a. Tujuan
Pengolahan limbah padat bertujuan untuk mengolah limbah dari hasil samping dalam pengolahhan CPO dan kernel seperti tandan kosong dan cangkang untuk dapat dimanfaatkan lagi menjadi pupuk untuk tandan kosong dan sebagai bahan bakar untuk cangkang sehingga dapat menghemat biaya produksi pabrik.
b. Dasar Teori
Menurut Naibaho (1998), menuliskan dalam bukunya yakni limbah padat tandan kosong kadang-kadang mengandung buah tidak lepas di antara celah-celah ulir di bagian dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan bantingan yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit. Hal ini sering terjadi di pabrik-pabrik yang tekanan
60
kerja ketel rebusan dibawah 2,8 kg disertai produksi uap yang tidak mencukupi kebutuhan. Perebusan yang tidak sempurna menghasilkan tandan kosong yang masih mengandung buah hingga 9%.
Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak, dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre cyclone. Kualitas asap pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut.
c. Pemanfaatan Limbah Padat 1) Pemanfaatan Serat
a) Waktu dan Tempat Waktu : 1 April 2009 Tempat : Fibre cyclone b) Alat dan Bahan
Alat : Separating coloum, fibre cyclone, boiler, truk. Bahan : Serat atau ampas kelapa sawit.
c) Prosadur Kerja
1) Serat atau ampas yang telah dipisahkan di separating
coloum, kemudian ditranfer ke fibre cyclone.
2) Di fibre cyclone, serat/ampas dimanfaatan untuk bahan bakar boiler, sedangkan sisanya ditampung untuk dibuang. 3) Serat yang ditampung kemudian diangkat dengan truk
61
d) Hasil Yang Dicapai
Serat atau ampas dari buah kelapa sawit sebanyak 14 % dari 100 % TBS yang diolah.
e) Pembahasan
Serat atau ampas yang tekumpul di separating columb akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler dan sebagianya di buang ke pembuangan limbah padat.
2) Pemanfaatan Cangkang a) Waktu dan Tempat
Waktu : 1 April 2009
Tempat : Cracked mixture cyclone b) Alat dan Bahan
Alat : Depericarper fan dan truk. Bahan : Cangkang sawit.
c) Prosedur Kerja
1) Cangkang yang sudah terpisah dari kernel, kemudian dikirim ke depericarper fan melalui depericarper conveyor. 2) Di depericarper, cangkang akan ditampung untuk diambil sebagian kecilnya untuk digunakan sebagai bahan bakar boiler dan sisanya ditampung untuk dijual.
d) Hasil Yang Dicapai
Cangkang hasil dari pemisahan kernel dengan jumlah 5% dari 100% TBS yang diolah.
62
e) Pembahasan
Cangkang hasil pemisahan dengan kernel dimanfaatan sebagai bahan bakar boiler dan sebagiannya ada yang dijual dan dibuang.
3) Pemanfaatan Tandan Kosong a) Waktu dan Tempat
Waktu : 2 April 2009
Tempat : Empty bunch hopper b) Alat dan Bahan
Alat : Empty bunch hopper Bahan : Janjangan/tandan kosong c) Prosedur Kerja
1) Janjangan/tankos hasil dari pemipilan atau threser kemudian dikirim ke hopper dengan menggunakan alat
horizontal empty bunch conveyor.
2) Dari hopper janjangan kemudian diangkat dengan menggunakan truk pengangkut untuk diaplikasikan ke kebun atau unit.
3) Setelah sampai dikebun/unit janjangan diletakkan disekitar tanaman sawit untuk kemudian dijadikan pupuk.
d) Hasil Yang Dicapai
Tandan kosong hasil penebaha n/pemipilan di stasiun threser sebanyak 22% dari 100% TBS yang diolah.
63
e) Pembahasan
Tandan kosong hasil penebahan/pemipilan di stasiun threser dimanfaatkan sebagai mulsa pada tanaman kelapa sawit. 2. Stasiun Pengolahan Limbah Cair
a. Tujuan
Pengolahan limbah cair bertujuan untuk menanggulangi pencemaran lingkungan dari pabrik sawit serta dengan adanya pengolahan limbah cair maka limbah tersebut nantinya dapat dimanfaatkan sebaga i pupuk bagi kebun kelapa sawit.
b. Dasar Teori
Menurut Naibaho (1998), limbah cair yang dihasilkan pabrik pengolahan kelapa sawit ialah air drab, air kondensate, air cucian pabrik, air hidrocyclone atau clay bath dan sebagainya. Jumlah air buangan tergantung pada sistem pengolahan, kapasitas olah dan keadaan peralatan klarifikasi.
