• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Pemeliharaan Sumber Daya Manusia

2.4.5. Pengukuran Kecelakaan

Menurut Sirait (2006), ada dua cara pengukuran yang paling banyak digunakan adalah tingkat kekerasan (severity rate) dan tingkat keseringan (frequency rate).

1. Tingkat kekerasan; menunjukkan berapa lama waktu yang hilang karena terjadi suatu kecelakaan (per satu juta man hours).

Jumlah hari karyawan yang hilang x 1.000.000 Tingkat kekerasan =

Jumlah man hours pada periode tersebut

2. Tingkat keseringan; menunjukkan berapa kali kecelakaan terjadi untuk setiap satu juta man hours.

Jumlah kecelakaan yang mengakibatkan waktu hilang x 1.000.000

Tingkat keseringan = Jumlah man hours pada periode tersebut

2.5. Teori tentang Keamanan Kerja 2.5.1. Keamanan Kerja

Keamanan adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi selama hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Secara umum keamanan adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan

tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum. Martoyo (2007) menyatakan bahwa keamanan adalah keadaan karyawan yang bebas dari rasa takut dan bebas dari segala kemungkinan kecelakaan.

Bahaya-bahaya yang berada disekitar industri perlu dikenal dan diidentifikasi terlebih dahulu. Badan dan jiwa termasuk panca indra serta alat-alat/organ-organ tubuh kita sangat menghendaki keadaan yang wajar dari keadaan atau pengaruh lingkungannya.

Ketidakwajaran keadaan sekitar akan mengakibatkan gangguan-gangguan terhadap badan dan jiwa. Hal-hal yang kurang maupun yang lebih akan merupakan gangguan atau kerusakan jikalau sifatnya berlebihan. Keamanan dalam melakukan suatu pekerjaan ditandai dengan adanya kesempurnaan di dalam lingkungan kerja, alat kerja, bahan kerja yang dikendalikan oleh sebuah sistem manajemen yang baik.

Mathis (2002) mendefinisikan keamanan sebagai “Perlindungan terhadap fasiliats pengusaha dan peralatan yang ada dari akses-akses yang tidak sah dan untuk melindungi para karyawan ketika sedang bekerja atau sedang melaksanakan penugasan pekerjaan.”

Keamanan bisa mencakup mencegah orang-orang yang tidak berhak dalam mengakses sistem internal perusahaan, juga mencakup pemberian program bantuan

emergency bagi karyawan yang menghadapi masalah kesehatan ketika sedang

Kita tidak menyadari adanya bahaya karena dua alasan yaitu: tenaga kerja biasanya tidak menyadari bahayanya atau tidak mengenal bahaya baru yang timbul dan tenaga kerja sudah terbiasa dengan keadaan itu.

Menurut Silalahi (1995) keadaan lingkungan yang dapat merupakan keadaan tidak aman antara lain sebagai berikut:

1. Suhu dan kelembapan udara 2. Kebersihan udara

3. Penerangan dan kuat cahaya 4. Kekuatan bunyi

5. Cara kerja dan proses kerja 6. Udara, gas-gas yang bertekanan

7. Keadaan mesin – mesin, perlengkapan dan peralatan kerja dan bahan-bahan 8. Keadaan lingkungan setempat

Sedangkan menurut Dessler (2000) faktor-faktor penyebab kondisi tidak aman, diantaranya:

1. Peralatan perlindungan yang tidak memadai 2. Peralatan rusak

3. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau disekitar mesin dan peralatan 4. Gudang yang tidak aman

5. Penerangan yang tidak memadai 6. Ventilasi tidak memadai

Tindakan-tindakan yang tidak aman seperti diuraikan diatas dapat merusak baik sistem kerja maupun karyawan itu sendiri. Oleh karena itu, baik pihak manajemen dan ataupun karyawan harus melakukan tindakan untuk dapat meminimalkan kondisi tidak aman tersebut.

