• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Persepsi Risiko Kecelaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Antara Persepsi Risiko Kecelaka"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

i

Hubungan Antara Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja dan Stres

Kerja Karyawan PT. Freeport Indonesia

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Tamara Evelyne Primartuti NIM : 119114117

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIBING

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RISIKO KECELAKAAN KERJA DAN STRESS KERJA KARYAWAN PT. FREEPORT INDONESIA

Disusun oleh : Tamara Evelyne Primartuti

119114117

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI RISIKO KECELAKAAN KERJA DAN STRESS KERJA KARYAWAN PT. FREEPORT INDONESIA

Dipersiapkan dan Disusun Oleh : Tamara Evelyne Primartuti

119114117

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal________________2016

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

1. ...

2. ...

3. ...

Yogyakarta,

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Dekan,

(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“Good things take time, hard times ain’t over until it’s over, so never lose your guard and always be prepare to fight”

-Tamara Evelyne

“If you remain in me and my words remain in you, ask whatever you wish and it will be done for you”

-John 15:7

“If you can’t fly then run. If you can’t run then walk. If you can’t walk then crawl, but whatever you do you have to keep moving forward”

-Martin Luther King Jr.

“Working hard is important but there is something that matters even more : Believing in yourself”

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kepada :

Tuhan Yesus; sumber kekuatanku, Bunda Maria; pendengar setiaku,

Romo Van Lith; tempat aku menjadi diri sendiri,

Mama, Papa, Darrel; alasan untukku menyelesaikan karya ini,

Wila, Olga, Lindut, Delima, Ve, Della, Mitha, Maria, Tasia, Ayu, Gebi, Yuyus; pendorong dan penolongku...

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,18 April 2016

(7)

vii

Hubungan Antara Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja dan Stres

Kerja Karyawan PT. Freeport Indonesia

Tamara Evelyne Primartuti

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara persepsi risiko kecelakaan kerja karyawan PT. Freeport Indonesia dan stress kerjanya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Variabel bebas dari penelitian ini adalah persepsi risiko kecelakaan kerja, sedangkan variabel terikat dari penelitian ini adalah stress kerja. Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara persepsi risiko kecelakaan kerja dengan stress kerja karyawan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 235 orang karyawan PT. Freeport Indonesia yang dipilih berdasarkan metode incidental sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode penyebaran skala yang dikembangkan oleh peneliti.

Didapatkan reliabilitas sebesar α = 0,879 untuk skala persepsi risiko kecelakaan kerja dengan jumlah aitem sebanyak 27 aitem dan sebesar α = 0,868 untuk skala stres kerja dengan jumlah aitem sebanyak 24 aitem. Penyebaran data menunjukkan hasil yang tidak normal. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa persepsi risiko kecelakaan kerja (jumlah aitem = 27; mean = 79,62; SD = 6,452) tinggi, sedangkan stress kerja (jumlah aitem = 24; mean = 49,50; SD = 6,559) rendah. Hasil uji linearitas menunjukkan hasil yang tidak linear sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi risiko kecelakaan kerja dan stres kerja karyawan. Hal tersebut menyebabkan hipotesis pada penelitian ini ditolak. Tidak adanya hubungan antara persepsi risiko kecelakaan kerja dan stres kerja disebabkan oleh beberapa faktor.

(8)

viii

CORRELATION BETWEEN PERCEPTION OF ACCIDENTAL

RISK AND WORK STRESS ON EMPLOYEES OF PT.

FREEPORT INDONESIA

Tamara Evelyne Primartuti

ABSTRACT

The purpose of this study was to perceived correlation between perception of accidental risk and work stress on employees of PT. Freeport Indonesia. The method that used in this research was a quantitative correlation. The dependent variable of this research was perception of accidental risk, meanwhile the independent variable of this research was work stress. Hypothesis of this research that there was a significant correlation between perception of accidental risk and work stress on employees. There was 235 respondents that participated in this research who works in PT. Freeport Indonesia that had been chosen with incidental sampling method. The data were obtained by using scales which was developed by researcher. Reability of perception of accidental risk scales was α = 0,879 which had 27 items and reability of work stress scales was α = 0,868 which had 24 items. The distribution of the data showed an abnormal result. The result showed that perception of accidental risk (total items = 27; mean = 79,62; SD = 6,452) was highwhile work stress(total items = 24; mean = 49,50; SD = 6,559) was low. The result from linearity test showed that there was no correlation between perception of accidental risk and work stress. It meant that the hypothesis of this research was rejected. No correlation between perception of accidental risk and work stress was caused by some factors.

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Tamara Evelyne Primartuti

Nomor Mahasiswa : 119114117

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

Hubungan Antara Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja dan Stres Kerja Karyawan PT. Freeport Indonesia

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 18 April 2016 Yang menyatakan,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas semua yang telah diberikan kepada penulis sehingga atas bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Hubungan Antara Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja dan Stress

Kerja Karyawan PT. Freeport Indonesia” ini dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa banyak pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Dr. T.Priyo Widianto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma

3. Ibu Debri Pristinella, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan dan motivasinya selama penulis kuliah di Fakultas Psikologi Sanata Dharma ini.

4. Bapak T.M Raditya Hernawa M.Psi selaku Dosen Pembibing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama pengerjaan skripsi sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu kepada penulis.

(11)

xi

7. Bapak Herwiyanto selaku General Superintendent Administration dan IH PT. Freeport Indonesia, Bapak Rusli Ali Mansyur selaku SHE Coorporate KPI, Bapak James Ticonuwu selaku Acting Superintendent, Occupational Health & Safety Training, dan Bapak Ray Herman selaku Crew Leader Dafety Training, Bapak Judo Widigdo selaku Safety Training Instructor, Bapak Triwiro Admojo selaku Staff Industrial Hygiene & Occupational Health Underground dan Bapak Yudo Arintoko selaku General Superintendent Mechanical Planning Undergroundyang sudah mau direpotkan dalam perizinan dan penyebaran kuesioner skripsi ini. Tak lupa juga kepada karyawan-karyawan PT. Freeport Indonesia yang mau menyediakan waktu untuk mengisi kuesioner.

8. Markus Mardius dan Sri Handayani Pujihastuti, selaku orang tua yang terbaik yang tidak pernah sedikitpun lupa untuk selalu mendoakan dan mendukung penulis.

9. William Darrel Pathaligong, adik tersayang yang selalu terlihat cuek dan tidak peduli tapi dibalik itu semua dialah orang yang paling peduli dengan kakaknya.

10. Kakek (Alm.) Yohanes Codik dan nenek (Almh.) Kristina Maria Lime, Mbah Priyadi dan Mbah Sukarti, serta Pakde, Om-om, Tante-tante, dan seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu mendukung penulis.

(12)

xii

Oktavina, Anastasia Marina, Ivana Ayu, Gabrielle Kunadi, dan Yustinus Adrian yang selalu ada disaat penulis senang maupun sedih, yang mau menerima apa adanya penulis. Sayang kalian semua.

12. Teman-teman coffee script Intan Riana, Adella Putri, Hilario Saktya, Antonius Mei, Yohanes Widiarso yang sudah mau berjuang bersama dalam pengerjaan skripsi.

13. Keluarga besar Van Lith Angkatan XVIII yang tidak bisa disebutkan satu persatu, keluarga besar Androghini dancer, geng Going to be Mature, kelompok KKN XXI Cuemekel, dan keluarga besar Psikologi Angkatan 2011, terima kasih sudah boleh mengenal kalian.

