• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENELITIAN STUDI KASUS

H. Tahap-tahap Penelitian

Tahap Penelitian ini dilakukan sesuai dengan ketentuan yakni berdasarkan karaktersitik penelitian kualitatif yang mana desainya disusun secara “sirkulir” maka menurut Nasution hendaknya penelitian ini mengunakan tiga tahapan.

1. Persiapan dalam tahapan ini akan dilakukan : (a) mencari isu-isu umum yang unik, dalam konteks sistem pendidikan anak usia dini secara eksternal dan dengan memahami terhadap isu itu, maka peneliti melalukan penelitian PAUD di Kota Seribu Masjid tersebut. (b) mengkaji upaya tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sebagai lembaga atau institusi yang bergerak dibidang jasa pada sektor pendidikan dimana secara teori dapat dibenarkan adanya persiapan tenaga pendidik dalam melakukan motivasi belajar anak usia dini. Dan proses pengembangan PAUD dengan perencanaan yang dilakukan berdasarkan atas visi dan misi sekolah nonformal, hasil observasi ini, yang berupa peringkat sebagai katagori merupakan “cermin” pengembangan bakat dan inovasi yang diketahui oleh masyarakat, sebagai penggunan jasa pendidikan non formal, dilakukan oleh tiga PAUD yaitu Rinjani 01, Rinjani 02, dan Rinjani 03 di Kota Seribu Masjid.

2. Studi eksplorasi umum; dengan melakukan beberapa tahapan yaitu; (a) melakukan konsultasi, wawancara, dan meminta ijin atau perijinan pada pihak yang berwenang pada dinas pendidikan nonformal yang dijadikan tempat penelitian, yang dalam penelitian ini adalah tiga PAUD di Kota Seribu Masjid dengan alasan pemilihan lokasi yang telah ditentukan, (b) melalukan penjajakan secara umum pada

beberapa subyek yang ditunjuk untuk melakukan obeservasi, pada keterkaitan upaya persiapan pelaksanaan penelitian, (c) mengadakan studi literature untuk menentukan kembali fokus dan kasus penelitian, khususnya pada literature yang menjadi bahan pustaka (d) melakukan pembahasan, bersama dengan teman serta beberapa pembimbing, (e) melakukan konsultasi agar nantinya mendapatkan legitimasi, dan hasil yang dilakukan oleh peneliti.

3. Ekplorasi terfokus; mengadakan ujian kualifikasi tulis dan ujian lisan seminar proposal serta yang diikutkan dengan pengecekan hasil atau temuan yang diperoleh penelitian; dimana pada tahap ini mencakup beberapa hal yaitu; (a) tahap pengumpulan data yang dilakukan secara rinci, (b) dilakukan analisis data, (c) kemudian dilakukan pola pengecekan.

4. Tahap terakhir adalah membuat laporan hasil penelitian. Pembuatan laporan termasuk hasil kaji ulang fokus dan sub fokus yang pernah diajukan. Laporan penelitian terdiri dari konteks penelitian, kajian pustaka, pemilihan metode yang digunakan, penyajian data, pengkajian temuan, dan simpulan yang disajikan secara naratif.

BAB IV

JENIS-JENIS PENELITIAN KUALITATIF

A. Penelitian Deskriptif (Descriptive Research)

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis. Tetapi penelitian ini dapat dikategorikan penelitian deskriptif kuantitatif dan deskriptif

kualitatif.

Ada beberapa jenis penelitian yang termasuk penelitian deskriptif, antara lain yaitu (1) penelitian Survei (2) penelitian kasus (3) penelitian perkembangan (4) penelitian tindak lanjut (5) penelitian analisis dokumen atau analisis isi (6) studi waktu dan gerak (7) studi Kecenderungan.

1. Penelitian Survei (Kuantitatif)

Penelitian survei merupakan penelitian dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakannya melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi (Fraenkel dan Wallen, 1990).

Penelitian survei adalah penelitian yang bertujuan untuk (1) mencari informasi faktual yang mendetail yang mencandra gejala yang ada (2) mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan (3) untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi sasaran penelitian dalam memecahkan masalah, sebagai bahan penyusunan rencana dan pengambilan keputusan dimasa mendatang.

