• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Penelitian

4.4.3 Pengujian Hipotesis (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui simpulan penelitian. Pada uji t ini, ada beberapa ketentuan yang dijadikan pedoman, yaitu jika thitung < ttabel atau nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan jika thitung

ttabel atau nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak (Priyatno 2010: 35). Dengan dk = n – 2 = (63 - 2) = 61 dan taraf kesalahan 5% untuk uji dua pihak, diketahui harga ttabel = 2,000 (Priyatno 2010: 112). Penghitungan uji t melalui SPSS versi 20 menggunakan independent samples t test. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.15 Hasil Uji t t-test for Equality of Means

T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper N I L A I Equal variances assumed 2,153 61 ,035 7,539 3,501 ,538 14,540 Equal variances not assumed 2,160 60,948 ,035 7,539 3,490 ,561 14,518

Berdasarkan kolom equal variances assumed di atas, dapat diketahui bahwa nilai thitung = 2,153 dan signifikansinya sebesar 0,35. Dari hasil penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa 2,153 > 2,000 atau thitung > ttabel dan 0,035 < 0,05 atau nilai signifikansi < 0,05. Berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk pengujian hipotesis yang telah peneliti paparkan di atas, maka Ho ditolak. Jadi, simpulan dari penelitian ini yaitu ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan yang tidak.

Jika dikaji secara empiris, maka penghitungan yang berlaku untuk pengujian hipotesis berdasarkan desain penelitian yang dipakai yaitu (O2 - O1) - (O4 - O3).

63 Berdasarkan penghitungan tersebut, diperoleh data bahwa nilai hasil belajar kelas eksperimen dengan kontrol terpaut 5,13. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe make a match efektif pada mata pelajaran Matematika materi Bangun Datar siswa kelas III SD Negeri Randugunting 3 kota Tegal.

4.5 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Pembelajaran pada kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Langkah pertama yang ditempuh sebelum melakukan penelitian eksperimen yaitu menganalisis data nilai UTS semester genap tahun ajaran 2012/ 2013. Nilai tersebut diuji kesamaan rata-ratanya. Jika rata-ratanya tidak terpaut jauh, maka penelitian eksperimen dapat dilakukan. Rata-rata nilai UTS kelas eksperimen 81,07, sedangkan kelas kontrol 82,36. Berdasarkan data tersebut, penelitian eksperimen dapat dilakukan.

Dalam penelitian ini, variabel yang hendak diukur yaitu hasil belajar siswa. Hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar dapat mengacu pada hasil pengajaran secara keseluruhan pada akhir penyelenggaraan atau pada kurun waktu tertentu (Poerwanti dkk. 2008: 4.7). Untuk mendapatkan instrumen yang baik, diperlukan uji instrumen. Soal-soal yang dibuat berupa soal pilihan ganda sebanyak 40 butir yang masing-masing memiliki empat alternatif jawaban dan 4 soal uraian. Sebelum soal diujicobakan, seluruh butir soal tersebut telah dinilai validitas isinya oleh tiga orang penilai ahli, yaitu Drs. Yuli Witanto, M.Pd sebagai dosen pembimbing I, Drs. Teguh Supriyanto, M.Pd sebagai dosen pembimbing II dan Siti Arifah, S.Pd sebagai guru Matematika kelas III SD Negeri Randugunting 1. Setelah soal-soal tersebut dinyatakan layak untuk diujicobakan, selanjutnya dilakukan uji

coba soal kepada siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 3 pada tanggal 12 April 2013.

Data hasil uji coba kemudian diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soalnya. Untuk menguji validitas soal, peneliti menggunakan program SPSS ver*si 20 dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson. Pengambilan keputusan uji validitas dilakukan menggunakan batasan rtabel dengan signifikansi 0,05 dan uji dua sisi. Untuk batasan harga rtabel dengan jumlah n = 37, yaitu sebesar 0,325 (Priyatno 2010: 115). Artinya, apabila r hitung > 0,325, maka butir soal tersebut valid, sedangkan apabila harga r hitung < 0,325, maka butir soal tersebut tidak valid (Priyatno 2010: 91). Dari penghitungan, diperoleh 23 butir soal bentuk pilihan ganda yang valid dan 17 butir soal yang tidak valid. Semua soal bentuk uraian sebanyak 4 butir dinyatakan valid.

Langkah berikutnya yaitu uji reliabilitas. Soal yang diuji reliabilitasnya yaitu soal-soal yang valid dan akan digunakan. Untuk dapat mengetahui reliabilitas tiap butir soal, peneliti menggunakan cronbach’s alpha pada SPSS versi 20. Dari hasil penghitungan, diperoleh data bahwa semua butir soal yang diujikan reliabel. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas, instrumen dapat dinyatakan seluruh soal sebanyak 27 butir dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

Setelah uji validitas dan reliabilitas, selanjutnya yaitu analisis tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Berdasarkan hasil penghitungan manual, soal-soal tes bentuk pilihan ganda memilki kriteria soal sedang dan mudah, sedangkan semua soal bentuk uraian memiliki kriteria dapat diterima. Analisis daya pembeda soal yaitu kemampuan sebuah soal untuk membedakan siswa yang pintar dengan yang bodoh. Berdasarkan hasil penghitungan manual, 25 butir soal bentuk pilihan ganda memiliki kriteria cukup, baik, dan sangat baik. Tetapi, terdapat 15 butir soal bentuk pilihan

65 ganda yang memiliki kriteria jelek, sehingga tidak dapat digunakan. Semua soal bentuk uraian memiliki kriteria dapat diterima.

Setelah semua instrumen diuji dan dinyatakan memenuhi syarat, penelitian dapat dilaksanakan. Peneliti menentukan kelas eksperimen dan kontrol secara acak, begitu juga saat menentukan sampel. Peneliti menetapkan kelas III SD Negeri Randugunting 3 sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri Randugunting 1 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan tabel Krecjie, jumlah sampel yang digunakan jika populasi sebanyak 75, yaitu 63. Sampel pada kelas eksperimen sebanyak 33 siswa dan pada kelas kontrol sebanyak 30 siswa.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi

experimental design. Bentuk quasi experimental design yang digunakan yaitu

nonequivalent control group design. Hasil belajar kedua kelompok tersebut akan dianalisis untuk mendapatkan simpulan penelitian.

Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Selama penelitian berlangsung, siswa dari kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match cenderung lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran daripada siswa pada kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Tahapan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match di kelas eksperimen yaitu dimulai dengan pembentukan kelompok besar, pembagian kartu, diskusi pasangan, dan pengoreksian jawaban.

Dalam memulai pembelajaran, guru menyampaikan salam pembuka, do’a, presensi, menyiapkan alat dan media pembelajaran, dan apersepsi. Pada tahap eksplorasi, guru menjelaskan materi Bangun Datar menggunakan media yang relevan kepada siswa sesuai standar kompetensi dan indikator yang ingin dicapai.

Pada tahap elaborasi, guru membagi siswa menjadi 3 kelompok besar dan setiap kelompok beranggotakan 13 siswa, kemudian guru membagikan kartu kepada kelompok pertama dan kedua. Setelah itu, guru memberikan waktu kepada kelompok pertama dan kedua untuk menemukan pasangannya. Setelah bertemu dengan pasangannya, siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok ketiga dan guru. Tahap terakhir yaitu kelompok penilai dan guru akan mengoreksi jawaban dari tiap-tiap pasangan.

Berbeda dengan perlakuan di kelas kontrol, guru memberikan materi dengan model pembelajaran konvensional, sehingga siswa cenderung pasif dan merasa bosan saat proses pembelajaran. Guru menjelaskan materi, lalu siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 2 siswa. Kegiatan selanjutnya yaitu siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara berkelompok. Di akhir pembelajaran, guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan membagikan soal evaluasi, dilanjutkan dengan menutup pelajaran.

Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

make a match diketahui lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menggunakan model konvensional. Terbukti dengan hasil rata-rata nilai Matematika materi Bangun Datar pada kelas eksperimen sebesar 81,27, sedangkan kelas kontrol hanya 73,73. Mengacu pada rata-rata nilai hasil belajar, dapat dinyatakan bahwa bahwa nilai hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match

lebih tinggi daripada yang menggunakan model konvensional.

Model pembelajaran kooperatif tipe make a match (membuat pasangan) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Dari uraian mengenai proses pembelajaran dan rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol, model pembelajaran kooperatif tipe make a match terbukti mampu menciptakan suasana

67 pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Keunggulan teknik ini yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mencari konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match sesuai dengan gaya belajar apapun yang dimiliki oleh siswa (Rusman 2011: 223). Di samping itu, model pembelajaran kooperatif tipe make a match sesuai dengan teori belajar Matematika yang dicetuskan oleh Bruner, Dienes, dan Van Hiele.

Selanjutnya, dari data nilai hasil belajar siswa dilakukan uji prasyarat analisis data yang bertujuan menentukan rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis. Uji prasyarat analisis yang pertama, yaitu uji normalitas. Uji normalitas data ini menggunakan liliefors pada program SPSS versi 20 dan diperoleh data nilai signifikansi pada kolom kolmogorov smirnov sebesar 0,200 pada kelas eksperimen dan 0,057 pada kelas kontrol. Hal ini berarti nilai signifikansi pada kedua kelas tersebut > 0,05 dan dinyatakan data berdistribusi normal. Uji prasyarat analisis selanjutnya yaitu uji homogenitas. Uji homogenitas yang dilakukan dengan menggunakan independent samples t test dan diperoleh hasil yaitu dengan melihat nilai signifikansi pada kolom equal variances assumed. Hasil uji homogenitas data memiliki nilai signifikansi 0,734 atau > 0,05, maka data nilai tersebut dinyatakan homogen, sehingga langkah selanjutnya yaitu uji hipotesis.

Berdasarkan penghitungan analisis statistik uji t yang dihitung menggunakan

independent samples t test pada SPSS versi 20, diperoleh hasil thitung > ttabel, yaitu 2,153 > 2,000 dan 0,035 < 0,05 atau nilai signifikansi < 0,05. Berdasarkan ketentuan yang berlaku, maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil uji t, terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai hasil belajar siswa kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan yang tidak. Ditinjau dari nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol, peneliti mengasumsikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match efektif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi Bangun Datar. 

68

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan pada pembelajaran matematika materi Bangun Datar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Randugunting 1 dan 3 membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

make a match efektif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi Bangun Datar. Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi Bangun Datar ditunjukkan melalui perbedaan nilai hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol.

Hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar 81,27, sedangkan kelas kontrol hanya 73,73. Data hasil penghitungan dengan menggunakan rumus independent samples t test melalui program SPSS versi 20 menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match efektif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa. Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar ditandai dengan nilai thitung > ttabel, (2,153 > 2,000) dan signifikansi 0,035 < 0,05. Ditinjau dari nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol, peneliti mengasumsikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match efektif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi Bangun Datar.

69

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe make a match terbukti efektif dan signifikan terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas III SD Negeri Randugunting 1 dan 3 pada materi Bangun Datar, disarankan:

(1) Bagi Guru

Guru hendaknya mulai menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, karena terbukti lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa daripada pembelajaran menggunakan model konvensional. Sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, hendaknya guru merencanakan pembelajaran dengan baik, sehingga pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.

(2) Bagi Siswa

Pada pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe make a match, sebaiknya siswa lebih menggali pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya semaksimal mungkin. Siswa diharapkan aktif berkomunikasi dengan teman-temannya. Selain itu, diharapkan tidak ada siswa yang malu bertanya kepada guru atau temannya apabila mengalami kesulitan dalam belajar.

(3) Bagi Sekolah

Kepala sekolah sebaiknya juga lebih memotivasi guru-guru untuk berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran, salah satunya yaitu dengan menggunakan model kooperatif tipe make a match. Pihak sekolah perlu mengambil kebijakan-kebijakan yang mendukung pelaksanaan

pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe make a match, tidak hanya pada pelajaran Matematika, tetapi juga pada mata pelajaran yang lainnya. Sekolah hendaknya menyediakan fasilitas berupa buku-buku sebagai referensi dan berbagai media pembelajaran yang mendukung pembelajaran.                                      

71 Lampiran 1

PEMERINTAH KOTA TEGAL

Dokumen terkait