• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELITIAN KUALITATIF

E. Pengumpulan Data, Analisis Data dan

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dan analisis data dilaksanakan selama penelitian secara simultan sambil mengumpulkan juga menganalisis data.

1. Pengumpulan data penelitian kualitatif. a. Informan manusia (Human informent )

Dalam penelitian kualitatif, penelitian selain berperan sebagai pengelola penelitian juga sebagai satu-satunya informan dalam mengumpulkan data, yang tidak dapat digantikan dengan intrumen lainnya. Seperti kuisioner dan lain-lain. Bogdan dan Biklen (1982) mengatakan bahwa salah satu ciri penelitian kualitatif adalah sifat kancah (setting) penelitian yang alami, yang merupakan sumber dari data yang dicari dan dikumpulkan secara langsung oleh peneliti tidak melalui kuesioner. Meskipun

tidak menutup kemungkinan digunakan taper recorder, kamera, vedio, dan alat elektronik lainnya sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data.

Peran peneliti sebagai informan pengumpulan data sangat menentukan dalam penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan karena maksud penelitian kualitatif yang ingin memahami, mengungkapkan perasaan, pengertian, persepsi, dan perilaku manusia. Lain dari pada itu, juga ingin menemukan makna dari interaksi manusia subyek dari kehidupan sehari-hari dalam situasi masyarakat tertentu. Sehingga tidak salah apabila peneliti cenderung merupakan satu-satunya informan dan toko sentral dalam pelaksanaan penelitian, disamping informan. Manusia sumber yang dipilih berkenan dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi yang dimiliki.

Menurut Lincoin dan Guba (1985) ada beberapa alasan mengapa dapat diperlukan informan manusia dalam pengumpulan data dan penelitian kualitatif sangat penting?

1. Informan bukan manusia tidak mungkin menyesuaikan diri dan tidak dapat meliputi berbagai kenyataan yang dihadapi 2. Semua informan beriteraksi terhadap responden dan obyek memahami dan mengevaluasi arti dari interaksi yang berbeda

3. Gangguan informan yang menghalangi terjadinya interaksi antara setiap unsur hanya dapat diungkap, dimengerti, dan dievaluasi oleh manusia.

4. Semua informan berdasar atas nilai interaksi dengan norma yang tertentu, tetapi hanya manusia yang dapat mengidetifikasi dan memperhitungkan kemungkinan data yang menyimpang.

b. Catatan lapangan (fieldnotes)

Dalam pendekatan yang naturalistik peneliti perlu mencatat apa yang sedang dilihat, didengar, dipikirkan, dirasakan, dipelajari, yang kemudian disusun secara sistimatis.

Keberhasilan suatu penelitian tergantung pada bagaimana rincian, ketepatan, dan luasnya catatan lapangan (Bogdan dan Biklen 1982). Sedangkan catatan lapangan tersebut dapat dilakukan melalui observasi partisipan yang kemudian diikuti dengan wawancara, meninjau ulang sumber data lain yang terkait. Sehingga pencatatan dilapangan merupakan kegiatan penting yang mendukung keberhasilan penelitian.

Catatan lapangan, dapat dipilih menjadi dua bagian, yaitu: (1) catatan lapangan yang diskripsikan, dan (2) catatan lapangan yang reflektif.

1. Catatan lapangan yang diskriptif, yang mengungkap diskripsi data lapangan secara rinci dan tepat tentang apa yang dilihat, didengar, dan yang dialami oleh peneliti yang dapat dipilih melalui:

a. Potret subyek yang diteliti, misalnya: mencatat penampilan, karisma, jati diri, gaya bicara, kebiasaan sehari-hari dan lainnya.

b. Rekonstruksi dialog, yakni mencatat semua dialog baik verbal maupun nonvariabel. Dialog verbal seperti: hasil wawancara yang tidak formal, sedangkan dialog nonvariabel diperoleh dari observasi yang memberi corak hasil dialog.

c. Diskripsi kancah secara fisik, termasuk menggambar kancah, membuat peta, foto, serta ungkapan verbal tentang kancah yang diperoleh peneliti melalui observasi partisipan.

d. Memperhatikan peristiwa penting yang terjadi didalam kancah, seperti mencatat siapa yang berpartisipasi dalam kegiatan dan apa perannya.

e. Diskripsi perilaku peneliti dalam kegiatannya, misalnya catatan yang menggambarkan kehadiran, perilaku penelitian, percaka-pan, dan hubungannya dengan para perserta.

