1
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LANGGENG MUARA MAKMUR PABRIK KELAPA SAWIT BEBUNGA
DESA BINTURUNG LAMA, KECAMATAN PAMUKAN UTARA KABUPATEN KOTABARU, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
Oleh LISKIARNI NIM. 060500102
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASILPERKEBUNAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
2
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini disusun bedasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL), yang telah dilaksankan selama 3 bulan terhitung dari tanggal 03 Maret 2009 sampai dengan 30 Mei 2009 di PT. Langgeng Muara Makmur Pabrik Kelapa Sawit Bebunga, Desa Binturung Lama, Kecamatan Pamukan Utara Kabupaten Kota Baru Propinsi Kalimantan Selatan.
Menyetujui,
Mengesahkan, Direktur
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Wartomo, MP NIP. 131791587
Lulus Ujian Tanggal 23 Juli 2009
Pembimbing,
Elisa Ginsel Popang, S. TP NIP. 132303572
Penguji,
Rudito, S. TP, MP NIP. 132303570
3
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Langgeng Muara Makmur Kota Baru Kalimantan Selatan.
Keberhasilan dan kelancaran dalam melaksanakan PKL ini juga tidak lepas dari peran serta bantuan dari beberapa pihak, maka tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak dan Ibu saya, terima kasih yang tak terhingga atas semua doa dan restunya.
2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Diektur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan, S. TP., M. Sc, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.
4. Bapak Elisa Ginsel Popang, S. TP, selaku Dosen pembimbing dalam Praktek Kerja Lapang.
5. Bapak Rudito, S. TP. MP, selaku Dosen penguji dalam Praktek Kerja Lapang. 6. Bapak dan Ibu Teknisi dan Administrasi Program Studi Teknologi Pengolahan
Hasil Perkebunan.
7. Bapak Achmad Nashor, selaku Factory Manager Pabrik Kelapa Sawit Bebunga.
4
8. Bapak Sumarjan Pakondo, selaku Koordinator Asisstant Pabrik Kelapa Sawit Bebunga.
9. Bapak Hidayatullah, selaku Asisstant Proses Shift I Pabrik Kelapa Sawit Bebunga.
10. Bapak Vernando Simatupang, selaku Asisstant Proses shift II PKS Bebunga. 11. Bapak Sahrir Gunawan, selaku Kasie Administrasi Pabrik Kelapa Sawit
Bebunga.
12. Teman-teman PKL dan teman-teman Angkatan 06 TPHP terima kasih atas bantuan dan kerja samanya.
13. Semua pihak yang terlibat, baik dalam proses praktek dilapangan maupun dalam penyusunan dan pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari isi laporan ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis.
Penulis
5
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1
B. Tujuan ... 2
C. Hasil yang Diharapkan... 2
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan ... 3
B. Manajemen Perusahaan... 4
C. Lokasi dan Waktu Kegiatan ... 7
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit ... 8
1. Stasiun Penerimaan Buah... 8
2. Stasiun Perebusan... 16
3. Stasiun Penebahan... 19
4. Stasiun Pelumatan... 22
5. Stasiun Pengempaan... 24
6. Stasiun Pemurnian Minyak ... 26
7. Stasiun Penimbunan... 35
B. Pengolahan Inti Kelapa Sawit ... 38
1. Pemisahan Biji dan Serat... 38
2. Pemeraman……….. 40
3. Pemecahan Biji... 42
6
5. Pengeringan Inti ... 47
6. Penimbunan Inti ... 49
C. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit ... 50
1. Pengolahan Limbah Padat ... 50
2. Pengolahan Limbah Cair ... 54
D. Analisis Minyak Kelapa Sawit ... 58
E. Analisis Inti Sawit ... 65
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 68
B. Saran... 68
DAFTAR PUSTAKA ... .. 70
7
DAFTAR TABEL
No. Tubuh Utama Halaman 1. Kriteria Buah di PT. Langgeng Muara Makmur ... 11 2. Standar Sortasi pada PT. Langgeng Muara Makmur PKS Bebunga .... 12 3. Spesifikasi Persyaratan Mutu CPO Menurut SNI... 36 4. Baku Mutu Limbah Cair pada PKS Bebunga………... 54
8
DAFTAR GAMBAR
No. Tubuh Utama Halaman
9
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman Lampiran 1. Gambar Peralatan dan Mesin PKS Bebunga ... 72 Lampiran 2. Gambar Lay Out Pabrik di PT. Langgeng Muara Makmur.. 84
10
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia komoditi kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditi ini punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa. Di samping itu, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai seluruh dunia, sehingga secara terus-menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini pun mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) harus dilakukan sesuai prosedur yang benar agar diperoleh hasil CPO dan init sawit yang bermutu tinggi. Tandan Buah Segar (TBS) yang akan diolah hendaknya harus benar-benar telah memenuhi syarat agar tidak menur unkan kualitas TBS, selain itu juga perlu diperhatikan pada saat awal sampai akhir proses pengolahan TBS.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan berupa pengelolaan perkebunan swasta dan negeri berskala besar dan Perkebunan Inti Rakyat, terutama di Kalimantan. Selain itu dengan diadakannya pengembangan perkebunan kelapa sawit, maka akan tebuka peluang besar dalam penerimaan tenaga kerja khususnya tenaga yang terampil dan handal di bidang perkebunan.
11
Sehubungan hal di atas maka Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mempunyai program Praktek Kerja Lapang (PKL) dengan harapan agar para lulusannya mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang didapat selama PKL.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah:
1. Untuk dapat melihat secara langsung proses pengolahan kelapa sawit. 2. Untuk mengetahui standar mutu dari CPO dan inti sawit yang dihasilkan di
PT. Langgeng Muara Makmur
3. Membandingkan antara teori yang didapat di bangku kuliah dengan hasil praktek kerja lapang di PT. Langgeng Muara Makmur PKS Bebunga. C. Hasil Yang Diharapkan
Dengan adanya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, diharapkan agar mahasiswa dapat mempelajari dan memahami semua tahapan proses pengolahan kelapa sawit.
12
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
A. Tinjauan Umum Perusahaan
Pabrik Kelapa Sawit Bebunga di bawah PT. Langgeng Muara makmur di dirikan pertama kali di area Pamukan dan Sungai Durian yang terletak di Desa Binturung lama Kecamatan Pamukan Utara Kabupaten Kota Baru Provensi Kalimantan Selatan. Dibangun pada tahun 1997, karena adanya krisis moneter sehingga pabrik selesai pada tahun 1999 dan siap beroperasai mengolah TBS pada tanggal 18 April 1999 dengan kapasitas olah 45 ton/jam.
Pabrik Kelapa Sawit Bebunga dibangun pertama kalinya menampung TBS Area Sungai Durian dan Pamukan dari :
- PT. Langgeng Muara makmur: Bebunga Estate, Bakau Estate, Sungai Cengal Estate dan Lanting Estate
- PT. Laguna Mandiri: Rantau Estate, Sekayu Estate, dan Betung Estate - PT. Swadaya Andika: Selabak Estate dan Randi Estate
- PT. Paripurna Swakarsa: Pondok Labu Estate, Binturung Estate dan Sesulung Estate.
Sedangkan extension menjadi 60 ton/jam pada tahun 2004. Adanya extension karena tingginya pasokan TBS yang diterima, sehingga penambahan kapasitas perlu dilakukan. Dari tahun 1999 sampai dengan bulan 24 Oktober 2008 TBS yang di olah adalah 2.044.505 Ton dengan CPO dan Inti Kelapa Sawit (IKS) yang dihasilkan adalah CPO 459.591 Ton dan IKS 88.455 To n.
13
B. Manajemen Perusahaan
Secara struktural seluruh kegiatan yang berlangsung di perkebunan berada dibawah pimpinan Director of Operations (DO). Namun kegiatan yang ada di kantor pusat berbeda dengan kepemimpinan di pabrik perkebunan. Seorang Director of Operations membawahi seorang Head Plantation Operations (HPO) yang bertanggung jawab terhadap semua urusan pabrik yang ada di Minamas Plantation. HPO membawahi General Manager (GM) Plantation Operations Region Kalimantan Selatan. GM di Kalimantan Selatan dijabat oleh Bapak Vengata Subramaniam. Beliau memegang 5 (lima) perusahaan yang wilayahnya berada di Kalimantan Selatan, dan salah satunya adalah PT. Langgeng Muara Makmur (PKS Bebunga).
Pabrik Kelapa Sawit Bebunga dipimpin oleh seorang GM dan membawahi seorang Manager, staff GM dan sekretaris GM. Untuk yang menangani proses di pabrik dibawah kekuasaan Manager, Manager membawahi seorang Kepala Adminisrasi (KASI), seorang kepala Asisstant Proses, dan seorang Asisstant Maintanance. Untuk Mandor Proses ada 2 orang, untuk shift I Asisstant Proses I berpasangan dengan Mandor I, untuk shift II Asisstant Proses II berpasangan dengan Mandor II.
