• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Penghitungan Variabel

Data-data penelitian diatas digunakan untuk menghitung variabel dependen dan independen. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat underpricing (UP). Variabel ini diukur dengan rumus sebagai berikut:

Tingkat Underpricing= closing price – offering price offering price

Sebagai contoh perhitungan tingkat underpricing untuk PT Arpeni Ocean Line Tbk (APOL) yang melakukan listing pada tahun 2005 adalah sebagai berikut:

Tingkat Underpricing = 700 – 625 625

= 0,12

Nilai 0,12 berarti harga saham PT Arpeni Ocean Line Tbk pada penutupan hari pertama mengalami kenaikan sebesar 12% dari harga perdananya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.

2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Return on Investment (ROI), Umur Perusahaan (AGE), Reputasi Auditor (AUD), dan Reputasi Underwriter (UND). Perhitungan setiap variabel independen dapat dilihat sebagai berikut:

a. EPS, variabel ini diukur berdasarkan rumus sebagai berikut

Keterangan:

EPS = Earning Per Share

EAT = Earning After Tax atau pendapatan setelah pajak Jsb = Jumlah Saham Yang Beredar

Sebagai contoh perhitungan EPS pada PT Arpeni Ocean Line Tbk adalah sebagai berikut:

EPS = Rp 77,220,000,000 Rp 2,999,000,000

= 25.75

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rasio sebesar 25,73 yang berarti untuk setiap satu lembar saham, laba yang diperoleh adalah 25.73. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya EPS yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebesar 25.75.

Nilai EPS pada setiap perusahaan paling tinggi dialami oleh perusahaan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan nilai EPS sebesar 464.99 dan yang paling rendah dialami oleh perusahaan PT Hotel Mandarine Regency Tbk (HOME) dengan nilai EPS sebesar 1.22. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.

b. PER, variabel ini diukur berdasarkan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

PER = Price Earning Ratio MPS = Market Price Per Share EPS = Earning Pershare

Sebagai contoh perhitungan PER pada PT Arpeni Ocean Line Tbk adalah sebagai berikut:

PER = 830 25.75

= 32.23

PER sebesar 32.23 kali, ini berarti bahwa saham biasa tersebut dapat dijual dengan harga jual 32.23. Oleh para investor, angka ratio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning power) di masa datang. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi, sebaliknya perusahaaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, cenderung memliki PER yang rendah pula (Prastowo dan Juliaty, 2005).

Nilai PER pada setiap perusahaan paling tinggi dialami oleh perusahaan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) dengan nilai PER sebesar 400.17 dan yang paling rendah dialami oleh perusahaan PT Malindo Fedmill Tbk (MAIN) dengan nilai PER sebesar 6.27. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.

c. ROI

ROI, variabel ini diukur berdasarkan rumus sebagai berikut:

ROI = Laba Bersih Setelah Pajak Total Investasi

Sebagai contoh perhitungan ROI pada PT Arpeni Ocean Line Tbk adalah sebagai berikut:

ROI = Rp 77,220,000,000 Rp 1,507,681,000,000 = 0.05

Artinya perusahaan memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba sebesar 0.05 atau 5% dari seluruh assetnya. ROI tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan telah memanfaatkan assetnya dengan sebaik-baiknya. Apabila ROI yang dimiliki emiten semakin naik dari tahun ke tahun, maka akan menyebabkan minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.

d. Umur perusahaan, variabel ini diukur dari tahun perusahaan berdiri sampai dengan perusahaan melakukan IPO.

Sebagai contoh PT Arpeni Ocean Line Tbk (APOL) yang berdiri pada tahun 1975 dan melakukan IPO pada tahun 2005. Dengan demikian perusahaan APOL telah berumur 30 terhitung dari tahun berdirinya. Hasil perhitungan umur perusahaan pada setiap perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan yang paling lama berdiri adalah PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk (SDRA) dengan umur perusahaan 100 tahun dan perusahaan yang belum lama berdiri adalah PT Laguna Cipta Griya Tbk (LCGP) yaitu 3 tahun. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

e. Reputasi Auditor, variabel ini diukur pada kerjasama/afiliasi antara auditor (KAP) di Indonesia dengan Big Four Auditors.

Menurut Tuanakota (2007) dalam bukunya yang berjudul Setengah Abad Profesi Akuntansi disebutkan KAP yang ada di Indonesia dan baralifiansi dengan Big Four Auditor.

Di Indonesia ada 4 KAP yang berafiliasi dengan Big Four Auditors tersebut yaitu

1. Hans Tuanakota dan Mustofa yang berafiliasi dengan Deloitte dan Touche,

2. Prasetyo, Sarwoko dan Sanjaya berafiliasi dengan Ernst dan Young,

3. Sidharta dan Widjaja berafiliasi dengan Klynueld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) serta

4. Hadi Susanto dan Rekan yang berafiliasi dengan Price Water House Cooper.

Sebagai contoh PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk yang listing pada tahun 2005, yang memiliki auditor yang bernama Prasetio, Sarwoko dan Sandjaja masuk dalam Big Four Auditor di Indonesia sehingga yang masuk dalam auditor tersebut diberi skala 1 dan sebagai contoh PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk yang listing tahun 2005, yang memiliki auditor yang bernama Osman, Ramli

Satrio dan Co tidak termasuk dalam Big Four Auditors diberi skala 0. Data mengenai reputasi auditor dapat dilihat pada lampiran 4

f. Reputasi Underwriter, variabel ini diukur berdasarkan peringkat dari persentase nilai Initial Public Offering yang dijamin oleh underwriter tersebut (Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur, 2002). Seperti yang telah dilakukan oleh tim peneliti sebelumnya yang terdapat dalam majalah Uang dan Efek Perangkingan dilakukan berdasarkan nilai IPO tertinggi yang ditunjukkan dengan besarnya nilai emisi saham yang dijamin oleh underwriter. Perhitungan nilai emisi saham yaitu dengan mengalikan jumlah lembar saham yang beredar dengan harga saham perdana (Samsul, 2006).

Sebagai contoh PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk yang melakukan listing pada tahun 2005 dengan jumlah saham biasa sebesar Rp 2.999.000.000 serta harga saham perdana Rp. 625, maka nilai emisi saham/IPO nya adalah 1.874.375.000.000.

Ukuran bagi underwriter bereputasi adalah 5 underwriter dengan nilai emisi saham tertinggi menurut penelitian sebelumnya yang terdapat dalam majalah Uang dan Efek.

5 Nilai emisi saham tertinggi adalah pada PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan nama underwriternya adalah PT Danatama Makmur Tbk, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan nama underwriternya adalah PT UBS Securities Indonesia Tbk, PT Indika Energy Tbk (INDY)

dengan nama underwriternya adalah PT Danaresa Sekuritas Tbk, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dengan nama underwriternya adalah PT Bhakti Securities Tbk dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dengan nama underwriternya adalah PT Bahana Securities Tbk. Emiten yang dijamin oleh underwriter yang termasuk 5 besar diberi kode 1 dan yang tidak termasuk dalam 5 besar diberi kode 0. Data mengenai peringkat underwriter dapat dilihat pada lampiran 5.

Dokumen terkait