Ciri-ciri dari penelitian survei adalah :

1. Data survei dapat dikumpulkan dari seluruh populasi, dapat pula dari hanya sebagian saja dari populasi.

2. Untuk suatu hal data yang sifatnya nyata.

3. Hasil survei dapat dimanfaatkan untuk kepentingan yang sifatnya terbatas, karena data yang dikumpulkan dibatasi oleh waktu, dan saat data itu dikumpulkan.

4. Biasanya untuk memecahkan masalah yang sifatnya insendental.

5. Pada dasarnya survei adalah metode cross-sectional (John W. Best, 1977). Sedangkan Fraenkel dan Wallen 1990:361) menyatakan bahwa ada dua bentuk survei yang dapat dilakukan, yaitu “Cross-sectional surveys and longitudinal

surveys”.

6. Cenderung mengandalkan data kuantitatif.

7. Mengandalkan teknik pengumpulan data yang berupa kuesioner dan wawancara berstruktur.

Contoh penelitian survei adalah:

1. Survei disuatu daerah miskin yang mendapatkan IDT mengenai implementasi pendidikan dasar 9 tahun.

2. Survei mengenai angka buta huruf di provinsi NTT 3. Survei mengenai angka buta huruf di provinsi NTB

2. Penelitian Kasus

Penelitian kasus adalah penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai unit social tertentu, yang meliputi individu, kelompok, lembaga dan masyarakat (Depdikbud, 1982/1983:11). Sedangkan John W . Best (1977) menyatakan bahwa studi kasus berkenaan dengan segala sesuatu yang bertujuan untuk memahami siklus kehidupan atau bagian dari siklus kehidupan suatu unit individu (perorangan, keluarga, kelompok, pranata social suatu masyarakat).

Studi kasus artinya melakukan penelitian pada lokus atau subyek tertentu yang memang memilii keunikan tertentu yang berbeda dengan lokus atau subyek yang lain pada umumnya. Keunikan tersebut dapat bersifat sebagai positif baik atau sebaliknya. Menurut Bogdan and Biklen, 1982) studi kasus ialah mengkaji secara rinci atau suatu latar, atau satu orang subyek atau suatu tempat penyimpanan dokumen, atau satu peristiwa tertentu. Dalam penelitian kasus akan dilakukan penggalian data secara mendalam dan menganalisis secara intensif interaksi faktor-faktor yang terlibat didalamnya. Jika yang diteliti ada beberapa kasus maka dapat disebut multy cases.

Ciri-ciri dari penelitian kasus adalah :

1. Menggambarkan subyek penelitian didalam keseluruhan tingkah laku sendiri dan hal-hal yang melingkunginya, dan lain-lain yang berkaitan dengan tingkah laku tersebut. 2. Dilakukan dengan mencermati kasus secara mendalam dan

berhati-hati.

3. Dilakukan karena cenderung didorong untuk keperluan pemecahan masalah.

4. Menekankan pendekatan longitudinal atau pendekatan

genetika, yang menunjukan perkembangan selama kurun

waktu tertentu.

Contoh penelitian kasus adalah :

1. Seorang psikolog yang meneliti seorang anak berkebutuhan khusus disuatu sekolahan inklusi di Surabaya.

2. Studi tentang perkembangan kognitif anak di TPA (PAUD) di daerah pedesaan.

Kemudian yang mirip dengan studi kasus, tetapi berbeda arah dan tujuanya, yaitu Studi Multisitus. Penelitian ini menggunakan logika yang berlainan dari pada rancangan studi multi-kasus karena arahnya lebih banyak untuk pengembangan teori dan biasanya memerlukan banyak situs atau subyek dari

pada hanya dua atau tiga saja (Bogdan and Biklen, 1982). Selanjutnya Bogdan and Biklen menyatakan bahwa penelitian ini menghendaki agar siapa yang melakukannya mempunyai baik pengalaman berfikir secara teoritis maupun pengumpulan data sebelum terjun kedalamnya.

