BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERJANJIAN
C. Hukum Kepailitan
6. Pengurusan dan Pemberesan Serta Eksekusi Harta Pailit
hal tersebut diselesaikan melalui hakim pengawas ataupun Pengadilan Niaga.129
5) Akibat Hukum Terhadap Harta Warisan
Tidak dapat terelakkan bahwa ada kemungkinan debitor memperoleh warisan selama kepailitan karena berbagai hal. Terkait perolehan warisan selama kepailitan, telah diatur bahwa kurator tidak boleh menerima warisan yang jatuh kepada debitor selama kepailitan kecuali apabila harta warisan tersebut menguntungkan harta pailit.130 Untuk tidak menerima suatu warisan, kurator perlu izin dari Hakim Pengawas.131
6. Pengurusan dan Pemberesan Serta Eksekusi Harta Pailit
Pengertian harta pailit tidak dijelaskan secara spesifik dalam Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Sehingga untuk memahami harta pailit, mengacu kepada Pasal 1131 KUHPerdata yang menyatakan: “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang ada maupun yang baru aka nada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan.”
129 Ibid
130 Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
131 Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
62 Harta yang dikatakan sebagai harta pailit dalam praktiknya, adalah harta yang memiliki nilai ekonomis dan dapat dijadikan sebagai agunan di bank. Harta pailit tersebut dapat berupa:132
a. barang proyek yang tengah dikerjakan oleh debitor yang pembiayaannya didanai oleh kreditor atau bank;
b. hak tagih yang dibiayai oleh kreditor atau bank; c. surat-surat berharga, obligasi, dan saham;
d. saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek indonesia atau memiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai;
e. tanah, gedung, dan rumah tinggal;
f. mesin yang merupakan satu kesatuan dengan tanah; g. pesawat udara;
h. kapal laut dengan ukuran di atas 20 m3 (dua puluh meter kubik); i. kendaraan bermotor;
j. perhiasan emas (hanya dapat diterima sebagai barang gadai pada bank syariah);
k. produksi barang yang dihasilkan atau produk hasil pertanian; l. barang-barang inventory atau barang persediaan;
m. resi gudang yang diikat dengan hak jaminan atas resi gudang;
n. tanah yang kepemilikannya didasarkan pada hukum adat (girik, petuk) maupun tanah hak milik, hak guna usaha atau hak pakai; dan
o. hak kekayaan intelektual yang menghasilkan royalty seperti merek, paten, desain industry, hak cipta, hak atas varietas tanaman, rahasia perusahaan, dan lain-lain.
Sebagaimana telah dijelaskan pada sub-bagian sebelumnya, bahwa terdapat pengecualian terhadap harta pailit. Akan tetapi, pengecualian tersebut dapat disimpangi jika ternyata benda-benda yang dibutuhkan oleh debitor dalam kehidupannya sehari-hari berupa mobil mewah, dan perabotan mewah dari merek dagang terkenal yang senyatanya memiliki nilai ekonomi tinggi.133 Terhadap harta pailit yang dikecualikan tersebut,
132 Elyta Ras Ginting, Hukum Kepailitan Buku Ketiga Pengurusan dan Pemberesan Harta
Pailit, Ctk. Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2019, hlm. 147-148 133 Ibid, hlm. 149
63 kurator dapat mengajukan permohonan kepada hakim pengawas agar mobil dan perabotan mewah dimasukkan dalam harta pailit.134
Tindakan yang dilakukan dalam kepailitan yang berkaitan dengan harta pailit adalah pengurusan dan pemberesan harta pailit. Pengurusan dan pemberesan harta pailit menjadi kewenangan kurator atau Balai Harta Peninggalan (jika pemohon pailit tidak mengusulkan kurator tertentu dalam permohonan pailitnya).135 Kewenangan kurator setelah putusan pernyataan pailit dikeluarkan oleh pengadilan niaga adalah melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. Pengurusan dan pemberesan tersebut mencakup melakukan pengumuman kepailitan, melakukan penyegelan harta pailit, pencatatan atau pendaftaran harta pailit, melanjutkan usaha debitor, membuka surat-surat telegram debitor pailit, mengalihkkan harta pailit, melakukan penyimpanan harta pailit, mengadakan perdamaian guna menjamin suatu perkara yang sedang berjalan atau mencegah timbulnya suatu perkara.136
Proses pengurusan harta pailit secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:137
a. Melakukan pengumuman kepailitan atas diri debitor pailit yang dilakukan oleh kurator dalam 2 (dua) surat kabar nasional dan lokal yang ditetapkan oleh hakim pengawas dan mempersiapkan
134 Ibid
135 Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
136 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
137 Pasal 15, Pasal 98 sampai dengan Pasal 104 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
64 penyelenggaraan rapat kreditor pertama. Bersamaan dengan hal ini, kurator wjaib mengamankan harta pailit dan melakukan penyimpanan harta pailit yang termasuk sebagai benda-benda bergerak. Apabila diperlukan, dalam rangka mengamankan harta pailit kurator dapat meminta kepada pengadilan agar melakukan penyegelan atas harta pailit.
