KURATOR YANG MENYEBABKAN RENVOI PROSEDUR DAN SENGKETA DALAM KEPAILITAN
B. Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit
Tujuan dari hukum kepailitan (bankruptcy law) adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitor di antara para kreditornya.
2. Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan – perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditor.
3. Memberikan perlindungan kepada debitor yang beritikat baik dari para kreditornya, dengan cara memperoleh pembebasan utang.
Menurut Radin, dalam bukunya The Nature of Bankcruptcy tujuan umum dari hukum kepailitan adalah untuk menyediakan suatu forum kolektif untuk mengklasifikasikan (memilah – milah) hak – hak dari berbagai penagih (kreditor) terhadap harta kekayaan debitor yang tidak cukup nilainya. Berkenaan dengan pendapat Radin, dapat dikemukakan bahwa intinya hukum kepailitan (bankruptcy
45 Suhardiman, Kepailitan dan PKPU, (Jakarta : Tatanusa, 2010), hal. 63
law) baik dahulu maupun sekarang adalah “a debt collective system”, sekalipun bankruptcy bukan satu – satunya “debt collection system.”46
Sehingga secara singkat, dapat dinyatakan bahwa tujuan kepailitan adalah pembagian kekayaan debitor oleh kurator kepada semua kreditor dengan memperhatikan hak – hak mereka masing – masing. Dengan demikian hukum kepailitan dibutuhkan sebagai alat collective proceeding, dalam rangka mengatasi collective action problem yang timbul dari kepentingan masing – masing kreditor.
Artinya, hukum kepailitan memberikan suatu mekanisme dimana para kreditor dapat bersama – sama menentukan apakah sebaiknya perusahaan atau harta kekayaan debitor diteruskan kelangsungan usahanya atau tidak, dan dapat memaksa kreditor minoritas mengikuti skim karena adanya prosedur pemungutan suara.47
Dalam penjelasan umum Undang – undang Nomor 37 Tahun 2004 dikemukakan mengenai beberapa faktor perlunya pengaturan mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang, yaitu:
1. Untuk menghindari perebutan harta debitor apabila dalam waktu yang sama ada beberapa kreditor yang menagih piutangnya dari debitor.
2. Untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan kepentingan debitor atau para kreditor lainnya.
3.
Untuk menghindari adanya kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh salah seorang kreditor atau debitor sendiri. Misalnya, debitor berusaha untuk memberi keuntungan kepada seorang atau beberapa orang kreditor tertentu sehingga kreditor lainnya dirugikan, atau adanya perbuatan curang dari debitor untuk
46 Fred B.G.Tumbuan, “Menelaah Konsep Dasar Dan Aspek Hukum Kepailitan,” dalam Emmy Yuhassarie dan Tri Harwono, Tim Editor (2), Kepailitan dan Transfer Aset Secara Melawan Hukum: Prosidings Rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah – Masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya Tahun 2004, Cet. 2, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2005), hal. 2
47 Ibid, hal. 3
melarikan semua harta kekayaannya dengan maksud untuk melepaskan tanggung jawabnya terhadap para kreditor.
Ketiga hal itulah yang menurut pembuat Undang – undang Nomor 37 Tahun 2004 yang merupakan tujuan dibentuknya undang – undang tersebut yang merupakan produk hukum nasional yang sesuai dengan kebutuhan dan pembangunan hukum masyarakat. Dapat dinyatakan bahwa tujuan – tujuan dari hukum kepailitan adalah :48
1. Melindungi para kreditor konkuren untuk memperoleh hak mereka sehubungan dengan berlakunya asas jaminan, bahwa “semua harta kekayaan debitor baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang baru aka nada di kemudian hari, menjadi jaminan bagi perikatan debitor,” yaitu dengan cara memberikan fasilitas dan prosedur untuk mereka dapat memenuhi tagihan – tagihannya terhadap debitor.
