• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan 3. Melakukan prioritasi wilayah berdasarkan parameter penentu pengembangan energi laut dan analisis keberlanjutan terhadap implementasi teknologi energi laut

D. Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali

Secara geografis, Kabupaten Klungkung terletak di antara 115°21’28” - 115°37’43” Bujur Timur dan 008°27’37” - 008°49’00” Lintang Selatan dengan luas 31.500 Ha. Wliayah Kabupaten Klungkung sepertiganya (11.216 Ha) terletak di Pulau Bali dan dua pertiganya (20.284 Ha) terletak di Kepulauan Nusa Penida. Kabupaten Klungkung berbatasan dengan:

 Sebelah Utara: Kabupaten Bangli  Sebelah Timur: Kabupaten Karangasem  Sebelah Selatan: Samudra India  Sebelah Barat: Kabupaten Gianyar

Kapubaten Klungkung memiliki panjang pantai sekitar 97,6 km yang terdapat di Klungkung daratan sepanjang 14,10 km dan di Kepulauan Nusa Penida sepanjang 83,50 km. Kondisi ini menyebabkan Kabupaten Klungkung memiliki potensi perekonomian laut dengan kegiatan penangkapan ikan dan kegiatan budidaya rumput laut.

Penduduk Kabupaten Klungkung pada tahun 2011 tercatat sebanyak 186.488 jiwa yang tersebar tidak merata di empat kecamatan dimana sebagian besar (74%) penduduk berada di daratan Klungkung, sedangkan sebagian kecilnya (26%) berada di Kepulauan Nusa Penida (Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan). Berbeda dengan lokasi penelitian lainnya, jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Klungkung sedikit lebih rendah dibandingkan penduduk perempuan dengan rasio 97% di tahun 2011. Komposisi penduduk laki-laki adalah 49% terhadap jumlah penduduk Kabupaten Klungkung seluruhnya, sedangkan sisanya adalah penduduk perempuan.

Berdasarkan lapangan pekerjaan, porsi angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian sebesar 29%, di sektor perdagangan, hotel dan rumah makan sebesar 23%, sektor industri 16%, sektor jasa 14% dan sektor lainnya yang masing-masing tidak lebih dari 10%.

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP 46 Kegiatan usaha perikanan yang terdapat di Kabupaten Klungkung adalah penangkapan di laut, budidaya laut dan budidaya kolam air tenang. Jumlah rumah tangga perikanan untuk perikanan tangkap laut pada tahun 2011 sebanyak 1.070 unit, budidaya laut sebanyak 3.053 unit, budidaya kolam air tenang sejumlah 206 unit serta UPR dan BBI masing-masing 1 unit.

Kegiatan usaha perikanan tangkap laut sebagian besar dilakukan dengan menggunakan perahu motor tempel sebanyak 1.062 unit pada tahun 2007 dan sedikit meningkat menjadi 1.065 unit tahun 2008 – 2010, kemudian meningkat lagi menjadi 1.070 unit di tahun 2011. Alat tangkap yang dominan adalah jaring insang dan pancing sebanyak 2.158 pada tahun 2007, tetapi menurun jumlahnya menjadi 2.130 unit di tahun 2008 – 2010 dan kembali bertambah di tahun 2011 sejumlah 2.971 unit. Tabel 4.22. menampilkan jumlah alat tangkap di Kabupaten Klungkung tahun 2012. Tabel 4.22. Jumlah Alat Penangkapan Ikan (Unit) di Kabupaten Klungkung Tahun 2012

No Sarana Nusa Penida Banjarangkan Klungkung Dawan Kecamatan Jumlah

1 Jaring Insang Hanyut 831 17 14 224 1,086

3 Pancing tonda 831 - - - 831

2 Pancing Ulur 831 17 - 221 1,069

Jumlah 1,662 36 14 442 2,986

Sumber: BPS Kabupaten Klungkung, 2012

Produksi ikan pada tahun 2011 tercatat sebanyak 1.731,6 ton yang didominasi oleh ikan tongkol, tembang, ikan karang, cakalang, cucut dan ikan lainnya (Tabel 4.23)

