• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Diameter Luka Bakar

Dalam dokumen UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN DURIAN ( (Halaman 45-51)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6 Pengujian Aktivitas Ekstrak Daun Durian Terhadap Penyembuhan Luka Bakar

4.6.1 Pengukuran Diameter Luka Bakar

Berdasarkan hasil pengamatan penyembuhan luka bakar pada tikus putih yang dilakukan setiap interval 3 hari yaitu pada hari ke-3, hari ke-6, hari ke-9, hari ke-12 dan hari ke-14. Hasil pengukuran diameter luka bakar untuk masing-masing kelompok perlakuan dan persentase kesembuhan luka bakar ditampilkan pada tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4. 4Hasil Pengukuran Diameter dan Persentase Kesembuhan Luka Bakar Kelompok Perlakuan AUC Diameter ± SEM Persentase Kesembuhan

K+ 24,78a ±0,20 82,35%

K- 31,68d ±0,11 32,77%

P1 29,20c ±0,13 56,00%

P2 27,14b ±0,29 66,71%

P3 26,17ab ±0,42 73,64%

Keterangan :

- Superscript dengan huruf kecil yang berbeda pada garis yang sama menunjukkan perbedaan nyata p<0,05

- K+ (Bioplacenton), K- (Vaselin Flavum), P1(5%), P2 (10%), P3 (15%)

Setelah dihitung persentase kesembuhan luka bakar dari masing masing kelompok maka dihitung pula nilai AUC dari tiap kelompoknya karena gambaran proses penyembuhan luka bakar secara menyeluruh dapat diamati dan diketahui melalui nilai AUC, sehingga kelompok perlakuan dengan efek penyembuhan luka bakar paling baik dapat diketahui63. Nilai AUC yang didapatkan kemudian dianalisis secara statistik menggunakan SPSS untuk menentukan perbedaan nyata antar kelompoknya melalui uji ANOVA satu arah. Hasil analisis dan perhitungan persentase kesembuhan luka bakar disajikan pada diagram batang berikut:

Gambar 4.2 Persentase Kesembuhan Luka Bakar

Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan pendekatan One Way Anova menunjukkan bahwa pada perlakuan pemberian ekstrak etanol daun durian mempunyai perbedaan yang bermakna dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05.

Sebelumnya juga diketahui bahwa data yang diperoleh terdistribusi normal melalui uji normalitas dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu 0,903, begitupun untuk nilai homogenitasnya diperoleh bahwa data yang didapat memiliki penyebaran data yang homogen melalui uji Homogenity of Variance dengan nilai signifikansinya p>0,05 lebih tepatnya 0,64.

Adapun untuk melihat perbedaan nyata antar kelompok, maka dilakukanlah uji One Way Anova dengan syarat bahwa data yang diperoleh terdistribusi normal melalui uji normalitas dan penyebaran datanya homogen melalui uji homogenitas. Hasil signifikansi yang diperoleh dari uji One Way Anova menunjukkan nilai 0,00 yang artinya data yang didapatkan mempunyai perbedaan yang nyata antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya.

Selanjutnya dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui lebih jelas kelompok perlakuan mana yang memiliki perbedaan yang signifikan dengan menggunakan uji Post Hoc Duncan63.

Hasil analisis data yang dilakukan diperoleh bahwa terdapat perbedaan signifikan antar kelompok, dimana kelompok kontrol positif yang diberikan Bioplacenton memiliki nilai diameter AUC luka bakar sebesar 24,78 dan persentase kesembuhan 82,35%. Selanjutnya kelompok perlakuan 1 dengan

82.35%

32.77%

56.00%

66.71% 73.64%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

K+ K- P1 P2 P3

Persentase Kesembuhan Luka

Kelompok Perlakuan

konsentrasi ekstrak 5% memiliki nilai diameter AUC luka bakar 29,20 dan persentase kesembuhan luka 56,00%, lalu kelompok perlakuan 2 yang mempunyai konsentrasi ekstrak sebesar 10 % didapatkan nilai diameter AUC luka bakar sebesar 27,14 dan persentase kesembuhan luka 66,71%, konsentrasi ekstrak terakhir yaitu konsentrasi 15% dari kelompok perlakuan 3 mempunyai nilai diameter AUC luka bakar sebesar 26,17 dengan persentase kesembuhan luka 73,64%.