3. Penelitian Perkembangan (Kuantitatif atau Kualitatif)

Penelitian perkembangan adalah penelitian yang memusatkan pada variable-variabel dan perkembangannya selama beberapa kurun waktu. Penelitian ini menyelidiki pola-pola dan perurutan perkembangan dan pertumbuhan, dan bagaimana variabel berhubungan satu sama lain dan mempengaruhi sifat-sifat pertumbuhan dan perkembangan itu. Ciri-ciri penelitian perkembangan adalah:

1. Mengetahui perkembangan subyek penelitian dalam kurun waktu tertentu.

2. Dapat menggunakan metode alur panjang (longitudinal method) dan metode silang-sekat (cross-sectional method).

Longitudinal method berarti penelitian menentukan subyek

dan diikuti perkembangannya dalam waktu yang yang lama. Sebelum mulai pengamatannya, peneliti melakukan pengukuran terhadap subyek secara cermat dan teliti, sehingga diketahui kondisi awal dari subyek yang diteliti, dan pada akhirnya dapat diketahui perkembangannya secara pasti setelah selang beberapa kurun waktu sesuai dengan waktu yang di tentukan peneliti. Ciri dari longitudinal method adalah (1) subyek yang diamati tetap (2) peneliti sangat memahami subyek penelitinya, dan (3) memerlukan waktu yang lama. Penelitian ini bisa bersifat kuantitatif dan kualitatif.

Contoh penelitian perkembangan dengan longitudinal method adalah :

1. Studi untuk mengenai perkembangan kemampuan anak SD dalam berfikir matematis mulai kelas 1 SD kelas 6.

2. Studi untuk mengidentifikasi perkembangan anak tuna rungu di SLB.

Cross-sectional Method berarti peneliti tidak

mempertahankan subyek penelitian yang harus diamati dalam jangka waktu lama, tetapi memunculkan subyek-subyek baru yang mengganti subyek lama, dari berbagai kelompok umur. Kurun waktu yang panjang, diganti dengan pengambilan sampel dari berbagai kelompok umur. Ciri-ciri dari metode ini adalah (1) Peneliti tidak perlu menunggu pertumbuhan yang lama dari subyek atau anak, sehingga kesimpulan penelitian dapat segera di ketahui (2) Peneliti mampu mengendalikan variabel-variabel lain karena pelaksanaan penelitiannya singkat (3) Kemungkinan kecil kehilangan subyek penelitian. Ketiga poin tersebut sekaligus merupakan segi positif dari metode cross-sectional.

Sedangkan kelemahannya adalah subyek yang digunakan dalam penelitian tidak sama dan memungkinkan adanya variable lain yang dibawa oleh masing-masing anak, sehingga hasil pengukuran mungkin tidak mencerminkan pertumbuhan anak yang sebenarnya (Suharsimi Arikunto, 1989:302).

Contohnya:

Studi untuk mengenai perkembangan kemampuan anak SD dalam berfikir matematis mulai kelas 1 s.d kelas 6. Dalam melaksanakan penelitian mengambil sampel atau subyek dari berbagai kelas mulai kelas 1 s.d kelas 6.

4. Penelitian Tindak Lanjut (Kuantitatif dan Kualitatif)

Penelitian tindak lanjut adalah penelitian yang diarahkan untuk menindaklanjuti hasil penelitian sebelumnya atau merupakan lanjutan dari penelitian perkembangan dengan metode alur panjang tadi. Ciri dari penelitian ini antara lain adalah (1) Penelitian tindak lanjut tidak terhenti pada suatu seri urutan pengukuran, tetapi peneliti masih terus melakukan

pelacakan untuk kejadian yang menjadi tindak lanjutnya (2) Peneliti tindak lanjut dilakukan berdasarkan umpan balik.

5. Penelitian Analisis Dokumen ( Kuantitatif dan Kualitatif)

Penelitian analisis dokumen analisis isi adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data.

Ciri-ciri penelitian ini adalah (1) penelitian dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam bentuk rekaman, gambar dan sebagainya (2) subyek penelitianya adalah sesuatu barang, buku, majalah dan lainnya (3) dokumen sebagai sumber data pokok. Contoh dari penelitian ini adalah suatu studi tentang keaslian dokumen teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

6. Studi Waktu dan Gerak (Kuantitatif)

Penelitian ini menekankan kepada dua variabel yaitu variabel waktu dan gerak. Ciri-ciri dari penelitian ini adalah (1) banyak dilakukan pada bidang industri (2) observasi dan pengukuran terhadap gerakan-gerakan badan yang dilakukan oleh para pekerja sewaktu melaksanakan tugas produksi (3) kecenderungan menggunakan intrumen stopwatch dan kamera gerak.