2. Catatan lapangan yang reflektif

Secara singkat dapat dikatakan bahwa catatan lapangan yang reflektif merupakan :

a. Refleksi dari analisis data dalam menganalisis data termasuk juga spekulasi peneliti, menemukan pola dan tema, dalam pola penelitian, ide-ide baru yang berhubungan dengan data, dsb. Mungkin juga berupa rekaman kecil dari catatan lapangan yang bersifat khusus atau sering disebut memo analisis peneliti.

b. Refkeksi metode yang digunakan. Reffleksi ini mencerminkan metode yang dipilih termasuk mendiskripsi penyesuaian metode, rencana peneliti menentukan informan, masalah penelitian, dan lainnya. Cerminan ini termasuk komentar peneliti dalam mengembangkan laporan penelitian.

c. Refkeksi adanya dilema etik dan konfliks. Dengan mencatat masalah etik, peneliti dapat memilih metode yang cocok dan meninterpretasi data diperoleh. Akan tetapi peneliti juga dapat mengatasi dengan mencatat data dengan memberi penjelasan.

d. Refleksi kerangka pikir peneliti. Untuk menjernikan kedudukan pribadi peneliti agar seimbang tidak lebih tinggi atau rendah. Peneliti diharapkan dapat merumuskan konsepsi awal, pengalaman, pendapat, kepercayaan terhadap sikap, prasangka, perubahan pandangan, dan lain-lain, yang terkait dengan situasi yang diteliti.

e. Butir-butir penjelasan, untuk melengkapi semua cerminan yang sudah terungkap selama peneliti memasuki kancah penelitian, kiranya masih perlu diungkap beberapa butir penjelasan terhadap catatan lapangan seandainya informasi tersebut dianggap masih meragukan dan masih perlu diperbaiki. Semuanya ini diharapkan dapat terjaring dalam catatan lapangan secara cermat. Sehingga bentuk catatan lapangan

menjadi beragam dan tidak harus sama bentuknya (Bogdan dan Biklen, 1982). Sementara itu Spradley (1978) mempunyai pendapat lain: “setiap peneliti dapat mengembangkan buku catatan yang sesuai dengan pribadinya, perkataanya, dan keinginannya”. Sedang Bogdan dan Biklen (1982) menghendaki catatan lapangan diorganisasi sesuai dengan masing-masing bagian.

Selain dilihat dari bentuknya, catatan lapangan mempunyai pertahapan dalam pelaksanaannya, yaitu:

1. Catatan awal (initial recording). Yaitu pencatatan yang dilaksanakan pada saat peneliti melakukan observasi partisipan, wawancara, dan lain-lain. Selama penelitian. Mungkin juga catatan yang ada dalam pikiran peneliti, mungkin juga catatan tidak ada dalam pikiran peneliti. 2. Catatan pengembangan (expansion). Yaitu catatan yang

direkam secara mantap dengan menulis ulang pada buku catatan lapangan.

3. Catatan setelah pengumpulan data (addition overtime). Catatan ini merupakan pengalaman baru. Dengan munculnya pandangan baru diikuti dengan tinjauan ulang yang cermat munculnya katagori baru dianalisis diikuti dengan tinjauan ulang yang cermat, dan seterusnya.

c. Observasi partisipan (participant observation)

Yang dimaksud observasi partisipan adalah proses pengamatan dengan berperan langsung terlibat dengan informan dikancah. Pada saat observasi terjalinlah interaksi sosial yang intensif antara peneliti dengan subyek yang berada didalam kancah penelitian. Sebenarnya, inilah ciri khusus dari penelitian kualititaf.

Dalam observasi ini, seolah-olah peneliti menceburkan diri dalam lingkungan kehidupan dari sekelompok orang atau situasi

yang akan dipelajari dan dimengerti. Dengan kata lain peneliti memasuki kancah dengan membaurkan diri kedalam masyarakat yang akan diteliti tinggal dan hidup dalam kancah. Secara metodologis, prilaku peneliti dalam proses observasi adalah:

1) Melaksanakan kegiatan yang ada di dalam lokasi penelitian, akan tetapi tidak terikat secara pribadi.

2) Menekankan tugasnya dengan mengobservasi lokasi penelitian.

