas Sumatera Utara Program

(11)

ABSTRAK ... i

2.3. Tujuan , Manfaat dan Fungsi Pembentukan Ruang Terb uka Hijau ... 18

2.4. Serapan Vegetasi Terhadap Karbon Dioksida ... 22

(12)

4.1. Kondisi Umum Lo kasi Penelitian ... 48

4.1.1. Luas dan Jumlah Penduduk ... 48

4.1.1.1. Kecamatan Medan Polonia ... 48

4.1.1.2. Kecamatan Medan Area ... 50

4.1.2. Jumlah Kendaraan Bermotor ... 55

4.1.3. Jumlah Tanaman (Poho n) ... 59

4.2. Pemodelan Sistem ... 62

4.2.1. Model Ruang Terbuk a Hijau di Kecamatan M edan Polonia ... 62

4.2.2. Analisis Kecenderungan Sistem (Simulasi Model) Kecamatan Med an Po lon ia ... 65

4.2.3. Model Ruang Terbuk a Hijau di Kecamatan M edan Area ... 69

4.2.4. Analisis Kecenderungan Sistem (Simulasi Model) Kecamatan Medan Area ... 72

4.2.5. Analisis Perilaku (Kondisi) Nyata Ruang Terbuka Hijau (RTH) ... 77

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 . Saran ... 81

(13)

No. J udul Halama n

5. Jumlah pen duduk per Km dirinci menurut Kelurahan di

Kecamatan Medan Polo nia Tahun 2003-2007 ... 49

6. Kepadatan Pendudu k per Km d irinci menuru t Kelurahan di

Kecamatan Medan Polo nia Tahun 2003-2007 ... 49

7. Luas Wilayah dirinci per Kelurah an di Kecamatan M edan Area .... 51

8. Jumlah pen duduk per Km dirinci menurut Kelurahan di

Kecamatan Medan Area Tahun 2003-2 007 ... 52

9. Kepadatan Pendudu k per Km d irinci menuru t Kelurahan di

Kecamatan Medan Area Tahun 2003-2 007 ... 53

10. Jumlah Sarana An gk utan (Umum dan Pribad i) di Kecamatan

Medan Area ... 56

11. Jumlah Sarana An gk utan (Umum dan Pribad i) di Kecamatan

Medan Polonia ... 56

12. Jumlah Tanaman (Pohon ) di Kecamatan Medan Area ... 59

13. Jumlah Tanaman (Pohon ) di Kecamatan Medan Polonia ... 59

14. Hasil Simu lasi Untu k RTH, J umlah Tanaman, Jumlah

16. Hasil Simu lasi Untu k Perilaku (Kondisi) Nyata Sistem

Dinamis Ruang Terbuka Hijau pada suatu Kecamatan di Kota

(14)

No. J udul Halama n

1. Kerangka Kon septual Penelitian ... 8

2. Dasar Metodologi Sistem Dinamis ... 26

3. Cara Mempelajari Suatu Sistem ... 29

4. Jenis Variabel d alam Model Sistem Din amis ... 34

5. Diagram lingkar sebab-akibat (causa l-loop diagra m) RTH ... 42

6. Diagram masu kan-keluaran (in put-output d iag ram) sistem Ruan g terbuka hijau (RTH) Kecamatan Med an Area dan Medan Po lon ia ... 44

7. Diagram Dinamis (Diagram Forrester) Pen elitian ... 45

8. Diagram dinamis model RTH Kecamatan Medan Po lo nia ... 62

9. Dinamika peubah-p eubah sistem dalam kurun waktu 5 (lima) tahu n pada Kecamatan Medan Polonia ... 66

10. Diagram dinamis model RTH Kecamatan Medan Area ... 69

11. Dinamika peubah-p eubah sistem dalam kurun waktu 5 (lima) tahu n pada Kecamatan Medan Area ... 73

(15)

No. Lampiran Halama n 1 Peta Kecamatan Medan Polonia ... 86

2 Peta Kecamatan Medan Area ... 87

3 Jumlah dan Jenis Tanaman (Poh on) di Kecamatan Medan

Polonia dan Medan Area ... 88

4 Daftar Inven taris Taman Dinas Pertamanan Kota Medan yang

berada d i Kecamatan Medan Polonia ... 92

5 Kategori luas pek arangan p erumahan penduduk pada

Kecamatan Medan Polo nia dan Medan Area ... 92

6 Foto-Foto Penelitian ... 93

Gambar 13. Taman Beringin Jl.Su dirman... 93

Gambar 14. Beberapa jalan di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan M edan Polonia yang tidak bervegetasi sama sekali ... 93

Gambar 15. Perband ingan kondisi perumahan an tara yang ada

d i Med an Area (a) dan Medan Po lon ia (b) ... 94

Gambar 16. Taman Ahmad Yani Jl.Sudirman ... 94

Gambar 17. Perb andingan Kondisi Jalan Raya an tara Medan

Area (a) d engan Medan Polonia (b) ... 95

7 Rumusan Perh itungan Analisis M odel Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Medan Polo nia program Powersim Studio Expert

2005 ... 97

8 Rumusan Perh itungan Analisis M odel Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Medan Area program Po wersim S tud io Expert

2005 ... 105

9 Rumusan Perh itungan Analisis M odel Perilaku (Kondisi) Nyata Sistem Dinamis Ruang Terbuka Hijau pada su atu Kecamatan di Kota Med an program Powersim Studio

Expert 2005 ... 113

(16)

Fitrina Fa izah

ABSTRAK

Penelitian ini d ilaksanakan pada 2 (dua) Kecamatan di Kota Medan, yaitu Kecamatan Med an Polonia dan M edan Area mulai bulan Oktober sampai Nopember 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model sistem dinamis ruang terbuka hijau (RTH) yang ad a di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area. Model yan g dib angun menggunakan metode sistem dinamis dengan memakai prog ram Powersim 2.5. Model yang dikembangkan terdiri dari sub sistem yang saling berkaitan yaitu sub sistem luas wilayah, ju mlah p enduduk, ju mlah k endaraan dan jumlah tanaman (pohon). Hasil simu lasi men unjukkan adanya penin gkatan jumlah penduduk, ju mlah kend araan dan jumlah tanaman dari tahun 200 8 sampai 2 012, sed ang untuk Standar Ruang Terb uka Hijau terjadi penurunan luas pada kedua kecamatan. Nilai Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada hasil ak hir simulasi un tuk Kecamatan Medan Polonia adalah 0,0049 Ha/jiwa atau 49 m2/jiwa, sedangk an untuk Kecamatan Medan Area adalah 0,0 018 Ha/jiwa atau 18 m2/jiwa. Penelitian ini juga menu nju kkan bahwa untuk memenuhi standar RTH, d iperlukan optimalisasi penanaman pohon d i tiap-tiap kecamatan. Model penelitian yang menggunakan metode sistem dinamis ini dapat dijadikan rekomendasi bagi pihak yang berwen ang dalam pengambilan keputusan kebijakan-kebijakan untuk pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan pemban gunan yan g berkelanjutan di Kota Medan.

(17)

Fitrina Fa izah

ABSTRACT

The research was condu cted in 2 ( two ) subdistrict in Medan City, that were Medan Polonia and Med an Area su bdistricts from Octo ber to Novemb er 2009. The aim of this research is to descript the d ynamic s ystem model of Green Open Space (GOS) which in Medan Polonia and Medan Area subdistricts. The model was used a dynamic system method of Po wersim 2.5 program. The model was constructed there were sub system broa d of region, population, to the amount of vehicle and p lan t (tree). Simulation result by showed tha t increase pop ula tion, to the amount of vehicle and plant (tree) from 2008 to 2 012, even for Green Open Space (GOS) Standart were decrea se broad at both of su bdistrict. Value o f Green Open Spa ce (GOS) at final simulation result for Medan Polonia subdistrict are 0 ,0049 Ha per person or 49 m2 per person , meanwhile Medan Area sub district are 0,0 018 Ha per person or 18 m2 per person. The result of resea rch was showed to fill Green Op en Space (GOS) Standart to required planting tree fully of each at subdistrict. The research model was used dynamic system meth od is recommended tools to policy instrument of urban Green Open Sp ace (GOS) Plann ing System to manage GOS and sustainable develop ment in Medan City.