Contoh dari penelitian ini adalah

1. Suatu studi tentang keefektifan model gerakan badan dalam melakukan pekerjaan tertentu di suatu pabrik (dalam bekerja di tuntut adanya gerak badan, secara rutin). 2. Studi tentang keefektifan model tendangan finalti pada

B. Penelitian Sejarah (Kualitatif)

a. Pengertian dan tujuan penelitian sejarah

Penelitian sejarah berbeda dengan penelitian lain. Penelitian ini merupakan Expost Facto research yang dinaungi oleh peneitian kualitatif. Penelitian sejarah tidak terdapat manipulasi atau kontrol terhadap variabel, sebagaimana dalam penelitian eksperimen.

Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merekontruksikan apa yang terjadi pada masa lalu selengkap dan seakurat mungkin dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan dengan demikian memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu yang lalu (Jack R. Fraenkel dan Norman E. wallen (1990:411).

Berkaitan dengan penelitian sejarah John W. Best (1977) menyatakan bahwa sejarah merupakan “rekaman” prestasi manusia. Ia bukan semata-mata daftar rentetan peristiwa secara kronologis melainkan gambaran mengenai berbagai hubungan yang benar-benar manunggal antara manusia, peristiwa, waktu dan tempat. Objek-objek observasi sejarah tidak dapat dipandang secara terpisah atau sepotong-potong. Tidak ada orang yang dapat dijadikan subyek penelitian sejarah tanpa diperhitungkan juga interaksinya dengan gagasan-gagasan gerakan-gerakan, atau institusi-institusi yang hidup pada zamannya.

Sementara Donal Ary dkk (1980) menyatakan bahwa penelitian historis adalah usaha untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengevaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masa lalu tersebut.

Berdasarkan pandangan-pandangan yang disampaikan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung unsur-unsur pokok yaitu:

1) Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu).

2) Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif.

3) Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integratif antara manusia, peristiwa, ruang dan waktu.

4) Dilakukan secara interaktif dengan gagasan-gagasan, gerakan-gerakan dan institusi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).

Tujuan penelitian sejarah adalah untuk memahami masa lalu dan mencoba memahami masa kini atas dasar peristiwa atau perkembangan-perkembangan di masa lampau (John W. Best, 1977) Sedangkan Donal Ary (1980) menyatakan bahwa penelitian historis untuk memperkaya pengetahuan kita tentang bagaimana dan mengapa sesuatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini. Sehingga pada akhirnya diharapkan meningkatkan pemahaman tentang kejadian masa kini serta diperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.

Berikutnya Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990) menyatakan bahwa peneliti-peneliti pendidikan sejarah melakukan penelitian sejarah dengan tujuan:

1) Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa yang lalu, sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lalu.

2) Mempelajari bagaimana sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan masalah pada masa sekarang.

3) Untuk membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang.

4) Untuk membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecenderungan. Misalnya pada awal tahun 1900, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah atas, tetapi guru-guru laki-laki tidak.

5) Untuk memahami praktek dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.

Jadi tujuan penelitian sejarah itu tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Masa lampau Masa kini Masa mendatang

b. Langkah-langkah dalam penelitian sejarah

Ada empat langkah yang esensial dalam penelitian sejarah yaitu (1) merumuskan masalah (2) menemukan sumber-sumber informasi sejarah yang relevan (3) meringkas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber-sumber tersebut, dan (4) mempresentasikan dan menginterpretasikan informasi-informasi tersebut yang dihubungkan dengan masalah atau pertanyaan dalam penelitian (Jack E. Fraenkel dan Norman E. Wallen, 1990).

1) Merumuskan masalah

Dalam merumuskan masalah penelitian historis terdapat beberapa persyaratan sebagaimana dalam penelitian yang lain, yaitu (1) Sseharusnya dinyatakan secara jelas dan ringkas (2) manageble dan (3) memiliki rasional yang kuat. 2) Menemukan sumber-sumber informasi yang relevan

Secara umum sumber-sumber informasi yang relevan dalam penelitian sejarah dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:

(1) Dokumen

misalnya buku, majalah, koran, buku catatan, dan sebagainya. Dokumen merujuk kepada beberapa jenis informasi yang eksis di dalam bentuk tertulis atau tercetak.

