Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO di BEI Pada Tahun 2005-2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Disusun Oleh:
CHRISTIN APRI SHINTA ANITA PAULINAWATI 062214022
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO di BEI Pada Tahun 2005-2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Disusun Oleh:
CHRISTIN APRI SHINTA ANITA PAULINAWATI 062214022
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan” (Yeremia17:7) “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9) “Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihiNya, dan persembahkanlah syukur kepada namaNya yang kudus. Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi
seumur hidup Ia murah hati, sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai”
(Mazmur 30:5-6) “Tiga dasar penting untuk mencapai segala sesuatu yang berharga adalah kerja keras, tetap berpegang pada kepastian dan pikiran sehat”
v
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Tuhan Jesus Christus
2. Ayahku Sumarlan dan Ibuku Inung Ester
3. Saudara kembarku Christin Lita Agustiani
4. Adikku Nungky Windasari
5. Nenekku Adi Rejo
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul :
PENGARUH INFORMASI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG
MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA
Studi Kasus pada Perusahaan Yang Melakukan IPO di BEI Tahun 2005-2008 Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 31 Agustus 2010 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dengan bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah - olah saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.
Bila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut maka saya bersedia menerima saksi yaitu skripsi ini digugurkan, ijasah dikembalikan kepada pimpinan Universitas Sanata Dharma dan gelar akdemik yang saya peroleh (S.E) dibatalkan serta bila diperlukan bersedia diproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).
Yogyakarta, September 2010 Yang membuat pernyataan,
vii
Nama : Christin Apri Shinta Anita Paulinawati Nomor Mahasiswa : 062214022
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan pada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGARUH INFORMASI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA
EFEK INDONESIA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkajian data, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan loyalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya tulis dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 14 September 2010 Yang menyatakan
viii
dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Drs. Yohanes Pembabtis Supardiyono, M.Si., Akt, QIA,. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
2. V. Mardi Widyadmono, S.E., MBA selaku Kepala Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.
3. Ike Janita Dewi, S.E., MBA., Ph.D, selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma dan selaku Dosen Pembimbing I atas bantuan dan kesabarannya dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. T. Handono Eko Prabowo, S.E., MBA., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing II atas bantuan dan kesabarannya dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
ix
7. Saudara kembarku Christin Lita Agustiani dan adikku Nungky Windasari yang selalu memberiku semangat dan doa agar dapat menyelesaikan skripsi ini secepatnya.
8. Buat kekasihku Leo Satrio Nuraribowo “ Thanks for love me”. 9. Buat Sahabat-sahabatku: (Tata “Meong”, Vita, Dewi, Yanti,
Emma, Dwi, Sumanti, Eka, Wulan, Layung, Topick, Nino, Akim, Mas Hendro dan Mas Aries) yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa agar cepat lulus. Terima kasih atas persahabatan yang indah ini. “You are the best my Friends”.
10. Buat temen-temen Manajamen USD angkatan 2006 .
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya. God bless you all!!
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, Agustus 2010
x
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... vi
HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL... xiii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xiv
HALAMAN LAMPIRAN... xv
ABSTRAK ... xvi
ABSTRACK... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
xi
3. Peranan Informasi Prospektus ... 19
4. Fenomena Underpricing ... 21
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing….. 22
B. Penelitian Terdahulu ... 35
C. Hipotesis Penelitian ... 49
D. Kerangka Konseptual ... 55
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 56
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 56
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 57
D. Jenis dan Sumber Data ... 59
E. Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... 59
F. Teknik Analisis Data ... 64
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 73
B. Gambaran Umum Perusahaan Sampel ... 77
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Data ... 81
B. Penghitungan Variabel ... 82
xii
C. Implikasi Riset Yang Akan Datang... 120
xiii
Tabel IV.I Perusahaan Sampel Yang Melakukan IPO ... 78
Tabel V.I Jumlah Sampel Penelitian ... 82
Tabel V.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 90
Tabel V.3 Hasil Uji Normalitas ... 92
Tabel V.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 93
Tabel V.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 95
Tabel V.6 Hasil Perhitungan Besarnya Pengaruh Koefisien Regresi ... 96
Tabel V.7 Hasil Analisis Pengujian Secara Terpisah (Parsial) ... 99
Tabel V.8 Hasil Analisis Pengujian Secara Serentak (Simultan) ... 109
xiv
xv
Lampiran 2: Tabel Perhitungan Earning Pershare (EPS), Price Earning Ratio (ROI), Return on Invesment (ROI) dan Nilai Emisi Saham Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO Tahun 2005-2008
Lampiran 3: Tabel Umur Perusahaan IPO Tahun 2005-2008
Lampiran 4: Tabel Nama dan Peringkat Auditor Berdasarkan Big Four Auditors Perusahaan Yang Melakukan IPO Tahun 2005-2008
Lampiran 5: Tabel Peringkat Underwriter Berdasarkan Nilai Emisi Saham-Saham IPO Tahun 2005-2008
Lampiran 6: Hasil Uji Statistik Deskriptif Lampiran 7: Hasil Uji Normalitas
Lampiran 8: Hasil Uji Autokorelasi Lampiran 9: Hasil Uji Multikolinearitas Lampiran10: Hasil Uji Heteroskedastisitas Lampiran11: Hasil Uji Regresi
xvi
Tahun 2005-2008
CHRISTIN APRI SHINTA ANITA PAULINAWATI NIM: 062214022
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh informasi keuangan dan non keuangan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan go public yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2008. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah underpricing sedangkan variabel independen adalah informasi keuangan yang terdiri dari Earning pershare (EPS), Price Earning Rasio (PER) dan Return on investment (ROI) dan informasi non keuangan yang terdiri dari umur perusahaan, reputasi auditor dan reputasi underwriter. Dalam penelitian ini digunakan data perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana atau IPO yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia dengan jumlah sampel adalah 40 perusahaan.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan menggunakan uji F dan uji t. Dari hasil uji F ada enam variabel independen yang berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Dari hasil uji t menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap tingkat underpricing adalah PER, ROI dan Reputasi Underwriter. Sedangkan ketiga variabel lainnya yaitu earning pershare (EPS), umur perusahaan dan reputasi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing.