Key Words : Green Open Space (GOS), System Dynamic, Simulation

(18)

1.1.Latar Belakang

Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangu nan n asional yang

san gat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh.

Pembangunan daerah telah berlangsung dengan pesat dan akan terus berlanjut, maka

diperkirakan akan terjadi perubahan pola pemanfaatan ruan g.

Pasal 3 Undang-Undan g Nomor 26 Tahun 20 07 tentang Penataan Ruang,

men yatakan bah wa penataan ruang perkotaan diselenggarakan untuk mewujudkan

ruang wilayah nasional yan g aman, nyaman, p roduktif, d an berkelanju tan dengan :

(a) Terwu jud nya keharmonisan antara lin gk ungan alam dan lingkun gan buatan;

(b) Terwu jud nya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan su mber

daya buatan d engan memperhatikan sumber d aya manusia; dan

(c) Terwu jud nya perlind ungan fun gsi ruang dan pen cegahan dampak negatif

terhadap lingku ngan akibat pemanfaatan ruang.

Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merup akan bagian dari penataan

ruang ko ta yang berfungsi seb agai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau

hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga dan

kawasan hijau pek arangan. Ruang terbuka hijau adalah ruan g-ru ang d alam kota atau

wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area

memanjang/jalur. Pemanfatan ruang terbuka hijau lebih bersifat pengisian hijau

(19)

Fungsi tumbu h-tumbuhan san gat erat kaitannya dengan keseh atan manusia,

seh ing ga dalam tata ru ang kota, p eman faatan tu mb uh-tumbuhan yan g biasanya

berben tuk taman kota, ruang terbuk a kota, jalur h ijau dan sebagain ya, sering disebut

seb agai paru-paru kota (Ang graini, 19 88 da la m Konferensi Nasional-IX Puslit

SDAL USU).

Penataan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan dalam Pasal 3 Peraturan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tah un 2007 ten tang Penataan Ruang

Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, bertujuan untuk :

(a) Menjaga keserasian dan k eseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan;

(b) Mewujudkan keseimbangan an tara lingkungan alam dan lingkungan buatan

perkotaan; dan

(c) Meningkatkan kualitas lingkungan perko taan yan g sehat, indah, bersih dan

nyaman.

Fakto r lingkung an yang b erk aitan erat dengan keb utu han Ruang Terbu ka

Hijau adalah besarnya populasi manusia yang berhubun gan dengan pertumbuhan

penduduk dan peng gunaan ruang. Faktor lainn ya adalah meningkatn ya suhu udara,

kebisingan, debu, polutan, menuru nnya kelembaban (yang disebabkan oleh

(20)

Udara sebagai sumberdaya alam yang mempengaruhi k ehidupan manusia

serta makhluk hidup lainnya harus dijaga d an d ip elihara k elestarian fungsinya untuk

pemeliharaan kesehatan dan kesejah teraan manusia serta perlindungan bagi makhluk

hidup lainnya. Supaya udara dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi pelestarian

fun gsi lingkungan hidup, maka udara perlu d ip elihara, d ijaga dan dijamin mutunya

melalui pengendalian pencemaran udara (PP No.41 Tahun 1999).

Perubahan pola pemanfaatan ruang yang terjadi mempunyai pengaruh buruk

terhadap lingkungan, apalagi jika sebelumn ya aparat pemerintah belum

mempersiapkan strategi perencanaan khusus untuk mengantisipasi segala bentuk

perubahan terutama yang terjad i terhadap pengelo laan lin gkungan hidup kawasan

perkotaan secara berkesin ambungan. Permasalahan lingkun gan di Kota Medan

ditimbulkan akib at terjadinya perluasan kawasan permukiman, pertambahan jumlah

penduduk, peningkatan jumlah karbon dioksida yang dihasilkan oleh kenderaan

bermotor serta b erk urangnya k eberadaan vegetasi atau kawasan hijau sebagai daya

dukung lingkungan.

Tujuan yan g ingin d icap ai d engan pemban gunan berkelanjutan adalah

meng geser titik berat p emban gunan ekonomi semata menjadi p embangunan yang

men yeluruh mencakup sosial-budaya dan lingkungan (Keraf, 2002). Dalam konsep

dasar pembangun an yang berwawasan lingkungan, ada dua aspek penting yang

menjadi perhatian utama yaitu lingkungan dan p embangunan. Oleh karena itu,

pemb angunan berwawasan lingkungan berarti pembangunan yang baik dari titik

(21)

Bertambahnya jumlah penduduk di perkotaan membuat lahan yang bisa

ditanami menjadi semakin sedik it. Aktifitas di perkotaan seperti industri, transportasi

dan juga rumah tangga juga sangat potensial dalam meningkatk an pencemaran di

udara, air dan suara.

Tahun 2005 Medan, sebagai kota besar den gan luas lahan mencapai 26.510 ha

dan dengan jumlah penduduk yang 2 ,1 juta jiwa, dengan kepadatan 80 jiwa/ha, terdiri

dari 21 kecamatan dan hanya 150 ha (0,56 %) saja yan g dijadikan ruang terb uka

hijau. Hal ini menunjukk an hanya sekitar 0,56 persen. Un dang-Undang Nomor 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Pasal 2 9 ayat 2 (dua) dan 3 (tiga)

men yatakan bahwa pro porsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30

(tiga puluh) persen dari lu as wilayah kota dan p roporsi ruang terbuka hijau pu blik

pada wilayah kota p aling sedikit 20 (dua p ulu h) persen d ari luas wilayah k ota.

Penelitian ini hanya memilih 2 (dua) dari 21 (du apuluh satu) kecamatan yang

ad a di Kota M edan, yaitu Kecamatan Med an Polonia dan Medan Area yang akan

dibuat model dan simulasi Ruang Terbuk a Hijau nya. Pemilihan 2 (dua) lokasi

kecamatan ini berdasarkan kon disi lingkungan yang s angat berbeda di antara kedua

kecamatan tersebut. Kecamatan Med an Area mempu nyai kepadatan penduduk

dengan jumlah 27.5 79 jiwa/Km2 dan Medan Polonia 6.284 jiwa/Km2. Kondisi perumahan dan permu kiman diantara kedua kecamatan juga b erb eda. Hal ini dapat

(22)

di kedua k ecamatan tersebut adalah den gan pen dekatan sistem din amis, pendekatan

ini didasari oleh prinsip umpan balik d an simulasi komputer. Metode sistem dinamis

mampu memo delkan kond isi nonlinier dan sistem loop tertutup den gan batasan

rasional (bounded ra tion ality).

Penerapan metode sistem dinamis dalam penyu sunan model Ruang Terbuka

Hijau ini diharapk an d apat menampilk an perilak u sistem Ruang Terbuka Hijau pada

dunia n yata, sehingga dapat dilakukan serangkaian eksp erimen kebijakan pad a model

yan g ada untuk meningkatkan kualitas lingkungan melalui penin gkatan luas Ruang

Terbuka Hijau.

Berdasark an latar belakang tersebut maka judul penelitian in i adalah “ Model Sistem Dina mis Rua ng Terbuka Hijau Kota Medan Berdasarkan Faktor-Faktor Lingkunga n (Studi Kasus di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area) ”.

1.1.Perumusan Masalah

Fakto r yang sangat penting dalam p ermasalahan lingkungan adalah besarnya

jumlah p enduduk. Pertumbuhan pendudu k merupakan faktor utama yang

mempengaruhi perkembangan permu kiman dan kebutuhan prasarana serta sarana.

Pertambahan jumlah penduduk juga akan menyebabkan terjadin ya peningkatan

kebutuhan energi seperti listrik, minyak tanah, premium dan solar. Kebutuhan en ergi

seb agai dampak adan ya kegiatan pembangun an, meningkatk an pen garu hnya terhad ap

(23)

terbuka hijau, belu m bisa diwujudkan dengan baik untuk mengako mo dasi

aspek-asp ek yang membutuhkan ruang terbuka hijau.