14
Sumber : Pabrik Kelapa Sawit, PT. Langgeng Muara Makmur, 2008
Gambar 1. Struktur Organisasi Perusahaan PT. Langgeng Muara Makmur
Note :
Laboratorium dan pengiriman di handle langsung oleh Koordinator Assisten
Achmad Nashor Factory Manager
Achmad Subakir Koordinator Asisten
Vernado S Ass. Proses Shiff II
Sumarjan Pakondo
Asst. Proses Shift I Very Lesnarno PAsst. Maintenance
Heldi Rosadi Asst. Bulking Sahrir Gunawan H Kasie Administrasi Yessa A Mau Mandor Pengiriman
Nur Mashudi Huda Mandor Laborat
Hasyim Asyári Mandor Prosses Shift II
M Supaát Mandor Prosses Shift I
Sugeng Hariyadi Mandor Bengkel
Arbani Surya
Ka Satpam Sudaryo Agung Pembukuan Gunanto
Mandor Elektrik
Sumarji Catur P Ka Gudang Loth Anprang Sir
Mandor Bulking
STRUKTUR ORGANISASI PKS BEBUNGA TAHUN 2008
RW Utomo Mandor Mill Upkeep
15
Keterangan:
1. Manajer Pabrik (Factory Manager)
Merupakan pemegang jabatan tertinggi di PT. Langgeng Muara Makmur, PKS Bebunga yang membawahi seluruh karyawan, dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan lapangan dan administrasi.
2. Kasie Administrasi
Kasie Administrasi sama dengan Kepala Tata Usaha. Kasie Administrasi bertanggung jawab atas semua hal yang ada di Kantor Besar, seperti pembukuan, bagian tanaman, personalia, kasir, pembelian, pergudangan, dan
office boy.
3. Koordinator Asisten
Merupakan pemegang jabatan tertinggi kedua setelah manager, Koordinator Asisten membawahi Semua Asisten dan kegiatan yang ada di kantor .
4. Asisten proses
Asisten Proses atau Pengolahan merupakan bawahan dari Koordinator Asisten. Asisten Proses/Pengolahan adalah pemegang jabatan tertinggi di pabrik. Setiap Asisten Proses/Pengolahan bertanggung jawab atas pekerjaan yang dipegangnya.
5. Asisten Maintenenance
Asisten Maintenenance memiliki tanggung jawab pada keadaan pabrik yang melakuakan perawatan, perbaikan, dan kebersihan di dalam pabrik.
16
6. Asisten Bulking
Asisten Bulking bertanggung jawab dalam proses pengiriman atau penjualan produk yang berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Kelapa Sawit (IKS). 7. Mandor
Mandor adalah pembantu Asisten Proses/Pengolahan yang bertugas di lapangan untuk mengarahkan dan mengawasi karyawan yang bekerja.
C. Lokasi dan Waktu Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilakukan di Minamas Plantation PT. Langgeng Muara Makmur, Pabrik Kelapa Sawit Bebunga, Desa Binturung lama, Kecamatan Pamukan Utara, Kabupaten Kota Baru, Propinsi Kalimantan Selatan. Terhitung selama 3 (tiga) bulan, dimulai dari tanggal 03 Maret sampai dengan 30 Mei 2009.
17
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
A. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit 1. Stasiun penerimaan Buah
a. Jembatan timbang (Weight Bridge) 1) Tujuan
Untuk mengetahui berat bersih tandan buah sawit yang masuk ke pabrik.
2) Dasar Teori
Menurut Anonim (1997), Setiap truk yang membawa buah kelapa sawit terlebih dahulu harus ditimbang pada jembatan timbang. Jembatan timbang digunakan untuk menimbang truk yang keluar masuk pabrik, baik truk yang mengangkut TBS, tankos, kernel, dan CPO. Jumlah berat TBS / kernel dapat diketahui dari selisih berat bruto ( berat truk dan buah / kernel ) dengan berat truknya saja. Penimbangan dilakukan pada waktu truk berisi buah atau yang lain dan pada saat truk kosong (setelah dibongkar di loading ramp).
3) Waktu dan Tempat
Waktu : 7 Maret 2009
18
4) Alat dan Bahan
Alat : Timbangan Indikator, Komputer, Mesin Printer, alat tulis.
Bahan : Truk yang berisi TBS yang diangkut dari unit atau kebun.
5) Prosedur Kerja
a) Buah diangkut dari unit atau kebun dengan me nggunakan truk besar atau kecil
b) Sopir/kernet terlebih dahulu melapor ke pos satpam serta menyerahkan Surat Pengantar Barang (SPB), kemudian truk menuju jembatan timbang
c) Truk dan buah di timbang secara bersamaan dengan menggunakan timbangan elektrik ( Indikator)
d) Setelah proses penimbangan, buah (TBS) ditumpahkan ke dalam hopper loading ramp, lalu truk yang kosong kembali kejembatan timbang dan ditimbang kembali truk yang kosong, maka akan diperoleh berapa berat buah yang masuk dengan mengetahui berat bruto (berat truk dan buah) dikurang berat truk kosong.
6) Hasil Yang Dicapai
Berat TBS yang dikirim dari unit atau kebun. PT. Langgeng Muara Makmur menggunakan jenis timbangan elektronik “ Avery Berker model L225” sebanyak 2 unit, dengan kapasitas jembatan
19
timbang 40 ton. Ada 2 jenis truk yang menga ngkut TBS dari kebun yaitu truk type P.S 6 ton TBS/truk dan truk type Hino 12 ton TBS/truk, sedangkan rata-rata TBS masuk dalam satu hari adalah 900 ton TBS.
7) Pembahasan
Buah yang masuk ke PKS Bebunga dikirim dari unit kebun antara lain Bebunga Estate, Bakau Estate dan Sungai Cengal Estate. Dengan adanya stasiun penimbangan ini, maka dapat diketahui berat TBS yang masuk ke pabrik dan berat produksi yang diangkut keluar dari pabrik berupa CPO (Crude Palm Oil), IKS, Janjang kosong, Solid, dll.
b. Grading/Sortasi a. Tujuan
Tujuan dari sortasi yaitu untuk mengetahui mutu TBS yang dikirim dari kebun ke pabrik.
b. Dasar Teori
Grading atau sortasi adalah memilih TBS berdasarkan kriteria buah yang akan diolah di pabrik. Sortasi dilakukan pada setiap kebun dengan menentukan satu truk yang dianggap mewakili seluruh kebun, baik dari kebun sendiri maupun dari kebun pihak ketiga (Sunarko, 2007).
20
Tabel 1. Kriteria Buah di PT. Langgeng Muara Makmur
Kondisi TBS Kreteria buah
Jumlah brondolan per Kg janjang Segi penampakan (visual TBS)
A. TBS Layak Proses
Unripe (Mentah) Brondolan yang lepas dari janjang 0%
Warna buah masih hitam/hijau, bila ditekan masih terasa keras, daging buah putih, dan jika buah di cungkil kandungan minyak masih sedikit.
Under Ripe (kurang masak)
Brondolan yang lepas dari janjang kurang dari 2 brondolan per Kg janjang
Warna buah jingga kehitam-hitaman dan warna daging buah kuning muda
Ripe (Masak) Brondolan yang lepas dari janjang 2 brondolan per Kg janjang.
Warna buah jingga kehitam-hitaman, bila ditekan keluar minyak berwarna kuning tua/oranye dan warna daging buah kuning tua/oranye Over Ripe Brondolan yang lepas dari janjang
lebih dari 38-68 brondolan per Kg janjangan
¾ brondolan lepas dari janjang (75%) dan warna buah jingga/kuning tua. Long Stalk Janjang buah dimana tangkai
panjang lebih dari 3 cm. TBS Tidak Layak
Proses
Restan > 3 hari 75% brondolan lepas dari janjang Warna buah hitam, tekstur buah lembek, tangkai buah hitam dan berkerut, dan kadar minyak sudah banyak berkurang.