14. Romo Van Lith yang selalu mengingatkan untuk tetap mengobarkan api Van Lith di dada.

15. Juga semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah membantu juga sudah hadir dalam kehidupan penulis. Semoga Tuhan selalu memberkati !

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja ... 12

1. Pengertian Persepsi ... 12

2. Pengertian Risiko Kecelakaan Kerja ... 13

3. Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja ... 13

(14)

xiv

5. Penyebab Risiko Kecelakaan Kerja ... 17

6. Faktor-faktor Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja ... 18

7. Jenis-Jenis Tempat Berisiko Kecelakaan Kerja ... 19

B. Stres Kerja ... 20

1. Pengertian Stres ... 20

2. Pengertian Stres Kerja ... 21

3. Penyebab Stres Kerja ... 22

4. Gejala dari Stres Kerja ... 25

5. Mengatasi Stres Kerja ... 27

C. Dinamika Hubungan Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja dan Stres Kerja Karyawan ... 32

D. Skema Penelitian ... 37

E. Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Variabel Penelitian... 39

C. Definisi Operasional ... 40

D. Subjek Penelitian ... 41

E. Metode Pengumpulan Data... 42

F. Validitas dan Reliabilitas ... 44

1. Validitas ... 44

2. Seleksi Aitem ... 45

3. Reliabilitas ... 48

G. Analisis Data ... 49

1. Uji Asumsi ... 49

2. Uji Hipotesis ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Pelaksanaan Penelitian... 52

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 52

C. Deskripsi Data Penelitian ... 55

(15)

xv

E. Analisis Data Tambahan ... 61

F. Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Keterbatasan Penelitian ... 71

C. Saran ... 72

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blue Print Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja ... 43

Tabel 2: Blue Print Skala Stres Kerja ... 44

Tabel 3: Distribusi Penyebaran Aitem Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja . 47 Tabel 4: Distribusi Penyebaran Aitem Skala Stres Kerja ... 48

Tabel 5: Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Perkembangan ... 53

Tabel 6: Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

Tabel 7: Perbandingan Nilai Mean Teoritik dan Empirik ... 54

Tabel 8: Hasil Uji T Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja ... 55

Tabel 9: Hasil Uji T Skala Stres Kerja ... 55

Tabel 10: Hasil Uji Normalitas...56

Tabel 11: Hasil Uji Linearitas ... 58

Tabel 12: Norma Kategorisasi ... 60

Tabel 13: Norma Kategorisasi Stres Kerja Karyawan PT. Freeport Indonesia .... 61

Tabel 14: Deskripsi Stres Kerja Departemen Karyawan PT. Freeport Indonesia. 61 Tabel 15: Norma Kategorisasi Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja Karyawan PT. Freeport Indonesia ... 64

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1. Evaluasi Kecelakaan Tambang 2012-2015 Berdasarkan Penyebab

Dasar. ... 7

GAMBAR 2. Scatterplot Stres Kerja. ... 57

GAMBAR 3. Scatterplot Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja. ... 57

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Blue print Skala Persepi Resiko Kecelakaan Kerja. ... 78

LAMPIRAN 2. Blue print Skala Stres Kerja. ... 84

LAMPIRAN 3. Skala Try Out. ... 90

LAMPIRAN 4. Skala Penelitian. ... 106

LAMPIRAN 5. Uji Reliabilitas... 118

LAMPIRAN 6. Deskripsi Data Penelitian. ... 132

LAMPIRAN 7. Uji Normalitas. ... 133

LAMPIRAN 8. Uji Linearitas. ... 134

LAMPIRAN 9.Surat Perizinan Try Out ... 135

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu yang sudah bekerja pasti pernah mengalami stres kerja (Wong, Zainal, Onar, Mahmud, 2010). Stres kerja adalah suatu respon penyesuaian terhadap situasi eksternal yang menyebabkan penyimpangan-penyimpangan fisik, psikologis dan tingkah laku bagi para partisipan organisasi (Luthans dalam Wijono, 2010).

Stres yang berlangsung lama dapat memberikan dampak negatif dalam kesehatan mental dan fisik individu (Health and Safety Executive, 2001; Cooper et al., 2001). Dikatakan pula bahwa meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan merupakan salah satu dari gejala fisiologis yang diakibatkan oleh stres kerja(Waluyo, 2013). Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi merupakan gejala psikologis yang disebabkan oleh stres kerja (Waluyo, 2013).

(20)

2

Sebuah penelitian yang dilakukan di sebuah perusahaan tambang batubara di Indonesia menemukan bahwa karyawan pada bidang produksi memiliki stres kerja yang lebih tinggi (34,17%) dibandingkan karyawan yang bekerja di bidang non-produksi (18,99%) (Annisa, 2013).

Stres memiliki peran khusus dalam hubungannya dengan kesehatan mental dan fisik (Adler & Mathews dalam Jeffrey, 2005). Robbins (1996) mengatakan bahwa individu yang mengalami stres kerja tingkat rendah akan meningkatkan kemampuan untuk bereaksi terhadap pekerjaannya sehingga karyawan akan melakukan tugasnya dengan lebih baik, lebih cepat, dan lebih intensif. Robbins juga menyimpulkan bahwa individu dengan tingkat stres kerja tinggi akan memiliki kemampuan untuk bereaksi yang rendah terhadap pekerjaannya sehingga individu kurang berkonsentrasi untuk melakukan tugasnya dengan baik, cepat, dan juga intensif (Robbins, 1996).

(21)

3

Kondisi fisik dan mental yang lemah dapat membuat hilangnya konsentrasi dari karyawan, dimana hilangnya konsentrasi karyawan tersebut dapat membuat karawan mengalami risiko kecelakaan kerja (efek domino) (Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Freeport Indonesia, 2004). Bekerja dalam keadaan stres dalam lingkungan kerja tidak hanya meningkatkan risiko sakit secara fisik maupun mental namun juga meningkatkan kecelakaan di tempat kerja (Clarke dan Cooper, 2004).

Stres merupakan salah satu dari komponen penting dalam menjaga kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia, dimanakomponen tersebut merupakan alasan manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk menjaga aspek well-being dari karyawan (Glendon, Clarke, McKenna, 2006). Individu yang sedang dalam keadaan stres kerja yang tinggi memiliki performasi kerja yang kurang optimal dan stres dapat mempengaruhi produktifitas, kualitas, dan juga keselamatan kerja karyawan (Glendon, Clarke, McKenna, 2006).

A. Ian Glendon, Sharon G. Clarke, dan Eugene F. McKenna (2006) menyebutkan bahwa stress kerja menjadi salah satu penyebab dari 60 % hingga 80 % kecelakaan di tempat kerja. Mengalami stres di tempat kerja bisa jadi memiliki efek langsung dengan perfomansi seorang karyawan, yaitu, meningkatkan risiko kecelakaan kerja, atau juga efek tidak langsung, misalnya saja dimediasi oleh kesehatan karyawan.

(22)

4

menghadapi ancaman dari kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut (Wolff, 2006).

Salah satu akibat yang menunjukkan adanya stres kerja di sebuah perusahaan adalah dengan adanya kasus bunuh diri (Hazard Magazines, 2003). Samaritans mencatat setidaknya ada 23 % pekerja melakukan tindakan bunuh diri akibat dari stres kerja (Hazard Magazines, 2003). Dua belas pekerja di Jepang juga melakukan tindakan bunuh diri akibat dari stres kerja (tribunnews.com, 2015). Kasus bunuh diri juga terjadi di PT. Freeport Indonesia dimana seorang karyawan ditemukan gantung diri di tempat tinggalnya (suara.com, 2015). Perilaku bunuh diri karyawan tersebut diduga akibat adanya tekanan dari pekerjaan yang menyebabkan stres kerja (wawancara dengan MM, 2016). Behr dan Newman (dalam Rice, 1999) menyebutkan bahwa kecenderungan bunuh diri adalah salah satu dari gejala perilaku karyawan yang disebabkan oleh stres kerja.