Ruang terbuka hijau semakin terdesak keberadaannya dan b eru bah menjadi

bangunan untuk mencukupi kebutuhan fasilitas penduduk k ota. Penyeb aran jumlah

penduduk yang tidak merata dalam suatu wilayah , akan memb erikan pengaruh yang

negatif terh adap daya dukung lingkungan.

Pembangunan yang terus meningkat di perk otaan, sering tidak men ghirau kan

kehadiran lahan hijau. Tumbu han yang ada di pekarangan dan halaman ban gunan

kanto r, sekolah, atau di halaman bangu nan lainnya serta tumbuhan yang ada di

pinggir jalan, baik jumlah map un k eanekaragamannya semakin menurun. Sebagai

ak ibatnya fungsi tumbuhan sebagai p enghasil o ksigen yang sangat diperlukan oleh

manu sia untuk proses respirasi (pernapasan) serta un tuk kebutuhan ak tivitas manusia

semakin berkuran g karena proses fotosin tesis dari vegetasi semakin berkurang.

Penelitian ini pada intinya merupakan suatu gamb aran kondisi Ruang Terb uka

Hijau Kota Medan (khu su snya di Kecamatan Medan Polo nia d an Medan Area)

dengan meng gunakan metodologi sistem dinamis untuk membantu pen gembangan

kebijakan penataan ru ang terbu ka h ijau dalam mengelola dan meningkatkan kualitas

lingkungan hidup dengan memperb anyak ruang terbuka hijau atau hutan kota. Pada

saat ini kota Medan masih memiliki ru ang terbuk a hijau di b eberap a lokasi, namun

dengan meningkatnya pemb angunan ged ung-gedung termasuk pu sat perbelanjaan,

(24)

Secara lebih k husus, permasalahan pokok yang diteliti atau diungkapkan pada

penelitian in i adalah :

1. Apakah ruang terbuka hijau yang ada telah memberi keseimbangan lingk ungan

terhadap penyebaran dan ju mlah pend uduk, luas wilayah serta dampak yang

ditimbulkan dari penggunaan kend araan bermotor?

2. Apakah rencana tata ruang untuk kawasan hijau su dah mampu mengakomodasi

kebutuhan ruang terbuk a hijau yang dibutuhkan masyarakat dan fungsi untuk

men yerap karbon dioksida dapat terpenuhi?

1.1.Tujuan

Adapu n tujuan yang diharapkan dari p enelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat mod el sistem d inamis Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Medan

Polonia dan Medan Area.

b. Mengetahui jumlah keb utu han Ru ang Terbuka Hijau di Kecamatan Medan

Polonia dan Medan Area berdasarkan luas kawasan, jumlah penduduk, dan

karbon dioksida yang dihasilk an.

c. Mengetahui perilaku kondisi Ruan g Terbuka Hijau di Kecamatan Med an Polonia

(25)

1.1.Kerang ka Konseptual

Kerangka k onseptual dari penelitian ini d apat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Ko nseptual Penelitian

Dari gambar 1 dapat dilih at bahwa Ruang Terb uka Hijau (RTH) yang

dipen uhi oleh vegetasi, khususnya yang ada di Kecamatan Medan Polonia dan Medan

Area akan mensuplai oksigen yang sangat diperlukan oleh pend uduk d an kendaraan

bermotor. RTH juga menyerap karbondioksida yang dihasilkan dari kendaraan

bermotor dan respirasi manusia (penduduk), sehingga dapat mengurangi kadar UDARA AMBIEN

M EDAN POLONIA/

M EDAN AREA

RUANG TERBUKA

HIJAU

O2 CO2

Ó PENDU DUK

VEGETASI

Ó K ENDA RA AN

(26)

karbondioksida dan meningkatkan kadar oksigen di udara amb ien. Dari g ambar juga

menu nju kkan bahwa dengan meningkatnya jumlah pendudu k, mak a ak an terjadi juga

penin gkatan jumlah kendaraan bermotor.

Berdasark an hal tersebut diatas, maka perlu diketahui berapa luas RTH yang

dapat memenuh i keb utuhan tersebut dan ditu angkan dalam sebuah mo del.

1.1.Manfaat

M anfaat yan g diperoleh dari p enelitian ini adalah :

a. Untu k melihat kondisi realitas ruang terbuka hijau yang ada di kota Medan

khusu snya di Kecamatan Medan Polonia dan M edan Area untuk 5 (lima) tahun ke

depan.

b. Untu k melaksanakan perubahan terhadap peraturan perundang-u ndangan tentang

penataan ruang terbuk a hijau.

c. Konsep ini dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya pemban gu nan

berkelanjutan di k ota M edan.

1.6. Asumsi y ang Digunakan

Pembangunan model yang akan dirumuskan men ggunakan beberapa batasan,

untuk menyederhanakan dan memahami pengertian hubungan hu bungan antar peu bah

dalam model yang akan membatasi keberh asilan model.

(27)

a. Laju pertumbuhan pend uduk yang ada d i kecamatan Medan Po lo nia dan Medan

area mengikuti pola pertumbuhan pendudu k yang berd omisili d i lokasi tersebut.

b. Jumlah vegetasi (meliputi pepoho nan) yang terdapat di kecamatan Medan

Polonia dan Med an Area.

c. Jumlah kendaraan bermotor yan g setiap hari melewati lo kasi penelitian yang

(28)

2.1. Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau dikenal dengan istilah RTH, meru pakan istilah yang

telah lama diperken alkan. Pedoman Tentang Penataan Ruan g Terbuka Hijau d i

Wilayah Perkotaan (Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988), menegask an bahwa untuk

meningkatkan kualitas h idu p di wilayah perk otaan yang mencakup bumi, air, ruang

an gkasa dan kekayaan yan g terkandung didalamnya, maka diperlukan upaya untuk

mempertahankan d an mengemban gkan kawasan-kawasan hijau. Pen gembangan

Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan dititikberatkan pada hijau sebagai unsur

kota, baik produktif maupun non produ ktif, d apat berupa kawasan jalur hijau

pertamanan kota, kawasan hijau pertanian, kawasan jalur hijau pesisir pantai,

kawasan jalur hijau su ngai dan bentuk ruang terbu ka hijau lainnya.

Sesuai Inmendag ri Nomor 14 Tahun 198 8 tersebut, maka pengertian Ruang

Terbuka Hijau adalah ruang-ruan g terbuka dalam kota atau wilayah yang lebih luas,

baik dalam bentuk areal kawasan maupun dalam bentuk areal memanjang atau jalur

dimana di dalam penggunaann ya lebih bersifat terbu ka pada dasarn ya tanpa

bangunan. Dalam Ruang Terbu ka Hijau pemanfaatannya lebih b ersifat pengisian

hijau tanaman atau tumbuh -tumbuhan secara alamiah ataupun bu did aya tanaman

(29)

M enurut Zo er’aini (200 3), Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan

merupakan bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau

pertamanan, hutan kota, rekreasi, olah raga pemakaman, pertanian,

pekarangan/halaman, greenbelt dan lainnya.

Peraturan M enteri Dalam Negeri Republik In donesia Nomor 1 Tahun 2007

Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perk otaan , menyebutkan bahwa

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP

merupakan bagian yang tidak terpisahkan d ari rencana tata ruang wilayah propinsi

dan kabupaten/kota. RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan

perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna men dukung manfaat ekologi,

sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Luas ideal RTHKP minimal 20 % dari luas

kawasan p erk otaan .