Menurut hukum Indonesia, asas jaminan tersebut dijamin oleh Pasal 1131 KUH Perdata. Hukum kepailitan menghindarkan terjadinya saling rebut di antara para kreditor terhadap harta debitor berkenaan dengan asas jaminan tersebut. Tanpa adanya undang – undang kepailitan, maka akan terjadi kreditor yang lebih kuat akan mendapatkan bagian yang lebih banyak daripada kreditor yang lemah.
2. Menjamin agar pembagian harta kekayaan debitor di antara para kreditor sesuai dengan asas pari passu (membagi secara proporsional harta kekayaan debitor kepada para kreditor konkuren atau unsecured creditors berdasarkan pertimbangan besarnya tagihan masing – masing). Di dalam hukum Indonesia asas pari passu dijamin oleh Pasal 1132 KUH Perdata.
3. Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan – perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditor. Dengan dinyatakan seorang debitor pailit, maka debitor menjadi tidak lagi memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengalihkan harta kekayaannya. Putusan pailit memberikan status hukum dari harta kekayaan debitor berada di bawah sita umum (disebut harta pailit).
4. Pada hukum kepailitan Amerika Serikat, kepada debitor yang beritikad baik memberikan perlindungan dari para kreditornya, dengan cara memperoleh pembebasan utang. Menurut hukum kepailitan Amerika Serikat, seorang debitor perorangan (individual debitor) akan dibebaskan dari utang – utangnya setelah tindakan pemberesan atau likuidasi terhadap harta
48 Muhammad Khairi, Kepailitan dalam KUH Perdata, (Bandung : Alumni, 2013), hal. 43
kekayaannya selesai. Untuk debitor yang nilai harta kekayaannya setelah dilikuidasi atau dijual oleh likuidator tidak cukup untuk melunasi seluruh utang – utangnya kepada para kreditornya tersebut, tidak lagi diwajibkan untuk melunasi utang – utang tersebut. Kepada debitor tersebut diberi kesempatan untuk memperoleh financial fresh start. Debitor tersebut dapat memulai kembali melakukan bisnis tanpa dibebani dengan utang – utang yang menggantung dari masa lampau sebelum putusan pailit. Financial fresh start hanya diberikan kepada debitor pailit perorangan dan tidak diberikan kepada debitor badan hukum. Jalan keluar yang dapat ditempuh oleh perusahaan yang pailit ialah membubarkan perusahaan debitor yang pailit itu setelah likuidasi berakhir. Menurut UU Kepailitan Nomor 37 Tahun 2007, financial fresh start tidak diberikan kepada debitor, baik debitor perorangan maupun debitor badan hukum setelah tindakan pemberesan oleh kurator selesai dilakukan. Artinya, apabila setelah tindakan pemberesan atau likuidasi terhadap harta kekayaan debitor selesai dilakukan oleh kurator dan ternyata masih terdapat undang – undang yang belum lunas, debitor tersebut masih tetap harus menyelesaikan utang – utangnya. Penjelasan umum dari undang – undang tersebut menyatakan “Kepailitan tidak membebaskan seorang yang dinyatakan pailit dari kewajiban untuk membayar utang – utangnya”. Setelah tindakan pemberesan atau likuidasi selesai dilakukan oleh kurator, debitor kembali diberikan kewenangan untuk melakukan tindakan hukum yang berkaitan dengan harta kekayaannya, artinya debitor boleh kembali melakukan kegiatan usaha, tetapi tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utang – utang yang belum lunas.
5. Menghukum pengurus yang karena kesalahannya telah mengakibatkan perusahaan mengalami keadaan keuangan yang buruk sehingga perusahaan mengalami keadaan insolvensi dan kemudian dinyatakan pailit oleh pengadilan.