Empty Bunch (janjang kosong)
Jika brondolan yang lepas dari janjang sudah 90%
Lebih hampir tidak ada brondolan normal yang tertinggal
Rotten Bunch (janjang busuk)
Jika brondolan yang lepas dari janjang 25% telah busuk
Pada umumnya gangangnya sudah busuk (berserat)
21
Standar sortasi TBS pada PT. Langgeng Muara Makmur PKS Bebunga yang masuk ke pabrik untuk diolah sesuai dengan standar yang ditentukan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Sortasi pada PT. Langgeng Muara Makmur
Kriteria Buah Batas Toleransi
Unripe (Mentah)
(0-4 brondolan yang lepas per janjang) 0 %
Under ripe (Kurang matang)
(5-9 brondolan yang lepas per janjang) < 5 %
Ripe (Matang)
(10 atau lebih brondolan yang lepas per janjang) > 95 %
Empty bunch (Janjang kosong)
Brondolan yang lepas per janjang >95 %) 0 %
Long stalk (Gagang panjang)
(Panjang gagang lebih dari 5 cm) 0 %
Old bunch (Buah restan)
(Lebih dari 48 jam setelah panen) 0 %
Sumber : (Anonim, 2007)
c. Waktu dan Tempat Waktu : 7 Maret 2009 Tempat : Loading Ramp d. Alat dan Bahan
Alat : Loading ramp, truk, ganc u, kertas kerja pemeriksaan, pormulir ratel, alat tulis, data BJR sensus kebun
Bahan : TBS yang diangkut dari unit atau kebun e. Prosedur Kerja
a) Pilih truk angkut buah yang akan digrading secara acak, memberitau sopir kalau buah akan digrading dan meminta Surat Pengantar Buah (SPB) untuk mencatat data TBS yang akan digrading.
22
b) Amati kenampakan TBS di atas truk sebelum di tumpah di hopper
c) Dari janjang yang ditumpah ke atas loading ramp dilakukan grading buah minimal 200 janjang dengan memilih secara acak 100 janjang normal dan kelompokkan janjang menjadi 10 kelompok, masing- masing dalam 1 kelompok ada 10 janjang. d) Lakukan grading buah di atas loading ramp dengan
memperhatikan keadaan buah, apakah buah termasuk buah ripe (matang), under ripe (kurang matang), unripe (mentah), empty
buch (janjang kosong), long stalk (gagang panjang), dan old bunch (buah restan).
e) Hasil pemeriksaan grading buah dicatat dalam laporan pemeriksaan mutu buah.
f. Hasil Yang Dicapai
Dari hasil sortasi pada 100 janjang TBS yang dilakukan di atas loading ramp pada PKS Bebunga didapat buah ripe 98 %,
under ripe 2 %, long stalk 0 %, unripe 0 %, old bunch 0 % dan empty bunch 0 %.
g. Pembahasan
Tandan Buah Segar yang masuk ke PKS dilakukan sortasi secara random, setiap 1 truk mewakili setiap divisi atau unit yang masuk ke PKS, dimana tiap TBS yang masuk akan ditentukan yaitu apakah buah termasuk buah ripe, unripe, under ripe, empty bunch,
23
long stalk dan old bunch. Dari hasil sortasi yang dilakukan didapat
buah ripe yaitu 98 %, dimana buah ripe yang dihasilkan berada diatas standar yang telah ditentukan yaitu > 95 %. Oleh karna itu dengan adanya sortasi, maka dapat diketahui mutu TBS yang masuk ke pabrik serta dengan adanya sortasi terhadap buah ripe yang optimal maka diperoleh mutu TBS yang bermutu baik yang mampu menghasilkan rendemen yang tinggi dengan kualitas yang baik pula.
c. Loading Ramp 1) Tujuan
Untuk menampung TBS yang diturunkan dari truk pengangkut dan untuk memudahkan masuknya buah ke dalam lori. 2) Dasar Teori
Menurut Sunarko (2007), tandan buah segar yang sudah ditimbang langsung dimasukkan ke dalam loading and storage
ramp. Setiap bays dari loading ramp dapat menampung TBS
sebanyak 8 ton. Di dalam bays, TBS dibersihkan dari pasir dan kotoran lainnya dengan cara menyiramkan air dari atas. Cara ini dilakukan untuk menjaga mutu dan mengurangi keausan alat-alat pengolahan. Setelah bersih, TBS dimasukkan ke dalam lori- lori rebusan berkapasitas 2,5 ton TBS.
24
3) Waktu dan Tempat Waktu : 7 Maret 2009 Tempat : Loading Ramp 4) Alat dan Bahan
Alat : Hopper, pintu hidrolik, lori, kapstan, transfer trolly Baha : TBS yang diangkut dari unit atau kebun
5) Prosedur Kerja
a) Buah (TBS) yang dari kebun atau unit terlebih dahulu ditimbang di jembatan penimbangan.
b) Setelah di timbang truk menuju tempat penampungan buah yaitu loading ramp,
c) Di loading ramp Buah dimasukan kedalam hopper, dan buah jatuh kedasar loading ramp
d) TBS dan brondolan yang di timbun di loading ramp dimasukkan ke dalam lori, setiap lori berisi 2,5 ton.
e) Lori kemudian ditarik dengan menggunakan kapstan menuju transfer troly.
f) Lori- lori tersebut oleh transfer troly dikirim ke rel perebusan dan ditarik oleh kapstan untuk dimasukkan kedalam sterillizer. 6) Hasil Yang Dicapai
Tandan Buah Segar yang dkirim ke bejana perebusan akan direbus dan diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil). PKS Bebunga mempunyai 2 unit loading ramp, yaitu sisi kanan dan kiri.
Masing-25
masing sisi berjumlah 15 pintu dengan kapasitas tampung ± 18 ton TBS/pintu.
7) Pembahasan
Loading ramp adalah suatu bangunan denga n lantai miring
bersudut 27º yang dilengkapi pintu-pintu kelur buah yang digerakkan secara hidrolis, dan mempunyai kisi-kisi dari besi profil T dengan lebar 5 cm (kisi 10 mm) panjang 6 m. Lantai miring berfungsi untuk memudahkan proses pengisian buah ke dalam lori dan kisi-kisinya berfungsi untuk membuang/ merontokkan kotoran, pasir dan kerikil yang terikut dalam buah.
2. Stasiun Perebusan a. Tujuan
1) Menghentikan aktivitas enzim yang terdapat dalam buah. 2) Memudahkan pelepasan brondolan dari tandannya. 3) Memudahkan proses pelumatan dan pengepresan buah. 4) Memudahkan proses pelepasan inti sawit dan cangkang. b. Dasar Teori
Menurut Sunarko (2007), Tandan Buah Segar (TBS) dipanaskan menggunakan uap air dengan tekanan 2,6 kg/cm2.
Tandan buah segar (TBS) yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus di dalam sterilizer atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan
26
uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125oC. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya (Fauzi dkk, 2007).
c. Waktu dan Tempat
Waktu : 12, 13, 19 Maret 2009 Tempat : Stasiun Perebusan d. Alat dan Bahan
Alat : Lori, kapstan, transfer trolly, sterilizer. Bahan : Buah (TBS dan brondolan)
e. Prosedur Kerja
1. Sebelum proses perebusan dimulai, terlebih dahulu pengamanan harus bekerja dengan baik dan semua peneumatic value bekerja dengan baik
2. Lori yang dimasukkan ke dalam perebusan harus tidak lepas dari rel dengan jumlah lori 10 buah dan tersambung antara satu dengan lainnya
3. Masukkan lori ke dalam rebusan dan ditutup pintu rebusan dengan kuat. Siklus perebusan akan berjalan secara otomatis dengan total waktu 90 – 95 menit
4. Alarm akan berbunyi jika perebusan telah selesai, buka pintu perebusan untuk mengeluarkan lori
27
f. Hasil Yang Dicapai
Buah yang telah selesai direbus dan akan diolah menjadi CPO
(Crude Palm Oil). Di PKS Bebunga menggunakan 4 rebusan dengan
kapasitas olah pabrik 45 ton/jam. Rebusan yang digunakan2100 mm x 30.000 mm panjang, dengan isi lori @ 2.500 kg/lori atau 2,5 ton sekali proses.
Apabila siklus perebusan 100 menit (termasuk buka tutup pintu rebusan) maka kebutuhan unit sterillizer untuk pabrik kapasitas 45 ton/jam adalah :
3 buah rebusan
Jadi dengan kapasitas olah pabrik 45 ton/jam dibutuhkan 3 buah rebusan dalam setiap proses pengolahan.
g. Pembahasan
Tandan buah segar (TBS) yang ditumpuk di loading ramp dimasukkan ke dalam lori yang mana pada PKS Bebunga memiliki kapasitas muat lori 2,5 ton TBS/lori. Kemudian lori yang berisi TBS tersebut direbus dalam sterelizer atau ketel rebusan. Pabrik Kelapa Sawit Bebunga memiliki 4 (empat) ketel rebusan, tetapi yang digunakan hanya 3 (tiga) ketel rebusan dan 1 ketel rebusan standby. Proses perebusan yang digunakan adalah sistem triple peak yaitu
28
sistem tiga puncak, dimana pada peak 1 dan 2 untuk pembuangan udara yang ada dalam rebusan serta pembuangan kondesat sedangkan pada peak ke-3 untuk penyempurnaan perebusan. Pada saat proses perebusan berlngsung steam yang masuk ke bejana perebusan dioprasikan dengan panel control secara otomatis. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas (steam) selama 80-90 menit, dengan besaran tekanan uap kerja yang dipakai 2,3-2,8 kg/cm2.