M enurut Dinas Pertamanan Kota Medan (200 3), beberapa kebijak an umum

dalam mewujudkan Ruang Terbuka Hijau ad alah sebagai berikut :

a. Pengadaan RTH d iu tamakan pada kawasan yan g secara alami kritis/peka dan

dapat menimbulkan dampak yang luas, seperti d aerah pantai, resapan air,

penanaman listrik tegangan tinggi dan sebagain ya.

b. Mengusahakan secara maksimal alternatif tata guna lahan untuk mencapai tujuan

diad akannya RTH dalam menunjang kelestarian lingkun gan.

c. Mengusahakan agar pembangun an yan g dilaku kan sesuai dengan standard

peren canaan untuk memperoleh RTH serba guna, perpetakan ruang-ruan g park ir,

(30)

2.2. Penghijauan Perkotaan

Penghijauan diartikan sebagai satu kegiatan pen ting yang harus dilaksanakan

secara konseptual d alam men angani krisis lin gkungan. Fakta menunjuk kan bahwa

banyak b angunan dibangun pada lahan pertanian dan ruang terbuk a hijau. Padahal

tumbuhan (yan g berh ijau daun) dalam ekosistem, berperan sebagai p rodusen pertama

yan g mengubah energi su rya menjadi energi potensial un tuk makhluk lain nya, dan

mengu bah CO2 menjadi O2 dalam proses fotosintesis (Odum, 1 996).

M enurut Zoer’aini (2003), pen ghijauan dalam arti luas ad alah segala daya

untuk memulihkan, memelih ara dan meningkatkan k ondisi lah an agar dapat

berprod uksi dan berfun gsi secara o ptimal, baik sebagai pengatur tata air atau

pelindun g lingkungan. Penghijauan kota adalah suatu usah a untuk menghijauk an kota

dengan melaksanakan pengelolaan taman-taman kota, taman-taman lingkungan, jalur

hijau, hutan ko ta dan sebagainya. Dalam hal in i p enghijau an perkotaan merupakan

kegiatan pengisian ruang terbuka diperkotaan. Bentuk penghijauan yang dilaku kan

san gat tergantung p ada kondisi lingk ungan setempat. Berbeda tempat berbeda pula

karakteristiknya. Akibatnya cara p enghijau an menjadi bervariasi walau pun tujuan

utamanya ialah penan aman pohon atau tanaman.

Karakteristik yang dapat membedakan bentuk penghijauan di suatu tempat

an tara lain sumber air, luas lahan tersedia, intensitas sinar matahari, dan k ondisi

lingkungan sekitarn ya. Lingkun gan sekitar dapat dapat berarti tempat hunian atau

(31)

M enurut Nazaruddin (19 96), bentuk-bentuk penghijau an kota antara lain :

A. Hutan Kota

Defin isi hutan ko ta men urut Faku ara (1987) dalam Departemen Kehutanan

(20 05) adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang

memberikan man faat lingkungan yang sebesar-b esarnya dalam kegunaan-kegunaan

pro teksi, estetika dan kegunaan-k egunaan khusus lainnya. M enurut Nazaruddin

(19 94), hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh

pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami di sini

bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hu tan besar atau rimba melainkan tidak

terlalu d iatur seperti taman.

Lokasi hutan kota umumnya di daerah ping giran. Hal tersebut d imun gkin kan

karena kebu tuh an lokasi permukiman atau perkantoran daerah terseb ut tidak terlalu

besar. Lokasi yang cu kup luas un tuk dijadikan h utan kota relatif mudah dipero leh.

M enurut Grey dan Deneke (1978) dalam Zo er’aini (2005), hutan kota

merupakan kawasan vegetasi berkayu yang luas serta jarak tanamn ya terbuka bagi

bagi umum, mudah dijangkau oleh p enduduk kota. Jarak lokasi hutan kota dapat

dicapai dengan berjalan kaki dari pusat permukiman p enduduk padat, jarak sama

yan g ditempuh dari titik akhir jaringan transportasi umum atau setara waktu yang

(32)

Hutan ko ta merupakan bagian dari program Ruang Terbuka Hijau

(Departemen Kehutanan, 2005). Ruang Terbu ka Hijau dinyatakan sebagai

ruang-ruang dalam k ota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk membu lat maupun

dalam bentuk memanjang/jalur di mana d alam p enggunaannya lebih bersifat terb uka

yan g p ada d asarnya tanpa bangunan. Pelaksanaan program pengembangan Ruang

Terbuka Hijau dilakuk an dengan pengisian hijau tumbuh an secara alamiah ataupun

tanaman budidaya seperti p ertanian, pertamanan, perkebu nan dan seb again ya.

B. Taman Umum

Taman umum menurut Nazaruddin (19 96), merupak an taman yang

diperuntukkan seb agai ruang terbuka hijau u ntu k umum. Masyarakat dapat

memanfaatkan taman umum u ntu k aneka k eperluan, diantaran ya sebagai tempat

bersantai, berjalan-jalan, membaca, dan sebagainya. Lok asi taman u mu m biasanya

dibuat d i lok asi yang b anyak dilalui orang. Lokasi ini bisa di pusat kota, dekat

perkan toran, bahkan di tengah p ermuk iman p endudu k.

Hasni (2008) men yatakan, taman umum atau disebut juga taman kota (urban

park) adalah taman yan g khusus dirancang u ntuk menampung kegiatan rekreatif

penduduk kota dan berguna untuk kegiatan fisik yang menyeh atkan , bermanfaat bagi

pendidik an anak-anak maupun gen erasi muda untuk lebih mencintai dan menghargai

lingkungan hijau .

Taman menurut Dep artemen Kehutanan (2005), dapat diartikan sebagai

(33)

h asil rekayasa manu sia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Di

taman umum biasan ya dijumpai beberapa poho n b esar yang rind ang, semak atau

perdu dan tanaman hias yan g ditata rapi, bangku taman untuk tepat orang duduk

melepas lelah , jalan setapak, kolam, air mancur, serta tempat bermain anak-anak.

C. Penghijauan Halaman Rumah Penduduk.

Halaman atau pekarangan rumah pen duduk merupakan ruang terbuka hijau

yan g cocok untuk mendukung gerakan pen ghijauan kota. Apabila setiap penduduk

memiliki kesadaran untuk menanami halaman rumahnya den gan tanaman, maka

penghijauan kota d apat dikatakan berhasil. Dengan semakin bertambahn ya populasi

rumah hunian di suatu kota, jumlah populasi pepo honan pun akan bertambah bila di

setiap rumah pendudu k ditan ami dengan poho n-pohon pen ghijauan (Nazaruddin,

1996).

M enurut Departemen Kehutanan (2005), halaman rumah dapat memberikan

prestise tertentu. Oleh sebab itu halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk

mend apatk an citra, kebanggaan dan keindahan tertentu yang emp unya rumah maupun

orang lain yang memandang dan menikmatinya. Maka halaman tidak hanya d itanam

dengan tanaman yang dapat men ghasilkan buah, namun dilengkapi juga den gan

tanaman beb ungaan yang indah.

Akan tetapi, pertambahan pendud uk yan g pasti terjadi di sebuah kota yang

dinamis membuat lahan pekarangan di kota ikut menyempit. Pekarangan luas dan

(34)

k ebanyakan hanya memiliki halaman rumah seadanya. Bahkan fenomena ruko

(rumah toko ) makin marak di p erk otaan yang sama sekali tid ak memiliki lahan

pekarangan yang bisa ditanami. Bila memiliki halaman, hanya berukuran kecil yang

disemen atau diperkeras dengan material lainnya untuk dijadikan tempat parkir

kendaraan.

D. Jalur Hijau di Jalan Umum

Penghijauan di jalan umu m biasanya berbentuk penanaman pohon di bagian

jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di median atau tengah jalan

untuk jalan raya atau jalan dua arah maupun di kanan dan kiri jalan. Sering pula

dijumpai jalan yang di kanan k irinya sudah dib uatkan jalur khusus untuk pejalan kaki

(pedestrian) masih dapat pula ditanami pohon (Nazarud din , 1996).

Hasni (2008), men yatakan yang dimaksud d engan jalur hijau atau green belts

ad alah daerah pen yangga yang diproyeksikan di sekeliling batas (administratif) kota.

Sabuk hijau pen yangga umumnya berbentuk memanjang, b ahkan bisa mencapai

puluhan kilometer, namun jarak lebar jalur hijau ini relatif pendek, di mana ukuran

pendek tidakn ya tergantun g pada k ebutuhan yang disesuaikan dengan kondisi alam

serta jenis kegiatan penduduk yang akan dilakuk an di dalamnya.

