• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Kemampuan Membaca

Dalam dokumen Kata Pengantar. Jakarta, 5 Desember 2012 (Halaman 35-41)

BAB II KAJIAN TEORI

F. Pengukuran Kemampuan Membaca

Dalam proses membaca, hal yang tak kalah pentingnya adalah kegiatan membaca itu sendiri. Menurut Rusyana (1984:212) yang dimaksud dengan kegiatan adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan. Membaca adalah proses pengenalan simbol-simbol yang berlaku sebagai perangsang untuk pemunculan dan penyusunan makna, disertai dengan penggunaan makna yang dihasilkan itu sesuai dengan tujuan pembaca, dan sebagai hasilnya adalah penerapan makna itu pada tujuannya (Harrison dalam Rusyana, 1984:212). Jadi, pada waktu membaca pembaca dituntut oleh tujuan membaca. Ia pun melakukan sesuatu terhadap isi bacaan itu, yaitu memilih cita yang sesuai dengan tujuan, dan menyusunnya menurut tujuan itu. Dengan tindakan itu makna yang diperoleh dari bacaan dimanfaatkan bersama dengan makna yang telah dimiliki oleh pembaca menjadi suatu susunan makna yang baru. Artinya, membaca bukan sekedar mengenal simbol-simbol, melainkan mengenal dan memahami makna-nya. Oleh karena itu, membaca pemahaman menjadi hal penting dalam kegiatan membaca.

Kegiatan itu dilakukan dengan suatu cara, misalnya kegiatan membaca itu dilakukan secara senyap, yaitu pada waktu membaca dalam hati, atau secara nyaring. Cara ini dipilih sesuai dengan tujuan membaca, dan tentulah juga dengan jenis bacaan dan suasana.

Faktor dorongan dan minat juga berpengaruh terhadap proses membaca. Setiap orang mempunyai kebutuhan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya itu, antara lain melalui kegiatan membaca. Bacaan yang dipilihnya adalah bacaan yang diminatinya, yaitu bacaan yang mempunyai hubungan atau kepentingan baginya. Minat yang berkenaan dengan bacaan terutama adalah minat sosial budaya, yang timbul sebagai hasil pendidikan. Minat jenis ini, yaitu minat yang luas dan mendalam terhadap hal-hal yang bermanfaat, merupakan ciri keterpelajaran seseorang (Whiterington, 1952:25,77 dan Rusyana, 1984:208). Sekalipun dorongan dan minat berpengaruh terhadap proses membaca, faktor ini juga akan dipengaruhi oleh hakikat, kualitas, dan sumber minat serta motivasi seseorang terhadap bacaan (Gilliland, 1972:22).

F. Pengukuran Kemampuan Membaca

Kemampuan memahami isi bacaan secara keseluruhan mencakup kemampuan menyerap informasi yang bukan saja mengenai apa yang disajikan akan tetapi juga mengapa hal itu disajikan (Tarigan, 1986:90). Oleh karena itu, pembaca dituntut untuk (a) memahami maksud penulis; (b) memahami organisasi dasar tulisan; dan (c) menilai sajian penulis.

Langkah pertama yang harus dilakukan pembaca dalam membaca adalah menentukan serta memahami maksud dan tujuan penulis. Sebagian besar tulisan memenuhi salah satu dari empat tujuan umum wacana, yakni memberitahukan, meyakinkan, mengajak, mendesak, atau menghibur (Tarigan, 1986:91). Seorang pembaca harus berusaha mencari serta mendapatkan maksud dan tujuan tersebut.