b. Mencatatkan harta pailit secara notarial atau di bawah tangan dengan mengundang panitia kreditor yang ada untuk menghadiri pencatatan tersebut yang dilaksanakan sesegera mungkin yaitu dalam jangka waktu 2 (dua) hari setelah kurator menerima putusan pailit.
c. Membuat Daftar Utang sementara dari piutang-piutang yang telah didaftarkan oleh para kreditor. Daftar ini berkaitan dengan ketentuan Pasal 116 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU yang mewajibkan kurator melakukan tahap pra-verifikasi utang dengan debitor dan kreditor yang mengajukan tagihan untuk dicocokkan dalam rapat Verifikasi Utang.
d. Mengumumkan Daftar Utang sementara di kepaniteraan pengadilan niaga untuk dapat dilihat setiap orang secara cuma-cuma. Namun, setiap kreditor dengan biaya sendiri dapat meminta salinan dari daftar utang sementara kepada pengadilan.
e. Mengumumkan proposal perdamaian di kepaniteraan pengadilan niaga jika debitor telah mengajukan proposal perdamaian;
65 f. Mengirimkan salinan proposal perdamaian kepada masing-masing anggota panitia kreditor untuk ditanggapi secara tertulis nantinya dalam suatu rapat kreditor yang diselenggarakan khusus untuk itu. g. Mengusulkan pada panitia kreditor (jika ada) untuk melanjutkan
kelangsungan usaha debitor pailit. Jika panitia kreditor belum ada izin tersebut diminta kepada hakim pengawas.
Setelah pengurusan harta pailit dilakukan, maka dilanjutkan dengan pemberesan harta pailit oleh kurator. Pemberesan harta pailit adalah penguangan aktiva untuk membayar utang debitor terhadap kreditor.138 Pemberesan harta pailit dapat dilakukan terhitung saat harta pailit dinyatakan insolven. Pasal 178 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa insolvensi adalah keadaan tidak mampu membayar, artinya apabila tidak terjadi perdamaian dan harta pailit berada dalam keadaan tidak mampu membayar seluruh utang yang wajib dibayar. Keadaan insolven memiliki pengaruh terhadap kreditor separatis. Keadaan insolven demi hukum mengakhiri keadaan stay sehingga kreditor separatis dapat dengan segera melaksanakan hak parate executie atas barang jaminan piutangnya dan mengambil sendiri pelunasan atas piutangnya dari hasil penjualan barang jaminan seolah-olah tidak terjadi kepailitan.139 Apabila kreditor separatis berhasil menjual sendiri barang jaminan tersebut, kreditor separatis wajib menyerahkan biaya utang pajak
138 Pasal 184 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
139 Pasal 184 ayat (1) huruf a dan b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
66 penjualan barang atau pajak atas bangunan dan tanah (tagihan preferen) dan menyerahkan sisa hasil penjualan barang jaminan setelah dikurangi dengan jumlah utang, bunga berikut denda keterlambatan (jika ada) kepada kurator.140 Tidak hanya kreditor separatis, tetapi kurator juga dapat melaksanakan hak parate executie dari kreditor separatis setelah harta pailit insolven apabila setelah 2 (dua) bulan sejak keadaan insolven berlaku, kreditor separatis belum berhasil menjual sendiri barang jaminan. Kreditor separatis wajib menyerahkan barang jaminan yang ada padanya untuk dijual sendiri oleh kurator dengan dijual di muka umum (lelang) atau penjualan di bawah tangan.