3. Stasiun Penebahan a. Tujuan
Untuk melepaskan brondolan dari janjangnya, dan untuk memudahkan proses selanjutnya.
b. Dasar Teori
Menurut Sunarko (2007), lori- lori tandan buah yang sudah direbus , ditarik keluar lalu diangkat menggunakan hoisting crane yang digerakkan dengan motor dan dapat bergerak di atas lintasan rel.
Hoisting crane digunakan untuk mengangkat lori yang berisi
tandan-tandan buah serta me mbalikkannya ke atas mesin penebah (threser) dengan tujuan melepaskan buah dari tandannya. Pembantingan tandan buah akan menyebabkan brondolan buah lepas dan kemudian masuk ke digester feed conveyor melalui conveyor dan elevator. Dalam proses ini kadang-kadang masih ada buah yang melekat dalam tandan kosong (katte koppen). Keadaan katte koppen dapat disebabkan beberapa faktor yaitu adanya buah sakit (abnormal) dari kebun, waktu
29
perebusan terlalu singkat, proses bantingan tidak tepat dan adanya buah mentah dari kebun.
c. Waktu dan Tempat
Waktu : 16 Maret 2009 Tempat : Stasiun penebahan d. Alat dan Bahan
Alat : Lori, hoisting crane, hopper, threser, fruit elevator,
conveyor under threser, bottom cross conveyor, horizontal empty bunch conveyor, inclined empty bunch conveyor, dan empty bunch hopper.
Bahan : Buah yang telah direbus e. Prosedur Kerja
1. Buah yang telah direbus dalam lori ditarik keluar dari sterilizer. 2. Buah dari lori diangkat menggunakan hoisting crane ke hopper. 3. Buah dijatuhkan ke dalam mulut hopper dilengkapi dengan pipa
penyanggah, sehingga buah jatuh dan proses penebahan sudah dimulai.
4. Buah dimasukkan ke mesin perontok (Threser) dengan menggunakan alat auto feeder.
5. Perontokan buah dilakukan dengan cara membanting buah dalam drum berputar dengan kecepatan berputar 23-25 rpm/ menit.
30
6. Buah yang sudah terlepas dari tandan akan keluar melalui celah
diantara batang-batang besi jatuh kedalam conveyor under tresher dan diteruskan oleh bottom cross conveyor menuju fruit elevator 7. Janjang yang telah kosong dari buah (brondolan) keluar dari threser
masuk kedalam horizontal empty bunch conveyor lalu diteruskan melalui Inclined empty bunch conveyor dan masuk ke empty bunch
hopper sebagai tempat pengumpulan janjang kosong.
f. Hasil Yang Dicapai
Buah hasil rebusan yang telah rontok atau terpisah dari janjangan/tandan (brondolan) dan Janjang Kosong (JJK). PKS Bebunga memiliki 3 unit threser dengan kapasitas olah 36 ton TBS/jam.
g. Pembahasan
Pemipilan adalah proses pemisahan antara janjang dan buah menjadi brondolan dengan sistem diputar dan dibanting, hal ini bertujuan untuk melepaskan semua buah dari tandannya. Alat yang digunakan pada PKS Bebunga adalah tromol pemipil berbentuk silinder yang dibangun dari batang-batang besi memanjang, sehingga buah dapat lolos di antara celah- celah batang besi, dan keluar dari batang tromol selama proses pemipilan.
31
4. Stasiun Pelumatan a. Tujuan
Untuk memudahkan proses pengempaan sehingga dengan mudah biji dapat dipisahkan dari daging buah dengan tingkat kerugian sekecil-kecilnya.
b. Dasar Teori
Menurut Sunarko (2007), buah yang terlepas dari mesin bantingan langsung dimasukkan kedalam adukan (digester). Ketel ini memiliki daging rangkap dan as putar yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar pada as, sehingga daging buah (pericarp) pecah dan terlepas dari bijinya.
Digester terdiri dari tabung silinder yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk ( stirring arms) dibagian dalamnya. Buah yang masuk kedalam digester diaduk sedemikian rupa agar minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah pada proses pengempaan (Pressing). Untuk memudahkan proses pelumatan dilakukan pemanasan dengan suhu 90-95 ºC yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap 3kg/cm². Temperatur di dalam digester diusahakan jangan sampai 100 ºC karena minyak dan air akan bersatu membentuk emulsi yang akan menyulitkan pada proses pemisahan minyak selanjutnya.
32
c. Waktu dan Tempat
Waktu : 11 Maret 2009 Tempat : Stasiun Digester d. Alat dan Bahan
Alat : Fruit elevator, mesin pelumat (digester).
Bahan : Brondolan yang telah direbus dan membrondol/terpipil dari tandan.
e. Prosedur Kerja
1. Buah yang telah dirontokkan kemudian diantar naik oleh alat Fruit
elevator menuju proses pelumatan (digester).
2. Didalam mesin pelumat (digester) buah akan diaduk untuk memudahkan pengepressan yang optimal sehingga mendapatkan minyak yang dinginkan
3. Pemanasan selama proses pengadukan adalah ± 95 oC untuk mempertinggi efek pengempaan (press)
4. Daging buah tidak boleh lumat menjadi bubur, struktur serabut dari daging bua h harus masih tampak.
5. Minyak kasar dari buah yang keluar pada saat pengadukan harus dialirkan keluar dari bejana pengadukan (digester) untuk mencegah pembentukan emulsie.
33
f. Hasil Yang Dicapai
Brondolan yang telah dilumatkan. PKS Bebunga mempunyai 6 unit digester dengan kapasitas olah 15 ton buah/jam.
g. Pembahasan
Digester adalah sebuah tabung silindris berbentuk vertikal yang
dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk di bagian dalamnya. pada proses pengadukan harus menghasilkan massa yang merata (homogen) dan peremasan yang optimal, sehingga daging buah dapat terlepas seluruhnya dari biji.
5. Stasiun Pengempaan a. Tujuan
Mengeluarkan atau memisahkan minyak dari daging buah kelapa sawit (ekstraksi minyak).
b. Dasar Teori
Menurut Sunarko, (2007), pengempaan dilakuakan untuk mengambil minyak dari massa adukan buah didalam mesin pengempaan secara bertahap dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari ketel adukan. Minyak yang keluar ditampung di sebuah talang dan dialirikan ke crude oil tank melalui vibrating screen
Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, perlu dilakukan pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau
34
ekstrasi. Tujuan ekstraksi untuk mengambil minyak dari massa adukan (Fauzi dkk, 2007).
c. Waktu dan Tempat
Waktu : 16 Maret 2009 Tempat : Stasiun Press d. Alat dan Bahan
Alat : Kempa ulir (screw press).
Bahan : Buah hasil pelumatan (digester), Air panas. e. Prosedur Kerja
1. Suhu air panas harus mencapai 90 oC
2. Tekanan press harus diatur agar kerugian minyak didalam ampas cukup rendah, sedangkan biji-biji yang pecah atau hancur harus juga rendah.
3. Buah yang telah diaduk, kemudian diteruskan ke mesin pengempa
(pressing) untuk diambil minyaknya.
4. Ampas dan nut hasil dari proses pengempaan kemudian diteruskan untuk diproses lebih lanjut.
5. Apabila viskositas cairan yang tinggi, penambahan air panas bisa dilakukan dengan jumlah penambahan air berkisar 30-40 % dari berat TBS diolah dengan temperatur ± 90 oC.
6. Minyak kasar yang dihasilkan ditampung pada sand trap tank dan disaring melalui vibrating screne dan terkumpul di Crude Oil Tank
35
(COT) sedangkan nut dan fibre masuk kedalam Cake Craker
Conveyor (CBC).
f. Hasil Yang Dicapai
Pada proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar
(crude oil). PKS Bebunga memiliki 6 unit screw press dengan
kapasitas olah 15 ton buah/jam. g. Pembahasan
Proses pengempaan adalah mengeluarkan atau memisahkan minyak dari daging buah kelapa sawit (ekstraksi minyak) dengan menggunakan alat screw press yang bekerja secara kontinue.
Prinsip ekstraksi dengan cara screw press adalah menekan buah lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan terdorong keluar lewat lubang-lubang tabung. Selama proses pengempaan berlangsung, dilakukan penambaha n air panas 30 - 40 % dari berat buah yang diolah dengan temperatur air ± 90 ºC. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses pengempaan dengan kehilangan minyak dalam ampas kecil.
6. Stasiun Pemurnian Minyak (Klarifikasi) a. Pengendapan
1) Tujuan
Untuk memisahkan minyak dan sludge dengan prisif pengendapan.
36
2) Dasar Teori
Menurut Fauzi, dkk (2007), minyak kasar adalah minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepressan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air.