Pada jalan-jalan p rotokol yang pada umumnya lebar dan terang tidak ditanami

dengan vegetasi secara pen uh. Bila ditanami tanaman, jenis tanamann ya biasan ya

berupa rumput, bu nga-bungaan, atau tanaman hias yan g kecil. Namun, ini tergantung

(35)

perkan toran tidak bisa ditanami poh on yang rap at atau terlalu menutupi pandangan.

Akan tetapi, jalan protokol menuju luar ko ta atau permukiman yang tidak terlalu

padat b isa ditanami tanaman yang agak rimbun.

E. Pen ghijauan Daerah Aliran Sungai

Tepian sungai yan g tidak ditanami dapat menjadi daerah yang berbahaya.

Gerusan air yang berlangsung terus menerus, serangan banjir, atau hujan deras yang

datang tiba-tiba membu at lereng sun gai menjadi daerah yang mudah sek ali longsor.

Apalagi bila sungai belum dibuatkan tebin g p ermanen d ari beton atau dinding dari

susunan batu besar maka bah aya longsor akan selalu menjadi ancaman.

Penghijauan daerah aliran sungai tidak hanya b ermanfaat untuk penguat

tebing su ngai. Sungai yang ditan ami pepohonan akan terlihat lebih rapi dan in dah

seh ing ga dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Pepohonan di sepanjang tepi

sungai juga memberikan pemandangan asri bagi para p engemudi k endaraan bermotor

yan g melalui jalan di tepian sun gai tersebut (Nazaruddin, 1996).

2.3. Tujuan, Manfaat dan Fungsi Pembentuka n Ruang Terbuka Hijau

M enurut Departemen Kehu tanan (2005), Ru ang Terbuka Hijau kota

merupakan areal perlindungan berlangsungn ya fungsi ekosistem dan penyangga

kehid upan; sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, kes erasian dan

kehid upan lingku ngan; sebagai sarana rekreasi; sebagai pen gaman lingkungan hidup

(36)

udara; sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat

untuk membentuk kesadaran lingkun gan; sebagai tempat perlindungan plasma nutfah;

seb agai sarana untuk mempen garu hi dan memperb aiki iklim mikro; sebagai pengatur

tata air.

Pembentukan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perk otaan bertujuan untuk

meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, ind ah, bersih

dan seb agai sarana pengaman lingkungan perkotaan dan menciptakan keserasian

lingkungan alam dan lin gkungan binaan yang berguna un tuk k epentin gan mas yarakat

(Zainuddin, 1998 ).

M anfaat yan g dapat diperoleh dari ru ang terbuka hijau kota antara lain :

memberikan kesegaran , kenyam anan dan keindahan lin gkungan; m emberikan

lingkungan yan g bersih dan sehat bagi pen duduk kota; memberikan h asil produ ksi

berupa kayu, daun, bunga dan b uah.

M enurut Dep artemen Kehutanan (2005), adapun manfaat d an fungsi Ruang

Terbuka Hijau adalah s ebagai beriku t :

a. Sebagai paru-paru kota.

Tanaman sebagai elemen hijau , pad a pertumbuhannya menghasilkan zat asam

(37)

Menurut Dinas Pertamanan Kota M edan (20 03), RTH mensuplai oksigen

sebesar 0,6 ton/hektar/hari yang cukup untuk 1500 jiwa penduduk . Sedangkan

menurut Grey dan Deneke (1971) dalam Zoer’aini (2005), menyebutkan bah wa

setiap tahun vegetasi di bumi ini mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton

CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton O2 ke atmosfer, serta mengh asilkan 45 0.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam 1 ha

d aun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen deng an CO2 yang d iembuskan oleh napas manusia sekitar 2 00 orang dalam waktu yang sama

sebagai hasil pernapasannya.

a. Sebagai pen gatur lingkungan (mik ro)

Vegetasi menurukan suhu kota dan meningkatkan kelembaban sehingga

menimbulkan hawa lin gkungan setempat sejuk, n yaman dan segar.

Menurut Zoer’aini (1994), hutan kota dapat menurunkan suhu kota sekitarnya

sebesar 3,46% d i siang hari pada permulaan mu sim hujan, dan hutan k ota juga

menaikkan kelembaban sebesar 0,81% d i siang hari pada permulaan musim hujan.

b. Sebagai peredam k ebisingan sekitar 25%-80%.

Men urut penelitian yang dilakuk an oleh Bianpoen, dk k. Di J akarta p ada tahun

1 990, menemukan bahwa vegetasi mempunyai kemampuan untuk mengurangi

k ebisingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya serap v egetasi terhadap

suara adalah ± 6 - 8 dB(A)/100 feet.

(38)

Penghijauan dapat men ciptakan ruang hidup bagi makhluk h idu p di alam.

Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa

d epan, terutama di b idang pangan , sandang, papan, obat-obatan dan industri.

Penguasaann ya meru pakan keuntungan komporatif yang besar bagi Indonesia di

masa depan. Oleh karena itu, p lasma nu tfah perlu terus dilestarikan dan

d ikembangk an bersama untuk mempertah ankan keanek aragaman hayati (Buku I

Repelita V h al.42 9). Ruang terbuka hijau dapat dijadikan sebagai tempat koleksi

k ean ekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita.

a. Pen yeimbang alam (adaphis) merupak an pembentukan tempat-tempat h idu p alam

bagi satwa yan g hidup di sekitarn ya.

b. Perlin dungan (protektif), terhadap kondisi fisik alami sekitarnya (an gin kencang,

terik matahari, gas atau debu-debu).

Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, b aik yang dihasilkan oleh

k egiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya h utan kota, partikel

p adat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersih kan oleh

tajuk pohon melalu i proses jerapan dan serap an. Deng an ad anya mekan isme ini

jumlah debu yang melayang-layan g di udara akan menurun. Partikel yang

melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada

p ermukaan daun, khususnya dau n yang b erb ulu dan yang mempu nyai permukaan

yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke d alam ruang stomata daun. Ada

(39)

adanya tajuk hutan kota in i adalah menjadik an udara yan g lebih bersih dan

sehat, jika dib andingkan dengan kondisi u dara pad a kondisi tanpa tajuk dari hutan

k ota.

Hasil penelitian Zoer’aini (1994) menunjukkan bahwa hutan kota dapat

menurunkan kadar debu sebesar 4 6,13% d i siang hari pada permulaan musim

hujan.

a. Keindahan (estetika). Dengan terdapatnya un sur-unsu r pen ghijauan yang

direncanakan secara baik dan menyeluru h akan men ambah kein dahan k ota.

Vegetasi dapat memberikan kein dahan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur

yang ada maupun aroma. Unsur-unsur penghijauan yang direncanakan secara baik

d an menyeluruh akan menambah keindahan kota. Vegetasi tidak hanya

memberikan kesan lembut terhadap lingkun gan keras, akan tetapi dengan

k etidakteraturann ya akan membuat lingkungan yang harmonis.

b. Memberik an hasil produksi berupa kayu, daun, b unga dan buah.

c. Keseh atan (h ygiene), misalnya un tuk terapi mata.

d. Rekreasi dan pendidikan (edukatif). J alur hijau d engan aneka vegetasi

mengandu ng nilai-nilai ilmiah.

2.4. Sera pan Vegetasi Terhadap Karbon Dioksida

Vegetasi mempun yai peranan yang besar dalam ekosistem, tetapi dalam

pemb angunan perkotaan khususnya di Indon esia, sering kali tidak memperhitungkan

(40)

o ksigen yang diperlukan manusia untuk proses resp irasi (pernafasan), serta

untuk mengurangi keberadaan gas karb on dioksida yan g semakin ban yak di udara

ak ibat kendaraan bermotor dan industri (Zoer’aini, 1994).

Satu kompon en yang pentin g dalam konsep tata ruang adalah menetapkan

vegetasi dan mengaktifkan jalur hijau dan hutan kota, baik yang akan direncanakan

maup un yang sudah ada namun ku ran g berfungsi. Selain itu jenis po hon yang

ditanam perlu menjadi pertimban gan, karena setiap jenis tan aman mempunyai

kemampuan menyerap yang berbeda-beda (Tinamb unan, 199 4).

