PENDEKATAN SISTEM
OUTPUT TIDAK DIKEHENDAKI : 1 Kerusakan lingkungan
6.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan metode studi pustaka dan survei lapangan. Survei lapangan ditujukan untuk memperoleh data primer dengan cara observasi, wawancara dan pengisian kuesioner. Survey pada penelitian ini berorientasi terhadap pengumpulan pengetahuan (knowledge acquisition) atau domain keahlian tertentu dari pakar dan pihak terkait dengan penelitian ini. Hal ini sesuai dengan kaidah yang dianut dalam pengembangan sistem pakar yang merupakan bagian dari SPK intelijen yang direkayasa. Pakar yang dilibatkan dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: 1) Pakar yang menyelesaikan pendidikan formal S2/S3 pada bidang yang dikaji, 2) pakar yang berpengalaman pada bidang yang dikaji, tetapi memiliki pendidikan formal di bidang lain, 3) pakar yang berpendidikan formal dan berpengalaman pada bidang
yang dikaji, dan 4) pakar yang berasal dari praktisi di dalam kehidupan sehari-hari (kaya akan pengalaman empiris).
Tahap pengumpulan dan pengolahan data dilakukan untuk memvalidasi sistem yang telah dikembangkan sehingga dapat ditentukan pusat agroplitan, komoditi unggulan dan sentra produksinya, produk prospektif berdasarkan potensi pasar, teknologi, nilai tambah dan kelayakan finansialnya, dan kemudian ditentukan pula sarana prasarana serta pola kerjasama atau kelembagaan yang dapat menunjang pengembangan agropolitan. Tahapan pengumpulan dan pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Diagram alir tahapan pengolahan data
6.4.1 Penentuan Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura Unggulan Pemilihan komoditi unggulan dilakukan terhadap komoditi-komoditi tanaman pangan dan hortikultura dengan menggunakan metode Multi Expert- Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM). Seleksi komoditi unggulan dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dihasilkan
Tidak
Ya
MULAI
Pengklasteran Wilayah Agropolitan Alat Analisis: Clustering Analysis
Layak
Penentuan Komoditi Tanaman Pangan & Horti Unggulan Alat Analisis: IPE satu peubah
Penentuan Prasarana Alat Analisis: IPE dua peubah Penentuan Pola Kelembagaan Alat Analisis: Analytical Network Process Penentuan Produk Agroindustri Prospektif Alat Analisis: Analytical Network Process /ANP
Penentuan Pusat Agropolitan & Wilayah Pendukungnya Alat Analisis: Sistem Pakar
Perancangan Agroindustri Prospektif Alat Analisis: forecasting, NPV, IRR, B/C
komoditi yang diunggulkan dan selanjutnya ditentukan wilayah sentra produksinya.
ME-MCDM model Multi Expert-Multi Criteria Decision Making (ME- MCDM) untk pengambilan keputusan dengan banyak kriteria secara berkelompok menggunakan penilaian non-numeric atau linguistic label. Teknik evaluasi pilihan bebas (Independent Preference Evaluation/IPE) merupakan salah satu cara untuk pengambilan keputusan dengan kaidah teori gugus tidak pasti (fuzzy set theory). Teknik tersebut untuk mengevaluasi kesukaan atau pilihan yang dapat ditempuh dengan metode perhitungan non-numerik. Langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada Bab 4 Pendekatan Sistem.
6.4.2 Penentuan Pusat Agropolitan dan Wilayah Pendukungnya
Model Penentuan Pusat Agropolitan menggunakan Clustering Analysis.
Cluster analysis merupakan analisis variabel ganda yang dipergunakan untuk mengelompokkan n objek (dalam hal ini kecamatan) menjadi m gerombol (sehingga m<n). Kecamatan-kecamatan dalam gerombol yang sama akan memiliki keragaman yang lebih homogen apabila dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan dalam gerombol yang berlainan.
Analisis gerombol dilakukan berdasarkan jarak antar skor total, sehingga kecamatan-kecamatan yang berada dalam cluster memiliki karateristik yang berdekatan. Analisis ini dipergunakan untuk mengelompokkan wilayah-wilayah berdasarkan data tingkat perkembangan dan kinerja perekonomian dan non perekonoian wilayah, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan, transformasi struktur, dan potensi sumberdaya wilayah. Dari hasil analisis ini, seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Probolinggo dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang dapat diketahui keunggulan masing-masing kelompok, sehingga dapat diketahui kalster mana yang terbaik dan kemudian dijadikan sebagai pusat agropolitan.
6.4.2.1 Analisis Tingkat Perkembangan Aspek Non Ekonomi
Analisis perkembangan aspek non ekonomi dilakukan terhadap beberapa variabel dalam aspek sosial dan lingkungan. Indikator-indikator yang digunakan
untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah dalam aspek sosial meliputi kependudukan, pendidikan dan kesehatan.