xvii 2005 - 2008
CHRISTIN APRI SHINTA ANITA PAULINAWATI Student Number: 062214022
Sanata Dharma University Yogyakarta
2010
The purpose of this research was to identity the influence of financial and non financial information on underpricing level of stock prices of companies which conducted IPO at Indonesian Stock Exchange from 2005-2008. The dependent variable was underpricing and independent variable were financial information which were earning pershare (EPS), price earning ratio (PER) and return on invesment (ROI) and non financial information which were company’s age, auditor’s reputation and underwriter’s reputation. The samples of this research were companies data which conducted IPO. The sample were 40 companies. The analysis used in this research was Multiple Regression using F-test and t-test. The Results showed that the six independent variables simultanously affected underpricing level. Results also showed that variables which influence underpricing level were PER, ROI, and underwriter’s reputation. The other variables, that is EPS, company’s age and auditor’s reputation, did not influence underpricing levels.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
IPO merupakan penawaran saham perusahaan untuk pertama kalinya (Jogiyanto, 2003). Sebelum melakukan penawaran perdana atau go public perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan penyiapan dokumentasi sesuai dengan persyaratan untuk go public atau penawaran umum, serta memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan BAPEPAM-LK sebagai Badan Pengawas Pasar Modal. Perusahaan yang melakukan IPO atau go public harus membuat prospektus. Prospektus adalah dokumen yang berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang ditawarkan (Jogiyanto, 2003). Prospektus disebarluaskan kepada masyarakat sebelum penawaran perdana dimulai. Prospektus ini berisi informasi keuangan dan non keuangan. Informasi keuangan seperti laporan keuangan emiten dan informasi non keuangan seperti kebijakan deviden, kegiatan dan prospek usaha, umur emiten, presentase saham yang ditawarkan, kantor akuntan publik, underwriter (penjamin emisi), konsultan hukum, notaris publik dan perusahaan penilai yang akan menilai kembali aktiva-aktiva tetap yang akan dimiliki oleh perusahaan. Informasi yang tersaji menjadi pertimbangan sendiri untuk menentukan harga saham perdana.
saham yang tidak laku terjual karena emiten membutuhkan harga yang tinggi.
Harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter) sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Dalam dua mekanisme penentuan harga tersebut sering terjadi perbedaan harga terhadap saham yang sama antara di pasar perdana dan di pasar sekunder. Ini disebabkan karena antara pihak emiten dengan pihak penjamin emisi (underwriter) memiliki kepentingan yang berbeda, emiten menginginkan menjual saham dengan harga yang tinggi untuk memaksimumkan modal sedangkan penjamin emisi (underwriter) menginginkan harga yang rendah untuk menarik investor agar membeli saham sehingga dapat mengurangi risiko saham yang tidak laku terjual di pasar perdana. Dalam hal ini, pihak penjamin emisi (underwriter) memiliki informasi yang lebih luas karena lebih dekat dengan pasar dibandingkan dengan pihak emiten. Informasi ini dimanfaatkan oleh underwriter untuk menentukan harga saham di pasar perdana.
underpricing merupakan hal yang merugikan, karena modal yang diinginkan tidak maksimal dan bagi investor sebagai pihak pembeli, underpricing juga merupakan hal yang tidak diinginkan karena akan mengurangi return yang diperolehnya di pasar sekunder.
Untuk mengatasi kondisi underpricing yang terjadi pada penawaran perdana diperlukan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing, sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi investor agar lebih selektif dalam memutuskan untuk membeli saham-saham perdana di Bursa. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
underpricing bisa berupa informasi keuangan dan non keuangan. Informasi non keuangan dari penelitian terdahulu adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati dan Indriantoro (1998) pada periode 1995-1996 menunjukkan dari semua faktor yang diduga berpengaruh, yaitu reputasi akuntan publik, reputasi underwriter, persentase saham yang ditahan oleh pemegang saham lama, umur perusahaan dan ukuran perusahaan ternyata semuanya tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing yang terjadi. Ini menunjukkan bahwa para investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak menggunakan informasi non akuntansi dalam pembuatan keputusan investasi.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rosyati dan Sabeni (2002) pada periode 1997-2000 menyebutkan bahwa variabel reputasi
underpricing. Variabel reputasi auditor dan kondisi pasar mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap tingkat underpricing.
Penelitian juga dilakukan oleh Ghozali dan Mansur (2002) pada periode 1997-2000 yang meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat underpricing meliputi informasi keuangan berupa ROA (Return on Invesment) dan financial laverage perusahaan dan informasi non keuangan berupa reputasi underwriter, jumlah saham yang masih di tahan pemegang saham lama, skala/ukuran perusahaan dan umur perusahaan menunjukkan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing dengan tingkat signifikansi 10%. Kalau dilihat secara parsial ada 3 variabel yang berpengaruh secara signifikan yaitu reputasi underwriter, ROA dan financial leverage. Ini menunjukkan bahwa para investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) menggunakan informasi akuntansi dan non akuntansi dalam pembuatan keputusan investasi tetapi tingkat signifikasinya hanya 10%.
Dari semua faktor tersebut, penulis akan meneliti pengaruh variabel keuangan dan non keuangan terhadap tingkat underpricing dengan variabel penelitian yaitu informasi keuangan dan non keuangan yang dibatasi oleh penulis dan dengan periode penelitian yang berbeda. Variabel informasi keuangan yang digunakan adalah EPS (Earnings Per Share), PER (Price Earnings Ratio) dan ROI (Return on Investment) sedangkan variabel informasi non keuangan yang digunakan adalah umur perusahaan, reputasi auditor dan reputasi underwriter dengan periode penelitian selama 4 tahun yaitu dari tahun 2005-2008. Dengan judul penelitian “PENGARUH INFORMASI KEUANGAN DAN NON
KEUANGAN TERHADAP TINGKAT UNDERPRICING PADA
PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPODI BEI”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah informasi keuangan yang terdiri dari EPS (Earning Per Share), PER (Price Earning Ratio) dan ROI (Return on Invesment) berpengaruh secara parsial terhadap tingkat underpricing pada saat perusahaan melakukan IPO?
3. Apakah informasi keuangan dan non keuangan berpengaruh secara
simultan terhadap tingkat underpricing pada saat perusahaan melakukan IPO?
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka penulis membatasi penelitian sebagai berikut:
1. Sampel merupakan perusahaan yang telah melakukan IPO dan mengalami saham-saham perdana dalam kurun waktu tahun 2005-2008. 2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai rasio
keuangan yang bernilai positif karena yang bernilai negatif dianggap perusahaan tidak memiliki kinerja perusahaan yang baik.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah informasi keuangan dan non keuangan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham perdana.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan yang akan melakukan IPO dapat dijadikan referensi dalam menentukan harga yang tepat saat penawaran saham perdana. 2. Bagi investor dan calon investor yang tertarik menanamkan modalnya
di pasar modalm hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
9
BAB II
TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. TEORI
Untuk memberiakn dasar bagi hipótesis dan análisis dalam penelitian, dibawah ini diuraikan teori dan hasil penelitian terdahulu yang akan menjadi dasar penelitian.