Minyak yang keluar dari crude oil tank segera di klasifikasikan di instalasi- instalasi penjernihan yang melalui beberapa tahap diantaranya dengan sistem pengendapan. Pengendapan adalah memisahkan minyak dan sludge menggunakan alat Continous settling tank. Prinsip pengendapan adalah akibat dari adanya perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak dan sludge (BJ minyak < Sludge) maka minyak akan naik keatas dan sludge akan turun kebawah.
3) Waktu dan Tempat
Waktu : 24 - 31 Maret 2009
Tempat : Stasiun pemurniaan minyak 4) Alat dan Bahan
Alat : Screw Press, Sand Trap Tank, Vibrating Screen,
Crude Oil Tank, Clarifier Tank
37
5) Prosedur Kerja
a) Minyak kasar hasil press yang telah disaring dengan vibrating
screen selanjutnya dimasukkan ke penampungan Crude Oil Tank (COT) sedangkan kotoran dan serat dikembalikan ke fruit elevator conveyor untuk diproses kembali ( Re- Cycle) oleh digester dan press.
b) Minyak kasar (crude oil) yang ditampung dalam COT kemudian dinaikkan temperaturnya hingga 90oC – 100oC. Untuk selanjutnya dipompakan ke tangki pengendap Continous
Settling Tank (CST).
c) Di dalam CST) minyak dan sludge terpisah akibat adanya perbedaan berat jenis (BJ) antara ( BJ Minyak < sludge ) maka minyak akan naik ke atas dan sludge akan turun ke bawah. d) Didalam tangki dilengkapi dengan pengaduk (agitator) yang
berputar pada putaran 3-5 rpm bertujuan untuk menaikan minyak yang ada.
e) Setelah terjadi pemanasan, minyak diambil melalui skimmer dengan tinggi minyak ± 30-40 cm dan dikirim ke oil tank sedangkan sludge dikirim ke sludge tank dengan kadar minyak 10%.
6) Hasil Yang Dicapai
Minyak kasar dan sludge hasil dari proses pengendapan. PKS Bebunga mempunyai 2 (dua) unit CST dengan kapasitas
38
tampung 90 m³, 2 (dua) unit sludge tank dengan kapasitas tampung 24 m³ dan 1 (satu) unit COT dengan kapasitas tampung 10,8 m³. 7) Pembahasan
Proses pengendapan dilakukan di dalam tangki pengendapan yaitu CST, sludge tank dan oil tank . Di dalam CST minyak dan sludge dipisahkan berdasarkan prinsif pengendapan yaitu akibat adanya perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak dan sludge. BJ minyak lebih kecil dari pada sludge, maka minyak akan naik ke atas dan sludge akan turun ke bawah dibantu dengan pengaduk (agitator) yang ada di dalam CST agar minyak yang di bawah akan mudah bergerak naik ke atas. Setelah terjadi pemisahan, minyak diambil melalui skimer dan dikirim ke oil tank. Oil tank berfungsi sebagai penampung minyak dari CST dimana minyak mendapat pemanasan dari coil agar kotoran/padatan mengendap dengan temperatur yang dijaga 90-95 ºC. Sedangkan sludge dikirim ke
sludge tank dengan kadar minyak 10 %.
b. Sentripugasi 1) Tujuan
Untuk memisahkan minyak dengan sludge yang dibantu dengan adanya gaya lempar/putar, sehingga bagian yang berat akan dapat terpisah.
39
2) Dasar Teori
Pemisahan minyak dengan metode putaran (centrifuge) dibantu dengan alat yaitu sludge separator (centrifuge) adalah mesin berputaran tinggi yang akan digunakan untuk memisahkan cairan-cairan yang tidak bersenyawa yang mempunyai berat jenis berbeda. Dengan bantuan gaya sentrifugal, komponen komponen yang akan dipisahkan dipengaruhi oleh kekuatan yang besar dari gaya grafitasi sehingga pemisahan minyak, air dan padatan akan lebih cepat pada bowl yang berputar (Anonim, 2008).
3) Waktu dan Tempat
Waktu : 24 – 31 Maret 2009 Tempat : Stasiun pemurnian minyak 4) Alat dan Bahan
Alat : Continous Settling Tank (CST), sludge tank,
sludge centrifuge, nozzle separator, bursh strainer, sand cyclon, buffer tank, purifier, skimmer dan oil tank.
Bahan : Minyak, air, dan sludge. 5) Prosedur Kerja
a) Sludge hasil dari pengendapan dari CST dialirkan ke sludge
tank, disini sludge mengandung minyak ± 15% sehingga perlu
diproses lebih lanjut untuk bisa memisahkan antara minyak, air dan zat padat lainya.
40
b) Terlebih dahulu sludge dialirkan ke bursh strainer untuk menyaring fiber dan kotoran sehingga memperkecil vicositas, setelah itu menuju sand cyclone untuk membebaskan pasir agar
nozzle separator tidak cepat aus atau tersumbat dan tertampung
pada buffer tank sebelum diolah ke decanter atau cantrifuge. c) Sludge dari buffer tank kemudian dialirkan ke sludge centrifuge
atau sludge separator sehingga cairan-cairan yang mempunyai BJ yang berbeda terpisahkan, dari sludge centrifuge menghasilkan dua cairan yaitu cairan light phase yang dikembalikan lagi ke CST dan cairan heavy phase dialirkan ke bak fat pit.
d) Minyak dari centrifuge kembali ke CST dan diendapakan untuk dialirkan ke oil tank menggunakan skimmer, oil tank sebagai penampung minyak dimana minyak mendapat pemanasan dari steam coil agar kotoran/padatan mengendap, dengan suhu dijaga 95 ºC – 100 ºC.
e) Minyak dari oil tank kemudian dikirim ke purifier dimana di dalam purifier minyak diolah kembali untuk mengurangi kotoran/impuritis yang terdapat dalam minyak, dengan sistem putaran yang tinggi mencapai 5000-6000 rpm, akibat dari gaya
centrifuge yang terjadi maka minyak dari oil tank yang
mempunyai BJ lebih kecil bergerak keatas poros dan terdorong ke sudut-sudut, sedangkan kotoran dan air yang lebih berat
41
terdorong kearah dinding bowl dan dikeluarkan dengan pencucian, minyak hasil pemurnian di purifier dialirkan ke
vacuum dryer untuk proses selanjutnya.
6) Hasil Yang Dicapai
Minyak hasil pengambilan dari dalam sludge. PKS Bebunga memiliki 6 (enam) unit sludge centripuge, dengan kapasitas 6000 liter/hari dan 4 (empat) unit purifier dengan kapasitas tampung 6000 liter/hari.
7) Pembahasan
Sludge centrifuge berfungsi untuk mengolah sludge dengan
prinsip sentrifugal untuk menghasilkan/memisahkan antara minyak dan sludge. Minyak berat jenisnya lebih ringan akan bergerak keporos dan terdorong keluar melalui sudut-sudut. Sedangkan air dan kotoran yang berat jenisnya lebih berat dari minyak akan terdorong kearah dinding bowl dan keluar dengan pencucian. Hasil pengolahan dari sludge centrifuge kemudian dikirim kembali ke CST untuk diolah lebih lanjut.
c. Penguapan 1) Tujuan
Untuk menurunkan kadar air (moisture) yang terdapat dalam minyak.
42
2) Dasar Teori
Menurut Sunarko (2007), di vacuum dryer minyak diuapkan dengan sistem pengabutan minyak.
Vacuum dryer berfungsi untuk menurunkan kadar air (moisture contents) yang terdapat dalam minyak dengan cara
penguapan hampa.
Alat ini berfungsi untuk menurunkan kadar air (moisture
contents) yang terdapat dalam minyak dengan cara penguapan
hampa. Alat ini terdiri dari tabung hampa udara dengan vacuum
pump. sementara minyak dikabutkan menggunakan nozzle
sehingga butir-butir minyak tidak mengalami penguapan dan jatuh kebagian bawah, kemudian dialirkan ke clean oil tank.
Air yang terbentuk dalam kondensor langsung ditampung pada tangki air panas dibawahnya (hot well tank).
Hal-hal yang perlu diperhatikan : - Tekanan hampa 0,8 – 0,76 kg/cm2.
- Ujung pipa pengeluaran air dari kondensor harus terendam dalam air hot well tank.
