• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu.

5.1.2.1.Uji normalitas

Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen dan variabel independen yang digunakan dalam penelitian mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah model yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Hasil uji normalitas data dengan normal Probability Plot dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 5.1 berikut ini:

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data diolah)

Dari Gambar 5.1 terlihat bahwa titik-titik menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Selain itu uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), pengujian ini adalah pengujian paling valid atas asumsi normalitas. Untuk mengetahui hasil uji normalitas dari masing-masing variabel dengan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2 Uji Kolmogorov-Smirnov Sebelum Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 120

Mean .0000000

Normal Parametersa,,b

Std. Deviation 1.57566522E4

Absolute .300

Positive .260

Most Extreme Differences

Negative -.300

Kolmogorov-Smirnov Z 3.288

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (Data diolah)

Dari hasil uji normalitas pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa variabel GPM, NPM, ROA, ROE, EPS, HGS dan PER memiliki data yang tidak berdistribusi normal karena nilai signifikansi dari masing-masing variabel sebesar 0,000 < 0,05. Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, peneliti melakukan transformasi data dengan Logaritma natural (Ln) dengan menggunakan SPSS. Caranya adalah

dengan melakukan logaritma natural terhadap semua variabel yang tidak berdistribusi normal. Setelah itu, data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Hasil uji normalitas setelah melakukan transformasi data yang tidak normal tersebut dapat dilihat dari gambar normalitas Probability Plot pada Gambar 5.3 berikut ini:

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data diolah)

Gambar 5.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Dilakukan Transformasi

Dari grafik normal Probability Plot pada Gambar 5.2 terlihat bahwa setelah dilakukan transformasi data menggunakan logaritma natural, grafik P-P Plot memperlihatkan titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang menunjukkan pola distribusi normal. Untuk meyakinkan bahwa data

penelitian ini benar-benar normal, maka akan dilakukan pengujian uji statistik non parametrik dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov seperti yang terdapat dalam Tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3. Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi

Unstandardize d Residual

N 69

Mean .0000000

Normal Parametersa,,b

Std. Deviation 1.38640121

Absolute .090

Positive .090

Most Extreme Differences

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .744

Asymp. Sig. (2-tailed) .638

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (Data diolah)

Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan transformasi data dengan logaritma natural, maka semua data variabel yang diuji menjadi normal dengan nilai signifikansi dari masing-masing variabel lebih besar dari 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data telah berdistribusi normal.

5.1.2.2.Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik

Scatter-Plot antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya

(SRESID). Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada

pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Di mana Y adalah nilai residual dan X adalah nilai yang telah diprediksi. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik

Scatter-Plot berikut ini:

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data diolah) Gambar 5.3. Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik Scatterpplot pada Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menyimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai.

5.1.2.3.Uji autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan kesalahan pengganggu periode

sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW). Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4. Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .811a .658 .633 1.30063 1.544

a. Predictors: (Constant), Ln_EPS, Ln_GPM, Ln_ROA, Ln_ROE,

Ln_NPM

b. Dependent Variable: Ln_HGS

Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (Data diolah)

Nilai D-W tersebut berada di antara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang digunakan.

a. Jika nilai D-W berada di bawah 0 sampai 1,5 berarti ada autokorelasi positif. b. Jika nilai D-W berada di antara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak terjadi autokorelasi. c. Jika nilai D-W berada di atas 2,5 berarti ada autokorelasi negatif.

Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini sebesar 1,544, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model yang digunakan pada penelitian ini.

5.1.2.4. Uji multikolinieritas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas (independen), model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinieritas yaitu dengan melihat Tolerance Value dan Variance Inflation Factor

(VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10 atau jika antar

variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0,9. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 5.5 beikut:

Tabel 5.5. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 2.789 .962 Ln_GPM -.164 .243 -.053 .841 1.190 Ln_NPM .165 .365 .061 .276 3.621 Ln_ROA .058 .203 .030 .472 2.120 Ln_ROE -.310 .222 -.163 .374 2.676 1 Ln_EPS .785 .084 .863 .592 1.690 a. Dependent Variable: Ln_HGS

Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (Data diolah)

Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa nilai tolerance pada variabel LnGPM, LnNPM, LnROA, LnROE dan LnEPS > 0,10 dan VIF-nya < 10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi korelasi antar variabel independen artinya tidak terjadi multikolinieritas.

Dokumen terkait