Penyerapan k arbo n dioksida oleh hu tan kota dengan jumlah 10.000 pohon

berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 80 0 ton per

tahun . Pen anaman po hon men ghasilkan absorbsi karbon dioksida dari udara dan

penyimpanan karbon, sampai karbon dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut

busuk atau dibakar. Hal ini disebabkan k arena p ada hutan yang dikelola dan ditanam

ak an men yebabkan terjad in ya pen yerapan karbon dari atmosfir, kemudian sebagian

kecil biomassanya dipanen dan atau masuk dalam k ondisi masak tebang atau

meng alami pembusukan (Tinambunan, 1 994).

Untuk men getahui seberapa besar emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari

ak tivitas kota, maka dilakukan pendekatan penghitun gan emisi karb on diok sida.

Faktor emisi adalah nilai yang digunakan untuk mendapatkan berat karbon dioksida

berdasarkan besaran-besaran yan g dinilai, misalnya premium dan solar. Faktor emisi

untuk perhitungan karbon dioksida dalam pen elitian ini diperoleh melalui studi

(41)

Bahan Bakar Cair gram CO /gallon2 gram CO /liter2

Bensin 8,9 2,3

Solar 10,1 2,7

Sumber : World Recources Institute (WRI) and World business council for Sustainable Development (WBCSD, 2001)

2.5. Penghijauan Kota sebagai Pro gram Kerja Pemerintah Kota/Pengelola Kota Penghijauan kota seh aru snya merupakan bagian dari kegiatan pemban gunan

kota sehingga p emerintah daerah mesti memiliki program tersend iri. Pelaksanaan

pro gram tesebut dilakuk an oleh suatu badan pemerintah yang ditunjuk khusus, dan

bertanggu ng jawab sepenuh nya dalam perencanaan , pelaksanaan, dan perawatan baik

berupa p embuatan taman kota, pen anaman pohon p elindung di jalur h ijau,

penanaman tanaman pot di tengah kota, serta aneka k egiatan lainnya

(Nazaruddin,199 6).

Pemerintah daerah umumnya memiliki dinas pertamanan untuk mengatur

kegiatan penghijauan k ota. Tugas pokok yang h arus dilakukannya di antaranya ialah

membangun, menata, serta memelihara dan mengamankan taman-taman, jalur h ijau,

dan tata hias kota. Selain itu, dinas pertaman an wajib melakuk an bimb ingan kepada

masyarakat dalam bidan g pertamanan dan k eindahan kota agar terwujud kota yang

indah , teduh, sehat dan terencana baik.

Selain dinas pertamanan, bisa saja pemerintah daerah melimpahkan tanggung

jawab p elaksanaan penghijauan kota kepada bagian pemeliharaan keindahan dan

kebersihan kota, dinas pek erjaan umu m, dinas pertanian, dinas kehutanan, ataupun

(42)

Tanggun g jawab dinas pertamanan atau instan si yan g ditunjuk seb agai

pelaksana p enghijauan kota di antaranya :

a. melaksan akan penghijauan kota dan membangun taman beserta kelengk apan,

b. membuat perencanaan, malaksanakan, mengawasi, dan mengend alikan

pembangu nan fisik pertamanan dan keindahan kota,

c. meneliti dan mengembangkan pola umum pertamanan dan keind ahan,

d. memelihara dan mengaman kan jalur hijau, taman-taman, serta kelengkapan

lainn ya dari usah a pengrusakan,

e. menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan ketertiban taman dan jalur

hijau ,

f. mengusahakan pembibitan d an pengadaan tanaman untuk p enghijauan kota, dan

g. membimb ing, membina, serta meng adakan pen yu lu han bidang pertanaman

kepada masyarakat.

2.6. Metodologi Sistem Dinamis

M odel merupakan representasi dari sistem nyata, suatu model dikatakan baik

bila perilaku model tersebut dapat menyerupai sistem sebenarnya dengan syarat tidak

melanggar prinsip-prinsip berfik ir sistem. Dalam membangun suatu model sangat

dipen garu hi oleh subjektiv itas seseorang atau organisasi, maka perlu adanya

penyempurnaan yang dilakuk an secara terus-menerus dengan menggali informasi dan

(43)

bantu an diagram-diagram yang tersedia untuk membantu pengertian atas struktur

permasalahan yang terjadi. Diagram-d iagram ini digunak an un tuk merepresen tasikan

aliran struktur dan struktur umpan balik sebab akibat dari sistem. Salah satu

pendekatan pemodelan yang telah mempertimbangkan system thinking dan prinsip

pemb uatan model dinamik adalah metodologi sistem d inamis. Metode ini telah dan

sed ang berkembang sejak dip erkenalk an p ertama kali oleh Jaw W. Forrester pada

tahun 1958.

M enurut Su sh il (1993), metodologi sistem dinamis dibangun atas tiga latar

belakan g disiplin, yaitu manajemen tradisional, teori umpan balik atau cybernetics,

dan simulasi kompu ter. Prinsip dan Konsep dari ketiga disiplin ini dipadu kan dalam

seb uah metod ologi un tuk memecah kan permasalah an man ajerial secara holistik,

mengh ilangkan k elemahan dari masing-masing disiplin, dan menggunakan kekuatana

setiap disiplin untuk membentuk sinergi. Akar dari metodologi sistem dinamis dan

input yan g diberikan terhad ap model sistem dinamis dap at dilihat dalam gambar 2

(44)

Manajemen Tradisional

M anajemen tradisional adalah dunia nyata dari praktisi manajerial yang

meng andalkan pengalaman dan penilaian dari para manajer. Dasar utama d ari

manajemen tradisional adalah basis data mental dan model mental deng an kekuatan

utama pada kekayaan atas informasi kualitatif yang didapat dari pengamatan

langsun g dan p engalaman (Sushil, 1993).

Cybernetics

Cybernetics adalah ilmu mengenai komunikasi dan kontrol yang didasari oleh

umpan balik. Kekayaan in formasi yan g terkan dung dalam basis data mental tidak

dapat d igunakan secara efektif tanpa adanya p rinsip tentang pemilihan informasi yang

relevan dan prinsip tentang strukturisasi informasi. Dengan adanya cybernetics maka

informasi yang ada dap at difiltrasi dan dihubu ngkan satu sama lain untuk membentuk

struktur kausal dan umpan balik dalam sistem (Sushil, 1993).

Simulasi Komputer

Simulasi komputer digunakan untuk mempelajari konsekuensi yang

dihasilkan oleh perilaku dinamis dari suatu sistem. Perkemban gan yang amat pesat

dalam dun ia simulasi komputer membuat simulasi dari konsek uensi yang dihasilkan

oleh perilaku dinamis ini dapat dilakukan dengan biaya yang rendah. Simulasi

komputer memberikan sumbangan besar dalam perancan gan keb ijakan-kebijakan

yan g akan d iterapkan dalam suatu sistem den gan kemampuan untuk memberikan

(45)

2.7. Sistem dan Berpikir Sistem

M enurut Muhammadi et al. (2001), sistem adalah keseluruhan inter-aksi an tar

unsur dari sebuah obyek dalam batas lin gkungan tertentu yang bekerja mencapai

tujuan. Sedangkan menurut Fo rrester (1961), sistem adalah sekelompok ko mponen

yan g beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Keadaan sistem, selain dipeng aruh i oleh perubahan-perub ahan dalam sistem

juga dip engaruhi oleh perubahan yang terjadi di lu ar sistem. Lingkun gan sistem

digunakan seb agai istilah untuk menggambarkan suatu lingkungan di luar sistem,

yan g meru pakan tempat b agi terjadinya peru bahan-perubahan yang dapat

mempengaruhi sistem. Syarat awal u ntu k memulai berpikir sistemik adalah adanya

kesadaran untuk men gapresiasi dan memik irkan suatu kejadian sebag ai sebuah sistem

(systemic appro ach). Kejadian ap apun baik fisik maupun non-fisik, dip ikirkan

seb agai unjuk kerja atau dapat berkaitan den gan unjuk kerja dari keseluru han

interaksi antar unsur sistem dalam batas lin gkungan tertentu (Susanty, 200 2).