Agar hal tersebut tercapai, pembaca perlu melakukan beberapa hal berikut ini, yakni: (a) carilah suatu pernyataan mengenai maksud penulis pada paragraf pendahuluan atau pada paragraf penutup; (b) perhatikan secara baik cara penulis menentukan ruang lingkup pembicaraannya; (c) perhatikan cara penulis menentukan organisasi serta penyajian bahan. Jika yang dimaksudkan berupa pemberitahuan, penulis akan menampilkan pokok bahasannya selangsung dan senyata mungkin. Kalau maksudnya mengajak, mendesak, maka dia akan menatanya dalam suatu urutan atau susunan yang logis. Kalau maksudnya untuk meyakinkan, maka dia dapat menambahkan pada kedua yang pertama tadi suatu daya tarik bagi pembaca; dan (d) carilah dan dapatkan maksud-maksud yang tersirat, yang tersembunyi.

Langkah berikutnya adalah memahami organisasi dasar tulisan. Pada umumnya suatu tulisan terdiri atas tiga organ dasar, yakni pendahuluan, isi, dan kesimpulan (Tarigan, 1986:94). Organ pendahuluan digunakan untuk memperkenalkan subjek atau pokok permasalahan yang akan diuraikan pada bagian isi. Organ isi digunakan untuk menyajikan, menguraikan, dan membahas pokok permasalahan yang telah dikemuka-kan pada organ pendahuluan. Hasil ini kemudian dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan.

Organisasi tersebut pada kenyataannya tidak sesederhana itu. Pengarang kerapkali menyajikan persoalan secara implisit sehingga suatu persoalan tidak mudah dipahami secara langsung. Ia

memerlukan pembaca-pembaca yang kritis yang mampu mem-berdayakan skema yang telah ada dalam dirinya. Menurut Albert, et.al. (1961b:9-10) para pembaca yang teliti dan cermat, para pembaca yang bertanggung jawab, akan tetap waspada terhadap indikasi-indikasi yang eksplisit maupun yang implisit dari tema, maksud, ruang lingkup, dan organisasi umum penulis. Kerapkali pula para pembaca yang kurang berpengalaman gagal memanfaatkan dengan sebaik-baiknya bantuan yang beraneka ragam yang disajikan pengarang. Inilah langkah ketiga yang harus dilakukan pembaca agar bacaan yang dibacanya dipahami secara baik dan menyeluruh.

Seperti telah dijelaskan di bagian awal bahwa kemampuan membaca dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam materi cetak. Kemampuan ini oleh Williams (1984:2) dikatakan sebagai esensi membaca sehingga tanpa pemahaman kegiatan membaca belum terjadi.

Kemampuan memahami tidak dapat dilihat, melainkan hanya dapat diuji. Dengan demikian, pemahaman hanya dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan, baik secara lisan maupun secara tertulis. Harris (1969:59) mengemukakan bahwa kriteria pe-mahaman isi bacaan dapat diukur melalui pertanyaan tentang gagasan pokok. Kemampuan pembaca menjawab pertanyaan tersebut menjadi indikator tingkat pemahamannya.

Tingkat pemahaman dalam membaca menurut Burns, Roe, dan Ross (1984:177) meliputi: a) pemahaman literal, b) pemahaman interpretatif, c) pemahaman kritikal, dan d) pemahaman kreatif. Ahli lain seperti Barret (Burnes dan Page, 1985:53) membagi tingkat pemahaman ke dalam: a) pemahaman literal, b) pemahaman inferensial, c) pemahaman kritikal, dan d) pemahaman apresiasi.

Kedua ahli tersebut sama-sama membagi tingkat pemahaman membaca ke dalam empat bagian. Keempat bagian tersebut secara konseptual sama, hanya terdapat istilah istilah yang berbeda, yakni pemahaman interpretatif dengan pemahaman inferensial dan pemahaman kreatif dengan pemahaman apresiasi.

Pemahaman literal adalah pemahaman terhadap bacaan dalam bentuk pengenalan sejumlah ide yang dinyatakan secara eksplisit. Pemahaman interpretatif atau pemaham-an inferensial adalah pemahaman terhadap bacaan dalam bentuk penghubungan fakta-fakta yang dinyatakan dalam baris yang satu dengan baris yang lain. Di samping itu, pembaca juga menginterpretasikan konsep yang ada dalam bahan bacaan. Pemahaman kritikal adalah pemahaman terhadap bacaan dalam bentuk pemikiran kritis untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria internal dan eksternal. Pemahaman kreatif atau pemahaman apresiasi adalah pemahaman terhadap bacaan dalam bentuk pembangkitan reaksi emosionalnya berdasarkan gaya, bentuk, dan struktur penyusunan penulis. Pem-baca diharapkan mampu secara kreatif mengaplikasikan konsep-konsep yang ada dalam bacaan.