- Jika tekanan hampa tidak tercapai lakukan pemeriksaan pada : a. Kebocoran sehingga udara masuk ke dalam vacuum
b. Tekanan uap kurang
43
3) Waktu dan Tempat
Waktu : 24 – 31 Maret 2009 Tempat : Stasiun pemurnian minyak 4) Alat dan Bahan
Alat : Purifier, vaccum dryer, clean oil tank, hot well tank Bahan : Minyak
5) Prosedur Kerja
a) Minyak hasil pemurnian di purifier dilakuakn proses penguapan yaitu menurunkan kadar air (moisture) di dalam alat
vacuum.
b) Minyak di uapkan di dalam vacuum dryer dengan cara penguapan hampa, alat ini terdiri dari tabung yang dihampakan dengan menggunakan pompa vaccum, sementara minyak dikabutkan menggunakan nozzel sehingga butir-butir minyak tidak mengala mi penguapan dan jatuh kebagian bawah, kemudian dialirkan ke clean oil tank, air yang terbentuk di dalam condensor langsung ditampung pada tangki air di bawahnya (hot well tank)
c) Minyak dari vaccum selanjutnya dipompakan ketempat penampungan minyak (oil storage tank) dengan menggunakan
44
6) Hasil Yang Dicapai
Minyak yang telah diuapkan dengan kadar air 0,10 %. PKS Bebunga memilki 2 (dua) unit vacuum dryer dengan kapasitas 9 ton oil/hari.
7) Pembahasan
Kandungan air dalam minyak dari oil purifier masih cukup tinggi sehingga perlu diturunkan menjadi 0,10 % dengan vacuum
dryer. Alat ini berfungsi untuk menurunkan kadar air (moisture contents) yang terdapat dalam minyak dengan cara penguapan
hampa dengan tekanan 0,8-0,76 kg/cm Hg. Hal ini dimaksudkan agar air cepat menguap dan terhisap keluar melalui lubang pada ujung vacuum dryer.
7. Stasiun Penimbunan a) Tujuan
Untuk menampung sementara CPO yang dihasilkan dan menjaga agar kandungan ALB dalam CPO yang disimpan tidak naik. b) Dasar Teori
Menurut Naibaho (1998), bahwa penyimpanan dan penangan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga akan menurunkan kualitas minyak sawit. Pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanan, transportasi dan penimbunan
45
perlu dilakukan dengan ketat untuk mencengah terjadinya penurunan mutu minyak sawit.
Table 2. Spesifikasi Persyaratan Mutu CPO Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-0016-1998
No Jenis uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan:
1.1 Warna - Normal
1.2 Bau dan rasa - Normal
2 Titik leleh ºC Maksimal 24
3 Air dan kotoran, b/b % Maksimal 0,22 4 ALB (sebagai asampalmitat), b/b % Maksimal 5,0 5 Bilangan iod g iod/100gr Minimal 56 6 Cemaran logam
6.1 Besi (Fe) Mg/Kg Maksimal 5
6.2 Tembaga (Cu) Mg/Kg Maksimal 0,4
6.3 Timbal (Pb) Mg/Kg Maksimal 0,1
7 Cemaran arsen (As) Mg/Kg Maksimal 0,1
Sumber : SNI 01-0016-1988
c) Waktu dan Tempat
Waktu : 20, 24 – 31 Maret 2009 Tempat : Tangki penimbunan minyak d) Alat dan Bahan
Alat : Oil pump, storage tank Bahan : Minyak CPO
e) Prosedur Kerja
1) Minyak hasil pemurnian (clarifikasi) di pompakan ketempat penampungan minyak (oil storage tank) dengan menggunakan oil
46
2) Setiap pagi hari dilakukan sounding untuk mengetahui volume minyak dan suhu minyak
3) Crude Palm Oil (CPO) di dalam storage tank selanjutnya dikirim ke bulking station untuk penjualan.
f) Hasil Yang Dicapai
Hasil yang didapatkan dari stasiun klarifikasi ialah minyak kasar dengan daya tampung minyak produksi yang dimiliki oleh PT. Langgeng Muara Makmur ialah 2 tangki timbun yang masing- masing memiliki kapasitas sebesar 2000 ton/tangki. CPO yang ditampung di dalam tangki timbun memiliki standar ALB yaitu maksimal 3,5 %, kadar air maksimal 0,15 % dan kadar kotoran maksimal 0,015 % dengan rendeme n sebesar 23,50 % sesuai dengan standar yang ditentukan pabrik.
g) Pembahasan
Produksi minyak kelapa sawit yang biasa disebut dengan CPO disimpan dalam tangki timbun (Storage tank) sebelum dikirim ke
bulking station. Suhu minyak dalam tangki ini dijaga ? 55 oC, tidak boleh terlalu tinggi karena akan mempercepat perkembangan asam lemak bebas akibat reaksi hydrolysis autocatalis dan bila terlalu rendah
enzymlypolitic akan aktif yang menyebabkan kanaikan asam lemak
bebas.
Pabrik Kelapa Sawit Bebunga memiliki standar mutu untuk CPO yaitu dengan kadar ALB 3,5 %, kadar air 0,15 %, dan kadar
47
kotoran 0,015 %. Sedangkan menurut SNI no 01-0016-1998, standar mutu untuk CPO yaitu dengan kadar ALB 5,0 %, kadar air dan kadar kotoran 0,22 %. Hal ini menunjukkan bahwa kadar ALB, kadar air, dan kadar kotoran yang dihasilkan pada PKS Bebunga telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan yaitu dengan kadar ALB < 5,0 %, dan kadar air serta kadar kotoran < 0,22 %.
B. Pengolahan Inti Kelapa Sawit 1. Pemisahan Biji dan Serat
a. Tujuan
Untuk memisahkan antara biji dan serat serta untuk memperoleh biji sebersih mungkin.
b. Dasar Teori
Serat dan biji yang telah diuraikan dalam Cake Breake
Conveyor (CBC) kemudian dilanjutkan kedalam depericarper untuk
dipisahkan serat dan bijinya. Sebelum masuk ke dalam separating
coloum, biji didalam CBC diuraikan atas fraksi berat yaitu biji utuh,
biji pecah, dan inti utuh. Di dalam separating coloum, bahan ringan (ampas dan cangkang halus) akan terhisap oleh udara dan masuk ke
cyclone. Sedangkan biji akan jatuh dan masuk ke dalam polishing drum. Akibat gesekan antara biji dan dinding tromol polishing drum,
sisa-sisa serat yang melekat akan terlepas dan terhisap ke dalam
48
c. Waktu dan Tempat Waktu : 11 Maret 2009
Tempat : Stasiun pemisahan biji dan ampas d. Alat dan Bahan
Alat : Cake breaker conveyor, separating coloum, nut polishing
drum, pneumatic transport system.
Bahan : Ampas dari hasil press (ampas dan biji). e. Prosedur Kerja
1. Serat dari hasil pengempaan (press cake) yang terdiri dari campuran biji dan serat, umumnya masih berbentuk gumpalan yang belum terurai di proses di dalam Cake Breaker Conveyor (CBC) agar serat dan biji dapat di pisahkan.
2. Biji dan serat yang telah terurai masuk ke dalam separating
coolum, bahan-bahan yang ringan seperti serat dan cangkang halus
akan dihisap dan dibawa ke fibre cyclon sedangkan biji akan jatuh kedalam tromol pembersih ( nut polishing drum) yang berputar. 3. Biji yang masuk ke dalam nut polishing drum akan dibersihkan
dari sisa serat yang masih menempel, akibat dari gesekan antara biji dan dinding tromol ampas akan terlepas dan terhisap ke dalam siklon.
4. Melalui elevator pnueumatic transport biji dibawa menuju ke silo biji (Nut Silo) untuk proses pengeringan.
49
f. Hasil Yang Dicapai
Biji (nut) yang telah dipisahkan dari serat dan menghasilkan inti sawit yang baik/maksimal dengan kerugian yang kecil. Dari 100% TBS yang diolah di dapat jumlah biji 11% dan serabut 14%.
g. Pembahasan
Proses pemisahan biji dan serat dari hasil pengempaan bertuj uan terutama untuk memperoleh biji sebersih mungkin dengan cara
pnuematis yaitu pemisahan biji dan serat dengan menggunakan udara
yang berupa hisapan dimana bahan yang berat akan jatuh ke bawah masuk ke dalam polishing drum sedangkan ampas yang ringan akan terisap ke atas oleh blower untuk masuk ke dalam fiber cyclone untuk digunakan sebagai bahan bakar.
2. Pemeraman a. Tujuan
Untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalam biji kelapa sawit dan membiarkan biji untuk menjalani proses penguapan/pengeringan, sehingga mempermudah pelepasan inti dari cangkangnya.
b. Dasar Teori
Menurut Sunarko (2007), biji yang keluar dari nut polishing
drum di angkut ke nut silo untuk dikeringkan. Proses pengeringan
dilakukan dengan cara mengalirkan udara panas. Pengeringan ini bertujuan agar inti tidak melekat di bagian cangkang dan untuk
50
memudahkan pemecahan. Proses pengeringan ini berlangsung selama 8 jam. Biji yang akan diproses harus kering karena jika kurang kering menyebabkan biji utuh dan biji setengah pecah banyak terbawa pada cangkang.
c. Waktu dan Tempat
Waktu : 11 Maret 2009
Tempat : Stasiun pemeraman biji (nut silo) d. Alat dan Bahan
Alat : Polishing drum, nut silo, elevator elemen pemanas, blower
peniup.