6. Memberikan kesempatan kepada debitor dan para kreditornya untuk berunding dan membuat kesepakatan mengenai restrukturisasi utang – utang debitor. Dalam Bankruptcy Code Amerika Serikat, hal ini diatur di dalam Chapter 11 mengenai Reorganization. Di dalam undang – undang kepailitan Indonesia kesempatan bagi debitor untuk mencapai kesepakatan restrukturisasi utang – utangnya dengan para kreditornya diatur dalam Bab III tentang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Ketentuan hukum pengurusan dan pemberesan harta pailit dilakukan oleh kurator dengan diawasi oleh hakim pengawas dalam pelaksanaan pengurusan dan pemberesan harta pailit agar dapat diinventarisasi dengan baik tanpa kehilangan satu item harta pailit dari debitor yang telah dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap. Hal ini untuk menjamin agar para kreditor dapat terpenuhi hak-haknya dengan dilaksanakannya pembayaran piutang dari harta debitor pailit tersebut kepada para kreditor tersebut. Ketentuan pengurusan dan pemberesan harta pailit diawali dengan pelaksanaan pencatatan seluruh harta debitor pailit yang berada di bawah kekuasaan dan kewenangan kurator bersama-sama dengan hakim pengawas. 49
Pasal 98 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU menyebutkan bahwa, “Sejak mulai pengangkatannya kurator harus melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta pailit dan menyimpan semua surat, dokumen, uang, perhiasan, efek dan surat berharga lainnya dengan memberikan tanda terima”. Ketentuan Pasal 98 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU tersebut di atas merupakan awal dari tugas kurator dalam langkah mengamankan harta pailit dengan cara melakukan pencatatan terhadap seluruh harta debitor pailit sehingga seluruh harta debitor pailit tersebut dapat terdata secara keseluruhan dan tidak boleh tidak ada harta debitor pailit yang dicatat oleh kurator.
Kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh kurator terhadap harta debitor pailit merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari kurator tersebut.50
Kurator juga dapat meminta penyegelan harta pailit kepada pengadilan berdasarkan alasan untuk mengamankan harta pailit melalui hakim pengawas.
49Ibid, hakl. 45
50 Lilik Mulyadi, Perkara Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang Teori dan Praktek, (Bandung : Alumni, 2013), hal. 89
Selanjutnya ketentuan Pasal 100 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU menyebutkan bahwa, “
1. Kurator harus membuat pencatatan harta pailit paling lambat 2 (dua) hari setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai kurator
2. Pencatatan harta pailit dapat dilakukan di bawah tangan oleh kurator dengan persetujuan hakim pengawas
3. Anggota panitia kreditor sementara berhak menghadiri pembuatan pencatatan tersebut
Ketentuan Pasal 100 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU menetapkan bahwa kurator harus melakukan pencatatan terhadap seluruh harta debitor pailit untuk memperoleh kepastian hukum tentang jumlah keseluruhan dari harta debitor pailit tersebut. Pencatatan tersebut dilakukan oleh kurator dalam jangka waktu 2 (dua) hari setelah kurator tersebut menerima surat putusan pengangkatannya sebagai kurator. Pencatatan seluruh harta debitor pailit tersebut dapat dilakukan oleh kurator dengan menggunakan surat di bawah tangan dan dapat dihadiri oleh anggota panitia kreditor sementara.51
Selanjutnya ketentuan Pasal 101 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU menyebutkan bahwa, :
1. Benda harus dimasukkan dalam pencatatan harta pailit
2. Benda harus dimuat dalam daftar pertelaan yang dilampirkan pada pencatatan.
Setelah pencatatan harta pailit dibuat oleh kurator maka kurator juga harus membuat daftar yang menyatakan sifat, jumlah piutang dan hutang harta pailit, nama dan tempat tinggal kreditor beserta jumlah piutang masing-masing kreditor.