3) Melakukan observasi secara sistematik terhadap apa yang dilakukan oleh masyarakat sekitar lokasi penelitian. 4) Peneliti yang telah terlatih, dalam melakukan obervasi dan

menganalisis data seperti orang yang telah mengenal dan memahami tugas

d. Wawancara Mendalam (dept interview)

Dalam penelitian kualitatif naturalistik, peneliti biasanya melakukan berbagai wawancara mendalam dengan berbagai pihak. Wawancara dapat dilakukan secara formal atau di rencanakan, dana dapat juga dilakukan secara informal tidak menggunakan catatan dan bentuk yang tertentu. Dalam wawancara itu yang penting diciptakan suasana yang akrab dan santai (Spradley, 1979).

Wawancara naturalistik yang mendalam hampir sama dengan pembicaraan yang akrab tersebut, sehingga peneliti dapat memanfaatkan pendekatan ini untuk mengumpulkan data selengkap-lengkapnya, disamping observasi partisipan.

Menurut Spradley (1979) hal ini perlu mendapat perhatian bagi peneliti agar mengupayakan wawancara sedemikian rupa, sehingga secara pelan-pelan peneliti memasuki serta mengalami suasana baru dalam membantu informan agar dapat menyampaikan tanggapan. Sedang wawancara yang dilaksanakan secara tergesa-gesa akan mengubah suasana yang akrab menjadi suasana yang tegang seperti halnya wawancara terstruktur yang kaku itu.

Jenis-jenis wawancara dalam penelitian kualitatif meliputi: 1) Wawancara Tak Berstruktur

Dalam wawancara ini peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa tidak terikat dan terkungkung oleh pertanyaan-pertanyaan yang kaku yang disusun sebelumnya oleh peneliti. Hal ini memungkinkan wawancara berlangsung luwes dan tidak menjenuhkan. Tetapi peneliti harus memiliki kemampuan mengingat dan mengimpang pertanyaan-pertanyaan terkait dengan variabel atau gejala penelitian yang diteliti yang akan di wawancarakan dengan informal. Peneliti juga perlu ingat kapan pertanyaan tersebut diberikan, kepada informan siapa, urutan pertanyaannya dan dengan bagaimana pertanyaan itu dilontar kan kepada informan. Keterbatasan peneliti untuk melakukan hal tersebut kadang-kadang membikin wawancara berhenti dan bahkan bisa tidak terfokus pada variabel atau gejala yang diteliti. Oleh karenanya, untuk mengatasi masalah tadi boleh dibantu dengan menuliskan atau mencatat hal-hal esensial yang akan sitanyakan kepada informan melalui pedoman wawancara yang tak berstruktur yang sifatnya sangat fleksibel dan tentatif yang bisa berkembang ketika wawancara dilapangan.

2) Wawancara secara Terus Terang

Dalam penelitian kualitatif di anjurkan untuk melakukan wawancara yang berterus terang artinya tidak sembunyi yakni informan penelitian mengetahui betul untuk kepentingan apa informasi yang ia berikan, dan memang peneliti itu sendiri harus menyampaikan terlebih dahulu tujuan penelitiannya.

3) Wawancara yang Memposisikan informan sebagai Teman Sejawat.

Antara peneliti dan yang di teliti (informan) sebagai pasangan atau sejawat peneliti itu sendiri (co-researcher) sehingga antara keduanya perlu ada keterbukaan mengenai

tujuan penelitian, saling tahu kepentingan informasi dari informan.

Lankah-langkah Wawancara menurut Lincoln dan Guba

dalam Riyanto (2007) ada tujuh langkah yaitu:

1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan di lakukan. 2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi

bahan pembicaraan

3) Mengawali atau membuka alur wawancara 4) Melangsungkan wawancara

5) Mengkonfirmasikan ikhstiar atau ringkasan hasil wawancara kepada informan dan mengakiri

6) Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan 7) Mengidentifikasi tindaklanjut hasil wawancara yang telah

diperoleh.

e. Catatan pribadi

Catatan pribadi adalah bahan tertulis yang dibuat seseorang yang mendiskripsikan kegiatan, pengalaman, dan keyakinannya tentang suatu hal. Bahan tersebut biasanya digunakan dalam penelitian naturalistik, karena sering mengungkap bagaimana partisipan memandang suatu situasi sosial, arti suatu pengalaman terhadap mereka, bagaimana mereka memandang kenyataan, dan lain-lainnya.

Catatan pribadi dapat berupa buku harian, surat– menyurat, otobiografi, dan transkrip hasil wawancara terbuka.

2. Data penelitian

Data adalah keterangan mengenai suatu gejala yang mengisi suatu fakta. Data ini bermacam-macam:

a. Data kualitatif, keterangan mengenai sifat-sifat suatu gejala b. Data kuantitatif keterangan statistik mengenai suatu gejala,

c. Data lisan, keterangan mengenai suatu gejala yang didapat melalui tutur kata.

d. Data pengalaman individu, keterangan mendalam mengenai riwayat kehidupan seorang individu dalam masyarakat,

e. Data primer, keterangan yang didapat seorang peneliti atau menyelediki langsung dari gejalanya

f. Data sekunder, keterangan yang diperoleh seorang peneliti tetapi melalui sumber lain, baik lisan maupun tulisan g. Data tertulis, keterangan mengenai suatu gejala yang

didapat dari sumber tertulis (dokumentasi)

Dari macam-macam data ini dapat ditarik simpulan bahwa data penelitian kualitatif itu dapat berupa manusia, peristiwa, dokumen, manuskrip, arsip, prasasti, karia sastra (lisan dan tulis), bahasa (lisan dan tulis, karya seni, surat-surat pribadi, dan lain-lain.

3. Analisis data Penelitian kualitatif

Sebagaimana diintridusir oleh Spradley (1979) untuk penelitian kualitatif Etnographic analisis data penelitian cocok dengan menggunakan teknik analisis data sebagai berikut.

a. Analisis domain (domain analisis)

Seperti yang dikemukakan oleh Spradley (1979), analisis sebenarnya merupakan suatu cara berpikir untuk menguji sesuatu hal secara sistematik dari data yang terkumpul pada catatan lapangan sehingga peneliti dapat menentukan bagian-bagian, hubungan antara bagian dan hubungan antara bagian dengan seluruh obyek. Melalui analisis, kita akan menemukan pola hubungan antara data diskriptif secara rinci. Sedang pola tersebut merupakan makna dari budaya yang disampaikan oleh individu, yang kemudian diungkap oleh peneliti.

menemukan bagian-bagian, unsur-unsur, atau domain pengelompokkan makna budaya yang terkandung dalam kategori yang lebih kecil.

b. Analisis taksonomis (taxonomi analysis)

Ketika peneliti memilih dan memusatkan perhatian pada satu atau beberapa domain yang terkait, dan melaksanakan fokus observasetional untuk memperluas dan menjelaskan makna yang terkandung dalam domain tertentu. Maka taksonimic analysis digunakan untuk mengungkapkan alasan mengapa dan bagaimana makna yang terkandung yang kemudian makna-makna yang terkait tersebut tersusun dan diatur secara sistematik.

Melalui domain analysis dan focused observations, peneliti mengidentifikasi domain dan masalah secara mendalam kemudian mulai dan menguak unsur-unsur domain tersebut. Proses yang demikian ini mungkin saja dilakukan berulang kali terhadap beberapa domai yang berbeda. Hal ini tergantung pada pusat perhatian yang dipilih peneliti.

Takxonomics analysis sebenarnya menyoroti pusat

perhatian, dengan satu langkah lebih dalam untuk mengungkapan hubungan antara unsur-unsur dari setiap domain. Kegiatan analysis ini menciptakan satu taxonomy menyimpulkan hubungan diantara makna yang terkandung didalam domain. Dengan demikian, akan terlihat bagian-bagian dari domain, dan cara bagian-bagian-bagian-bagian tersebut saling terkait terhadap domain.

c. Analisis Komponensial (Componential analysis)

Componential analysis dikenal sebagai cara untuk

memilah-milah dan menggambarkan perbedaan yang baru ditemukan. Sebenarnya, componential analysis merupakan pencarian dan penggalian sistematika sifat-sifat komponen dari makna yang berkaitan dengan kategori budaya. Didalam setiap domain budaya selalu ditemukan beberapa

unsur, kategori, atau makna yang terkandung. Misalnya makna yang terkandung dalam surat selebaran, surat tagihan, dan surat pribadi, dan lain-lain, yang semuanya termasuk dalam domain “jenis surat”. Sebenarnya,

componential analysis dapat digunakan untuk mencari

kontras, memilah-memilah, mengelompokkan, dan memasukkan semua informasi yang diperoleh kedalam peta informasi, yang oleh Spadley (1979) disebut paradigma dan verifikasi informasi participant observation dan intervews.

d. Analisis Tema Kutural (discovering Cultural Themes)