1. Pasar Modal
a. Pengertian Pasar Modal
Pasar Modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi (Tandelilin, 2001).
Pasar modal juga merupakan pasar untuk instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk uang, ekuitas (saham), instrument derivative, maupun instrument lainnya (Tjiptono dan Hendy, 2006).
juga menjadi pemilik perusahaan sehingga menjadi milik public (Indriyo dan Basri, 2002).
b. Jenis-Jenis Pasar Modal
Penjualan saham kepada investor umumnya dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal di mana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jogiyanto (2003) mengemukakan jenis-jenis pasar modal ada empat macam, yaitu:
1) Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa.
2) Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder merupakan pasar di mana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas, setelah melewati masa penjualan di pasar perdana.
3) Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga merupakan tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market).
4) Pasar Keempat (Fourth Market)
efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale).
c. Manfaat Keberadaan Pasar Modal
Pasar Modal memberikan banyak manfaat, di antaranya (Tjiptono dan Hendy, 2006) :
1) Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2) Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus upaya diversifikasi.
3) Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi Negara.
4) Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
5) Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
6) Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat
dengan prospek yang baik.
7) Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan
risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan diversifikasi investasi.
9) Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka,
pemanfaatan manajemen professional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.
2. Initial Public Offering (IPO) a. Pengertian IPO
Perusahaan memiliki sumber alternatif pendanaan dalam memperoleh modal yaitu salah satunya dengan melakukan penyertaan modal dalam bentuk sekuritas. Penyertaan dalam bentuk sekuritas ini dilakukan dengan menjual sahamnya ke masyarakat yang disebut dengan go public. Go public sering pula disebut dengan IPO adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang go public) kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya (Basir dan Hendy, 2005). Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang dan kontrak berjangka atas efek.
mengalami underpricing akibat adanya ketidaktauan informasi antara pihak emiten maupun underwriter.
Kegiatan-kegiatan utama di penawaran umum meliputi periode pasar perdana yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk, penjatahan saham yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia, pencatatan efek di bursa yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa.
b. Alasan Perusahaan Melakukan IPO
Terdapat alasan-alasan perusahaan melakukan IPO. Husnan (1998) mengemukakan adanya dua alasan perusahaan melakukan IPO. Pertama, perusahaan bertujuan untuk melakukan ekspansi dengan tidak menambah hutang baru. Kedua, untuk mengganti sebagian hutang dengan ekuitas yang diperoleh dari IPO.
perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal dengan istilah go public.
c. Manfaat dan Konsekuensi Perusahaan Melakukan IPO
Menurut (Basir dan Hendy, 2005: 29) suatu perusahaan yang melakukan penawaran umum saham dapat memperoleh manfaat yaitu:
1) Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak dengan termin-termin).
2) Biaya go public relatif murah. 3) Proses relatif mudah.
4) Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat ( go public merupakan media promosi).
Disamping adanya banyak manfaat yang diperoleh, terdapat beberapa konsekuensi yang harus dihadapi oleh perusahaan yang melakukan IPO. Konsekuensi tersebut antara lain:
d. Proses Penawaran Umum di Pasar Perdana
Gambar II.1. Proses Penawaran Umum di Pasar Perdana
1) Professional dan lembaga pendukung pasar modal membantu emiten menyiapkan penawaran umum.
2) Emiten menyerahkan pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM.
3) Pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif oleh BAPEPEM. Emiten beserta professional dan lembaga pendukung melakukan penawaran umum di pasar perdana.
e. Prosedur IPO di Bursa Efek Indonesia
Menurut (Basir dan Hendy, 2005) secara umum prosedur IPO dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu persiapan untuk IPO, pendaftaran ke BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal), penawaran saham dan pencatatan di Bursa Efek.
1) Tahap Persiapan untuk IPO.
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses Profesional
dan lembaga pendukung pasar modal
E M I T E N
BAPEPAM
Pasar Perdana [1]
[3]
penawaran umum. Sebuah perusahaan yang akan melakukan IPO harus melakukan persiapan sebagai berikut:
a) Manajemen perusahaan menetapkan rencana mancari dana melalui go public.
b) Memintakan persetujuan rencana go public tersebut kepada para pemegang saham termasuk persetujuan perubahan Anggaran Dasar dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
c) Menunjuk Profesi Penunjang dan Lembaga Penunjang untuk membantu menyiapkan kelengkapan dokumen emisi.
d) Mempersiapkan kelengkapan dokumen emisi.
e) Menandatangani Kontrak Pendahuluan dengan bursa efek di mana efeknya akan dicatatkan.
f) Menandatangani perjanjian-perjanjian emisi.
g) Menyampaikan pernyataan pendaftaran beserta
dokumen-dokumennya kepada BAPEPAM, sekaligus melakukan ekspose terbatas di BAPEPAM.
2) Tahap Pendaftaran dengan BAPEPAM.
a) BAPEPAM menerima pernyataan pendaftaran dari calon
emiten dan underwriter. b) Limited Expose di BAPEPAM.
c) BAPEPAM mempelajari dokumen-dokumen yang diserahkan dari 3 aspek, yaitu:
• Kelengkapan Dokumen
• Ketepatan dan kejelasan informasi
• Pengungkapan dari segi hokum, akuntansi, keuangan, dan
manajemen.
Apabila lebih dari 45 hari sejak tanggal penyampaian pendaftaran tanpa ada jawaban dari BAPEPAM, maka pernyataan pendaftaran otomatis menjadi efektif.
3) Tahap Penawaran Saham
dapat membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham dicatatkan di bursa efek.
Penjamin emisi utama (lead underwriter) akan mengadakan kerjasama dengan para penjamin emisi lainnya dengan dibantu oleh para perantara pedagang efek dan atau para agen penjualan untuk melakukan penjualan saham kepada masyarakat. Proses penjualan ini disebut dengan pasar perdana. Hasil penjualan saham perdana masuk ke dalam emiten yang bersangkutan.
Sebelum melakukan IPO, calon emiten diwajibkan untuk mengumumkan prospektus ringkas kepada masyarakat lewat surat kabar. Calon investor juga diwajibkan untuk menyebarluaskan prospektus ringkas kepada calon investor melalui underwriter dan agen-agen penjual.
4) Tahap Pencatatan Saham Di Bursa Efek
Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam melakukan pencatatan di Bursa, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon emiten.