Keamanan kerja adalah keadaan atau situasi aman yang dirasakan oleh seseorang pada saat melakukan pekerjaan. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun nonmateril.

a. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai berikut: 1. Baju kerja 2. Helm 3. Kaca mata 4. Sarung tangan 5. Sepatu

b. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah sebagai berikut:

1. Buku petunjuk penggunaan alat 2. Rambu-rambu dan isyarat bahaya. 3. Himbauan-himbauan

Wuryantari dan Puspitasari (2007) menyatakan bahwa keadaan tidak aman yang dapat menimbulkan kecelakaan dan luka-luka dalam hubungan kerja antara lain: 1. Tidak adanya penjagaan, yang dimaksud adalah tempat-tempat yang berbahaya

seperti jalan-jalan sempit, tanggul-tanggul yang tidak diberi ril-ril penjagaan, kawat-kawat listrik atau bahan-bahan peledak yang tidak dilindungi atau ditutupi dengan cara tertentu

2. Penjagaan yang tidak cukup terhadap barang-barang yang berbahaya.

3. Model atau konstruksi yang tidak aman, di sini termasuk mesin-mesin, perlengkapan perlengkapan, bangunan-bangunan perusahaan atau fasilitas-fasilitas yang mempunyai struktur yang tidak aman karena adanya suatu kesalahan lahan dalam rancangan atau konstruksi semula.

4. Aturan yang berbahaya lazimnya dikenal sebagai “pemeliharaan buruk” dalam jenis keadaan tidak aman, termasuk tempat-tempat kerja dan lapangan-lapangan kerja yang tidak teratur, pemasangan mesin-mesin dan fasilitas-fasilitas produksi lainnya yang tidak tepat.

5. Penerangan yang tidak tepat, penerangan yang tidak cukup, terlalu banyak penerangan, cahaya yang berwarna salah (cahaya yang silau atau cara mengatur sistem penerangan yang menimbulkan adanya tempat-tempat remang atau terlalu banyak berbedaan).

6. Penganginan yang tidak aman, kumpulan uap, debu, gas-gas atau asap, sistem penganginan yang kapasitasnya tidak sesuai, tempatnya tidak tepat atau

mengaturnya tidak cocok atau dipergunakannya udara kotor untuk pertukaran hawa, keadaan panas dan kelembaban yang tidak biasa.

7. Pakaian yang tidak aman, di sini termasuk sepatu-sepatu tua, pakaian yang robek/penuh minyak, kacamata pengaman, ikat pinggang pengaman dan alat-alat pengaman perorangan lainnya yang tidak tersedia.

Sedangkan beberapa hal yang dilakukan terhadap keadaan tidak aman adalah: 1. Menyingkirkan segala bahaya.

Bila ada alat pengangkut yang berat terletak pada suatu panggung kerja dan alat itu mudah jatuh dan melukai seseorang, maka sebaiknya kita memindahkan alat itu dan meletakkannya di tempat yang seharusnya.

2. Peringatan.

Bila tidak mungkin menggunakan alat penjagaan, berilah peringatan tentang keadaan yang tidak aman itu. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan tugas kepada seseorang di tempat yang tidak aman tersebut atau dengan cara menempatkan tanda bahaya. Alat bantu yang dapat dipergunakan untuk memberi peringatan tentang keadaan yang tidak aman, misalnya terompet, lonceng, peluit, lampu-lampu sinyal, garis bercat, bendera-bendera merah atau tanda yang perkataan “bahaya”.

3. Anjuran.

Kita harus membuat anjuran-anjuran tertentu tentang cara untuk menghilangkan keadaan-keadaan yang tidak aman itu.

Pada umumnya, ketika pemberi kerja menghadapi kesehatan, keselamatan, dan keamanan pekerja, mereka memikirkan pegurangan kecelakaan di tempat kerja, peningkatan praktik keselamatan karyawan. Akan tetapi, penyediaan keamanan untuk para karyawan telah menjadi lebih penting selama dekade terakhir ini. Survei terhadap profesional keamanan di perusahaan menyebutkan delapan persoalan keamanan yang utama di tempat kerja, menurut urutan, sebagai berikut:

1. Kekerasan di tempat kerja 2. Keamanan Internet/intranet

3. Pemulihan gangguan/bencana bisnis 4. Kejahatan kerah putih

5. Persoalan penyeleksian/penyaringan karyawan 6. Pencurian karyawan umum

7. Pelaksanaan bisnis yang tidak etis

8. Pencurian peranti keras/peranti lunak komputer. 2.5.2. Prosedur Keamanan Kerja

Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (Standards Operation Procedure) wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan keselamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja. Pedoman dari ILO (International Labour Organization) menerangkan bahawa kesehatan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pedoman itu antara lain:

a. Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja.

b. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya

c. Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para pekerja. Alat keselamatan kerja yang biasanya dipakai oleh tenaga kerja adalah helm, masker, kacamata, atau alat perlindungan telinga tergantung pada profesinya.