Kegiatan menganalisis data, yang dimulai dari domain analysis, taxonomic analysis, componential analysis telah dapat mengantar peneliti kualitatif memusatkan perhatiannya pada analisis yang mendalam pada domain yang dipilih, yang berada dalam gambaran budaya yang luas, atau situasi sosial yang diteliti. Meskipun demikian, peneliti masih perlu menguji secara rinci kepada budaya yang diteliti. Dalam hal ini, peneliti seyogyanya dapat memetakan gambaran yang lebih luas daripada pandangan masyarakat setempat. Untuk itu themes analysis merupakan suatu perangkat prosedur yang dapat digunakan untuk memahami dan mengungkapkan gambaran budaya yang menyeluruh dan utuh.

Themes analysis ini digunakan berdasarkan anggapan

bahwa: setiap budaya dan setiap kancah budaya tidak hanya merupakan setumpuk bagian-bagian, akan tetapi merupakan sistem makna yang terpadu dalam beberapa jenis pola yang lebih luas”. Lain dari pada itu, Spradly (1979) juga berpendapat bahwa “tema budaya dari domain, baik yang terungkap (explicit) maupun yang tidak terungkap (tacit) akan muncul sebagai penghubung antara subsistem dari makna budaya”.

Untuk memperjelas apa yang dikemukakan Spradly (1979) tema budaya kebiasaannya diungkap sebagai

pernyataan yang tegas atau merupakan suatu tuntutan, misalnya dalam budaya Sasak traditional, laki-laki dianggap superior dari pada wanita. Pernyataan dan prinsip kognitif ini menggambarkan bagaimana kehidupan orang-orang yang berada dalam pengaruh budaya tersebut. Untuk analisis data penelitian grounded (grounded theory

researech) diintrodusir oleh Glaser dan Strauss (1974)

menggunakan analisis komperasi konstan (constant

comperative analysis). Didalam analisis data penelitian

kualitatif yang mengarah pada naturalistic, fenomenology dan

sosial case study cocok dengan menggunakan analisis data

dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisys data kualitatif (Miles dan Huberman, 1992) adalah (1) reduksi data, (2) display data, (3) verifikasi data dan mengambil kesimpulan.

1). Reduksi data

Verifikasi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isu dari suatu data yang berasal dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan. Dengan begitu, dalam reduksi data ada beberapa living in dan living out, maksudnya yang data yang terpilih adalah living in dan data yang terbuang (tidak terpakai) living out.

Dalam penelitian ini reduksi data dilaksanakan dengan cara : (1) membuat ringkasan kontak, (2) mengembangkan kategori penkodean, (3) membuat catatan refleksi, dan (4) pemilahan data. Keempat teknik reduksi data ini dilakukan terus menerus selama penelitian berlangsungg dan diharapkan mampu memberikan hasil penelitian yang lebih tajam, mendalam dan terpercaya.

a. membuat ringkasan kontak

selama proses pengumpulan data, semua data yang berhasil dikumpulkan dibaca dan dipahami. Selanjunya data-data itu dibuang dalam bentuk ringkasan. Hal ini yang disebut dengan ringkasan kotak (Miles dan Huberman, 1992). Ringkasan kontak berisi uraian singkat hasil penelaan dan penajaman melalui ringkasan-ringkasan singkat terhadap data yang telah berhasil dikumpulkan di lapangan.

b. penkodean Kategori

data-data yang telah berhasil dikumpulkan selanjutnya dibaca dan ditelaan kembali. Penelaahan dimaksudkan untuk mengidentifikasikan semua topik yang disajikan berdasarkan fokus penelitian. Topik yang telah ditelaah kemudian dikodekan sesuai dengan satuan topik. Tujuan pengkodean adalah untuk mengorganisisasikan data ke dalam suatu deskriptif topik yang lebih sistematis. c. membuat catatan Refleksi

Setelah pengkodean dilakukan, semua catatan yang diperoleh kemudian dibaca kembali, digolongkan, dan diedit untuk menentukan satuan-satuan data. Hal ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam atas data yang telah berhasil dikumpulkan. Catatan refleksi oleh Miles dan Huberman (1992) didefinisikan sebagai lukisan yang diteorikan dari gagasan tentang kode-kode yang dibuat oleh peneliti. d. pemilahan data

pemilihan data merupakan pemberian kode yang sesuai terhadap satuan-satuan data yang diperoleh dari lapangan. Pemilihan data dilakukan untuk menghindari bias yang timbul sebagai akibat kompleksitas data yang keluar dan fokus penelitian.