M enurut Muhammadi et al. (2001), ada lima langkah yan g dapat ditempuh

untuk menghasilkan bangun an pemikiran (model) yang bersifat sistemik, yaitu :

i) Identifikasi proses menghasilkan kejadian nyata yaitu mengungkapkan

pemikiran ten tang prose nyata (actu al transformation) yang menimbulkan

kejadian n yata (actual state).

ii) Identifikasi kejadian yan g diinginkan yaitu memik irkan kejadian yang

seharusnya, yang diinginkan , yang dituju, yang ditargetkan ataupun yang

(46)

tingkat kes enjan gan antara kejadian aktual den gan seharusnya. Kesenjangan

terseb ut ad alah masalah yan g harus dipecahkan atau diselesaikan.

ii) Identifikasi dinamika menutup kesenjangan antara kejadian nyata dengan

k ejadian yang diinginkan. Din amika tersebu t adalah aliran in formasi tentang

k eputusan-keputusan yan g telah bekerja dalam sistem.

iii) Analisis kebijakan yaitu men yusun alternatif tindakan atau keputusan (policy)

yang akan diambil u ntuk mempengaruhi proses nyata (actual transformation)

sebuah sistem dalam men ciptakan kejadian nyata (a ctual stateI). Keputusan

tersebut dimak su dkan untuk mencapai kejadian yang diinginkan (desired state).

M enurut Nasu tion (200 1), suatu sistem dipelajari karena ad anya kebutuhan

untuk mengkaji hubungan antar berbagai kompo nen atau mempred iksi performan si

sistem terseut pada berbagai kondisi yan g berbeda. Cara mempelajari suatu sistem

dapat d ilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Cara Mempelajari Suatu Sistem

Sistem

Eksperimen dengan Menggunakan

Sistem Nyata

Eksperimen dengan Menggunakan Mod el Sistem

Model Fisik Mo del Matematis

(47)

2.8. Modeling (Pemodelan)

Modeling (p emodelan) diartikan sebagai suatu gugus p embuatan model

(Eriyatno, 2003). Pramudya (1989) mendefinisik an model adalah suatu abstraksi dari

keadaan sesungguhn ya atau merupakan pern yataan sistem nyata untuk memudahkan

pengkajian suatu sistem. Sejalan dengan pernyataan tersebut Muahammadi, dkk.

(20 01) menyatakan bahwa model ad alah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan

suatu gejala atau proses. Dalam pelaksan aan pendekatan sistem, pen gembangan

model merupak an hal yan g sangat penting yan g akan menentukan k eberhasilan dalam

mempelajari sistem secara keseluruhan.

Disamping itu, peng embangan mod el diperlukan guna menemukan

peubah-peubah penting dan tepat serta hubungan antar peubah-peubah dalam sistem yang dikaji.

Menurut Winardi (1989), mod el adalah suatu g ambaran ab strak dari sistem dunia

nyata dalam hal-hal tertentu. Model terseb ut memperlih atkan h ubungan langsung

maup un tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Suatu

model yang b aik akan menggambarkan den gan baik segi tertentu yan g penting d ari

perilaku dunia nyata. Dalam membangun suatu model harus dimulai dari kon sep yang

paling sederhana dengan cara mendefinisikan permasalahan secara hati-hati serta

meng gunakan analisis sensitivitas untuk membantu menentukan rincian model.

Selan jutn ya untuk penyempurnaan dilakukan den gan men ambahkan variabel secara

gradual sehingga diperoleh model yan g logis dan dapat merepresentasikan keadaan

(48)

M odel yang dibangun haruslah meru pakan gambaran yang sahih dari sistem

yan g nyata, realistik dan informatif. Model yang tidak sahih akan memberikan hasil

simulasi yang san gat menyimpan g dari ken yataan yang ad a, sehingga akan

memberikan informasi yang tidak tepat. Model yan g dian ggap b aik apabila model

dapat menggambarkan semua hal yang penting dari d unia nyata dalam sistem tersebu t

(Winardi, 1989).

Lebih lanjut Pramud ya (1989) men yatakan bahwa ada empat keuntun gan

penggunaan mo del d alam penelitian dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu:

(1) memungk ink an melakukan penelitian yan g bersifat lintas sektoral dengan ruang

lingkup yang luas,

(2) dapat melakukan eksperimentasi terhad ap sistem tanpa mengganggu

(memberik an perlakuan) tertentu terhadap sistem,

(3) mampu menentukan tujuan aktivitas pengelolaan dan perbaikan terhadap sistem

yan g diteliti, dan

(4) dapat dipak ai untuk menduga (meramal) perilaku dan keadaan sistem pada

masa yang akan datang.

Penggunaan model sistem dinamis merupakan salah satu cara untuk

men yelesaikan masalah yang kompleks dalam p endekatan sistem (Winardi, 1989 ;

Muhammadi et al. 20 01). Langkah p ertama dalam menyusun mo del sistem dinamis

ad alah menentukan struktur model yang akan memberikan bentuk dan sekaligus

memberi ciri yang mempen garu hi perilaku sistem. Perilaku sistem tersebu t dibentuk

(49)

mo del. Semua perilaku model dapat disederhanakan menjadi struktur dasar

yaitu mekanisme dari masukan, proses, keluaran, dan umpan balik. Mek anisme

tersebut akan berkerja menurut perubah an waktu atau bersifat dinamis yang dapat

diamati perilakunya dalam bentuk u nju k kerja (level) dari suatu model sistem

dinamis.

M enurut Muhammadi et al. (2001 ) dan Eriyatno (2003 ), model

dikelompo kkan menjadi 3 jenis yaitu:

(1) model ikonik (model fisik) yaitu mo del yang mempun yai b entuk fisik sama

dengan baran g yang ditirukan, meskipun skalanya d apat diperbesar atau

diperkecil,

(2) model analog (model diagramatik) yaitu model suatu pro ses atau sifat, model

ini sifatnya lebih sederhana dan sering dipakai pad a situasi khusus, seperti pada

pro ses p engendalian mutu industri, dan

(3) model simbolik (model matematik) yaitu model yang menggunakan

simbol-simbol matematika.

Untuk memahami struktur dan perilaku sistem, yang membantu dalam

pemb entukan mod el dinamik kuantitatif d igun akan causal-loo p diagra m (diagram

lingkar sebab-akibat) dan flow chart diagram (diagram alir). Pada sistem dinamis,

diagram sebab akib at ini digunakan sebagai dasar untuk membu at diagram alir yang

ak an disimulasik an dengan menggunakan program powersim. Program ini

memberikan gambaran tentang perilaku sistem, sehingga d engan simu lasi d apat

(50)

model yang dibangun. Melalu i simulasi akan didapatkan perilaku dari suatu gejala

atau proses yang terjadi dalam sistem yang d ikaji, sehingga dapat dilakukan analisis

dan peramalan perilaku dari gejala atau proses tersebut di masa depan . Empat tahapan

dalam melakukan simulasi model (Muh ammadi et al.2001), yaitu:

(a) Penyusun an konsep, pada tahap ini dilakuk an identifikasi un sur-unsu r yang

berperan dalam menimbulkan gejala atau proses. Dari unsur-unsur dan

keterkaitannya dapat disusun gagasan atau kon sep mengenai gejala (proses) yang

akan disimu lasikan,

(b) Pembuatan model, gagasan atau konsep yan g dihasilkan pada tahap pertama

selanjutnya diru mu sk an seb agai model yang berbentu k uraian, gambar atau

ru mu s,

(c) Simulasi model; pada model kuan titatif, simulasi dilakukan dengan memasukkan

data ke dalam model, sedangkan pada model kualitatif, simulasi dilakukan

dengan menelusuri dan melakukan analisis hub ungan sebab akibat antar variabel

dengan memasukkan data atau informasi yang dikumpulkan untuk memahami

perilaku gejala atau proses model,

(d) Validasi hasil simulasi; validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara

hasil simulasi dengan gejala atau proses yan g ditirukan . Model dapat dinyatakan

baik jika kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses

(51)

Dalam studi ekologi, mo del adalah formulasi yang memberikan gambaran

mengenai keadaan sebenarnya (rea l world situation). Pop ulasi berubah-ubah

sepanjang waktu, maka d engan adan ya mod el dimungkinkan u ntu k men gadakan

ramalan-ramalan mengenai kead aan populasi yang bersangkutan untuk waktu-waktu

tertentu (Tarumingkeng, 1994).