51 Ibid, hal. 90
Pencatatan harta pailit oleh kurator diletakkan di Kepaniteraan Pengadilan untuk dapat dilihat oleh setiap orang dengan cuma-cuma. Dengan persetujuan panitia kreditor sementara, kurator dapat melanjutkan usaha debitor yang dinyatakan pailit walaupun terhadap putusan pernyataan pailit tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Apabila dalam kepailitan tidak diangkat panitia kreditor, kurator memerlukan ijin hakim pengawas untuk melanjutkan usaha dari debitor pailit meskipun terhadap putusan pailit tersebut masih dilakukan upaya hukum kasasi atau peninjauan kembali. Uang, perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya wajib disimpan oleh kurator sendiri kecuali apabila oleh hakim pengawas ditentukan lain.
Uang tunai yang tidak diperlukan untuk pengurusan harta pailit, wajib disimpan oleh kurator di bank untuk kepentingan harta pailit setelah mendapat ijin hakim pengawas.52
Pasal 113 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU menyebutkan bahwa, “
1. Paling lambat 14 (empat belas) hari setelah putusan pernyataan pailit diucapkan, hakim pengawas harus menetapkan
a. Batas akhir pengajuan tagihan
b. Batas akhir verifikasi pajak untuk menentukan besarnya kewajiban pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
c. Hari, tanggal, waktu dan tempat rapat kreditor untuk mengadakan pencocokan piutang
2. Tenggang waktu antara tanggal paling singkat 14 (empat belas) hari.
52Timur Sukino, Tanggung jawab terhadap harta kepailitan dan penerapan action Pauliana, dalam Rudhy A. Kontoh, et. Al Penyelesaian Utang Piutang Melalui Kepailitan atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Bandung: Alumni, 2012), hal. 33
Kurator paling lambat 5 (lima) hari setelah penetapan batas akhir penagihan, batas akhir verifikasi pajak untuk menentukan besarnya kewajiban pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpanjangan dan penetapan hari, tanggal, waktu dan rapat kreditor untuk mengadapan pencocokan hutang. Wajib memberitahukan penetapan tersebut kepada semua kreditor yang alamatnya diketahui dengan surat dan mengumumkannya paling sedikit dalam dua surat kabar harian.
Semua kreditor wajib menyerahkan piutangnya masing-masing kepada kurator disertai perhitungan atau keterangan tertulis lainnya yang menunjukan sifat dan jumlah piutang, disertai dengan surat bukti atau salinannya dan suatu pernyataan ada atau tidaknya kreditor mempunyai suatu hak istimewa, hak gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan atas kebendaan lainnya atau hak untuk menahan benda. Atas penyerahan piutang kreditor berhak meminta surat tanda terima dari kurator. 53
Kurator wajib mencocokan perhitungan piutang yang diserahkan oleh kreditor dengan catatan yang telah dibuat sebelumnya dan keterangan debitor pailit, berunding dengan kreditor jika terdapat keberatan terhadap penagihan yang diterima. Kurator berhak meminta kepada kreditor agar memasukkan surat yang belum diserahkan, termasuk memperlihatkan catatan dan surat bukti asli. Kurator wajib memasukkan piutang yang disetujuinya ke dalam suatu daftar piutang yang sementara diakui, sedangkan piutang yang dibantah termasuk alasannya dimasukkan ke dalam daftar tersendiri.