Persyaratan Pencatatan Saham di BEI:
pencatatan di Bursa. Selanjutnya calon emiten tersebut melakukan presentasi seputar kinerja perusahaannya.
b) Jika memenuhi syarat, BEI akan memberikan surat persetujuan prinsip pencatatan yang dikenal dengan istilah Perjanjian Pendahuluan.
c) Calon emiten mengajukan Pernyataan Pendaftaran ke BAPEPAM.
d) Apabila telah mendapat Pernyataan Efektif dari BAPEPAM, maka calon emiten melakukan proses penawaran umum. e) Emiten membayar biaya pencatatan.
f) BEI mengumumkan dan melakukan pencatatan efek tersebut di Bursa.
3. Peranan Informasi Prospectus
Sebelum perusahaan menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan akan menerbitkan prospektus (informasi mengenai perusahaan secara detail) ringkas yang diumumkan di media massa.
Menurut (Basir dan Hendy, 2005) Penyusunan Prospektus mengacu kepada hal-hal berikut :
a. Prospektus harus memuat semua rincian dan fakta material mengenai penawaran umum dari emiten.
b. Prospektus haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan komunikatif.
c. Fakta-fakta dan pertimbangan-pertimbangan yang paling penting harus dibuat ringkasnya dan diungkapkan pada bagian awal prospektus.
d. Emiten, Penjamin Pelaksana Emisi, Lembaga Penunjang, serta Profesi Penunjang Pasar Modal bertanggung jawab untuk menentukan dan mengungkapkan fakta secara jelas dan mudah dibaca.
Prospektus berisikan antara lain (Tandelilin, 2001) : a. Penawaran Umum
b. Tujuan Penawaran Umum. c. Penggunaan Dana Hasil Emisi.
d. Informasi tentang perusahaan seperti sejarah, organisasi, dan
personalia.
e. Kegiatan Usaha dan Prospeknya. f. Ikhtisar Keuangan Perusahaan
akuntansi/keuangan. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri atas neraca, perhitungan rugi/laba, laporan arus kas, dan penjelasan laporan keuangan. Informasi non akuntansi adalah informasi selain laporan keuangan seperti: underwriter (penjamin emisi), auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, presentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, dan informasi lainnya.
4. Fenomena Underpricing
harga penawaran dikalikan dengan sisa saham yang tidak laku terjual (Kusumawati, 2005).
Penentuan harga (pricing) dalam IPO merupakan bagian yang sulit, sekaligus penting karena tidak ada harga sebelumnya di pasar dan sejarah mengenai operasi perusahaan sangat sedikit atau hampir tidak ada. Jika harga ditentukan terlalu rendah, perusahaan penerbit tidak dapat memperoleh dana maksimal dari potensi yang ada untuk menaikkan modalnya dan jika harga terlalu rendah, investor juga akan memperoleh return yang sangat kecil sehingga berakibat pada penolakan investor untuk membeli saham tersebut. Dengan demikian, tanpa pricing yang akurat pasar dapat menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak lainnya (Kusumawati, 2005).
Dalam menentukan besarnya underpricing diukur dengan return saham di pasar perdana (Initial Return). Initial return adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana (saat IPO) dengan harga jual saham yang bersangkutan di hari pertama di pasar sekunder (Daljono, 2002).
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing
Faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing meliputi informasi keuangan dan non keuangan.
a. Informasi Keuangan
1) Return on Invesment (ROI)
ROI merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan (asset yang dimilikinya) untuk mendapatkan laba. ROI menjadi salah satu pertimbangan investor di dalam melakukan investasi terhadap saham di bursa saham (Ghozali dan Mansur, 2002). Tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai atau informasi mengenai efektifitas operasional. Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian IPO sehingga mengurangi tingkat
underpricing (Sri Trisnaningsih, 2005).
Menurut Sartono (2001) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta laba yang meningkat merupakan satu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian calon investor dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan.
2) Financial Laverage
Financial Laverage merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva, yang menunjukkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Rasio ini pada umumnya disebut juga rasio utang (debt ratio), untuk mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur.
Laverage Financial (solvabilitas) menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dengan menggunakan ekuitas yang dimilikinya. Laverage Financial dapat dipahami sebagai penaksir dari resiko yang melekat pada suatu perusahaan. Artinya, Laverage Financial yang semakin besar menunjukkan resiko investasi yang semakin besar pula, karena merupakan rasio dari jumlah hutang dibagi aktiva (Trisnaningsih, 2005). Riyanto (dalam Trisnaningsih, 2005) masalah financial laverage baru timbul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban tetap, sehingga dapat dikatakan menghasilkan laverage yang menguntungkan, atau efek yang positif kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana itu.
3) Earning Per Share (EPS)
Earnings Per Share atau laba per saham adalah rasio yang mengukur laba bersih setelah pajak dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar.
Rasio ini digunakan untuk menganalisis risiko dan membandingkan pendapatan per lembar saham perusahaan dengan perusahaan lain. Ketika investor mengevaluasi performance dari perusahaan, investor tidak cukup hanya mengetahui apakah income suatu perusahaan mengalami kenaikan atau penurunan, investor juga perlu mencermati bagaimana perubahan income berakibat terhadap investasinya (Sulistio, 2005).
James Gill dan Moira Chatton (2003: 66) dalam (Sulistio, 2005) menyatakan bahwa perusahaan yang mapan umumnya mempunyai rasio EPS tinggi sedangkan perusahaan yang berusia muda mempunyai kecenderungan EPS yang rendah. 4) Price Earning Ratio (PER)
undervalued sehingga sebaiknya dibeli. Bila nilai instrinsik saham lebih rendah dibandingkan dengan harga pasarnya, maka saham tergolong overvalued sehingga sebaiknya saham tersebut tidak dibeli dan investor yang memiliki saham akan menjual saham tersebut (Tendelilin 2001:244-245).
Rasio ini sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan (Halim, 2003).
Rasio ini juga menunjukkan seberapa tinggi suatu saham dibeli oleh investor dibandingkan dengan laba per lembar saham. Kalau PER perusahaan tinggi berarti saham perusahaan dapat memberikan return yang besar bagi investor (Dharmastuti, 2004). 5) Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Semakin besar ukuran perusahaan maka tingkat underpricednya adalah rendah. Demikian pula sebaliknya perusahaan yang berukuran kecil cenderung lebih tinggi tingkat underpricednya dari pada perusahaan yang berukuran besar (Nurhidayati dan Indriantoro, 1998).
b. Informasi Non Keuangan
Informasi Non keuangan adalah informasi yang tidak terdapat pada laporan keuangan, antara lain:
1) Presentase Pemegang Saham Lama
Persentase saham yang ditahan oleh pemegang saham lama menunjukkan banyak sedikitnya pengungkapan informasi privat perusahaan. Sedikitnya informasi privat perusahaan yang diketahui emiten mengakibatkan emiten menghadapi tingkat ketidakpastian yang tinggi. Demikian pula sebaliknya bila jumlah saham yang ditahan oleh pemegang saham sedikit berarti tingkat ketidakpastian emiten akan berkurang. Jadi semakin besar persentase yang ditahan oleh pemegang saham lama menunjukkan semakin besar tingkat underpriced emiten (Nurhidayati dan Indriantoro, 1998).
saham perusahaan akan terjual pada harga yang cukup menguntungkan sehingga dapat mengumpulkan dana yang signifikan bagi pembiayaan perusahaan.