Dari ketiga konsentrasi ekstrak yang dipakai, konsentrasi ekstrak 15 % memiliki nilai diameter AUC luka bakar dan persentase kesembuhan luka yang terbaik. Namun nilai diameter AUC dan persentase kesembuhan luka yang dimiliki konsentrasi ekstrak 15% tidak melebihi nilai dan persentase kesembuhan luka bakar dari kelompok kontrol positif yang diberikan Bioplacenton. Sedangkan kelompok kontrol negatif yang diberikan vaselin flavum memiliki nilai diameter AUC luka bakar sebesar 31,68 dan persentase kesembuhan luka bakar 32,77%.

Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa ekstrak etanol daun durian dengan konsentrasi 15% merupakan konsentrasi ekstrak terbaik yang kemudian diikuti oleh konsentrasi ekstrak etanol daun durian 10% dan terakhir konsentrasi ekstrak etanol daun durian 5%. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun durian mempunyai aktivitas untuk menyembuhkan luka bakar pada tikus putih jantan yang mana hal tersebut karena ekstrak etanol daun durian mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, tanin dan saponin yang berperan menyembuhkan luka bakar5.

Flavonoid bekerja sebagai antiinflamasi dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin dengan melakukan penghambatan pada enzim siklooksigenase 2. Dengan dihambatnya enzim siklooksigenase 2 maka prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi perlahan jumlahnya akan berkurang sehingga menyebabkan proses inflamasi berlangsung dengan cepat dan rasa nyeri, kemerahan, bengkak dan panas pada luka akan berangsur hilang. Hal ini menyebabkan proses penyembuhan luka juga semakin cepat karena setelah proses inflamasi diselesaikan maka proses penyembuhan luka dapat menuju proses berikutnya. Senyawa flavonoid sendiri bekerja pada fase inflamasi dari

proses penyembuhan luka63. Selain itu flavonoid juga bekerja menangkal radikal bebas yang dapat menghambat pergerakan sel untuk berproliferasi, dengan dihambatnya radikal bebas dapat mempercepat juga epitelisasi sel64.

Saponin sendiri bekerja meningkatkan proliferasi dari monosit yang dapat mempengaruhi jumlah sel makrofag. Akibat meningkatnya jumlah makrofag dapat meningkatkan sekresi growth factor serta meningkatkan jumlah fibroblas yang bermigrasi ke area luka bakar yang disertai dengan meningkatnya jumlah kolagen yang disintesis sehingga fase proliferasi bisa dipercepat karena saponin bekerja pada proliferasi63. Saponin juga dapat berinteraksi dengan bakteri dengan bekerja melisiskan bakteri sehingga mencegah bakteri untuk memperparah infeksi luka dan hal ini dapat mempercepat kerja saponin pada fase proliferasi untuk mensintesis kolagen oleh sebab itu proses penyembuhan luka berlangsung maksimal dan lebih cepat64.

Adapun tanin bekerja sebagai astringensia sehingga dapat mengecilkan pori-pori kulit selain itu dapat menghentikan eksudat dan pendarahan sehingga luka akan tertutup65. Selain flavonoid, saponin dan tanin, senyawa lain seperti alkaloid juga dapat berfungsi menghambat bakteri untuk menginfeksi luka dengan mengganggu pertumbuhan bakteri. Lalu steroid juga dapat membantu kerja senyawa lain dalam menyembuhkan luka dengan cara membentuk sel kulit baru pada bagian kulit yang luka66.