(23)

5

kecelakaan kerja akan menurun sampai kecelakaan atau kejadian berikutnya terulang kembali (Ramli, 2011).

Persepsi risiko kecelakaan kerja merupakan kemampuan individu untuk melihat sebagaimana besar risiko dan toleransi individu terhadap risiko untuk menerima risiko tersebut (National Safety Council dari Campbell Institute, 2014).Persepsi risiko kecelakaan kerja merupakan asesmen subjektif dari kemungkinan akan terjadinya kecelakaan spesifik dan bagaimana individu peduli akan konsekuensinya (Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004).

PT. Freeport Indonesia (PTFI) merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan, Amerika Serikat. PTFI menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak. PTFI sendiri beroperasi di daerah dataran tinggi Tembagapura di Kabupaten Mimika Provinsi Papua, Indonesia (PTFI.co.id).

(24)

6 Tembagapura, 2004).

(25)

7

Gambar 1.

Evaluasi Kecelakaan Tambang 2012-2015 Berdasarkan Penyebab Dasar

(26)

8

menyebabkan kematian 1 karyawan pada 12 September 2014 (tempo.co, 2014). Juga kejadian tanah longsor pada 14 Mei 2014 dimana sebanyak 40 karyawan tertimbun di terowonan Big Gosan (tempo.co, 2014).

Kepmen no. 555 tahun 1995 menyebutkan peraturan-peraturan ditujukan untuk mencegah karyawan dari risiko yang akan dihadapi oleh karyawan khususnya di bidang pertambangan seperti jenis-jenis bahan peledak yang jika tidak diperhatikan penggunaannya dapat menyebabkan kecelakaan kerja karyawan. Di dalam Kepmen no. 555 tahun 1995 itu disebutkan pula larangan-larangan memasuki wilayah pertambangan, cara kerja yang aman, pengoperasian sistem pengangkutan, dan lainnya (Kepmen no. 555 tahun 1995). Bagaimanapun, kecelakaan dan penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan dapat meningkatkan angka kematian, mengurangi usia hidup yang diharapkan serta menurunkan kualitas hidup (Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Freeport Indonesia, 2004).

(27)

9

perusahaan akan komitmen perusahaan terhadap keselamatan kerja, kecemasan dan ketidakpuasan kerja (Diaz dan Resnick, 2000).

Persepsi risiko terkadang diukur dengan melihat kecemasan yang dihubungkan dengan stres (Sjoberg, 1998). Penelitian dan pembahasan sebelumnya juga menunjukkan bahwa bahwa stres kerja dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara persepsirisiko kecelakaan kerja dengan stres kerja karyawan khususnya di PT. Freeport Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah terdapat hubungan signifikan antara persepsi risiko kecelakaan kerja dengan stres kerja yang dialami oleh karyawan PT. Freeport Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

(28)

10 D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis :

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dimana dalam penelitian ini akan dibahas mengenai ada atau tidaknya hubungan antara persepsirisiko kecelakaan kerja dan stres kerja karyawan.Penelitian ini dapat dijadikan kajian untuk psikologi industri organisasi.

2. Manfaat Praktis : a. Bagi karyawan :

Apabila hipotesis dari penelitian ini diterima, karyawan PT. Freeport Indonesia dapat mengerti bagaimana mengatasi stres kerja yang diakibatkan tekanan dari risiko kecelakaan kerja di tempat kerjanya.Sedangkan apabila hipotesis dari penelitian ini ditolak, karyawan PT. Freeport Indonesia dapat mempertahankan kewaspadaan karyawan terhadap resiko kecelakaan kerja yang dapat menghindarkan karyawan dari stres kerja.

b. Bagi perusahaan atau organisasi :

(29)

11

(30)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja 1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun, proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi (Walgito, 2010).

Persepsi adalah proses mengatur dan mengartikan informasi sensoris untuk memberikan makna. Persepsi juga merupakan proses menemukan pola-pola yang bermakna dari informasi sensoris (A. King, 2013).

(31)

13

2. Pengertian Risiko Kecelakaan Kerja

Risiko kecelakaan kerja diartikan sebagai kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerusakan yang muncul di tempat kerja. Selain itu, risiko kecelakaan kerja juga diartikan sebagai kemungkinan seseorang dapat dirugikan atau menderita efek kesehatan apabila terkena bahaya (Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Freeport Indonesia, 2004) .

Risiko kecelakaan kerja adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktifitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material, dan lingkungan kerja (Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Freeport Indonesia, 2004).

Risiko kecelakaan kerja merupakan perhitungan seberapa sering kejadian kecelakaan terjadi, bagaimana terjadinya kecelakaan tersebut, dan seperti apa konsekuensi dari kecelakaan tersebut (National Safety Council dari Campbell University, 2014)

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa risiko kecelakaan kerja merupakan risiko yang dihadapi karyawan di tempat kerja yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja.

3. Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja

(32)

14

individu untuk menyadari risiko yang terjadi, yang terikat dengan toleransi risiko, yang menunjukkan kapasitas individu untuk menerima suatu risiko di tempat kerjanya (National Safety Council dari Campbell Institute, 2014).

Persepsi risiko kecelakaan kerja adalah asesmen yang subjektif kemungkinan dari terjadinya kecelakaan kerja yang spesifik dan bagaimana kita peduli dengan konsekuensinya (Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004).

Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi risiko kecelakaan kerja adalah proses mengatur dan mengartikan informasi mengenai suatu risiko yang dihadapi karyawan di tempat kerja yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja serta konsekuensi yang harus dihadapi setelahnya.

4. Aspek-aspek Persepsi dan Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja Woodworth dan Marquis (dalam Walagito, 2002) membagi aspek-aspek persepsi menjadi tiga, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Aspek-aspek tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Aspek Kognitif

(33)

15

terpolakan dalam pikiran individu. Kepercayaan itu juga datang dari apa yang pernah individu lihat dan ketahui sehingga membentuk suatu ide atau gagasan tentang karakteristik objek. Kepercayaan ini dapat menjadi dasar pengetahuan bagi individu tentang suatu objek dan kepercayaan ini menyederhanakan fenomena dan konsep yang dilihat dan yang ditemui. Perlu juga dikemukakan bahwa kepercayaan tidak selamanya akurat, karena kepercayaan itu muncul juga disebabkan oleh kurangnya informasi tentang objek. Dalam kaitannya dengan kecelakaan kerja, aspek kognitif dapat ditunjukkan dengan bagaimana karyawan tahu dan memahami risiko kecelakaan kerja yang ada di tempat kerjanya (Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004). Selain itu aspek kognitif juga ditunjukkan dari bagaimana karyawan mengerti efek dari kecelakaan kerja yang dapat terjadi di tempat kerjanya (Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004).

b. Aspek Afektif

(34)

16

tidak memihak, mendukung atau tidak mendukung terhadap objek yang dipersepsi. Aspek afektif dari persepsi risiko kecelakaan kerja dapat ditunjukkan dari bagaimana perasaan karyawan ketika mengetahui bahwa risiko kecelakaan kerja dapat menyebabkan sakit dari segi mental maupun fisik (Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004). c. Aspek Konatif

(35)