2) Umur Perusahaan
Umur perusahaan klien juga menunjukkan informasi yang dapat diperoleh calon investor. Dalam kondisi normal, perusahaan yang telah lama berdiri akan mempunyai publikasi perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru. Dengan demikian calon investor tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memperoleh informasi dari perusahaan yang melakukan IPO tersebut. Jadi perusahaan yang telah lama berdiri mempunyai tingkat underpriced yang lebih rendah dari pada perusahaan yang masih baru (Nurhidayati dan Indriantoro, 1998).
3) Reputasi Auditor
Auditor penjamin emisi adalah sebuah kantor akuntan public (KAP) yang ditunjuk dan menyatakan bahwa perusahaan tersebut layak untuk go public. Pernyataaan KAP sangat dipengaruhi dari segi kelayakan pada saat laporan keuangan dan hasil audit lainnya bahwa secara aturan dan prosedural dapat dinyatakan telah memenuhi syarat untuk go public. Maka dalam hal ini reputasi seorang auditor juga dipertaruhkan karena jika suatu saat perusahaan yang dijamin tersebut bermasalah pada laporan keuanganny maka auditor beserta KAP nya tersebut yang akan mengalami efek negatifnya seperti turunnya reputasi yang dimiliki ( Fahmi, 2009).
4) Reputasi Underwriter
Underwriter adalah penjamin emisi bagi setiap perusahaan yang akan menerbitkan sahamnya di pasar modal. Contohnya dimisalkan pada saat PT Abadi Mulya layak untuk go public atau dengan kata lain akan menjual sahamnya kepada public maka PT Bank Mandiri menjadi penjamin emisinya bahwa PT Abadi Mulya layak untuk go public. Sehingga reputasi sebuah
underwriter menjadi penting dalam menyatakan sebuah perusahaan tersebut layak atau tidak untuk dijamin di go public, karena jika tidak layak namun kemudian dinyatakan layak maka pada saat PT Abadi Mulya tersebut bermasalah ke depan nantinya PT Mandiri yang harus menanggung akibatnya yaitu lebih jauhnya menurunnya reputasi di mata public ( Fahmi, 2009).
yang bersangkutan dan kadangkala ditambah dengan tenaga konsultan yang juga memiliki reputasi baik (Fahmi, 2009).
Suatu perusahaan yang memutuskan untuk IPO akan menyewa perusahaan sekuritas yang bertindak sebagai underwriter atau penjamin emisi. Sebelum penempatan saham, underwriter membantu perusahaan untuk menyusun prospektus dan memberikan penilaian yang sesuai untuk penetapan harga saham di pasar perdana. Underwriter yang berpengalaman dan bereputasi baik akan dapat mengorganisir IPO secara profesional dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada investor. Ini adalah salah satu indikator kemapanan dan keseriusan perusahaan kepada investornya (Sulistio, 2005).
Menurut (Samsul, 2006), ditinjau dari tanggung jawab underwriter sebagai penjamin emisi, terdapat empat tipe penjaminan, yaitu:
a) Full Commitment
b) Best Effort Commitment
Underwriter sebagai penjamin emisi berkomitmen untuk membayar kepada emiten sebesar yang didapat dalam penawaran umum atau, dengan kata lain, tidak penuh. Komitmen ini muncul karena kondisi pasar sedang lesu (bearish) sehingga penjamin emisi tidak berani memberi komitmen pembayaran penuh.
c) Standby Commitment
Underwriter sebagai penjamin emisi memberi komitmen siap untuk membeli sendiri atau ada pihak lain yang bersedia membeli apabila kondisi pasar sangat lemah sehingga sasaran yang ditargetkan dalam penawaran umum tidak tercapai. Penjamin emisi atau pihak lain akan membeli dengan harga lebih rendah daripada harga perdana seperti yang telah disepakati sejak awal.
d) All or None Commitment
Underwriter sebagai penjamin emisi dengan tipe all or none commitment ini, sebelum menjual efek, sudah memiliki dan membeli efek tersebut sehingga mereka dapat menjual dengan harga tertentu.
penjaminan, yang berdasarkan fungsi dan tanggung jawabnya dibedakan dalam tingkatan sebagai berikut (Hendra, 2009) :
• Penjamin utama emisi
Penjamin utama emisi ( lead underwriter) ini membuat ikatan dengan emiten dalam suatu perjanjian yang disebut perjanjian penjaminan efek. Dalam perjanjian dituangkan bahwa penjamin utama emisi memberikan jaminan atas penjualan efek dan akan membayar sepenuhnya seluruh nilai efek kepada emiten.
• Penjamin pelaksana emisi
Dalam suatu sindikasi biasanya terdiri atas satu atau lebih penjamin utama emisi (managing underwriter) adalah bertanggung jawab dalam pengelolaan/penyelenggaraan aspek administrasi emisi efek, seperti: penyiapan dokumen, distribusi prospektus, formulir pendaftaran, mengatur penyetoran uang pembelian, mengatur penjatahan dan menyampaikan sertifikat/obligasi. Penjamin pelaksana emisi merupakan salah satu anggota dari penjamin utama emisi.
• Penjamin peserta emisi
penjamin ini bukan bertanggung jawab kepada emiten, tetapi kepada penjamin utama emisi. Ikatan antara penjamin utama emisi, penjamin pelaksana emisi dan penjamin peserta emisi ( co underwriter) diwujudkan dalam suatu perjanjian yang disebut perjanjian antara penjamin emisi.
Pada umumnya underwriter mempunyai 3 fungsi (Jogianto, 2000) yaitu
¾ Sebagai pemberi saran kepada perusahaan yang akan
melakukan go public ((advisory function).
¾ Sebagai penjamin penjualan saham perdana dan
bersedia membeli sisa sekuritas yang tidak terjual (underwriting function).
B.
PENELITIAN TERDAHULU
PENELITIAN TERDAHULU MENGENAI
UNDERPRICING
HARGA SAHAM PERDANA
Penelitian terdahulu ini mengambil dari beberapa jurnal sebagai berikut:
NO Judul Peneliti Jurnal Tahun
Variabel
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1
Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat
Underpricing di Bursa Efek
Jakarta
Imam Ghozali dan Mudrik Al
Mansur (2002)
Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
Vol. 4 No. 1 April, hal 74-88.