Bahan : Biji (nut) e. Prosedur Kerja
1. Biji (Nut) yang telah dibersihkan di polishing drum, kemudian dibawa ke nut silo melalui elevator untuk dikeringkan.
2. Suhu pada silo pengeringan harus memiliki 60ºC - 80ºC.
3. Elemen pemanas harus dibersihkan setiap 2 minggu sekali dan hindari masuknya kotoran dari luar ke blower peniup.
4. Lama pengeringan berkisar 8 jam dan hasil pengeringan tersebut dapat terlihat dari biji yang keluar sudah kocak.
f. Hasil Yang Dicapai
Biji (Nut) yang sudah kering dan kocak dengan kadar air ± 18 % menjadi ± 12 % serta memudakan untuk proses selanjutnya.
51
g. Pembahasan
Proses pemeraman/pengeringan inti dilakukan dengan cara mengalirkan udara panas dengan tujuan agar inti mudah lekang dan terlepas dari cangkangnya. Biji yang keluar dari
depericarper/polishing drum sebelum dipecah di ripple mill,
dikeringkan terlebih dahulu di dalam nut silo (silo pengering biji). Proses pengeringan berlangsung selama 8 jam dengan suhu 60ºC-80ºC, sistem pengeringan yang baik mampu menurunkan kadar air dari biji ± 18% menjadi ± 12%.
3. Pemecahan Biji a. Tujuan
Untuk memecah biji seefisien mungkin sehingga diperoleh inti sawit seminimal mungkin
b. Dasar Teori
Menurut Sunarko (2007), nut craker atau mesin pemecah biji merupakan alat centrifuge yang memiliki rotor berputar dengan kecepatan tinggi 950-1000 putaran per menit. Biji-biji dari nut bin akan masuk ke dalam alat ini. Dalam rotor berputar biji-biji tersebut akan terlempar kuat ke dinding craker dan pecah sehingga inti lepas dari cangkang. Campuran pecahan ini selanjutnya akan disalurkan ke
52
c. Waktu dan Tempat
Waktu : 17 Maret 2009
Tempat : Stasiun pemecah biji (Ripple mill) d. Alat dan Bahan
Alat : Nut silo, greading drum, dry nut conveyor, nut elevator,
ripple mill.
Bahan : Biji (Nut). e. Prosedur Kerja
1. Biji (nut) yang dikeringkan dalam nut silo kemudian diproses di melalui dry nut conveyor dan nut elevator.
2. Kemudian nut masuk kedalam ripple mill untuk dipecahkan. 3. Setelah proses pemecahan nut, maka campuran antara kernel dan
cangkang akan di proses lagi. f. Hasil Yang Dicapai
Biji yang sudah dipecahkan dan terlepas dari cangkangnya. Dari 100% buah yang diolah dihasilkan kernel yaitu 4,50% dan cangkang 5%.
g. Pembahasan
Biji yang sudah kering dimasukkan ke dalam alat pemecah biji
(ripple mill) dengan rotor yang berputar sehingga biji-biji tersebut
terlempar kuat ke dinding tomol yang mengakibatkan biji pecah dan inti terlepas dari cangkangnya.
53
4. Pemisahan Inti dan Cangkang a. Tujuan
Untuk memisahkan inti kelapa sawit dari pecahan cangkang b. Dasar Teori
Prinsip pemisahan biji dan cangkangnya adalah karena adanya perbedaan berat jenis antara inti dengan cangkangnya. Caranya ialah, dengan mengapungkan biji-biji yang telah dipecahkan dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam keadaan ini inti kelapa sawit akan melayang/mengapung dalam larutan, dan berada di atas lapisan cangkang yang mengendap di dasar. Inti dan cangkang diambil secara terpisah kemudian dicuci sampai bersih (Setyamidjaja, 2003).
Menurut Anonim (2008), pada Pemisahan kernel dan cangkang ada 2 (dua) metode yang digunakan untuk menghasilkan inti kelapa sawit yaitu:
1). Pemisahan Kering (Dry separation)
Pemisahan dengan hisapan udara, memanfaatkan perbedaan berat kernel dengan cangkang (bukan karena perbedaan berat jenis). Bagian ya ng ringan (cangkang terhisap sedangkan bagian yang berat (kernel) jatuh ke bawah. Dilakukan di dalam suatu kolom vertikal melalui 2 (dua) tahap, yaitu :
- Kolom pemisahan pertama Light Tenera Dry Separator (LTDS I) Serabut, cangkang halus dan debu dihisap keluar dipakai sebagai bahan bakar boiler sedangkan kernel dan cangkang kasar
54
yang tidak terangkat keluar melalui corong dan air lock menuju
kernel grading drum
- Kolom Pemisahan Kedua Light Tenara Dry Separator (LTDS II) Prinsip kerjanya sama dengan kolom pemisahan pertama, tetapi kecepatan hisapan udara dan hisapan lebih kecil (hanya sedikit).
2). Pemisahan Basah (Wet Separation)
Pemisahan basah yang umumnya digunakan ada 2 cara yaitu dengan clay bath dan dengan hydrocyclone. Clay bath dilakukan dengan cara alamiah sedangkan prinsip pemisahan pada system
hydrocyclone dilakukan dengan cara pusingan dan dengan bantuan
gaya sentrifugal. c. Waktu dan Tempat
Waktu : 17 Maret 2009
Tempat : Stasiun pemisahan biji dan cangkang d. Alat dan Bahan
Alat : Cracked mix separating system, conveyor, hydro cyclone Bahan : Kernel dan cangkang.
e. Prosedur Kerja
1. Campuran antara cangkang dan kernel diproses di cracked mix
separation system melalui conveyor.
2. Kemudian diteruskan ke proses pemisahan dengan menggunakan LTDS (Light Tenera Dry Sparator) dan hydro cyclone, LTDS merupakan pemisahan kernel dan cangkang dengan menggunakan
55
pinsip kerja hisapan dari perbedaan berat massa bahan sedangkan
hydro cyclone adalah dengan prinsip beda berat jenis. dimana
kernel yang memiliki BJ yang ringan akan mengapung dengan bantuan air, dan cangkang yang memiliki BJ yang lebih berat akan jatuh kebawah.
3. Pemisahan antara kernel dan cangkang memiliki dua saluran keluar yang sesuai dengan BJ nya masing- masing.
4. Kernel yang keluar dari hydro cyclone tersebut dimasukkan ke tromol pengering (untuk memisahkan kernel dan air) kemudian dikirim ke silo pengering dengan proses pemanasan.
f. Hasil Yang Dicapai
Kernel yang telah terpisah dari cangkang, selanjutnya akan diproses lagi di kernel silo dengan hasil yang di peroleh 4,50 % dari 100% TBS yang diolah sedangkan cangkang sebanyak 5 % dan digunakan sebagai bahan bakar boiler.
g. Pembahasan
Di PKS Bebunga ada dua metode yang digunakan dalam proses pemisahan kernel dan cangkang yaitu pemisahan kering (dry
separator) dan pemisahan basah (wet saparation).
Pemisahan kering adalah pemisahan yang dilakukan di dalam suatu kolom vertikal dengan bantuan hisapan udara yang berasal dari
ventilator dengan prinsif yang diterapkan berdasarkan berat massa,
56
merupakan pemisahan kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Di pabrik kelapa sawit Bebunga menggunakan sistem pemisah basah yaitu dengan hydro cyclone. Pada hydro cyclone terjadi pemisahan kernel dan cangkang dengan cara pusingan yang dibantu dengan air. 5. Pengeringan Inti
a. Tujuan
Untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam kernel atau inti sawit.
b. Dasar Teori
Menurut Anonim (2008), kernel hasil pemisahan hydro cyclone dimasukan ke dalam silo kernel, lama pengeringan berkisar antara 14 – 15 jam dengan temperatur 60 – 70 0C. Kadar air hingga 7% membuat kegiatan mikroorganisme menjadi kurang aktif sehingga pada saat kernel produksi tersebut disimpan (di dalam bulk silo atau gudang) maka proses pembentukan jamur serta proses kenaikan asam (lauris
acid) dapat dibatasi.
Hal – hal yang harus diperhatikan :
- Pengeringan terlalu cepat dan temperatur tinggi menyebabkan minyak kernel meleleh.
- Pengeringan tidak merata menyebabkan penurunan mutu kernel. - Pengeringan yang baik, menghasilkan kernel dengan kandungan air
rata-rata 7% serta kandungan minyak ? 49%. -
57
c. Waktu dan Tempat
Waktu : 23 Maret 2009
Tempat : Stasiun pengeringan inti d. Alat dan Bahan
Alat : Wet kernel, Conveyor wet kernel cyclone, kernel silo. Bahan : Kernel.
e. Prosedur Kerja
1. Kernel yang keluar dari hydro cyclone kemudian dimasukkan ke dalam trommol pengering dengan bantuan wet kernel conveyor. 2. Pada proses ini kernel akan dihisap keatas oleh wet kernel cyclone
dan kemudian diturunkan ke kernel silo.