17

5. Penyebab Risiko Kecelakaan Kerja a. Terjadi secara kebetulan

Dianggap sebagai kecelakaan dalam arti yang sebenarnya (genuine accident), sifatnya tidak dapat diramalkan dan berada di luar kendali manajeman perusahaan. Misalnya, seorang karyawan tepat berada di depan jendela kaca tiba-tiba seseorang melempar jendela kaca sehingga mengenainya.

b. Kondisi kerja yang tidak aman

Kondisi kerja yang tidak aman meliputi faktor-faktor sebagai berikut:

i. Peralatan yang tidak terlindungi secara benar ii. Peralatan rusak

iii. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau di sekitar mesin atau peralatan gudang yang tidak aman (sumpek dan terlalu penuh).

iv. Cahaya tidak memadai, suram, dan kurang penerangan

(36)

18

6. Faktor-faktor Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja

National Safety Council dari Campbell Institute (2014) menyebutkan bahwa faktor yang menyebabkan persepsi risiko kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi tiga level, yaitu :

a. Faktor macro-level :

Faktor ini mengacu pada budaya persepsi dan penjelasan lingkungan yang ada di sekitar individu. Faktor macro-level dapat ditunjukan dari kepemimpinan dalam keselamatan kerja, kepercayaan terhadap organisasi, dan risiko yang secara jelas menunjukan komitment terhadap sistem manajemen keselamatan kerja yang menghasilkan perilaku dalam mengambil risiko dan pengurangan tingkat kecelakaan. Karyawan yang bekerja di lingkungan kerja dengan budaya keselamatan kerja yang positif akan memiliki risiko kecelakaan kerja lebih rendah dibandingkan karyawan yang bekerja di lingkungan kerja yangtidak memiliki budaya keselamatan kerja positif. Budaya keselamatan kerja yang positif tersebut ditunjukan dengan prosedur keselamatan kerja dan komitmen yang tinggi

terhadap keselamatan dan kesehatan

(37)

19

kerja akan memiliki risiko kecelakaan kerja lebih rendah dibandingkan karyawan yang tidak percaya.

b. Faktor meso-level

Faktor ini menjelaskan bagaimana kelompok atau komunitas mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengambil risiko. Misalnya saja seseorang akan melakukan cara yang tidak baik dalam pelaksanaan tugas ketika melihat karyawan lain juga melakukannya.

c. Faktor micro-level

Faktor micro-level merupakan faktor yang menunjukkan bagaimana tingkat pengetahuan individu terhadap situasi yang terjadi. Karyawan yang memiliki informasi yang kurang terhadap suatu situasi akan lebih berisiko sedangkan karyawan yang memiliki banyak informasi akan memiliki toleransi terhadap risiko.

7. Jenis-Jenis Tempat Berisiko Kecelakaan Kerja

Dessler (2011) menyebutkan jenis tempat kerja yang memiliki risiko kecelakaan kerja adalah tempat kerja yang didalam lingkungan kerjanya terdapat :

(38)

20 c. Suhu yang ekstrim

d. Risiko bahaya biologis termasuk yang umum terjadi (seperti jamur) dan buatan manusia (seperti anthrax) e. Risiko bahaya ergonomis (seperti desain peralatan yang

buruk yang mendorong para pekerja untuk melakukan pekerjaan mereka dalam posisi yang tidak natural)

f. Risiko bahaya familiar seperti lantai yang licin dan halan keluar yang tertutup.

B. Stres Kerja

1. Pengertian Stres

Stres didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subjek (Cooper, 1994). Stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya (Hager, 1999). Menurut Anoraga (2001), stres sebenarnya merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasa mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.

(39)

21

stres merupakan respon non-spesifik dari tubuh manusia terhadap permintaan-permintaan yang ada di lingkungannya. Selye membedakan antara stres yang baik (eustres) dan stres yang buruk (distres). Eustres menyediakan motivasi terhadap individu untuk bekerja keras dan mencapai tujuan mereka. Sedangkan distres merupakan hasi dari situasi yang penuh dengan stres yang bertahan dari waktu ke waktu dan dapat membuat kesehatan individu berkurang.

2. Pengertian Stres Kerja

(40)

22

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan respon penyesuaian individu terhadap lingkungan kerjanya yang dianggap mengancam sehingga menyebabkan penyimpangan-penyimpangan psikologis, fisiologis, dan perilaku dari individu tersebut.

3. Penyebab Stres Kerja

Smith (1981, dalam Minto, 2010) mengemukakan bahwa penyebab dari stres kerja, meliputi :

a.Stres kerja merupakan hasil dari keadaan tempat kerja. Misalnya saja keadaan tempat bising dan ventilasi udara yang kurang baik.

b.Stres kerja merupakan hasil dari dua faktor organisasi yaitu keterlibatan dalam tugas dan dukungan organisasi.

c.Stres kerja terjadi karena faktor kemampuan karyawan dalam melaksanakan tugas yang banyak

d.Stres kerja merupakan akibat dari waktu kerja yang berlebihan.

e.Stres kerja disebabkan dari faktor tanggung jawab kerja f. Stres kerja disebabkan oleh tantangan yang muncul dari

tugas

(41)

23

bahwa penyebab stres terdiri atas empat hal utama, yaitu :

a. Sumber dari luar organisasi, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal.

b. Sumber dari dalam organisasi, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi..

c. Sumber dari dalam kelompok, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup. d. Sumber dari individu, yang terdiri dari terjadinya konflik dan

ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, control personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.

Riggio (2008) mengatakan ada dua tipe penyebab stres kerja, yaitu penyebab stres dari tugas pekerjaan dan penyebab stres dari peran di pekerjaan. Penyebab stres dari tugas pekerjaan adalah :

a. Kerja yang berlebihan dimana pekerjaan membutuhkan kecepatan waktu pekerjaan, hasil, atau konsentrasi.

(42)

24

bahwa pekerjaan tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan, atau kemampuan mereka yang berkaitan dengan pekerjaan atau ketika pekerjaan dirasa membosankan dan monoton.

Sedangkan penyebab-penyebab stres dari peran di pekerjaan adalah sebagai berikut:

a. Pekerjaan yang ambigu, merupakan keraguan yang disebabkan oleh feedback yang kurang pada setiap performasi kerja atau kurangnya pekerja melakukan pekerjaan mereka. b. Kurangnya kontrol, penelitian menemukan bahwa

memberikan kontrol kepada kerja pada lingkungan kerja mereka, walaupun dengan cara seperti memberikan mereka suara dalam pembuatan keputusan atau memperbolehkan pekerja untuk merencanakan tugas pekerjaan mereka sendiri, mengurani stres kerja dan meningkatkan kepuasan kerja. c. Kondisi fisik kerja, seperti bekerja lembur dapat mengganggu

jam tidur dan jam bangun dan bisa membuat masalah-masalah seperti stres yang tinggi, ketidakpuasan kerja, dan kesalahan performasi.

d. Stres interpersonal, disebabkan oleh kesulitan dalam hubungan interpersonal.

(43)

25

anggota kelompok (gender, orientasi seksual, dll), dan dikucilkan oleh supervisor atau kolega.