2.9. Variabel dalam Mo del Sistem Dinamis

Dalam pemodelan dengan menggu nakan metod e sistem dinamis terdap at tiga

jen is variabel yang digun akan, yaitu level, rate dan a uxiliary, ketiga jen is variabel ini

dan aliran yan g terjadi antar variabel dap at dilihat dalam gambar 4.

Aliran Fisik : Aliran Informasi :

Variabel

Level Rate Auxiliary

(52)

Variabel level merepresentasikan akumulasi atau integrasi suatu aliran dari

waktu ke waktu. Dalam sistem nyata pada dasarn ya terd apat dua jenis level

bergan tun g pada jen is subsistem yan g terlibat, subsistem fisik atau subsistem

informasi.

Subsistem fisik berkaitan dengan aliran sumber-sumber fisik. Jika

aliran-aliran ini diakumulasikan maka akan merepresentasikan level fisik. Level fisik in i

dipen garu hi oleh aliran masuk rate dan atau aliran keluar rate. Subsistem informasi

berkaitan dengan aliran info rmasi dalam sistem yang menghub ungkan entitas-entitas

fisik. Jik a suatu rate fisik dirata-ratakan menurut waktu maka ini akan

merepresentasikan lev el informasi.

Variab el Rate

Variabel rate dalam sistem pada dasarnya ad alah variab el keputusan yang

diatur oleh satu atau lebih struktur kebijakan. Rate akan menentukan aliran

masuk /keluar baik dari/men uju suatu level. Keputusan yan g diambil adalah

menentukan besar pengaruh rate dalam suatu waktu terhadap level dan informasi

tentang sistem. Rate tidak dapat diukur secara langsun g pada suatu titik waktu

melainkan diukur oleh kebijakan yang diterjemahkan dalam b entuk aliran-aliran

informasi yang mempen garu hi variabel rate tersebut. Selanjutnya variabel rate pada

dasarn ya d iatur secara endogen oleh variabel level atau secara ek sogen sebagai

(53)

Variabel auxiliary hanya merupakan variabel pelengkap secara teoritis, yang

merepresentasikan suatu struktur keb ijakan secara lebih baik dan jelas. Jika v ariabel

auxiliary dihilangkan maka rincian dari struktur kebijakan tidak dapat tergambar

(54)

3.1. Lokasi dan J adwal Penelitian

Penelitian dilak ukan di Kota Medan melipu ti ruang terbuka hijau yang ada di

2 (du a) Kecamatan, yaitu Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area. Peta lokasi

penelitian disajikan pad a Lampiran 1 dan 2 . Penelitian dilaksanakan selama 2 (dua)

bulan , yaitu p ada bulan Oktober sampai Nopemb er 2009.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian u ntu k melihat kondisi RTH Kota M edan akan dilakukan den gan

metodologi sistem dinamis dari POWERSIM 2.5, yaitu perangkat lu nak (softwa re)

yan g secara cepat dapat melihat perilaku dari model yang dibuat. Pada waktu

mensimulasik an model, variabel-variab el ak an saling dihubungkan membentuk suatu

sistem yang dapat men irukan kon disi sebenarnya. Variabel-v ariabel tersebut akan

digambarkan dengan beberapa simbol, yang utama adalah simbol aliran (flow symbol)

yan g selalu dihubungkan dengan simbol level (level symbol). Dalam penelitian in i

level adalah kond isi Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Kecamatan Medan Polonia

dan M edan Area. Program Powersim akan bekerja memb angun diagram sebab akibat

(causal loop diagram), diagram alir (flow diagram), membuat grafik waktu (time

(55)

Pengumpulan data primer d ilakukan dengan melakukan in ventarisasi vegetasi

(tanaman) yang terd apat pada RTH. Data yang dipero leh adalah jenis dan jumlah

vegetasi. Data-data sekunder diperoleh dari berbagai in stansi dan studi literatur,

terdiri dari :

a. Peta admin istrasi Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area.

b. Jumlah penduduk Kecamatan Med an Polonia dan Medan Area dip eroleh dari

Badan Pusat Statistik Kota Medan.

c. Jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi setiap harin ya di Kecamatan Medan

Polonia dan Med an Area yan g diperoleh dari Dinas Perhu bungan Kota Medan.

d. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau b erdasarkan luas wilayah, jumlah pend uduk,

dan karbon dioksida, yang diperoleh dari studi literatur.

e. Nilai serapan k arb on dioksida oleh vegetasi yang d ip eroleh dari stu di literatur.

3.3.1. Ana lisis Serapan Karbon Dioksida

Analisis serapan karbo n dioksida b erguna un tuk mendapatk an informasi

meng enai kemampuan ruan g terbuka h ijau menyerap karbon dioksida untuk

kecamatan Medan Polonia dan Medan Area. Pendekatan yang dilaku kan untuk

penghitun gan serapan karbon dioksida d ilakukan dengan cara menentukan luas

penutupan lahan daerah-daerah yan g bervegetasi. Informasi penutupan lahan

(56)

Nilai serapan karbon dioksida diperoleh berdasarkan k elas penutupan lahan untuk

daerah bervegetasi, meliputi sebaran dan luasan . Nilai serapan karbon dioksida

diperoleh melalui pendekatan, bukan den gan p erhitungan yang memperoleh d ata

lapangan.

3.3.2. Ana lisis Standar Kebutuha n Ruang Terbuka Hijau

Peningkatan pemb angunan di wilayah perkotaan diperkirakan akan

mengh asilkan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat ko ta. Dampak-dampak

negatif yang terjadi terhadap lingk ungan d an asp ek tata ruang kota yaitu berupa

berkurangnya ruang terbuka hijau. RTH tersebut ak an berfungsi menjaga

keseimban gan ekosistem kota. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan

langkah-langk ah pencegahan p engurangan RTH dengan mewujudkan ruang terbuka hijau

(57)

maka d itentukan standar luas berdasarkan p ada:

1. Und ang-Undang Rep ublik Indonesia No.2 6 Tahun 20 07 tentang Penataan ruang

yang menyebutkan kebutuhan RTH dihitung berdasarkan persentase luas total

wilayah kota yaitu 30 % d ari total wilayah .

2. Standar ruang terbuk a hijau berdasarkan ju mlah pendud uk dikemukak an oleh

Simonds (1983). Berdasarkan kriteria yang dikemukak an, Kota Medan

memp unyai standar k ebutuhan ruang terbuka hijau den gan luas 80 m2/jiwa.

Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area mempunyai stand ar kebutuhan

ru ang terbuka hijau dengan luas 40 m2/jiwa. Standar luas ruang terbuka hijau

Gambar

Gambar 13. Taman Beringin Jl.Sudirman........................................     93
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 2. Dasar Metodologi Sistem Dinamis (Sushil, 1993)
Gambar 3. Cara Mempelajari Suatu Sistem
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bab ini merupakan inti dari penelitian berupa hasil penelitian dan pembahasan yang berisi pemakaian tindak tutur ekspresif serta strategi tuturan ekspresif dalam wacana nonresmi

[r]

belajar siswa dalam keterampilan berbicara khususnya kemampuan bertanya. dan memahami pertanyaan, diperlukan pembiasaan-pembiasaan

Ruang lingkup perencanaan dan perancangan Krakatau Volcano Center adalah bangunan yang dapat digunakan untuk kegiatan pengamatan dan penelitian aktivitas Gunung

1) Apa alasan utama para investor banyak yang memutuskan untuk menggunakan jasa para perusahaan investasi dan reksa dana dalam melakukan investasi? Dan apakah alasan para

[r]

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat peta navigasi, membuat desain antarmuka,