(2) Rekaman yang bersifat nomerik

Yaitu rekaman yang didalamnya terdapat bentuk-bentuk data nomerik, misalnya sekor tes, laporan sensus, dan sebagainya. Akhir-akhir ini peneliti sejarah meningkatkan penggunaan komputer untuk menganalisis sejumlah data nomerik

(3) Pernyataan lisan

Yaitu melakukan interviu dengan orang yang merupakan saksi saat peristiwa lalu terjadi. Ini merupakan bentuk khusus dari penelitian sejarah, yang disebut “oral history”.

(4) Relik

Yaitu objek phisik atau karakteristik visual yang memberikan beberapa informasi tentang peristiwa masa lalu. Contohnya berupa bangunan, monumen, peralatan, pakaian dan sebagainya.

c. Sumber data penelitian sejarah

Sumber data dalam penelitian sejarah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

1) Sumber data primer,

Yaitu cerita atau penuturan atau catatan-catatan dari para saksi mata pada peristiwa tersebut terjadi. Dokumen atau catatan-catatan yang disimpan dan ditulis oleh saksi mata suatu peristiwa. Dokumen yang termasuk sumber primer adalah Undang-undang Dasar, piagam, otobiografi, dan sebagainya. Barang peninggalan yang menjadi sumber primer misalnya fosil, kerangka perkakas dan sebagainya.

Kesaksian lisan yang temasuk sumber primer misalnya penuturan dari saksi mata saat peristiwa terjadi yang diungkapkan dengan lisan.

2) Sumber sekunder

Yaitu cerita atau penuturan atau catatan mengenai suatu peristiwa yang tidak disaksikan langsung sendiri oleh pelapor, melainkan semata-mata melaporkan apa yang dituturkan atau ditulis oleh orang yang menyaksikan peristiwa itu. Sumber data sekunder cenderung agak lemah karena adanya kesalahan yang mungkin timbul sewaktu informasi ditularkan dari tangan ke tangan. Biasanya buku teks sejarah dan ensiklopedi adalah contoh sumber sekunder, karena ditulis selang beberapa lama setelah terjadinya peristiwa yang sebenarnya.

d. Meringkas informasi yang diperoleh dari sumber historis

Yaitu proses mereviu dan meringkas dari sumber-sumber informasi sejarah. Dalam hal ini berusaha untuk menentukan relevansi merupakan saksi utama dengan pertanyaan atau masalah yang diteliti, yang dapat dilakukan dengan merekam data bibliografi yang lengkap dari sumber, mengorganisasi data berdasarkan kategori yang dihubungkan dengan masalah yang diteliti dan meringkas informasi yang berhubungan (fakta, jumlah, dan pertanyaan yang penting).

e. Mengevaluasi sumber-sumber sejarah

Dalam langkah ini peneliti sejarah harus mengadopsi sikap kritis kearah beberapa atau seluruh sumber informasi. Dalam mengevaluasi sumber-sumber sejarah yang merupakan dokumen/informasi, pertanyaan kunci untuk penelitian sejarah tersebut adalah:

1. Apakah dokumen ini benar-benar ditulis oleh pengarang (apakah dokumen tersebut murni?)

2. Apakah informasi yang terisi di dlam dokumen benar (apakah akurat?) Pertanyaan pertama mengacu ke kritik eksternal, sedangkan pertanyaan kedua mengacu ke kritik internal.

Kritik Eksternal

Untuk menetapkan keaslian atau otentitas data, dilakukan kritik ekternal. Apakah fakta peninggalan atau dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu. Berbagai tes dapat di gunakan untuk menguji kealian tersebut. Misalnya untuk menetapkan umur dokumen melibatkan pengujian tanda tangan, tulisan tangan, bentuk huruf, penggunaan bahasa dan termauk juga uji fisik dan kimiawi atas tinta, cat kertas dan sebagainya. Sehingga hharus terjawb pertanyaan apakah unsur-unsur tersebut konsisten dengan fakta-fakt yang diketahui mengenai seseorang, suatu pengetahuan dan teknologi yang ada pada jaman itu.