Keempat tingkatan tersebut tidak seluruhnya diukur dalam penelitian ini. Untuk itu, penulis hanya memfokuskan pada tingkat pemahaman literal, pemahaman interpretatif atau inferensial, dan pemahaman kritikal. Pemahaman kreatif atau apresiasi tidak diukur karena memerlukan alat ukur dalam bentuk tes subjektif. Sedangkan dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan dalam bentuk tes objektif.

Pengujian terhadap kemampuan memahami isi bacaan tergolong ke dalam aktivitas kognitif. Oleh karena yang akan diukur adalah kemampuan kognisi, maka alat ukur yang digunakan untuk kepentingan tersebut hendaklah alat ukur yang valid untuk hal tersebut. Ranah kognitif dalam Taksonomi Bloom merupakan alternatif yang baik untuk menjadi landasan dalam pembuatan alat ukur ini, khususnya untuk mengukur tingkatan pemahaman membaca yang telah dijelaskan di atas.

Menurut Bloom (1974:83) sistem berpikir seseorang sebagai cermin dari kerja kognisinya berjenjang-jenjang, mulai dari proses berpikir sederhana hingga proses berpikir yang paling kompleks. Ia kemudian membaginya ke dalam enam ranah (tataran) berpikir. Keenam jenjang proses berpikir itu meliputi: (1) mengingat, (2) memahami, (3) mengaplikasi, (4) menganalisis, (5) mensistesis), dan (6) mengevaluasi.

Berlandas pada ranah kognitif Bloom, Sanders (1966:2-3) kemudian mengem-bangkan jenjang proses berpikir kognisi anak dalam kemampuan membaca ke dalam 7 jenjang kemampuan.

jenjang tersebut adalah: (1) mengingat, (2) menerjemahkan, (3) menafsirkan, (4) menerapkan, (5) menganalisis, (6) mensintesis, dan (7) mengevaluasi.

Kemampuan Mengingat

Kemampuan mengingat dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan membaca siswa dalam hal mengenali kembali suatu informasi yang secara faktual (eksplisit) terdapat dalam wacana yang dibacanya. Informasi itu dapat berupa fakta, definisi, generalisasi, nilai-nilai, dan keterampilan.

Pertanyaan ingatan disusun dengan cara yang memungkinkan siswa menjawab pertanyaan tersebut jika ia ingat akan informasi tentang hal itu. Artinya, siswa tidak dituntut untuk membandingkan, menghubungkan, atau menjelaskan dengan bahasanya sendiri. Kalaupun dituntut untuk membandingkan, menghubungkan, atau menjelaskan, hal itu sudah dijelaskan dalam bacaan tersebut.

Seperti telah dikemukakan di atas, informasi faktual itu dapat berupa, fakta, definisi, generalisasi, nilai, dan keterampilan. Untuk itu, pertanyaan ingatan mendasar-kan diri pada aspek-aspek tersebut.

Fakta secara sempit didefinisikan sebagai sesuatu yang diketahui dari pengamatan langsung melalui pancaindra. Dalam hal ini fakta tidak memerlukan interpretasi. Fakta ini perlu dipelajari karena merupakan dasar, pangkal tolak untuk generalisasi, hukum, dan prinsip.

Contoh:

Kondisi Bacaan : Dalam suatu bacaan dikemukakan empat (4) fakta mengenai mineral dan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa zat zinc itu penting bagi tubuh.

Pertanyaan : Sebutkan 4 fakta yang dikemukakan dalam bacaan tentang mineral! Sebutkan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa zat zinc itu penting bagi tubuh!

Definisi adalah makna atau penjelasan suatu kata, istilah, atau konsep. Contoh pertanyaan ingatan tentang definisi:

Kondisi Bacaan : Penjelasan tentang kalsium

Pertanyaan : Apa yang dimaksud kalsium pada bacaan di atas?

Generalisasi adalah pernyataan yang mengemukakan ciri-ciri sekelompok konsep atau benda. Fungsi generalisasi adalah untuk lebih memahami fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehar-hari.

Contoh:

Kondisi Bacaan : Sebuah bacaan menjelaskan akibat kekurangan mineral pada atlet.

Pertanyaan : Sebutkan akibat kekurangan mineral pada atlet.

Nilai mencerminkan sesuatu yang berhubungan dengan pernyataan tentang kualitas. Sifatnya khusus. Artinya, nilai tidak berlaku umum seperti teori. Ciri-ciri yang dituntut untuk nilai tertentu hanya berlaku bagi suatu masyarakat atau bangsa tertentu. Nilai sangat terikat pada suatu kebudayaan.

Contoh:

Kondisi Bacaan : Bukti bahwa zat seng merupakan zat penting bagi atlet.

Pertanyaan : Bukti apa yang dikemukakan penulis untuk menunjang pernyataannya bahwa zat seng merupakan zat yang penting bagi atlet!

Kemampuan Menerjemahkan

Kemampuan menerjemahkan dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan mem-baca siswa dalam hal mengubah suatu bentuk komunikasi gagasan ke dalam bentuk komunikasi lainnya, seperti mengubah makna lambang dari satu lambang ke lambang lain, baik dari lambang verbal ke verbal, lambang verbal ke gambar, maupun dari gambar ke lambang verbal. Pemikiran pada kemampuan ini bersifat harafiah, tidak menuntut penemuan hubungan implikasi, atau makna yang implisit. Pembaca hanya diminta mengubah bentuk komunikasi ke dalam bentuk yang lain.

Contoh:

Kondisi : Sebuah puisi berjudul “Cintaku Jauh di Pulau” karya Chairil Anwar

Pertanyaan : Parafrasekan sajak tersebut dengan kalimat yang baik dan benar!

Kemampuan Menafsirkan

Kemampuan menafsirkan dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan baca siswa dalam hal menghubungkan makna antarfakta, antargeneralisasi, antardefinisi, dan antarnilai dalam bacaan. Pertanyaan yang diajukan untuk mengungkap kemampuan ini mencakup hubungan (1) perbandingan, (2) implikasi, (3) generalisasi induktif dengan evidensi yang mendukung, (4) antara nilai keterampilan atau definisi dengan contoh penggunaannya, (5) numerik (bilangan), dan (6) sebab-akibat.

Hubungan perbandingan

Contoh:

Kondisi : Bacaan berisi tentang kosakata bahasa Indonesia, Jawa, Malaysia, Pasemah, Tagalog, Melayu, Pasemah, dan Bali.

Pertanyaan : Dari segi kosakata, manakah bahasa yang lebih mirip? A. bahasa Jawa-bahasa Pasemah

B. bahasa Melayu-bahasa Bali C. bahasa Indonesia-bahasa Malaysia D. bahasa Melayu-bahasa Tagalog

Hubungan Implikasi

Kondisi : Bacaan berisi tentang fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia

Pertanyaan : Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi; karena itu, bahasa Indonesia harus dipergunakan dalam …

B. penulisan peraturan daerah C. kelompok belajar

D. penulisan karya sastra

Hubungan antara Generalisasi Induktif dan Evidensinya Kondisi : Bacaan berisi tentang mineral dan stamina

Pertanyaan : Kemukakan evidensi (ciri, kejadian, atau keadaan) untuk mendukung generalisasi bahwa jumlah mineral pada tubuh atlet mempengaruhi staminanya!

Hubungan antara Nilai, Keterampilan, Definisi dan Contoh Penggunaannya

Kondisi : Bacaan berisi tentang perang kemerdekaan dan hak asasi manusia

Pertanyaan : Termasuk menggunakan jenis alasan manakah isi bacaan di atas? A. alasan berdasarkan kepentingan diri

B. alasan berdasarkan pandangan agama C. alasan berdasarkan undang-undang

D. alasan berdasarkan penilaian yang belum tentu benar

Kondisi : Bacaan berisi tentang tajuk rencana dua harian umum Republika dan Pikiran

Rakyat!

Pertanyaan : Bandingkan tajuk rencana harian Republika dengan Pikiran Rakyat mengenai peristiwa pembatalan kenaikan BBM!

Kondisi : Bacaan berisi tentang perang Diponegoro terhadap Belanda

Pertanyaan : Termasuk ke dalam jenis manakah perang Diponegoro? A. pemberontakan

B. perang kemerdekaan C. pertempuran

D. perang dunia

Hubungan Numerik

Kondisi : Bacaan berisi tentang pedagang A yang menjual harga ayam sayur per kg-nya Rp 10.000 dengan pedagang B yang menjual harga ayam sayur per kg-nya Rp 11.000. Harga modalnya per kg Rp 9000. Masing-masing menjual 10 kg. Pedagang A jualannya habis sedangkan pedagang B masih sisa 6 kg dan tidak layak jual lagi.

Pertanyaan : Pedagang manakah yang mendapat keuntungan lebih besar?

Hubungan Sebab-Akibat

Kondisi : Bacaan berisi tentang kepadatan penduduk dan keamanan suatu daerah

Pertanyaan : Apakah akibat kepadatan penduduk terhadap keamanan suatu daerah?

Kemampuan Menerapkan

Kemampuan menerapkan dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan membaca siswa dalam hal mengalihkan/memindahkan konsep-konsep akademis ke dalam ke-hidupan sehari-hari. Ciri-ciri

penting yang harus diperhatikan dalam menyusun pertanyaan untuk mengungkap kemampuan ini adalah:

1) pertanyaan jenis ini digunakan sebagai pengetahuan yang berfungsi menjelaskan dan memecahkan, yakni pengetahuan yang dapat ditransfer dalam berbagai situasi;

2) pertanyaan jenis ini lebih banyak digunakan sehubungan dengan suatu konsep/ masalah sebagai suatu keseluruhan; dan

3) pertanyaan jenis ini selalu disertai dengan arahan secukupnya karena didasarkan pada informasi yang telah diberikan dan diharapkan pembaca mengetahui apa yang harus dilakukannya.

Kondisi : Bacaan berisi tentang cara membuat masakan tradisional. Bahan, cara membuat, dan cara menghidangkan dijelaskan secara lengkap (namun tanpa menyebutkan waktu menghidangkannya).

Pertanyaan : Kapan waktu yang tepat untuk menghidangkannya?

Kemampuan Menganalisis

Kemampuan menganalisis dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan membaca siswa dalam hal memecahkan masalah yang memerlukan pengetahuan tentang unsur-unsur/bagian-bagian serta proses penalaran. Contoh:

Kondisi : Bacaan terdiri atas 5 paragraf

Pertanyaan : Apa ide utama paragraf pertama bacaan di atas?

Kemampuan Mensintesis

Kemampuan mensintesis dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan membaca siswa dalam hal menyatupadukan informasi dari bacaan secara imajinatif dan kreatif yang kemudian mendapatkan pengetahuan baru baginya.

Kondisi : Bacaan tanpa judul

Pertanyaan : Judul apa yang tepat untuk bacaan di atas?

Kemampuan Mengevaluasi

Kemampuan mengevaluasi dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan membaca siswa dalam hal memberi penilaian terhadap nilai/validitas suatu bacaan.

Kondisi : Bacaan berisi tentang pendidikan petani dan pembangunan

Pertanyaan : Jika pendidikan petani memadai, benarkah hal tersebut akan menunjang pembangunan?

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua istilah yang biasa digunakan dalam penelitian membaca, yakni kemampuan membaca dan keterbacaan. Kemampuan membaca diartikan sebagai kecepatan membaca dan kemampuan pemahaman isi bacaan secara keseluruhan (Tampubolon, 1987:7). Di dalam simpulan ini terkandung pula makna kecepatan. Namun, istilah kecepatan tidak digunakan di dalam penelitian ini. Karena pada dasarnya pada saat pembaca diuji kemampuannya memahami isi bacaan akan terkait langsung dengan kecepatan. Keterbacaan oleh Dale dan Chall (Gilliland, 1976:13 dan Rusyana, 1984:213) didefinisikan sebagai sejauh kelompok pembaca memahaminya, membacanya dengan kecepatan optimal, dan merasa tertarik. Kemampuan membaca cenderung merujuk pada pembaca, sedangkan keterbacaan merujuk pada bacaan.

Sekalipun di dalam keterbacaan tercakup pula pembaca, akan tetapi pengukuran bacaan melalui pembaca di sini lebih menekankan pada aspek bahasanya. Posisi pembaca pada kemampuan membaca merujuk pada kemampuan memahami isi bacaan. Oleh karena itu, istilah yang digunakan di dalam

penelitian ini bukan hanya keterbacaan tetapi juga kemampuan membaca. Artinya, keterbacaan digunakan untuk mengukur tingkat kesulitan suatu bacaan dan kemampuan membaca digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan pembaca memahami isi bacaan.

Pengertian Wacana

Wacana adalah satuan bahasa terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang nyata disampaikan secara lisan dan tulisan (Tarigan, 1987:26-27). Selanjuntya, Tarigan menunjukkan beberapa ciri wacana berdasarkan batasan tersebut, yakni:

1) satuan bahasa;

2) terlengkap, terbesar, tertinggi; 3) di atas kalimat/klausa;

4) teratur/tersusun rapi/rasa koherensi; 5) berkesinambungan/kontinuitas; 6) rasa kohesi/rasa kepaduan; 7) lisan/tulisan; dan

8) awal dan akhir nyata.

Hal yang senada dikemukakan oleh Kridalaksana (1984:72) bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hirarki gramatikal tertinggi dan terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seni, ensiklopedi,), para-graf, kalimat, atau kata yang membawa amanat lengkap.

Batasan yang lebih luas dan lengkap dikemukakan oleh Syamsuddin (1992:5) bahwa wacana merupakan rangkaian ujaran atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur dan sistematis dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segemental (fonem, morfem, kata, dan kalimat) maupun nonsegmental bahasa (situasi, ruang, waktu pemakaian, pemakai bahasa, intonasi, dan perasaan).

Di dalam penelitian ini bentuk wacana yang digunakan adalah wacana tertulis. Salah satu wujud wacana tertulis menurut Harjasujana (1986) adalah “sebuah teks/ bahan tertulis yang dibentuk oleh lebih dari sebuah alinea yang mengungkapkan sesuatu secara beruntun dan utuh (sepucuk surat, sekelumit ceritera, dan sepenggal uraian pengetahuan).”

Wacana tertulis yang dimaksud adalah bacaan wacana yang diambil dari buku ajar atau buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SLTP kelas 2 terbitan Balai Pustaka yang ditandai oleh bacaan, membaca pemahaman, atau membaca. Menurut Tarigan (1993:11) buku ajar adalah buku yang dirancang untuk digunakan di kelas, yang dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi. Di samping itu, buku ajar dikatakan pula sebagai sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran.

Mengingat fungsinya seperti itu, maka bahan bacaan yang ada di dalam buku pelajaran harus betul-betul memenuhi kriteria, baik faktor usia, keterbacaan, maupun kemudahannya untuk dipahami.

Dalam dokumen Kata Pengantar. Jakarta, 5 Desember 2012 (Halaman 35-41)

Dokumen terkait