53 Ibid, hal. 34
Dalam daftar piutang yang sementara diakui dibubuhkan pula catatan terhadap setiap piutang apakah menurut pendapat kurator piutang yang bersangkutan diistimewakan atau dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan atas kebendaan lainnya atau hak untuk menahan benda bagi tagihan yang bersangkutan dapat dilaksanakan. Apabila kurator hanya membantah adanya hak untuk didahulukan atau adanya hak untuk menahan benda, piutang yang bersangkutan harus dimasukkan dalam daftar piutang yang untuk sementara diakui berikut catatan kurator tentang bantahan serta alasannya.54
Kurator wajib menyediakan di kepaniteraan pengadilan salinan dari masing-masing daftar selama 7 (tujuh) hari sebelum hari pencocokan piutang dan setiap orang dapat melihatnya secara cuma-cuma. Kurator wajib memberitahukan dengan surat tentang adanya daftar kepada kreditor yang dikenal disertai panggilan untuk menghadiri rapat pencocokan piutang dengan menyebutkan rencana pendamaian jika telah diserahkan oleh debitor pailit. Debitor pailit wajib hadir sendiri dalam rapat pencocokan piutang, agar dapat memberikan keterangan yang diminta oleh hakim pengawas mengenai sebab musabab kepailitan dan keadaan harta pailit. Kreditor dapat meminta keterangan dari debitor pailit mengenai hal-hal yang dikemukakan melalui hakim pengawas. Pertanyaan yang diajukan kepada debitor pailit dan jawaban yang diberikan olehnya, wajib dicatat dalam berita acara.55
54 Viktor M Situmorang dan Hendri Soekarso, Pengantar Hukum Kepailitan Indonesia, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hal. 33
55 Sudiarto dan Zaeni Asyhadie, Mengenal Kepailitan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 76
Dalam hal yang dinyatakan pailit suatu badan hukum, semua kewajiban menjadi tanggung jawab pengurus badan hukum. Dalam rapat Kreditor dapat menghadap sendiri atau mewakilkan kepada kuasanya. Dalam rapat, Hakim Pengawas membacakan daftar piutang yang diakui sementara dan daftar piutang yang dibantah oleh Kurator. Setiap kreditor yang namanya tercantum dalam daftar piutang dapat meminta agar kurator memberikan keterangan mengenai tiap piutang dan penempatannya dalam daftar, atau dapat membantah kebenaran piutang, adanya hak untuk didahulukan, hak untuk menahan suatu benda, atau dapat menyetujui bantahan Kurator. Kurator berhak menarik kembali pengakuan sementara atau bantahannya, atau menuntut supaya Kreditor menguatkan dengan sumpah kebenaran piutangnya yang tidak dibantah oleh Kurator atau oleh salah seorang Kreditor. Dalam hal Kreditor asal telah meninggal dunia, para pengganti haknya wajib menerangkan di bawah sumpah bahwa mereka dengan itikad baik percaya piutang itu ada dan belum dilunasi. Dalam hal dianggap perlu untuk menunda rapat maka Hakim Pengawas menentukan rapat berikutnya yang diadakan dalam waktu 8 (delapan) hari setelah rapat ditunda, tanpa suatu panggilan.56
Pengucapan sumpah wajib dilakukan oleh Kreditor sendiri atau wakilnya yang khusus dikuasakan untuk itu, baik pada rapat termaksud, maupun pada hari lain yang telah ditentukan oleh Hakim Pengawas. Dalam hal Kreditor yang diperintahkan mengucapkan sumpah tidak hadir atau tidak diwakili dalam rapat maka panitera wajib memberitahukan kepada Kreditor adanya perintah mengucapkan sumpah dan hari
56 Ibid, hal. 77
yang ditentukan untuk pengucapan sumpah tersebut. Hakim Pengawas wajib memberikan surat keterangan kepada Kreditor mengenai sumpah yang telah diucapkannya, kecuali apabila sumpah tersebut diucapkan dalam rapat Kreditor maka harus dicatat dalam berita acara rapat yang bersangkutan.57