Tabel 4. Baku Mutu Limbah Cair Pada PKS Bebunga
Sumber : Anonim (2008)
Air Buangan Sebelum Effluent Parameter
Range Rata - Rata
PH 3,4 – 5,2 4.2
BOD 10.280 – 43. 750 22.260
COD 15.550 – 100.380 50.710
Total Solid 11.460 – 78.710 40.370
Oil and Grease 130 – 17.970 6.110
Amonical nitrogen 4.0 – 77.0 35
64
c. Waktu dan Tempat
Waktu : 18 Maret 2009 Tempat : Stasiun Limbah Cair d. Alat dan Bahan
Alat : Mesin pompa,pipa ukuran 6 inchi, 4 inchi, 2 inchi, kran, cangkul, mikroorganisme (bakteri Methagonen)
Bahan : limbah cair (air perebusan limbah cair) e. Prosedur Kerja
Pengendalian mutu limbah system kolam.
Sebelum air buangan pabrik (Raw Effluent) dialirkan keproses fermentasi, limbah tersebut harus melewati beberapa tahap proses terlebih dahulu. Air buangan limbah yang berasal dari stasiun rebusan dan klarifikasi dipompakan di dalam tangki pemisah minyak (sludge
oil recovery tank) atau pat fit, tujuannya adalah untuk mengurangi
kadar minyak pada suhu 80-85º C. 1. Pendinginan
Air limbah yang keluar dari pat fit masih memiliki suhu yang panas, pada suhu ini tentunya proses fermentasi tidak akan berjalan secara optimal sehingga dibutuhkan proses pendinginan terlebih dahulu, proses ini dilakukan di colling tower, pada proses ini semua air limbah akan diturunkan dari 80-90º C menjadi bersuhu dibawah 40º C.
65
2. Pengasaman
keasaman air limbah PKS yang keluar dari pat fit berkisar antara 3-5, pada tingkat keasaman ini tidak semua mikroorganisme dapat bekerja secara optimal.
3. Netralisasi
Setelah didinginkan air limbah kemudian dialirkan ke Netralizet Pound (kolam penetral), kolam ini umunya mikroorganisme bekerja optimum pada pH 6,7-7,5 pada dasar nya tingkat keasaman air limbah PKS antara 3-5 maka diperlukan netralisasi agar proses fermentasi berjalan dengan baik.
4. Kolam pembiakan bakteri
Pada kolam pembiakan bakteri, pada mikroorganisme yang banyak dikembangkan dalam pengendalian limbah PKS ialah jenis bakteri Methagonen. Bakteri yang bisa diintroduksi bila perkembangannya sangat cepat, agar jumlah bakteri dalam media sebanding.
5. Kolam anaerobik
Fermentasi dalam kolam ini terjadi pemecahan bahan organik yang dapat diketahui dari jumlah BODnya yang berkurang hingga 30%, pengurangan BOD ini tent unya akibat reaksi Biooksidasi berjalan dengan sempurna.
6. Kolam Fakultatif
Pada kolam Fakultatif terjadi fermentasi aerobik. Lamanya fermentasi dipengaruhi luas dalam kolam, hal ini akan
66
mempengaruhi absorbsi udara dari atmosfer kandungan DO yang berasal dari udara berkisar 7-8 rpm dari fetention time.
7. Kolam Aerasi
Pada kolam aerasi terjadi pelarutan oksigen dalam menggunakan sistem mekanik. Pada kolam ini limbah ditahan selama ± 10 hari. Pada masa tersebut sudah dapat berlangsung proses oksidasi sehingga BOD menurun.
8. Kolam Aerobik
Air limbah yang keluar dari kolam anaerobik perombakan memerlukan oksigen baik oksidasi dengan katalisator mikroorganisme maupun katalisator kimia.
9. Pengaliran Limbah Ke Land Application
Setelah melalui proses aerobik air limbah kemudian mengalir ke kolam Sedimentasi atau Polishing pound. Tujuan dari kolam sedimentasi ini untuk mengendapkan padatan-padatan sebelum limbah dibuang keperairan Land application. Limbah yang keluar dari kolam ini diharapkan mempunyai pH 8-9 dan BODnya kurang dari 250 ppm.
f. Hasil Yang Dicapai
Limbah cair yang di aplikasikan ke kebun kelapa sawit memiliki pH diatas 7 sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit, karena limbah cair kelapa sawit mengandung unsur hara yang sangat
67
baik untuk pertumbuhan tanaman sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
g. Pembahasan
Limbah cair yang dibuang ke alam bebas atau ke kebun kelapa sawit harus mengalami beberapa tahap pengolahan terlebih dahulu hingga pH limbah yang diperoleh netral atau di atas 7 sehingga diharapkan limbah cair yang nantinya akan dibuang ke lingkungan sekitar pabrik sudah aman dan tidak mencemari lingkungan di sekitar pabrik.