Reputasi
Underwriter
, Jumlah
saham yang masih
ditahan pemegang
saham lama, Skala/
ukuran perusahaan,
Umur perusahaan,
ROA, serta
Financial laverage
perusahaan.
Sampel penelitian
adalah perusahaan
yang melakukan IPO
dari tahun 1997-2000
di BEJ dan
mengalami
underpriced
.
Teknik análisis data
menggunakan
analisis regresi
berganda.
•
Membuktikan bahwa
reputasi penjamin
emisi,
financial
leverage
signifikan
pada level 10%
dengan arah negatif
mempengaruhi
underpricing
.
•
ROA mempengaruhi
underpricing
dengan
level signifikansi 5%
dengan arah negatif.
•
Sedangkan umur
perusahaan, skala
persentase saham
yang ditahan, tidak
terbukti signifikan
mempengaruhi
underpricing
.
2
Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Underpricing
Saham pada Perusahaan Go
Public di Bursa Efek Jakarta
Rosyati dan Arifin Sebeni
(2002)
“Kumpulan Makalah
Simposium Nasional Akuntansi
V”, 286-297.
Kondisi Pasar (IHSG
30 hari sebelum IPO
dikurangi IHSH
saat IPO) , Umur
perusahaan, Reputasi
auditor, Reputasi
penjamin emisi
Sampel Penelitian
adalah perusahaan
yang melakukan IPO
dari tahun 1997-2000
di BEJ dan
mengalami
underpriced
.
Teknik análisis data
menggunakan
analisis regresi
berganda.
•
Mereka membuktikan
bahwa reputasi
penjamin emisi dan
umur perusahaan
mempengaruhi
underpricing
pada
level signifikansi 5%
dengan arah korelasi
negatif tetapi mereka
tidak berhasil
mendukung
hipotesisnya yang
menyatakan bahwa
kondisi pasar yang
tercermin
dalam perbedaan
angka IHSG
mempunyai pengaruh
signifikan terhadap
underpricing
di BEJ.
3
Reputasi Penjamin Emisi,
Return Awal, Return 15 Hari
Sesudah IPO dan Kinerja
Perusahaan Satu Tahun Setelah
IPO di BEJ
Nasirwan (2002)
Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol. 5 No. 1 ,
Januari, hal 64-84.
Return Awal, Return
15 hari sesudah IPO,
Reputasi Penjamin
Emisi, Reputai
Auditor, Persentase
Penawaran Saham,
Umur Perusahaan,
Ukuran Perusahaan,
Nilai Penawaran
saham dan
Deviasi
Stándar Return
.
Sampel Penelitian
adalah perusahaan
yang melakukan IPO
di BEJ dengan
periode pengamatan
dari tanggal 6 Juli
1989 sampai dengan
29 Juli 1996 dan
mengalami
underpriced
.
Teknik análisis data
menggunakan
•
Membuktikan bahwa
reputasi penjamin
emisi berhubungan
positif signifikan
dengan
initial return
.
•
Kinerja perusahaan
satu tahun sesudah
IPO mengalami
penurunan. Akan
tetapi penurunannya
relatif kurang begitu
analisis regresi
berganda.
perusahaan yang
dikelola penjamin
emisi yang
mempunyai reputasi
yang lebih tinggi.
•
Reputasi penjamin
emisi, persentase
penawaran saham,
dan nilai penawaran
saham berasosiasi
secara statistis
signifikan dengan
return 15 hari sesudah
IPO dan kinerja
perusahaan satu tahun
sesudah IPO.
4
Analisis Faktor-Faktor yang
Berpengaruh
terhadap Tingkat
Underpricing
Reputasi auditor,
Reputasi
underwriter
,
Sampel penelitian
adalah perusahaan
yang melakukan IPO
•
Membuktikan bahwa
hasil dari penelitian
perusahaan-Saham pada Penawaran
Perdana di Bursa Efek Jakarta
Indriyantoro, Nur dan
Nurhidayati.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia,vol 13, 1998,
pp21-30.
Persentase saham
yang ditahan oleh
pemegang saham
lama, Umur
perusahaan dan
Ukuran perusahaan.
periode 1995-1996 di
BEJ.
Teknik analisis data
menggunakan
análisis regresi
berganda.
perusahaan yang
melakukan IPO dalam
periode 1995-1996
tidak berhasil
menunjukkan adanya
pengaruh yang
signifikan
faktor-faktor tersebut
terhadap tingkat
underpricing
.
5
Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Initial Return
Saham Yang Listing Di BEJ
Daljono, 2002
Makalah dalam Simposium
Nasional Akuntansi III (5
September), Jakarta.
Reputasi penjamin
emisi,
Financial
leverage,
Reputasi
auditor, Umur
perusahaan,
Persentase saham
yang ditawarkan
pada publik,
ROA, dan
Solvability
Sampel Penelitian
adalah peusahaan
yang melakukan IPO
periode 1990-1997 di
BEJ.
Teknik análisis data
menggunakan
análisis regresi
berganda.
•
Membuktikan bahwa
terdapat hubungan
yang signifikan antara
reputasi penjamin
emisi dengan
initial
return
.
Namun arah
hubungan reputasi
ratio
. dengan
initial return
adalah positif
(berbeda dengan yang
dihipotesakannya).
Penelitiannya atas
hubungan
financial
leverage
dengan
initial return
mempunyai hubungan
positif signifikan 5%.
•
Reputasi
auditor, umur
perusahaan,
persentase saham
yang ditawarkan pada
publik, profitabilitas
perusahaan yang
diwakili ROA, dan
terbukti tidak
signifikan
mempengaruhi
initial
return
.
6
Pengaruh Informasi Akuntansi
dan Informasi Non Akuntansi
Terhadap Initial Return : Studi
Pada Perusahaan Yang
Melakukan Initial Public
Offering di Bursa Efek Jakarta,
Helen Sulistio, (2005),
SNA VIII : 87 – 99
Ukuran Perusahaan,
EPS, PER, Tingkat
Laverage
, Persentase
Pemegang Saham
Lama, Reputasi
Auditor, Reputasi
Underwriter
,
Pengaruh Industri.
Sampel Penelitian
adalah perusahaan
yang melakukan IPO
dari tahun 1998-2003
di BEJ.
Teknik análisis data
menggunakan
análisis regresi
berganda.