Beberapa pertanyaan yang terkait dengan kemurnian sumber sejarah (Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wa11en, 1990:416) yaitu:

1. Siapa yang menulis dokumen?

2. Untuk apa tujuan dari dokumen yang tertulis? 3. Kapan dokumen ditulis?

4. Dimana dokumen ditulis?

5. Dengan kondisi bagaimana dokumen ditulis?

6. Bagaimana perbedaan bentuk atau versi keberadaan dokumen?

Kritik Internal

Setelah keaslian suatu dokumen diuji melalui kritik eksternal, berikutnya dilakukan kritik internal. Walaupun dokumen itu asli, tetapi apakah ia mengungkapkan gambaran yng benar? Bagaimana mengenai penulis dan penciptanya? Apakah dia jujur, adil dan benar-benar memahami fakanya?

Dan beberapa pertanyaan lain yang berkaitan dengan sifat dan perasaan yang berkaitan dengan penulis atau penciptanya.

Sejarahwan harus benar-benar yakin bahwa datanya otentik dan akurat. Hanya kalau datanya otentik dan akuratlah sejarahwan bisa memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang berharga untuk di telaah secara serius.

Sebagaimana dalam kritik ekternal, beberapa pertanyaan juga diperlukan untuk ditanyakn dalam rangka mengevaluasi keakuratan dokumen dn kebenaran penulis.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dalam dua kategori, yaitu:

a. Yang berkenaan dengan penulis dokumen.

1. Apakah penulis menunjukann peristiwa yang benar-benar sedang terjadi (apakah dokumen pertama atau kedua?).

2. Apakah penulis merupakan partisiapan atau pengamat? 3. Apakah penulis berkompeten dalam menggambarkan

peristiwa?

4. Apakah penulis terlibat secara emosional didalam peristiwa tersebut?

5. Apakah penulis mengenai hasil dari peristiwa? b. Yang berkenaan dengan isi dokumen.

1. Apakah isi membuat sense?

2. Apakah peristiwa tergambar dengan akurat pada waktu itu?

3. Apakah people berkelakuan sebagaimana yang digambarkan?

4. Apakah bahasa yang ada dalam dokumen menimbulkan bias?

5. Apakah terdapat dalam versi lain mengenai peristiwa yang ada?

f. Hipotesis dan generalisasi dalam penelitian sejarah

Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan hipotesis, meskipun hipotesis tersebut tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Biasanya sejarahwan menyimpulkan bukti-bukti dan secara cemat menilai keterpercayaannya. Jika buktinya ternyata cocok dengan hipoteesisnya, maka hipotesis tersebut teruji. Hipotesis yang ada dalam penelitian sejarah ini sifatnya cenderung tidak diuji dengan statistik.

Apakah penelitian sejarah dapat menghasilkan generalisasi atau tidak, dikalangan sejarahwan itu sendiri masih ada perbedaan pendapat. Tetapi sebagian besar sejarahwan berpendapat bahwa generalisasi bisa saja dihasilkan, tetapi mereka tidak sependapat mengenai validitas penerapan generalisasi itu untuk masa dan tempat yang berbeda. Penerapannya harus pada waktu dan tempat yang homogin.

g. Penulisan laporan penelitian sejarah

Proses dalam penulisan laporan penelitian sejarah membutuhkan kreaktifitas, imajinasi yang yang kuat, dan multi rasio. Laporan tersebut hendaknya ditulis dengan gaya penulisan yang baik dan objektif. Tetapi tidak menutup kemungkinan laporan tersebut dibuat dengan biasa-biasa saja, dan upaya tidak monoton diberi warna pada pernyataannya, yang penting jangan sampai hilang keasliannya. Mengenai format penulisan laporan tidak ada format yang baku, hal ini dapat disesuaikan dengan kepentingan atau persyaratan institusi tertentu.

C. Penelitian koerelasional (kuantitatif)

Penelitian korelasional adalah penelitian penelitian yang akan melihat hubungan antara variabel atau beberapa variabel dengan variabel lain. Variabel yang digunakan untuk memprediksi disebut variabel prediktor. Sedangkan variabel yang diprediksi disebut variabel kriterium atau kriteria.

Istilah lain variabel prediktor tersebut adalah variabel

Dokumen terkait