6.4.2.2 Analisis Pemusatan Ekonomi Wilayah
Location quotient merupakan metode analisis yang umum digunakan dalam ekonomi geografi. Analisis ini digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan aktyivitas dan mengetahui kapasitas ekspor perekonomian wilayah serta kecukupan barang/jasa dari produksi lokal suatu wilayah. Nilai LQ merupakan indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas wilayah atau dapat dikatakan LQ didefinisikan sebagai rasio persentase aktivitas pada sub wilayah terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Asumsi yang digunakan dalam analisis LQ adalah sebagai berikut: 1) kondisi geografis relatif seragam, 2) aktivitas bersifat seragam, dan 3) setiap aktivitas menghasilkan produk yang seragam. Rumus perhitungan LQ dapat dilihat pada Bab 7 Rekayasa Sistem.
6.4.2.3 Analisis Potensi Sumberdaya Wilayah
Metode skalogram dipakai untuk menganalisis hirarki pusat-pusat pelayanan berdasarkan ketersediaan infrastruktur atau fasilitas-fasilitas pelayanan yang dimiliki. Asumsi yang digunakan adalah bahwa wilayah yang memiliki rangking tertinggi adalah lokasi yang dapat menjadi pusat pelayanan. Berdasarkan analisis ini dapat ditentukan prioritas pengadaan sarana dan prasarana si setiap unit wilayah yang dianalisis. Indikator yang digunakan dalam analisis skalogram adalah jumlah penduduk, jumlah jenis, jumlah unit serta kualitas fasilitas pelayanan yang dimiliki masing-masing kecamatan.
6.4.3 Pemilihan Agroindustri Prospektif
Pemilihan dan perancangan agroindustri yang menghasilkan produk prospektif dilakukan berdasarkan aspek pemasaran, aspek teknologi, peningkatan nilai tambah, aspek finansial, dan dampak sosial ekonomi masyarakat. Pemilihan agroindustri prospektif dilakukan agar investasi yang direncanakan dapat berjalan
lancar dan selain akan memberikan peningkatan usaha dan laba perusahaan, diharapkan berdampak secara ekonomis terhadap masyarakat sekitar.
Metode yang digunakan untuk pembobotan kriteria dan pembobotan prioritas agroindustri adalah ANP. Metode ANP berguna pada perusahaan besar atau sektor publik yang memerlukan pengambilan keputusan dalam jumlah informasi, interaksi serta feedback yang banyak dan memiliki tingkat kompleksitas tinggi. Sebagai metode pengembangan dari metode AHP, ANP masih menggunakan cara Pairwise Comparison Judgement Matrices (PCJM) antar elemen yang sejenis. Perbandingan berpasangan dalam ANP dilakukan antar elemen dalam komponen/kluster untuk setiap interaksi dalam network Saaty (1996) dan Saaty (2001).
Tahap ini dilakukan dengan menganalisis peluang pasar berdasarkan kecenderungan permintaan dan tingkat persaingan pada alternatif produk, kemudian analisis teknologi dilakukan terhadap tingkat investasi dan pengadaannya serta tingkat penguasaan dan penggunaan teknologi. Analisis finansial menggunakan metode NPV, IRR, dan B/C dimana rumus yang digunakan dijelaskan pada Bab Rekayasa Sistem.
6.4.4 Penentuan Pola Kerjasama dan Kelembagaan
Penentuan pola kerjasama dan kelembagaan dilakukan berdasarkan data mengenai budaya masyarakat, kebutuhan masyarakat, dan biaya transformasi ekonomi. Menurut Pranadji (2003), Kebutuhan masyarakat dikaitkan dengan kebutuhan terhadap pengembangan dan adopsi teknologi, kebutuhan terhadap kegiatan ekonomi, kegiatan sosial (pengurangan kesenjangan lapangan kerja, peluang berusaha, dan pemerataan pendapatan), kebutuhan akan kegiatan hukum dan politik, serta kebutuhan akan ekolosistem dan sumberdaya. Menurut Haris (2006), Biaya transformasi ekonomi terdiri dari biaya informasi, biaya negoisasi dan biaya penegakan aturan. Metode yang digunakan untuk pembobotan kriteria dan pembobotan prioritas pola kerjasama dan kelembagaan adalah ANP.
6.4.5 Penentuan Penyediaan Sarana dan Prasarana
Penentuan penyediaan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan topografi (bukit, lembah, gunung), geologi tanah dan batuan, sistem drainase (persawahan dan pemukiman), meteorologi atau iklim, potensi material (batuan dan pasir), lingkungan hidup dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Data dilengkapi dengan peta jaringan jalan dan sungai, peta land use, dan peta tanah sub wilayah pengembangan Kabupaten. Metode penentuan pengembangan sarana prasarana yang digunakan untuk pembobotan kriteria dan pembobotan prioritas penyediaan sarana dan prasarana adalah dengan pendekatan ME-MCDM menggunakan teknik Independent Preference Evaluation / IPE dua peubah.