Penjualan atas harta pailit dapat dikatakan sebagai eksekusi dalam kepailitan apabila harta pailit tersebut dalam penyitaan. Kreditor separatis memiliki hak untuk melakukan eksekusi sendiri. Karena kedudukan kreditor separatis terpisah dari kreditor lainnya. Hak eksekusi yang diberikan kepada kreditor separatis terdapat pada Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Pengaruh kepailitan terhadap hak tanggungan disebutkan dalam Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU bahwa hak eksekusi kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU dan hak-hak pihak-hak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam penguasaan debitor pailit atau kurator, ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama
140 Pasal 60 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
67 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.
Selama jangka waktu penangguhan, kurator dapat menggunakan harta pailit berupa benda tidak bergerak maupun benda bergerak atau menjual harta pailit yang berupa benda bergerak yang berada dalam penguasaan kurator dalam rangka kelangsungan usaha debitor, dalam hal telah diberikan perlindungan yang wajar bagi kepentingan kreditor atau pihak ketiga. Tujuan yang hendak dicapai dalam penangguhan eksekusi hak tanggungan yakni untuk memperbesar kemungkinan tercapainya perdamaian, untuk memperbesar kemungkinan mengoptimalkan harta pailit dan untuk memungkinkan kurator melaksanakan tugasnya secara optimal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penundaan eksekusi bukanlah semata-mata demi kepentingan kreditor belaka. Tujuan yang dimaksud oleh Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU ini sama artinya bahwa harta debitor yang sebelum kepailitan telah dibebankan dengan hak tanggungan merupakan harta pailit ketika debitor tersebut dinyatakan pailit.141
Kewenangan kreditor separatis pemegang jaminan hak tanggungan yakni dalam masa sebelum jatuhnya putusan pailit (kecuali dilakukan sita jaminan), setelah berakhirnya insolvensi, dan selama dua bulan sejak insolvensi. Dalam waktu dua bulan dimaksud bukan berarti kreditor separatis sudah harus selesai melakukan eksekusi melainkan dalam jangka
68 waktu tersebut kreditor separatis sudah mulai melakukan proses eksekusi. Sementara pihak yang berwenang sendiri untuk mengeksekusi dapat kreditor separatis dan dapat juga kurator. Hal ini tergantung pada hubungan aset dengan kreditor (dijaminkan atau tidak) dan bergantung pada waktu kapan eksekusi dilaksanakan142.
Hak eksekusi dapat dilaksanakan oleh kreditor separatis pada saat keadaan stay berlangsung atau sebelum harta pailit menjadi insolven atas izin dari kurator, hakim pengawas, atau pengadilan niaga. Dengan demikian, kreditor separatis dapat mengajukan permohonan pada kurator agar keadaan stay yang membekukan hak parate executie kreditor separatis dipersingkat, atau kreditor separatis diberi izin untuk menjual sendiri beberapa benda tertentu semasa periode stay berlangsung.143
Penjualan barang jaminan oleh kreditor separatis yang dilaksanakan selama masa stay atau masa pra-insolven adalah pengecualian dari ketentuan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU yang membekukan hak parate executie kepada kreditor separatis paling lama 90 (sembilan puluh) hari, dan Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU yang mengatur mengenai pelaksanaan hak parate executie hanya dapat dilakukan setelah harta pailit insolven. Dengan demikian, penjualan tersebut bersifat sangat urgen dan dapat dibenarkan hanya apabila dalam keadaan yang sangat mendesak atau tertentu saja. Tidak
142 Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, PT Citra. Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm.
143 Pasal 57 dan Pasal 58 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
69 semua barang jaminan dapat dijual oleh kreditor pada masa pra-insolven. Berdasarkan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, harta pailit yang dapat dijual oleh kreditor separatis terbatas pada benda bergerak seperti barang persediaan (inventory dan current asset). Kemudian, apabila kurator maupun hakim pengawas tidak memberi izin kepada kreditor separatis untuk menjual barang jaminan sebelum harta pailit insolven, maka terhadap kreditor separatis wajib diberi perlindungan hukum yang wajar mengacu pada Penjelasan Pasal 58 ayat (2) dan Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU.