• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Tanah

Dalam dokumen 1. PENDAHULUAN. Tri Sudaryono (Halaman 46-51)

teknologi dasar PTT Padi Sawah. Keuntungan dari pengolahan tanah yang sempurna diantaranya adalah:

1. Mempermudah penanaman (transplanting)

2. Tersedianya media tumbuh yang baik sejak awal pertumbuhan. 3. Meningkatkan efesiensi penggunaan air.

4. Menekan hilangnya unsur hara yang larut dalam air. 5. Menekan pertumbuhan Gulma.

Pemanfaatan sumberdaya yang tersedia dapat ditingkatkan melalui sistem tanam. Beberapa sistem tanam yang telah diterapkan di Bengkulu diantaranya adalah sistem tegel, jalur, tidak beraturan (acak), dan legowo. Sistem tanam Legowo merupakan salah satu komponen teknologi pilihan pada PTT Padi Sawah.

Keuntungan sistem tanam jajar Legowo dibandingkan dengan sistem tegel adalah :

1. Mempermudah pemeliharaan tanaman.

2. Menciptakan kondisi lingkungan yang tidak disukai oleh hama tikus. 3. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya yang tersedia. 4. Meningkatkan hasil/produktifitas .

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat pesemaian, tempat bertanam, menciptakan daerah perakaran yang

Teknologi Tanpa Olah Tanah (TOT)

Perbedaan utama bertanam padi sawah tanpa olah tanah dengan bertanam padi biasa hanya pada cara persiapan lahannya. TOT adalah tanah yang akan ditanami tidak diolah dan sisa-sisa tanaman sebelumnya dibiarkan tersebar di permukaan, yang akan melindungi tanah dari ancaman erosi selama masa yang sangat rawan yaitu pada saat pertumbuhan awal tanaman. Penanaman dilakukan dengan tugal. Gulma diberantas dengan menggunakan herbisida. Syarat utama teknologi TOT adalah penggunaan herbisida disemprotkan pada kondisi kering dan dibiarkan kering selama 5-10 hari setelah penyemprotan. Herbisida yang digunakan harus bersifat sistemik dan ramah lingkungan.

Adapun keuntungan TOT dibandingkan dibanding dengan tanam biasa adalah : 1. Kualitas pertumbuhan tanaman dan hasil panen tidak berbeda dengan

penanaman padi sawah biasa. 2. Menghemat biaya persiapan lahan

3. Menghemat waktu musim tanam sehingga dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP)

Pengolahan tanah minimum (OTM)

OTM artinya tidak semua permukaan tanah diolah, hanya barisan tanaman saja yang diolah dan sebagian sisa-sisa tanaman dibiarkan pada permukaan tanah

Olah Tanah Sempurna (OTS)

Dalam pengolahan tanah sempurna perlu diperhatikan saluran irigasi (saluran pemasukan dan saluran pembuangan) untuk dibersihkan dan diperbaiki agar jalannya air lancar, mudah diatur dan tidak banyak yang terbuang. Bersihkan dan lapisi pematang agat tidak menjadi sarang hama dan penyakit. Setelah kering, lumpur pelapis pematang akan mengeras sehingga rumput tidak mudah tumbuh.

Tanah diolah dengan sempurna sampai kedalaman 15-20 cm. Pengolahan tanah sempurna yaitu jika perbandingan Lumpur dan air 1:1 dicirikan dengan mencelupkan logam stainless ke dalam lumpur lalu diangkat lagi, maka Lumpur tidak menempel dan yang menempel hanya air keruh.

Penanaman

Ada dua cara dalam penanaman padi yaitu tanam benih langsung (Tabela) dan tanam pindah (Tapin).

1. Tanam Benih Langsung (Tabela)

Pada hakekatnya sistem tanam benih langsung sama dengan budidaya padi sawah biasa. Perbedaan yang prinsip adalah terdapat pada bentuk fisik bibit yang akan ditanam di sawah. Bibit yang akan ditanam sistem tabela adalah masih berupa benih sedangkan untuk padi sawah menggunakan bibit tanaman dari persemaian yang telah berumur < 21 hari setelah semai. Tabela terbagi dalam tiga sistem yaitu :

Tebar benih merata

Penyebaran benih dapat dilakukan dengan atau tanpa alat bantu di petakan sawah yang telah dipersiapkan. Sistem ini mempunyai ciri tanaman padi tumbuh tidak beraturan, ada yang berjarak rapat dan ada yang renggang. Sebaiknya digunakan herbisida untuk menekan pertumbuhan gulma karena gulma merupakan masalah utama dalam penanaman tabela

Sistem tanam dalam alur

Tabela dalam sistem ini memerlukan perlakukan dan ciri sebagai berikut : 1) Pada petakan dibuat alur-alur dengan caplak, 2) benih padi setelah direndam/peram kemudian ditanam pada alur-alur di sawah, jarak antar barisan sama sedangkan jarak tanam benih di dalam alur tidak sama dan relatif dekat, 3) Perawatan tanaman relatif lebih mudah dibanding sistem tebar merata.

Sistem tanam sejajar dua arah

Pada sistem ini mempunyai perlakuan dan ciiri sebagai berikut : 1) pada petakan sawah dibuat alur sejajar dua arah dengan menggunakan caplak, 2) benih padi setelah direndam atau diperam kemudian ditanam pada titik persilangan alur. Cara tanam langsung ini dilakukan dengan tangan karena belum ditemukan atabela yang ideal, 3) perawatan tanaman lebih mudah 2. Tanam Pindah (Tapin)

Tanam pindah merupakan tanaman padi dalam bentuk bibit yang ditanam dipersemaian kemudian dipindahkan ke lokasi penanaman yang telah ditetapkan.

Pada tapin penanaman padi dapat dilakukan pengaturan jarak tanam padi. Jarak tanam akan menentukan populasi per satuan luas. Jarak tanam padi tergantung pada 1) jenis tanaman, 2) kesuburan tanah, 3) ketinggian tempat • Jenis tanaman

Jenis padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar dan sebaliknya jenis padi anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih sempit.

• Kesuburan tanah

Pada tanah yang subur memerlukan jarak tanam yang lebih lebar dibandingkan dengan tanah yang kurang subur karena pada tanah yang subur penyerapan hara oleh akar lebih baik sehingga mempengaruhi penentuan jarak tanam.

• Ketinggian Tempat

Daerah yang mempunyai ketinggian tertentu seperti pegunungan akan membutuhkan jarak tanam yang lebih rapat dari pada jarak tanam di dataran rendah, hal ini berkaitan dengan penyediaan air

Cara Penanaman padi

Ada tiga cara pengaturan tanam padi yang biasa ditemui yaitu: 1. Secara acak/ tak beraturan

Tanam padi secara acak / tak beraturan merupakan cara tanam yang jarak tanamnya tidak teratur. Penanaman cara ini mempunyai banyak kelemahan atau kerugian karena populasi tanaman tidak dapat dihitung, sulit dalam perawatan seperti penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit.

2. Bujur Sangkar (tegel)

Tanam padi secara bujur sangkar (tegel) merupakan cara tanam yang teratur dan lurus. Dalam pengaturan jarak ini biasanya menggunakan tali atau caplak (penggaris yang terbuat dari kayu dan sudah memakai jarak tanam). Secara umum rekomendasi jarak tanam yang dianjurkan adalah 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm. Cara ini mempunyai kelebihan dibanding dengan cara acak yaitu populasi tanaman dapat dihitung persatuan luas.

Petani menggunakan caplak dalam

pembuatan garis Tanaman padi yang ditanam secara bujur sangkar

3. Legowo

Legowo berasal dari bahasa jawa yaitu lego = luas / lega dan dowo = memanjang, yang artinya sistem tandur jajar dimana antara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih besar dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi. Pengaturan jarak tanam dalam sistem inii dianjurkan menggunakan caplak dibanding dengan tali karena dalam pelaksanaannya lebih mudah. Arah tanam legowo sebaiknya sejajar dengan arah sinar matahari. Tanam cara legowo dapat diterapkan baik pada tanam benih langsung (tabela) maupun tanam pindah (tapin). Kelebihan cara tanam legowo adalah: 1) Jumlah populasi meningkat dibanding cara bujur sangkar (tegel), 2) terdapat ruang kosong sehingga memudahkan aktifitas petani dalam pemeliharaan/perawatan seperti pemupukan, penyiangan, penyemprotan hama dan penyakit, 3) sangat cocok untuk diterapkan minapadi.

Legowo yang dikenalkan ada dua yaitu legowo 2:1 dan legowo 4:1. Legowo 2:1 adalah bibit ditanam per dua baris, jarak antar baris 20 cm,

tanam dalam 2 barisan.

Legowo 2:1 Legowo 4:1

Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak (bersama-sama) dengan cara sebagai berikut:

1. Segenggam bibit dipegang ditangan kiri, tangan kanan mengambil bibit 1-3 batang dari tangan kiri.

2. Bibit ditanam pada perpotongan goresan caplak (untuk bujur sangkar) sedangkan untuk legowo bibit ditanam seperti yang disebut diatas. 3. Kedalaman bibit 3-4 cm. Penanaman bibit yang terlalu dangkal (<3

cm) mengakibatkan tanaman mudah rebah sedangkan bibit yang terlalu dalam (>4 cm) mengakibatkan menghambat pertumbuhan sistem perakaran sehingga anakan sedikit dan berkurang.

Dalam dokumen 1. PENDAHULUAN. Tri Sudaryono (Halaman 46-51)

Dokumen terkait