4. Gejala dari Stres Kerja

Beehr dan Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:

a. Gejala psikologis

i. Kecemasan, ketegangan, kebingungan, dan mudah tersinggung

ii. Perasaan frustasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)

iii. Sensitif dan hyperreactivity

iv. Memendam perasaan, penarikan diri dan depresi v. Komunikasi yang tidak efektif

vi. Perasaan terkucil dan terasing vii. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja

viii. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi

(44)

26 b. Gejala fisiologis

i. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular ii. Meningkatnya sekresi dari hormon stres

iii. Gangguan gastrointestinal

iv. Meningkatnya frekuasi dari luka fisik dan kecelakaan

v. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis

vi. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada

vii. Gangguan pada kulit

viii. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot

ix. Gangguan tidur

x. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker

c. Gejala perilaku

i. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan

(45)

27

iii. Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan

iv. Perilaku sabotase dalam pekerjaan

v. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke obesitas.

vi. Kecenderungan bunuh diri

5. Mengatasi Stres Kerja

Schultz dan Schultz (2010) mengatakan bahwa baik organisasi maupun individu sendiri dapat berperan aktif dalam mengatasi stres kerja. Berikut adalah cara mengatasi stres kerja yang dapat dilakukan dari pihak organisasi maupun pihak individu menurut Schultz dan Schultz (2010) :

a. Organisasi :

i. Mengkontrol iklim organisasi

(46)

28

dalam struktur organisasi. Dengan diizinkannya karyawan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan struktur organisasi, karyawan dapat menerima perubahan dan membantu karyawan untuk mengekspresikan pendapat dan keluhan karyawan.

ii. Menyediakan kontrol

Karyawan percaya bahwa apabila karyawan dapat berlatih untuk mengontrol pekerjaan, stres kerja karyawan akan berkurang. Hal ini telah dibuktikan dalam survei dari 2048 pekerja di Amerika. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa karyawan yang tidak merasa dipaksa dalam pekerjaan dan baik dalam membuat keputusan, memiliki stres kerja yang rendah. Organisasi dapat meningkatkan sense of control karyawan dengan memperkaya, memperluas, dan mengembangkan pekerjaan agar karyawan dapat menjadi lebih bertanggung jawab dan memiliki kekuasaan dalam pembuatan keputusan.

iii. Menjelaskan tugas karyawan

(47)

29

ambigu, atasan harus memberi tahu pemimpin tiap kelompok karyawan secara jelas apa yang diharapkan oleh pemimpin dan apa yang harus dipertanggungjawabkan dari pekerjaan karyawan. iv. Menghilangkan pekerjaan yang berlebihan dan

kurang pekerjaan

Mengatasi stres kerja dapat dilakukan dengan mengadakan pemilihan karyawan yang baik dan program pelatihan, keputusan untuk mempromosikan karyawan yang pantas, pembagian pekerjaan yang adil, dan penyesuaian penerimaan karyawaan berdasarkan kemampuan karyawan itu sendiri. Hal tersebut dianggap dapat membantu mengurangi stres kerja yang disebabkan oleh work overload dan work underload.

v. Menyediakan dukungan sosial

(48)

30

dengan mempromosikan kelompok kerja. Organisasi juga dapat menyediakan pelatihan untuk menunjukkan empati dan kepedulian mereka terhadap kelompok-kelompok kerja.

vi. Mengizinkan hewan peliharaan di tempat kerja Dewasa ini banyak perusahaan yang mengizinkan karyawannya untuk membawa hewan peliharaan untuk bekerja bersama mereka. Sebuah penelitian menemukan bahwa karyawan yang membawa hewan peliharaan ke tempat kerja mereka memiliki stres kerja yang lebih rendah dibandingkan yang tidak membawa atau tidak memiliki hewan peliharaan.

vii. Menyediakan program mengatasi stres

Organisasi dapat menyediakan program mengatasi stres berupa konseling dalam mengatasi stres kerja. Konseling stres kerja tersebut berupa program relaksasi, biofeedback, dan cognitive restructuring. Penelitian membuktikan bahwa program-program tersebut dapat mengurangi masalah psikologis yang muncul akibat tingginya stres kerja.

(49)

31

Dengan meningkatkan well-being secara fisik dan mental karyawan, stres kerja karyawan dapat berkurang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengubah perilaku tidak sehat karyawan. Tujuh belas penelitian menemukan bahwa lebih dari 7700 karyawan menemukan bahwa dengan adanya program fitness, stres kerja karyawan dapat berkurang dan dapat meningkatkan kepuasan kerja serta mengurangi absen dalam pekerjaan.

b. Individu :

i. Pelatihan relaksasi

Dalam pelatihan relaksasi ini karywan diajarkan untuk berkonsentrasi pada salah satu bagian tubuh satu persatu dan secara sistematis membuat tegang dan relax bagian tubuh tersebut. Dengan fokus terhadap bagian tubuh satu persatu dapat menghasilkan keadaan yang relax. Hal tersebut dapat mengurangi stres kerja yang dialami karyawan.

ii. Biofeedback

(50)

32

psikologis seperti detak jantung, tekanan darah, dan ketegangan otot. Pengukuran tersebut diubah dalam sebuah sinyal seperti cahaya atau bunyi yang memberikan feedback dari bagaimana tubuh beroperasi. Dengan feedback tersebut karaywan belajar untuk mengendalikan keadaan dalam tubuh mereka. Dengan berlatih mengendalikan keadaan dalam tubuh secara terus menerus, tubuh akan menjadi lebih relax.

C. Dinamika Hubungan Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja dan Stres Kerja Karyawan

(51)

33

absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi, dan menurunnya produktivitas dari karyawan.

Gejala-gejala stres kerja tersebut dapat muncul akibat dari adanya persepsi risiko kecelakaan kerja yang disebabkan oleh aspek-aspek kognitif, afektif, dan konatif. Aspek kognitif dapat ditunjukkan dengan pengetahuan karyawan akan risiko kecelakaan kerja yang ada di tempat kerjanya (Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004). Pengetahuan tersebut memberikan informasi bagi karyawan akan situasi di tempat kerjanya yang dapat ditunjukkan dengan ada atau tidaknya risiko kecelakaan kerja (getaran, noise, dan bencana alam) (Dessler, 2011). Aspek afektif dapat ditunjukkan dengan bagaimana perasaan karyawan yang senang atau tidak senang dengan keadaan tempat kerjanya. Perasaan itu muncul ketika karyawan mengetahui bahwa risiko kecelakaan kerja dapat menyebabkan sakit dari segi mental maupun fisik (Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004). Aspek konatif dari persepsi risiko kecelakaan kerja dapat ditunjukkan dengan perilaku keselamatan kerja karyawan dalam menghadapi adanya risiko kecelakaan kerja. Aspek tersebut ditunjukkan dengan perilaku karyawan yang menghadapi tempat kerjanya yang memiliki risiko kecelakaan kerja dengan cemas dan tidak menerima keadaan tempat kerjanya (Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004).

(52)

34

risiko kecelakaan kerja (aspek kognitif), karyawan tidak senang dengan keadaan tempat kerjanya (aspek afektif), dan perilaku karyawan dalam menanggapi risiko kecelakaan kerja yang ada di tempat kerjanya dihadapi dengan cemas dan tidak menerima keadaan (aspek konatif).

Aspek-aspek persepsi risiko kecelakaan kerja yang tinggi dapat memunculkan gejala-gejala stres kerja seperti gejala-gejala psikologis (kecemasan, ketegangan, kebingungan, kebosanan, ketidakpuasan kerja, perasaan frustasi, sensitif, depresi, kelelahan mental dan kehilangan konsentrasi), gejala-gejala fisiologis (kelelahan secara fisik, gangguan pernapasan, sakit kepala, sakit punggung bagian bawah, ketegangan otot, dan gangguan tidur), dan gejala-gejala perilaku (menunda pekerjaan, menghindari pekerjaan, absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi dan menurunnya produktivitas) (Beehr dan Newman, dalam Rice, 1999).Munculnya gejala psikologis, fisiologis, dan perilaku menunjukkan bahwa stres kerja tinggi.