Tabel 4. 5Pengukuran Diameter Luka Bakar Interval 3 Hari Kelompok

Perlakuan

Diameter Hari Ke- (cm) ± SEM Hari Ke-3 Hari Ke-6 Hari Ke-9 Hari

Ke-12

Hari Ke-14 K+ 2,43±0,02 2,33±0,03 1,56±0,19 0,68±0,19 0,43±0,18

K- 2,50±0,30 2,48±0,04 2,21±0,10 1,84±0,05 1,70±0,07 P1 2,47±0,04 2,43±0,04 1,91±0,10 1,55±0,14 1,10±0,19 P2 2,46±0,04 2,39±0,03 1,66±0,15 1,17±0,17 0,80±0,20 P3 2,37±0,09 2,17±0,21 1,86±0,16 1,06±0,15 0,64±0,06

Keterangan : K+ (Bioplacenton), K- (Vaselin Flavum), P1 (5%), P2 (10%), P3 (15%)

Penurunan diameter luka bakar jika dilihat dari tabel, pada hari ke-3 memperlihatkan bahwa kelompok konsentrasi ekstrak 15% memiliki sisa diameter luka sebesar 2.37 cm sedangkan kelompok kontrol positif memiliki sisa diameter

luka sebesar 2.43 cm. Kelompok kontrol negatif adalah kelompok yang mengalami penurunan diameter luka terkecil karena masih memiliki sisa diameter luka sebesar 2,50 cm.

Seperti yang diketahui bahwasanya pada hari ke-3 terjadinya luka merupakan saat-saat terjadinya fase inflamasi, dimana saat terjadinya inflamasi akan terjadi proses pembekuan darah oleh trombosit dan benang fibrin yang ditandai dengan timbulnya kemerahan sekitar 3 atau 4 hari dan terjadi pembengkakan dan sedikit eksudat yang disebabkan oleh prostaglandin sebagai mediator terjadinya inflamasi67. Pada proses inflamasi darah akan dialirkan ke daerah luka dengan frekuensi yang lebih banyak yang kemudian benang-benang fibrin akan dihasilkan untuk menutupi pembuluh darah yang terbuka34.

Pada fase inflamasi sel makrofag dan neutrofil juga ambil bagian untuk mencegah infeksi, memfagositosis dan melawan bakteri serta patogen dari luar68,69. Dari hasil pengukuran diameter luka pada hari ke-3 menunjukkan bahwa kelompok P3 (konsentrasi ekstrak 15%) mengalami fase inflamasi tercepat kemudian disusul oleh kelompok kontrol positif, P2 (10%) , P1 (5%) dan terakhir ditempati oleh kelompok kontrol negatif.

Pada hari ke-6 setelah terjadinya luka mulai memasuki fase awal proliferasi. Fase proliferasi merupakan fase yang penting dalam proses penyembuhan luka, pada fase ini akan terbentuk jaringan-jaringan baru. Fase proliferasi umumnya terjadi dari hari ke-5 sampai hari ke- 2134. Pada hari ke-12 proses penyembuhan luka mulai terlihat proses penutupan luka yang cukup signifikan dan terbentuknya jaringan baru pada daerah luka bakar. Pada hari ke-12 pengukuran diameter luka, kelompok kontrol positif mengalami penurunan diameter luka yang signifikan. Dimana diameter luka yang tersisa pada kelompok kontrol positif sebesar 0,68 cm diikuti oleh kelompok P3 dengan konsentrasi ekstrak daun durian 15% yang menyisakan diameter luka sebesar 1,06 cm.

Kecepatan fase proliferasi dari kelompok kontrol positif sangat baik karena diameter luka kelompok kontrol positif menurun sangat besar. Fase proliferasi kelompok P3 juga tergolong baik tetapi tidak sebaik kelompok kontrol positif. Kelompok P2 dan P1 memiliki kecepatan penutupan luka lebih lambat

dari kelompok P3. Adapun kelompok kontrol negatif memiliki kecepatan fase proliferasi paling lama yang mana pada hari ke-12 setelah terjadinya luka, kelompok kontrol negatif masih memiliki diameter luka yang cukup besar.