3. Dalam kernel silo, kernel yang masih mengandung air ± 12% diturunkan kadar airnya menjadi 7% melalui proses pemanasan. 4. Lama pengeringan berkisar 14-15 jam dengan temperatur 60º
C-70º C.
f. Hasil Yang Dicapai
Kernel atau inti sawit yang telah dikeringkan dari ± 12% menjadi ± 7% dan pada pengoprasian silo kernel harus berisi penuh atau minimal 80% dari kapasitas silo.
g. Pembahasan
Kernel silo adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengeringkan inti yang telah terpisah dari cangkang dengan mengalirkan udara panas dan uap. Lama pengeringan berkisar antara
58
14 – 15 jam dengan temperatur 60 – 70 0C, pengeringan yang tidak merata maka akan menyebabkan penurunan mutu pada kernel yang dihasilkan.
6. Penyimpanan Inti a. Tujuan
Untuk menyimpan hasil produksi kernel sebelum pengemasan dan pengiriman.
b. Dasar Teori
Inti sawit yang telah dipanaskan di kernel silo ditampung di tangki timbun kernel (Kernel Bulk Silo). Tangki ini dilengkapi dengan fan untuk menghembuskan udara agar kernel tidak berjamur akibat adanya kondensasi udara yang menghasilkan air (Anonim, 2008). c. Waktu dan Tempat
Waktu : 23 Maret 2009
Tempat : Stasiun penyimpanan inti (Bulk silo) d. Alat dan Bahan
Alat : Kernel silo, dry kernnel winowing fan, dry kernel cyclone,
dry kernel transfer fan, kernel winowing system, bulk cyclone, bulk kernel silo.
Bahan : Kernel yang telah kering dan bersih e. Prosedur Kerja
1. Kernel yang telah dikeringkan di kernel silo teruskan ke dry kernel
59
2. Selanjutnya kernel dikirim ke dry kernel cycllone melalui dry
kernel transfer fan dan kemudian menuju Bulk Kernel Silo.
f. Hasil Yang Dicapai
Kernel yang sudah dikeringakan dengan kapasitas bulk silo adalah 500 ton.
g. Pembahasan
Bulk silo adalah tempat penyimpanan kernel dengan kapasitas
500 ton yang berfungsi untuk memudahkan pengisian kernel ke dalam truk.
C. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit 1. Stasiun Pengolahan Limbah Padat
a. Tujuan
Pengolahan limbah padat bertujuan untuk mengolah limbah dari hasil samping dalam pengolahhan CPO dan kernel seperti tandan kosong dan cangkang untuk dapat dimanfaatkan lagi menjadi pupuk untuk tandan kosong dan sebagai bahan bakar untuk cangkang sehingga dapat menghemat biaya produksi pabrik.
b. Dasar Teori
Menurut Naibaho (1998), menuliskan dalam bukunya yakni limbah padat tandan kosong kadang-kadang mengandung buah tidak lepas di antara celah-celah ulir di bagian dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan bantingan yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit. Hal ini sering terjadi di pabrik-pabrik yang tekanan
60
kerja ketel rebusan dibawah 2,8 kg disertai produksi uap yang tidak mencukupi kebutuhan. Perebusan yang tidak sempurna menghasilkan tandan kosong yang masih mengandung buah hingga 9%.
Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak, dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre cyclone. Kualitas asap pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut.
c. Pemanfaatan Limbah Padat 1) Pemanfaatan Serat
a) Waktu dan Tempat Waktu : 1 April 2009 Tempat : Fibre cyclone b) Alat dan Bahan
Alat : Separating coloum, fibre cyclone, boiler, truk. Bahan : Serat atau ampas kelapa sawit.
c) Prosadur Kerja
1) Serat atau ampas yang telah dipisahkan di separating
coloum, kemudian ditranfer ke fibre cyclone.
2) Di fibre cyclone, serat/ampas dimanfaatan untuk bahan bakar boiler, sedangkan sisanya ditampung untuk dibuang. 3) Serat yang ditampung kemudian diangkat dengan truk
61
d) Hasil Yang Dicapai
Serat atau ampas dari buah kelapa sawit sebanyak 14 % dari 100 % TBS yang diolah.
e) Pembahasan
Serat atau ampas yang tekumpul di separating columb akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler dan sebagianya di buang ke pembuangan limbah padat.
2) Pemanfaatan Cangkang a) Waktu dan Tempat
Waktu : 1 April 2009
Tempat : Cracked mixture cyclone b) Alat dan Bahan
Alat : Depericarper fan dan truk. Bahan : Cangkang sawit.
c) Prosedur Kerja
1) Cangkang yang sudah terpisah dari kernel, kemudian dikirim ke depericarper fan melalui depericarper conveyor. 2) Di depericarper, cangkang akan ditampung untuk diambil sebagian kecilnya untuk digunakan sebagai bahan bakar boiler dan sisanya ditampung untuk dijual.
d) Hasil Yang Dicapai
Cangkang hasil dari pemisahan kernel dengan jumlah 5% dari 100% TBS yang diolah.
62
e) Pembahasan
Cangkang hasil pemisahan dengan kernel dimanfaatan sebagai bahan bakar boiler dan sebagiannya ada yang dijual dan dibuang.
3) Pemanfaatan Tandan Kosong a) Waktu dan Tempat
Waktu : 2 April 2009
Tempat : Empty bunch hopper b) Alat dan Bahan
Alat : Empty bunch hopper Bahan : Janjangan/tandan kosong c) Prosedur Kerja
1) Janjangan/tankos hasil dari pemipilan atau threser kemudian dikirim ke hopper dengan menggunakan alat
horizontal empty bunch conveyor.
2) Dari hopper janjangan kemudian diangkat dengan menggunakan truk pengangkut untuk diaplikasikan ke kebun atau unit.
3) Setelah sampai dikebun/unit janjangan diletakkan disekitar tanaman sawit untuk kemudian dijadikan pupuk.
d) Hasil Yang Dicapai
Tandan kosong hasil penebaha n/pemipilan di stasiun threser sebanyak 22% dari 100% TBS yang diolah.
63
e) Pembahasan
Tandan kosong hasil penebahan/pemipilan di stasiun threser dimanfaatkan sebagai mulsa pada tanaman kelapa sawit. 2. Stasiun Pengolahan Limbah Cair
a. Tujuan
Pengolahan limbah cair bertujuan untuk menanggulangi pencemaran lingkungan dari pabrik sawit serta dengan adanya pengolahan limbah cair maka limbah tersebut nantinya dapat dimanfaatkan sebaga i pupuk bagi kebun kelapa sawit.
b. Dasar Teori
Menurut Naibaho (1998), limbah cair yang dihasilkan pabrik pengolahan kelapa sawit ialah air drab, air kondensate, air cucian pabrik, air hidrocyclone atau clay bath dan sebagainya. Jumlah air buangan tergantung pada sistem pengolahan, kapasitas olah dan keadaan peralatan klarifikasi.
Tabel 4. Baku Mutu Limbah Cair Pada PKS Bebunga
Sumber : Anonim (2008)
Air Buangan Sebelum Effluent Parameter
Range Rata - Rata
PH 3,4 – 5,2 4.2
BOD 10.280 – 43. 750 22.260
COD 15.550 – 100.380 50.710
Total Solid 11.460 – 78.710 40.370
Oil and Grease 130 – 17.970 6.110
Amonical nitrogen 4.0 – 77.0 35
64
c. Waktu dan Tempat
Waktu : 18 Maret 2009 Tempat : Stasiun Limbah Cair d. Alat dan Bahan
Alat : Mesin pompa,pipa ukuran 6 inchi, 4 inchi, 2 inchi, kran, cangkul, mikroorganisme (bakteri Methagonen)
Bahan : limbah cair (air perebusan limbah cair) e. Prosedur Kerja
Pengendalian mutu limbah system kolam.
Sebelum air buangan pabrik (Raw Effluent) dialirkan keproses fermentasi, limbah tersebut harus melewati beberapa tahap proses terlebih dahulu. Air buangan limbah yang berasal dari stasiun rebusan dan klarifikasi dipompakan di dalam tangki pemisah minyak (sludge
oil recovery tank) atau pat fit, tujuannya adalah untuk mengurangi
kadar minyak pada suhu 80-85º C. 1. Pendinginan
Air limbah yang keluar dari pat fit masih memiliki suhu yang panas, pada suhu ini tentunya proses fermentasi tidak akan berjalan secara optimal sehingga dibutuhkan proses pendinginan terlebih dahulu, proses ini dilakukan di colling tower, pada proses ini semua air limbah akan diturunkan dari 80-90º C menjadi bersuhu dibawah 40º C.