(53)

35

dengan aspek konatif yang tinggi akan menghadapi risiko dengan tidak tenang atau panik (Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004). Hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan yang dapat menyebabkan munculnya gejala-gejala stres kerja (Sjoberg, 1998).

Persepsi risiko kecelakaan kerja yang rendah dapat ditunjukkan denganaspek-aspek persepsi risiko kecelakaan kerja yang rendah pula. Hal tersebut ditunjukkan dengan aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Aspek kognitif ditunjukkan dengan pengetahuan karyawan akan keadaan tempat kerjanya. Karyawan tahu bahwa tempat kerjanya tidak atau memiliki risiko kecelakaan kerja yang rendah seperti sedikit atau tidak adanya getaran dan noise, juga tempat kerjanya jarang atau bahkan tidak pernah mengalami bencana alam seperti tanah longsor. Aspek afektif ditunjukkan dengan perasaan karyawan yang senang dengan keadaan tempat kerjanya karena rendahnya atau bahkan tidak memiliki risiko kecelakaan kerja. Aspek konatif dapat ditunjukkan dengan perilaku karyawan dalam menghadapi tempat kerjanya yang memiliki risiko kecelakaan kerja dengan tenang dan menerima keadaan yang terjadi di tempat kerjanya. .

(54)

36

Gejala-gejala psikologis ditunjukkan oleh adanya kecemasan, ketegangan, kebosanan, ketidakpuasan kerja, perasaan frustasi, sensitif, dan kehilangan konsentrasi. Gejala-gejala fisiologis dapat dilihat dari munculnya kelelahan secara fisik, gangguan pernapasan, sakit punggung bagian bawah, ketegangan otot, dan gangguan tidur. Sedangkan gejala-gejala perilaku dilihat dari munculnya menunda pekerjaan, menghindari pekerjaan, absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi dan menurunnya produktivitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa stres kerja karyawan rendah.

Karyawan dengan aspek kognitif yang rendah akan menilai risiko tempat kerjanya rendah dan menganggap bahwa risiko kecelakaan kerja adalah sesuatu yang wajar untuk dihadapi (Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004). Karyawan dengan aspek afektif yang rendah akan tetap merasa senang dengan keadaan tempat kerjanya (Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004). Karyawan dengan aspek konatif yang rendah akan memiliki perilaku menerima keadaan tempat kerjanya (Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004). Hal tersebut dapat menyebabkan tidak munculnya gejala-gejala stres kerja

(55)

37 D. Skema Penelitian

Hubungan antara aspek-aspek persepsi kecelakaan kerja dengan stres

(56)

38 E. Hipotesis

(57)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian korelasi adalah penelitian yang melibatkan pengidentifikasian hubungan antara dua atau lebih variabel untuk menggambarkan bagaimana variabel-variabel tersebut berubah bersamaan (Laura A. King, 2010). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi risiko kecelakaan kerja dengan stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi risiko kecelakaan kerja

2. Variabel Terikat

(58)

40 C. Definisi Operasional

1. Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja

Persepsi risiko kecelakaan kerja PT. Freeport Indonesia adalah proses mengatur dan mengartikan informasi mengenai suatu risiko yang dihadapi karyawan PT. Freeport Indonesia di tempat kerja yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja.

Persepsi risiko kecelakaan kerja akan diukur dengan menggunakan Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja yang dibuat sendiri oleh peneliti, yang terdiri dari aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Semakin tinggi skor total pada Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja, maka semakin tinggi pula persepsi risiko kecelakaan kerja karyawan. Sebaliknya semakin rendah skor total pada Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja, maka persepsi risiko kecelakaan kerja karyawan juga semakin rendah.

2. Stres Kerja

Stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia adalah respon penyesuaian karyawan PT. Freeport Indonesia terhadap lingkungan kerjanya yang dianggap mengancam sehingga menyebabkan penyimpangan-penyimpangan psikologis, fisiologis, dan perilaku dari individu tersebut.

(59)

41

sendiri oleh peneliti, terdiri dari aspek-aspek stres kerja, yaitu gejala-gejala psikologis, gejala-gejala fisiologis, dan gejala-gejala perilaku. Semakin tinggi skor skala stres kerja, maka semakin tinggi pula stres kerja karyawan dan semakin rendah skor Skala Stres Kerja, maka semakin rendah pula stres kerja karyawan.

D. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah karyawan dari PT. Freeport Indonesia. Adapun kriteria subjek penelitian adalah merupakan karyawan tetap PT. Freeport Indonesia. Subjek merupakan karyawan tetap PT. Freeport Indonesia karena karyawan PT.Freeport Indonesia akan lebih memiliki ikatan kerja dan perasaan tanggung jawab dengan perusahaan dibandingkan karyawan yang masih belum menjadi karyawan tetap. Hal ini juga ditujukan untuk menghindari subjek yang sudah tidak bekerja di PT. Freeport Indonesia.

(60)

42 E. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menyebarkan skala. Adapun skala yang digunakan adalah skala Likert yang terdiri dari 4 respon jawaban. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012). Empat respon jawaban digunakan untuk tidak memberikan kesempatan kepada subjek untuk memberikan jawaban netral (Anderson dalam Supratiknya, 2014). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja

Persepsi risiko kecelakaan kerja diukur dengan menggunakan skala persepsi risiko kecelakaan kerja. Skala persepsi risiko kecelakaan kerja terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan konatif. Skala persepsi risiko kecelakaan kerja ini terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

(61)

43

a. Blue print Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja Tabel 1. Blue print Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja

2. Skala Stres Kerja

Stres kerja diukur dengan menggunakan skala stres kerja. Skala stres kerja terdiri dari aspek gejala psikologis, gejala fisiologis, dan gejala perilaku. Skala stres kerja juga terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Kategori penilaian item favorable adalah nilai 4 untuk Sangat Setuju (SS), 3 untuk Setuju (S), nilai 2 untuk Tidak Setuju (TS), dan nilai 1 untuk Sangat Tidak Setuju (STS). Sedangkan kategori penilaian item unfavorable adalah nilai 4 untuk Sangat Tidak Setuju (STS), 3 untuk Setuju (S), 2 untuk Tidak Setuju (TS), dan nilai 1 untuk Sangat Setuju (SS).

a. Blue Print Skala Stres Kerja

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %

1. Kognitif 7 7 14 33.3 %

2. Afektif 7 7 14 33.3 %

3. Konatif 7 7 14 33.3 %

(62)

44

Tabel 2. Blue print Skala Stres Kerja

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah % 1. Gejala

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

(63)

45 2. Seleksi Aitem

Seleksi aitem adalah tahap untuk memutuskan item-item mana yang dipandang langsung memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam bentuk final tes, mana yang perlu terlebih dulu direvisi dan diuji-cobakan kembali sebelum dimasukkan ke dalam bentuk final tes, dan mana yang harus langsung digugurkan karena memiliki ciri-ciri statistik yang terlalu jauh dari yang dipersyaratkan (Supratiknya, 2014).

Teknik yang digunakan dalam seleksi aitem pada penelitian ini adalah dengan teknik korelasi item total. Teknik korelasi item total menjamin homogenitas tes sebagai kesatuan dengan cara menunjukkan item-item yang paling baik mengukur konstruk atau isi yang sedang diukur (Supratiknya, 2014).