Sel-sel fibroblas dominan dihasilkan dalam jumlah yang besar pada fase proliferasi. Sel fibroblas bekerja mensintesis kolagen yang mana kolagen inilah yang menjadi dasar dalam pembentukan jaringan baru serta kolagen juga menjadi struktur pembangun kulit. Pada fase proliferasi jumlah fibroblas growth factor (FGF) dan transforming growth factor (TGF) akan sangat amat meningkat sehingga mempercepat pembentukan kolagen, jaringan ikat dan sel epitel baru.

Jaringan ikat dapat memberikan kekuatan pada kulit dan jaringan kulit baru. Saat terbentuknya kolagen dan jaringan baru pada fase proliferasi maka sejalan dengan itu akan terjadi proses perpindahan sel epitel dari pinggir luka menuju ke tengah luka untuk menutupi seluruh bagian luka yang ada67. Pada fase ini juga terjadi proses angiogenesis yaitu pembentukan pembuluh darah baru untuk menggantikan pembuluh darah yang rusak akibat luka bakar. Pada fase ini sel kulit pada luka akan menjadi keropeng dan sel mati yang akan terkelupas serta akan terbentuknya jaringan parut pada luka34.

Jaringan-jaringan baru yang terbentuk akan mempengaruhi penutupan luka yang dibantu juga dengan bermigrasinya sel epitel menutupi bagian luka sehingga diameter luka menurun dan mengecil dari hari ke hari dan akhirnya luka akan sembuh. Proses proliferasi ini akan terus berlanjut dan nantinya akan dilanjutkan dengan fase maturasi yaitu fase pematangan jaringan-jaringan baru yang terbentuk dan proses rekonstruksi jaringan-jaringan pada kulit bekas luka bakar sehingga mendekati bentuk dan kekuatan awalnya sebelum terjadinya luka bakar. Sehingga disimpulkan bahwa proses penyembuhan luka terdiri dari fase inflamasi yang dibarengi dengan terjadinya hemostasis, lalu ada fase proliferasi, dan diakhiri dengan fase maturasi34,36.

Hari ke-14 dapat dilihat penurunan diameter luka terbesar tetap dipegang oleh kelompok kontrol positif, setelahnya ada kelompok P3, P2, P1 dan yang paling akhir kelompok kontrol negatif. Artinya kelompok kontrol positif memiliki fase proliferasi yang berlangsung paling cepat diantara kelompok lainnya.

Sedangkan kelompok P3 juga mengalami fase proliferasi yang cepat tetapi tidak secepat pada kontrol positif. Dari hasil pengukuran diameter penyembuhan luka bakar dapat diketahui bahwa ekstrak etanol daun durian memiliki aktivitas untuk menyembuhkan luka bakar.

Konsentrasi ekstrak etanol daun durian terbaik berdasarkan diameter kesembuhan luka dipegang oleh kelompok P3 dengan konsentrasi ekstrak etanol daun durian sebesar 15%, kemudian diikuti oleh konsentrasi ekstrak 10% dan 5%.

Pada kelompok kontrol positif proses penyembuhan luka bakar berlangsung cepat dikarenakan pada kelompok kontrol positif digunakan bioplacenton yang mana bioplacenton mengandung 10% Placenta extract. Placenta merupakan jaringan awal pada proses pertumbuhan makhluk hidup sehingga ekstrak placenta dapat mempercepat proses regenerasi kulit dengan meningkatkan faktor pertumbuhan TGF-beta dan faktor pertumbuhan endotel vaskular70,71.

Kelompok kontrol negatif mengalami penurunan diameter luka paling kecil karena pada kelompok ini dioleskan vaselin flavum. Vaselin flavum merupakan basis salep hidrokarbon yang berfungsi sebagai basis untuk memperpanjang kontak zat aktif dengan kulit dan dapat menjaga kelembaban kulit. Oleh karena itu proses penyembuhan luka bakar pada kelompok kontrol negatif tidak berlangsung signifikan72.

Dalam dokumen UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN DURIAN ( (Halaman 45-51)

Dokumen terkait