•
Membuktikan bahwa
informasi akuntansi
yang meliputi ukuran
perusahaan, EPS,
PER tidak
berpengaruh terhadap
initial return
dan
tingkat
leverage,
menunjukkan
pengaruh terhadap
initial return
adalah
negatif signifikan
pada _ = 10% (p =
0,10);
akuntansi yang
meliputi persentase
pemegang
saham lama, reputasi
auditor dan reputasi
underwriter
tidak
menunjukkan
pengaruh terhadap
initial return,
tetapi
presentase pemegang
saham lama
menunjukkan
pengaruh
terhadap
initial return
adalah positif
signifikan pada
α
=
5% (p =0,05).
7
Kusumawati Rita dan Ade
Sudento,
Analisis Pengaruh
Total Asset (ukuran
perusahaan), ROE,
Sampel penelitian
adalah perusahaan
Profitabilitas (ROE), Ukuran
Perusahaan (SIZE) DAN
Laverage Keuangan
(solvabilitas) Terhadap Tingkat
Underpricing Pda Penawaran
Perdana (Initial Public
Offering/IPO) Di Bursa Efek
Jakarta.
Kusumawati Rita dan Ade
Sudento (2005).
Utilitas,
vol. 13 No. 1, Januari.
dan Financial
Laverage
.
yang melakukan IPO
tahun 1997-2002 di
BEJ.
Teknik análisis data
menggunakan
análisis regresi
berganda.
bersama-sama
(simultan)
profitabiltas
perusahaan, ukuran
perusahaan dan
laverage
keuangan
berpengaruh
signifikan terhadap
terhadap tingkat
underpricing
.
•
Sedangkan secara
parsial , variabel
ROE dan
leverage
keuangan tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
tingkat
underpricing
.
ukuran perusahaan
yang diproksi
dengan total aktiva
berpengaruh secara
signifikan terhadap
tingkat
underpricing
pada periode
1997-2002 di BEJ.
8
Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat
Underpricing Pada Perusahaan
Yang Go Public di Bursa Efek
Jakarta
Trianingsih, Sri (2005),
Jurnal
Akuntansi
dan
Keuangan, vol. 4, no. 2,
Universitas Pembangunan
Veteran (UPN) ”Veteran”
Surabaya, pp 195-210
Reputasi
Underwriter,
Financial Laverage,
dan ROA
Sampel penelitian
adalah perusahaan
yang melakukan IPO
periode 2002-2004 di
BEJ.
Teknik análisis data
menggunakan
análisis regresi
berganda.
•
Membuktikan
bahwa reputasi
underwriter
,
financial laverage
,
dan ROA
berpengaruh secara
simultan terhadap
tingkat
underpricing.
•
Sedangkan reputasi
financial laverage
berpengaruh secara
parsial terhadap
tingkat
underpricing
dengan tingkat
signifikansi 5%.
9
Pengaruh Informasi Selama
Proses Penawaran Terhadap
Initial Return Perusahaan
Yamg Listing di Bursa Efek
Jakarta
Dwi Martini (2003)
Simposium Nasional Akuntansi
VI
Surabaya 16-17 Oktober 2003
Umur perusahaan,
Maturity Market,
Tingkat Bunga SBI,
Return Indeks Harga
Saham Gabungan,
Rasio Jumlah Saham
yang masih di
pegang oleh pemilik
lama pada saat IPO,
PER, Pertumbuhan
penjualan dan
Profitabilitas (Nilai
Buku).
Sampel penelitian
adalah perusahaan
yang melakukan IPO
pada tahun
1990-2000.
Teknik analisis data
menggunakan
analisis regresi
berganda.
•
Membuktikan
bahwa umur
perusahaan,
Bunga SBI dan
PER pasar
berpengaruh
negatif terhadap
initial return
.
•
Return pasar,
Maturitas pasar
dan harga nilai
buku
positif terhadap
initial return
.
•
Lamanya jangka
waktu tidak
berpengaruh
terhadap
initial
return
.
10
Variabel-VariabelYang
Mempengaruhi Fenomena
Underpricing Pada Penawaran
Saham Perdana di Bursa Efek
Jakarta
Chastina Yolana dan Dwi
Martani (2005)
Simposium Nasional Akuntansi
V111 Solo, 15-16 September
2005
Reputasi penjamin
Emisi, Kurs, Kurs,
Total Aktiva, ROE
dan Jenis Industri
Sampel Penelitian
adalah perusahaan
yang melakukan IPO
pada tahun
1994-2001.
Teknik analisis data
menggunakan
analisis regresi
berganda.
•
Membuktikan
bahwa keempat
variabel bebas (
rata-rata kurs,
skala perusahaan,
ROE dan Jenis
tidak
berpengaruh
negatif terhadap
underpricing
.
11
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat
Underpricing Pada Perusahaan
Yang Go Public Di Bursa Efek
Jakarta
Roskarina Setaningrum dan K
Tjilik Suwito (2008)
Folus Manajerial, Vol 6., No 1,
2008: 84-95.
Reputasi
Underwriter
,
Financial Laverage
dan
Return on
Invesment
.
Sampel penelitian
adalah perusahaan
yang melakukan
listing di Bursa Efek
Jakarta pada tahun
2001-2004.
Teknik analisis data
menggunakan
analisis regresi
berganda.
•
Membuktikan
bahwa reputasi
underwriter dan
financial
laverage
berpengaruh
terhadap
underpricing
dengan tingkat
signifikansi
sebesar 10%
•
Sedangkan
Return on Asset
(ROA) tidak
terhadap
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara atau dugaan jawaban yang paling memungkinkan walaupun masih harus dibuktikan dengan penelitian. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas, beberapa hipotesis alternatif yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Informasi Keuangan yaitu EPS, PER dan ROI Berpengaruh
Terhadap Tingkat Underpricing Secara Parsial
a. EPS Berpengaruh Terhadap Tingkat Underpricing
EPS adalah jumlah laba yang didapat oleh setiap lembar saham umum selama satu periode akuntansi. EPS sebagai rasio untuk mengukur risiko perusahaan dan membandingkan pendapatan per lembar saham perusahaan dengan perusahaan lain, sehingga rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Semakin besar EPS berarti semakin besar laba atau keuntungan perusahaan dan semakin besar EPS menunjukkan semakin baik kinerja perusahaan dalam menggunakan modal dari investor untuk mendapatkan laba yang berarti pula akan menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan.
akan semakin banyak return yang bisa didapat oleh investor, karena EPS juga merupakan rasio untuk meningkatkan laba bagi investor/pemegang saham sehingga banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan menjadi naik dan dapat mengurangi tingkat underpricing. Sehingga semakin mapan perusahaan semakin tinggi EPSnya dan dengan demikian semakin rendah kemungkinan terjadinya tingkat
underpricing.
Sehingga hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H1a: EPS berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.
b. PER Berpengaruh Terhadap Tingkat Underpricing
banyaknya return/tingkat pengembalian yang bisa dibagikan kepada investor yang telah membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan. PER pasar yang tinggi juga akan mempengaruhi penetapan harga saham yang cenderung tinggi (Dwi Martani, 2003).