Subjek dari uji coba penelitian adalah karyawan dari Kuala Pelabuhan Indonesia (KPI) yang bekerja dalam hal memperbaiki jalan, mengoperasikan excavator dan dozer, mengangkut alat-alat berat dengan lowboy, mengangkut kiriman barang-barang keperluan PT Freeport Indonesia, instalisasi alat berat yang baru, re-built kendaraan bekas menjadi baru, mengoperasikan stasiun pengisian bahan bakar untuk PT Freeport Indonesia. KPI berlokasi di dalam area kerja PT. Freeport Indonesia.

(64)

46

karyawan dari PT.Kuala Pelabuhan Indonesia (KPI) . Dari 50 kuesioner yang dibagi, kembali kepada peneliti sebanyak 50 kuesioner dimana terdapat 3 kuesioner yang gugur. Kuesioner yang gugur disebabkan subjek tidak mengisi semua aitem yang diberikan. Setelah hasil uji coba terkumpul, seleksi aitem dilakukan dengan menggunakan standar rix ≥ 0,30. Analisis seleksi aitem

menggunakan analisis cornbach alpha pada program SPSS for Windows versi 22.

a. Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja

Skala persepsi risiko kecelakaan kerja terdiri dari 42 aitem yang disusun berdasarkan tiga aspek persepsi risiko kecelakaan kerja. Hasil pengolahan data didapatkan range rixaspek kognitif sebesar -0,011 hingga 0,569. Range

rixaspek afektif sebesar 0,164 hingga 0,694 dan untuk range

rixaspek konatif adalah 0,058 hingga 0,631.

Seleksi aitem yang dilakukan menghasilkan 27 aitem dimana range rix aspek kognitif menjadi 0,378 hingga

0,633. Untuk range rixaspek afektif menjadi 0,306 hingga

0,692. Range rixaspek konatif menjadi 0,326 hingga 0,672.

(65)

47

Tabel 3. Distribusi Penyebaran Aitem Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja

*Keterangan : Angka yang ditebalkan adalah aitem yang gugur.

b. Skala Stres kerja

Skala stres kerja terdiri dari 42 aitem yang disusun berdasarkan tiga aspek stres kerja. Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa range rixaspek gejala psikologis

adalah 0,027 hingga 0,703. Range rix aspek gejala fisiologis

adalah -0,281 hingga 0,654. Sedangkan range rixaspek

gejala perilaku adalah -0,525 hingga 0,678.

Setelah dilakukan seleksi aitem, didapatkan hasil berupa 24 aitem dimana range rixgejala psikologis menjadi

0,376 – 0,721. Untuk range rixgejala fisiologis didapatkan

0,347 hingga 0,624. Sedangkan range rixgejala perilaku

menjadi 0,382 hingga 0,668.

(66)

48

Berikut spesifikasi hasil seleksi aitem yang dilakukan pada skala stres kerja :

Tabel 4. Distribusi Penyebaran Skala Stres Kerja

*Keterangan : Angka yang ditebalkan adalah aitem yang gugur.

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran jika prosedur pengetesannya dilakukan secara berulangkali terhadap suatu populasi individu atau kelompok (AERA, APA, & NCME, 1999 dalam Supratiknya, 2014). Skala dikatakan reliabel apabila koefisien realibilitas (rxx) berada dalam rentang 0 hingga 1.00 dimana semakin mendekati koefisien 1.00, semakin tinggi reliabilitasnya (Azwar, 2007).

Metode pemeriksaan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan estimasi reliabilitas konsistensi-internal, yaitu

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

(67)

49

metode pemeriksaan reliabilitas yang cukup didasarkan pada hasil satu kali pengadministrasian tes (Supratiknya, 2014). Analisis reabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach dalam program SPSS for Windows versi 22.

Koefisien reliabilitas Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja sebelum aitem digugurkan adalah sebesar 0,879. Setelah dilakukan proses seleksi aitem didapatkan bahwa koefisien reliabilitas Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja adalah 0,901. Sedangkan koefisien reliabilitasSkala Stres Kerja sebelum aitem digugurkan adalah 0,868. Koefisien realibilitas Skala Stres Kerja menjadi 0,907 setelah dilakukan proses seleksi aitem

G. Analisis Data

1. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan untuk memastikan bahwa hubungan antar variabel yang diteliti memiliki ketetapan dan tidak bias serta konsisten. Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan uji normaitas dan uji linearitas (Purwanto, 2012).

a.Uji Normalitas

(68)

50

menggunakan teknik uji Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan apabila data yang akan diuji merupakan data tunggal atau data frekuensi tunggal, bukan data dalam distribusi frekuensi kelompok. Distribusi data dikatakan normal apabila p > 0,05. Apabila distribusi data normal akan dilakukan uji statistik parametrik, sedangkan apabila data tidak normal disarankan untuk menggunakan uji statistik nonparametrik (Supardi, 2013).

b.Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk menguji bagaimana antar variabel saling berhubungan. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan teknik compare means dan scatterplot dengan menggunakan program SPSSfor Windows versi 22. Hubungan antar dua variabel dinyatakan linier apabila p < 0,05 (Sugiyono, 2008).

2. Uji Hipotesis

(69)

51

(70)

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2015 sampai dengan 15 Januari 2016. Pengambilan data dilakukan dengan membagikan skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja dan skala Stres Kerja kepada karyawan tetap PT. Freeport Indonesia.

Penyebaran skala dilakukan dengan cara membagikan lembar-lembar skala-skala ke kelas-kelas pelatihan di Tembagapura, Papua. Kelas-kelas pelatihan tersebut diadakan oleh divisi PT. Freeport Indonesia, yaitu Departemen Quality Management Services, Training and Development, dan Departemen Occupational Health and Safety melalui lima instruktur atau fasilitator yang sudah dipercaya dan diberi penjelasan mengenai cara pengerjaan sebelumnya. Jumlah dari subjek penelitian ini adalah 235 karyawan PT. Freeport Indonesia yang bekerja di Tembagapura, Papua.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

(71)

53

bagian produksi dan karyawan yang bekerja sebagai support atau admisistratif. Karyawan yang bekerja pada bagian produksi bekerja dibagi-bagi dalam beberapa departemen yang bekerja dalam hal blasting (peledakan), mengolah konsentrat, mengoperasikan alat berat dan mengambil hasil produksi dengan haultruck, maintenance alat-alat berat, drilling (pengeboran) bawah tanah dengan alat ekstra, mengoperasikan alat berat lain, membuat pipa untuk mengalirkan hasil produksi dari stock pile yang sudah di konstrat ke portsite, konstruksi (membangun kantor & barak), QC/QA (Quality Control dan Quality Assurance) (wawancara dengan MM, 2016). Sedangkan karyawan yang bekerja sebagai support atau administratif juga dibagi dalam beberapa departemen yang bekerja dalam hal training, ekspor-impor, pengembangan daerah lokal, corporate communication, MIS (Management Informatic System), hubungan dengan pemerintahan, mengatasi dan mengontrol kesehatan masyarakat dan menghindari penyakit malaria, akuntan, tax&legal, mengurus karyawan kontraktor (wawancara dengan MM, 2016).Antar departemen memiliki tugas pekerjaan yang berbeda-beda.

(72)

54

usia 41 tahun hingga umur 60 tahun. Dalam penelitian ini ditentukan terdapat dua kategori usia perkembangan karyawan, yaitu dewasa dini dan dewasa madya. Hasil dapat ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Perkembangan

Dalam pengambilan data didapatkan hasil bahwa subjek yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah lebih banyak dibandingkan subjek yang berjenis kelamin perempuan. Adapun hasilnya dapat ditunjukkan dalam tabel berikut :

(73)

55 C. Deskripsi Data Penelitian

Tabel 7. Perbandingan Nilai Mean Teoritik dan Empirik

Variabel Data Teoritik Data Empiris

Min Max Mean Min Max Mean SD

Persepsi Risiko Kecelakaan

Kerja

27 108 67,5 65 99 79,62 6,452

Stres Kerja 24 96 60 24 72 49,50 6,559

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, skala persepsi risiko kecelakaan kerja memiliki nilai mean teoritik sebesar 67,5 dan nilai mean empiris sebesar 79,62. Hasil menunjukkan bahwa nilai empiris lebih besar dibandingkan nilai teoritik. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-rata persepsi risiko kecelakaan kerja pada subjek penelitian cenderung tinggi.

Hasil perhitungan pada skala stres kerja menunjukkan bahwa skala stres kerja memiliki nilai mean teoritik sebesar 60 dan mean empiris sebesar 49,50. Hasil menunjukkan bahwa nilai empiris lebih kecil dibandingkan nilai teoritik. Nilai empiris yang lebih kecil dibandingkan nilai teoritik berarti bahwa rata-rata stres kerja subjek penelitian cenderung rendah.

(74)

56

Tabel 8. Hasil Uji t Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja

One Sample t-test

Berdasarkan hasil uji t pada skala persepsi risiko kecelakaan kerja, didapatkan hasil yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara nilai mean empiris dengan nilai mean teoritik karena hasil didapatkan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) (Sugiyono, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa persepsi risiko kecelakaan kerja karyawan PT. Freeport Indonesia tinggi.

Tabel 9. Hasil Uji t Skala Stres Kerja

(75)

57

(Sugiyono, 2008). Hal tersebut mengartikan bahwa secara signifikan stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia rendah.

D. Hasil Penelitian a) Uji Normalitas

Metode pengambilan keputusan uji normalitas menggunakan p>0,05 maka data berdistribusi normal dan apabila p<0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Supardi, 2013). Pengujian normalitas menggunakan teknik uji Kolmogorov-Smirnov Test dengan program SPSS versi 22 for Windows. Adapun hasil pengolahan uji normalitas dapat ditunjukkan melalui tabel berikut :

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas

Variabel Kolmogorov-Smirnov Test Sig. Persepsi Risiko

(76)

58

Gambar 2. Scatterplot Stres Kerja

(77)

59

Berdasarkan kurva diatas dapat dilihat bahwa banyak titik-titik yang tidak menempel pada garis, bahkan beberapa titik-titik berada jauh dari garis. Titik-titik tersebut tidak membentuk sebuah garis yang lurus. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebaran data tidak normal.

b) Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 22 for Windows. Hubungan antar variabel dikatakan linier apabila p<0,05 (Sugiyono, 2008). Hasil hubungan antar variabel ditunjukkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 11. Hasil Uji Linearitas

F Sig.

(78)

60

0,05 (p < 0,05 (Sugiyono, 2008). Berikut adalah gambar kurva hasil uji linearitas.

Gambar 4. Scatterplot Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja

dan Skala Stres Kerja

Berdasarkan gambar kurva diatas dapat dilihat bahwa banyak titik yang menyebar jauh dari garis sehingga yang dapat menunjukkan bahwa hasil data dari penelitian ini tidak linear atau tidak memiliki hubungan yang signifikan.

c) Uji Hipotesis

(79)

61

tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dari penelitian ini ditolak.

E. Analisis Data Tambahan

Analisis data tambahan dilakukan untuk melihat tinggi atau rendahnya stres kerja dan persepsi resiko kecelakaan kerja pada masing-masing departemen dari karyawan PT. Freeport Indonesia yang menjadi subyek penelitian. Tinggi dan rendahnya stres kerja ppada masing-masing departemen dilihat menggunakan norma kategorisasi. Kategorisasi dilakukan untuk menempatkan skor pada suatu posisi yang berjenjang berdasarkan atribut rendah ke atribut yang tinggi (Azwar, 2010). Norma kategorisasi tersebut adalah :

Tabel 12. Norma Kategorisasi

Skor Kategorisasi

X ≤ (µ - 1,5σ) Sangat Rendah

(µ - 1,5σ) < X ≤ (µ - 0,5σ) Rendah

(µ - 0,5σ) < X ≤ (µ + 0.5σ) Sedang

(µ + 0,5σ) < X ≤ (µ + 1.5σ) Tinggi

Keterangan: µ : Mean teoritis

σ : Standar deviasi teoritis

(80)

62

diperoleh rancangan kategorisasi untuk nilai stres kerja masing-masing departemen di PT. Freeport Indonesia yang ditunjukkan melalui tabel berikut :

Tabel 13. Norma Kategorisasi Stres Kerja Karyawan PT. Freeport Indonesia

Berdasarkan tabel norma kategorisasi stres kerja karyawan PT. Freeport Indonesia tersebut, maka diperoleh hasil kategorisasi stres kerja pada masing-masing departemen PT. Freeport Indonesia termasuk kategori rendah dan sangat rendah. Hasil tersebut ditunjukkan oleh tabel berikut :

Tabel 14. Deskripsi Stres Kerja Departemen Karyawan PT. Freeport Indonesia

Kategori Departemen Nilai

(81)

63

Quality Management

(82)

64

Berdasarkan hasil analisis data tambahan, didapatkan bahwa terdapat 11 departemen yang termasuk didalam kategori stres kerja sangat rendah, yaitu : AB Tunnel, Mine Maintanance, UG Geology, danUG BG Production, GBT Tram, UG SHE Comp. Ass.&Adm, UG Geology, Opr.Mill Operations, Grasberg Geotech, Engineering dan HRD Mill 86.

Sedangkan departemen yang termasuk dalam kategori rendah adalah sebanyak 19 departemen, yang terdiri dari : Mine Surface, UG Maintanance, Supply Chain Man., Grasberg Maintanance, MTC Tram, UG SHE Operations, UG DOZ Production, Ore flow

Operations, Quality Management Services, Geo Services, Env

Technical Affairs, Mill Mechanical Mtc,Central Service, OHSE

Training, UG BG Dev & Con, Facilities Management, HRD Mill 74,

UG Geotech, dan UG Technical Service.

Gambar

GAMBAR 1. Evaluasi Kecelakaan Tambang 2012-2015 Berdasarkan Penyebab
Gambar 1.  Evaluasi Kecelakaan Tambang 2012-2015 Berdasarkan Penyebab
Tabel 1. Blue print Skala Persepsi Risiko Kecelakaan Kerja
Tabel 2. Blue print Skala Stres Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian menyatakan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap insentif dengan sikap kerja pada karyawan bagian marketing PT.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap kesejahteraan karyawan dengan kepuasan kerja, tingkat persepsi terhadap

alat pelindung diri dan sebaliknya. Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah peneliti hanya meneliti hubungan persepsi risiko kecelakaan dan PAK dengan kedisiplinan

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap lingkungan kerja fisik adalah pemahaman / penilaian karyawan terhadap kondisi tempat

Identifikasi serta analisa risiko pada proyek tersebut diharapkan dapat diketahui risiko-risiko kecelakaan kerja yang dominan terjadi, penyebab dari kecelakaan kerja terbesar

Paparan pesan komunikasi risiko Covid-19 pada seseorang akan meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan terhadap persepsi risiko mengenai penularan akibat yang akan

Dengan adanya manajemen risiko ini diharapkan kecelakaan kerja yang terjadi dapat dikurangi, sehingga jika terjadi kecelakaan kerja maka dampak dari kecelakaan

mengetahui dengan jelas mengenai risiko -risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada proyek konstruksi khususnya proyek perluasan hotel mercure Pontianak. Cara yang