Piutang yang tidak dibantah wajib dipindahkan ke dalam daftar piutang yang diakui, yang dimasukkan dalam berita acara rapat. Dalam hal piutang berupa surat atas tunjuk dan surat atas pengganti maka Kurator mencatat pengakuan pada surat yang bersangkutan. Piutang yang oleh Kurator diperintahkan agar dikuatkan dengan sumpah, diterima dengan syarat, sampai saat diterima secara pasti setelah sumpah diucapkan pada waktu. Berita acara rapat ditandatangani oleh Hakim Pengawas dan panitera pengganti. Pengakuan suatu piutang yang dicatat dalam berita acara rapat mempunyai kekuatan hukum yang tetap dalam kepailitan dan pembatalannya tidak dapat dituntut oleh Kurator, kecuali berdasarkan alasan adanya penipuan.58
Di dalam pelaksanaan prosedur dan tata cara penghitungan hutang debitor pailit dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :59
1. Daftarkan seluruh tagihan ke Balai Harta Peninggalan (Kurator) sebagai bahan verifikasi (bukti autentik), sebagai bukti sementara kurator seleksi /menyocokkan data-data yang ada
2. Batas akhir pengajuan, kreditor harus tepat waktu
3. Dokumen-dokumen kreditor yang belum dilengkapi sebagai bahan pertimbangan
4. Rapat verifikasi adalah puncaknya, setelah verifikasi, tidak ada perubahan lagi
57 Ibid, hal. 78
58 Sunarmi, Perbandingan Sistem Hukum Kepailitan Indonesia (Civil Law System) dengan Amerika Serikat (Common Law System), (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004), hal. 55
59 Timur Sukirno, Hukum Kepailitan dalam Teori dan Praktek, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2014), hal. 33
Sanksi yang dapat dijatuhikan kepada kurator berdasarkan ketentuan Pasal 72 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU adalah :
1. Segala kerugian yang diakibatkan oleh kurator adalah ditanggung kurator / ganti rugi sepenuhnya
2. Balai harta peninggalan / kurator diawasi langsung oleh BPK (badan pemeriksa keuangan) dan inspektorat
3. Belum ada kasus yang melibatkan kurator melakukan perbuatan merugikan asset pailit. Hal ini disebabkan karena adanya pengawasan langsung dari hakim pengawas maupun dari institusi terkait dalam hal ini adalah karena adanya pengawasan langsung.
4. Semua selisih harus dihitung kembali, sesuai data yang diberikan dan jumla hutang yang diajukan
Rapat verifikasi pencocokan hutang yang tidak dihadiri oleh debitor maka keputusan akan tetap mengikat debitor, kemudian kurator mengusulkan ke pengadilan atas hasil rapat verifikasi pencocokan piutang tersebut.
Dalam pelaksanaan rapat PKPU jangka waktu penyelesaian dilaksanakan dalam 20 hari apabila kreditor yang mengajukan. Kurator dalam PKPU adalah pengurus, yang harus mengumumkan rapat :60
1. Rapat kreditor : memperkenalkan PKPU dan pengurus (adanya hakim pengawas)
2. Rapat pencocokan piutang :
a. dispute, debitor tidak memiliki pembukuan yang baik b. Pengurus tetap mengacu kepada catatan debitor c. Pengurus bisa menerima seluruhnya/sebagian d. Kreditor yang mengajukan gugata renvoi prosedur
3. Pengurus verifikasi ke debitor, lalu rapat verifikasi rapat perdamaian, diputus menjadi pailit. Jika suatu PT Pailit, kurator akan mengumumkan rapat-rapat.
(Perdamaian dan in solvensi) Pauliana, (Jakarta : Bisnis Indonesia, 1998), hal. 45
a. Menolak gugatan renvoi prosedur kreditor
b. Mewajibkan kurator untuk renvoi sesuai putusan pengadilan PT. Pailit:
6. Undang-undang Kepailitan seluruh harta debitor dalam penguasaan kurator 7. Perusahaan debitor masih berjalan (kurator bertanggungjawab
menjalankannya) Insolvensi :
1. Maka kurator setelah verifikasi, menjual budel pailit di KPKNL (balai lelang) 2. Penjualan di bawah tangan harta pailit dibolehkan dengan persetujuan hakim
pengawas & Notaris Syarat Penjualan :
1. Harus melakukan penilaian apresial 2. mendaftarkan di KPKNL