2). Display Data

tabel, matrik, dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Ada sembilan model penyajian data menurut Miles dan Huberman (1992) yaitu:

1. Model untuk mendeskripsikan data penelitian, seperti dalam bentuk organigram, peta geografis dan lainnya. 2. Model yang dipakai untuk memantau komponen atau dimensi penelitian yang disebut dengan check list matriks. Karena matriks itu berupa tabel dua dimensi, maka pada barisnya dapat disajikan komponen atau dimensinya, dan pada kolomnya disajikan kurun waktunya, atau penelitiannya. Isi check list hanya tanda-tanda singkat apakah ada dan atau tidak, data sudah terkumpul atau perlu dan semacamnya.

3. Model untuk mendiskripsikan perkembangan antar waktu, model ini pada kolomnya disajikan kurun waktunya sebagaimana model dua diatas, bedanya pada model tiga ini setiap segmen bukan sekedar tanda check tetapi deskripsinya verbal dengan satu kata atau phrase. 4. Model keempat ini berupa matriks tata peran. Berguna untuk mendeskripsikan pendapat, sikap, kemampuan atau lainnya dari berbagai pemeran, seperti siswa, guru, atau kepala sekolah.

5. Model kelima adalah matriks konsep terklaster. Keterhubungan variabel dapat tampak ketika diberi penjelasan atau di beri kriteria pengklasteran. Model ini terutama untuk meringkaskan berbagai hasil penelitian dari berbagai ahli yang pokok perhatiannya berbeda. 6. Model keenam adalah matriks tentang efek atau

pengaruh, model ini hanya mengubah fungsi kolom-kolomnya, diganti untuk mendeskripsikan perubahan sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan.

7. Model ketujuh adalah matriks lokasi. Melalui model ini diungkap dinamika lokasi untuk berubah. Pada barisnya

diisi tentang komponen atau fungsi, sedangkan pada kolomnya efek jangka pendek, jangka panjang atau barisnya diisi hambatan atau kesulitan.

8. Model kedelapan adalah menyusun daftar kajian. Daftar kejadian dapat disusun kronologis atau diklasterkan. 9. Model kesembilan adalah jaringan klausal dari sejumlah

kejadian yang ditelitinya.

3). Verfikasi dan Simpulan (Verfication Conclussion).

Dalam penelitian kualitatif akhir dari sebuah penelitian adalah simpulan mulai sejak awal pengumpulan data peneliti harus membuat simpulan-simpulan sementara. Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut harus dicek kembali (diverifikasi) pada catatan yang dibuat oleh peneliti selanjutnya kearah simpulan yang mantap. Mengambil simpulan merupakan proses penarikan intisari data-data yang terkumpul dalam bentuk pernyataan kalimat yang tepat dan memiliki data yang jelas. Penarikan simpulan bisa jadi diawali dengan simpulan tentatif yang masih perlu disempurnakan. Setelah data masuk terus menerus dianalisis dan diverifikasi tentang kebenarannya.

Simpulan adalah inti sari dari temuan peneliti yang menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berfikir induktif atau deduktif. Simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian, dan temuan penelitian yang sudah dilakukan pembahasan.

4. Unsur-unsur Rancangan Penelitian Kualitatif dan Sistematika Laporan Penelitian Kualitataif

Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan unsur-unsur dalam penelitian kualitatif ada 10 unsur, yaitu (1) penentuan fokus penelitian, (2) penentuan kesesuain paradigma dengan

fokus, (3) penentuan kesesuaian paradigma dengan teori substantif, (4) penentuan dari mana dan dari siapa data dikumpulkan, (5) penetuan tahap-tahap penelitian, (6) penentuan teknik pengumpulan data penelitian, (7) perencanaan pengumpulan dan pencatatan data, (8) perancanaan prosedur dan pelaksanaan analisis data, (9) perencanaan perlengkapan atau logistik-logistik penilitian dan (10) perencanaan untuk pemeriksaan data.

Untuk memulai menulis laporan penelitian, terlebih dulu harus menentukan laporan penelitian. Kerangka tersebut sebagai panduan dalam menulis laporan, sehingga laporan sisitematik dan lengkap. Sebaliknya, tanpa menentukan terlebih dulu kerangka laporan peneliti akan tidak mempunyai rambu-rambu

Dokumen terkait