Sehingga hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H1b: PER berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing.
c. ROI Berpengaruh Terhadap Tingkat Underpricing
H1c: ROI berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.
2. Informasi Non Keuangan yaitu Umur Perusahaan, Reputasi
Auditor dan Reputasi Underwriter Berpengaruh Terhadap
Tingkat Underpricing Secara Parsial
a. Umur Perusahaan Berpengaruh Terhadap Tingkat Underpricing Semakin lama umur perusahaan, semakin banyak informasi yang diperoleh terutama yang berkaitan dengan penawaran saham. Ini ditunjukkan dengan kepercayaan investor terhadap perusahaan yang memiliki banyak pengalaman dan dikenal dipublik. Sehingga mengurangi ketidakpastian informasi di masa yang akan datang yang akan menyebabkan underpricing. Jadi perusahaan yang telah lama berdiri mempunyai tingkat underpricing yang lebih rendah dari pada perusahaan yang masih baru.
Sehingga hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H2a: umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.
dalam prospektus. Memiliki auditor yang bereputasi tinggi akan mengurangi kesempatan emiten untuk berlaku curang dalam menyajikan informasi yang tidak akurat ke pasar dan auditor yang bereputasi tinggi memiliki informasi yang lebih banyak sehingga dapat meramalkan harga pasar lebih akurat dari pada yang belum banyak memiliki pengalaman. Jadi emiten yang memakai auditor yang bereputasi tinggi mempunyai tingkat
underpricing yang lebih rendah dari pada emiten yang tidak memakai auditor yang memiliki reputasi yang tinggi.
Sehingga hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H2b: reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap tingkat
underpricing.
c. Reputasi Underwriter Berpengaruh Terhadap Tingkat Underpricing
di masa mendatang. Dengan memilih underwriter yang bereputasi tinggi dapat mengurangi tingkat underpricing.
Sehingga hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H2c: :reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.
D. KERANGKA KONSEPTUAL
Hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
= Pengaruh EPS, PER, ROI, Umur Perusahaan, Reputasi Auditor dan Reputasi Underwriter Terhadap Tingkat Underpricing Saham Perdana.
Variabel Independen Variabel Dependen
Earnings Per Share (EPS)
Price Earnings Ratio (PER)
Return on Investment ( ROI) Umur Perusahaan (AGE)
Reputasi Auditor (AUD)
Underpricing
Gambar II.2 Kerangka Konseptual penelitian pengaruh informasi keuangan dan non keuangan terhadap tingkat underpricing.
56 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Causal Research. Causal research yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara berbagai variabel (Darmawan, 2000) atau menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Husein, 2005) yaitu dalam hal ini penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh informasi keuangan yang terdiri dari EPS, PER dan ROI dan informasi non keuangan yang terdiri dari umur perusahaan, reputasi auditor dan reputasi underwriter terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI Tahun 2005-2008.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret Tahun 2010. 2. Lokasi Penelitian
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek penelitian yang karakteristiknya hendak diduga. Dalam penelitian ini populasinya adalah data perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran perdana (IPO) di BEI pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
2. Sampel adalah himpunan objek pengamatan yang dipilih dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap dapat mewakili keseluruhan dari populasi. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah perusahaan yang melakukan penawaran perdana (IPO) yang mengalami underpricing antara tahun 2005-2008 yang terdaftar di lantai Bursa Efek Indonesia.
a. Semua perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) selama periode tahun 2005 sampai dengan 2008 yang sahamnya mengalami underpricing.
b. Perusahaan yang menyediakan tanggal berdiri dan listing di BEI, harga penawaran perdana (offer price) dan harga penutupan (closing price).
c. Perusahaan sampel tidak mengalami kerugian dalam laporan keuangan terakhirnya atau tidak terdapat Nilai ROI yang negatif. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan dianggap kurang valid jika menggunakan ROI yang negatif.
d. Data laporan keuangan perusahaan sampel untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2004-2007 yang tercantum dalam
Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data ini meliputi: total aktiva, profit after tax ( laba bersih setelah pajak), jumlah lembar saham biasa beredar, EPS, PER dan ROI.
D. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data time series yaitu data yang didapat dalam beberapa kurun waktu tertentu untuk perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO antara tahun 2005-2008. Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, www./idx.co.id, Factbook dan Jsx. Statistics.
E. Definisi dan Operasionalisasi Variabel
Penelitian ini akan menguji variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki sejumlah aspek/unsur di dalamnya yang berfungsi menerima/ menyesuaikan diri dengan kondisi lain, atau variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen (Husein, 2005). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah underpricing.
UDP = closing price – offering price offering price
Dimana:
UDP = Underpricing
Closing Price = Harga penutupan saham di pasar sekunder di hari pertama Offering Pric = Harga penawaran umum
2. Variabel Independen
Variabel independen (bebas) adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki berbagai aspek/unsur yang berfungsi mempengaruhi/ menentukan munculnya variabel terikat, atau variabel yang menjadi sebab terjadinya/terpengaruhnya variabel dependen (Husein, 2005). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari 6 variabel yaitu:
a. Earnings Per Share (EPS)
Earnings per share atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham yang dimiliki. Adapun menurut Van Home dan Wachowicz, earning per share adalah Earning after tax (EAT) devided by the number of common share outstanding. Adapun rumus Earning per share adalah
Keterangan:
EPS = Earning Per Share
b. Price Earnings Ratio (PER)
Bagi para investor semakin tinggi PER, maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu PER (rasio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara market price pershare (harga pasar per lembar saham) dengan earning per share (laba per lembar saham). Adapun menurut Van Horne dan Wachowicz (2000), dalam (Fahmi, 2009) price earning ratio adalah “ the market price pershare of a firm’s common stock devided by the most recent 12 month of earning pershare” Adapun rumus Price Earning Ratio:
Keterangan:
PER= Price Earning Ratio MPS= Market Price Pershare EPS= Earning Pershare
c. Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) adalah laba bersih setelah pajak atau menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.
ROI = Laba Bersih Setelah Pajak Total Investasi
d. Umur Perusahaan
Umur perusahaan untuk mengetahui seberapa lama perusahaan berdiri. Bagi perusahaan yang sudah lama berdiri, keikutsertaannya dalam pasar modal (capital market) merupakan salah satu jalan untuk mengembangkan usahanya. Pengalaman perusahaan yang sudah lama berdiri pastinya memiliki banyak informasi bagaimana memilih
underwriter yang berkompeten dibidangnya, dan investor y