Tabel 4.23. Produksi Ikan Laut Berdasarkan Jenis Ikan di Kabupaten Klungkung Tahun 2007 - 2011 Jenis ikan 2007 (ton) 2008 (ton) 2009 (ton) 2010 (ton) 2011 (ton)

Tongkol 1628 1172.9 1223.1 1105.4 936.8 Tembang 311.3 343.1 113.3 301.5 7.3 Ikan Karang - 304.3 453.1 - - Cakalang - - 249.2 502.5 - Cucut 28.5 26.8 - - - Ikan lainnya 426 321.1 226.5 100.5 787.5

Sumber: BPS Kabupaten Klungkung, 2012

Kegiatan budidaya yang berjalan adalah usaha pembesaran dan pembenihan yang tersebar di empat kecamatan, seperti budidaya laut berpusat di Kecamatan Nusa Penida karena wilayahnya sangat cocok untuk usaha budidaya rumput laut. Sebaliknya, budidaya kolam air tanah tersebar di tiga kecamatan, kecuali Nusa Penida. Untuk kegiatan pembenihan dilakukan oleh UPR dan BBI yang berlokasi di Kecamatan Dawan dan Kecamatan Banjarangkan. Luas lahan budidaya yang dimanfaatkan terlihat pada Tabel 4.24.

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP 47 Tabel 4.24. Luas Usaha Budidaya (Ha) di Kabupaten Klungkung Tahun 2012

No. Jenis Kegiatan Kecamatan Jumlah

Nusa Penida Banjarangkan Klungkung Dawan 1. Perikanan Laut

1.1 Budidaya 211.30 - - - 211.30

2. Perikanan Darat 2.1 Budidaya

- Kolam Air Tenang - 2.31 4.68 1.51 8.50

2.2 Pembenihan

- UPR - - - 0.80 0.80

- BBI - 9.60 - - 9.60

JUMLAH 211.30 11.91 4.68 2.31 230.20

Sumber: BPS Kabupaten Klungkung, 2012

Jumlah produksi perikanan darat hanya disumbang oleh kegiatan perikanan budidaya kolam sebesar 7,9 ton pada tahun 2008 dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 9,6 ton. Peningkatan produksi yang cukup tajam terjadi pada tahun 2010 menjadi 20,7 ton atau meningkat hampir dua kali lipat dan terus meningkat lagi menjadi 21,9 ton pada tahun 2011. Sementara itu, produksi rumput laut pada tahun 2007 mencapai 91,32 ton dan terus meningkat menjadi 101,21 ton dan 103,204 ton masing-masing untuk tahun 2008 dan 2009. Tingkat produksi sempat mengalami penurunan pada tahun 2010, tetapi meningkatk kembali menjadi 106,952 ton pada tahun 2011. Lembaga Pengelola Energi

Lembaga yang bertanggung jawab menangani energi di Nusa Penida adalah PT.PLN (persero) Rayon Klungkung, Sub Rayon Nusa Penida. Wilayah cakupan kerja adalah Pulau Nusa Besar, Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. Jika diambil garis lurus, jarak antara Kota Kabupaten Klungkung (semarapura) hingga ke Pulau Nusa penida mencapai 25 km. Akses menuju Nusa penida menggunakan sarana transportasi laut.

Pengelolaan energi listrik di Nusa Penida dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pengelolaan oleh PLN dan pengelolaan oleh masyarakat yang dilakukan secara mandiri. Sumber listrik PLN berasal dari diesel dengan bahan bakar solar (Gambar 4.7).

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP 48 Gambar 4.7. Pengelolaan Listrik di Bawean

Rasio elektrifikasi di Nusa Penida berbasis dusun. Pada saat ini, semua desa sudah semua teraliri, namun masih ada beberapa dusun di dalam desa yang belum teraliri. Dusun yang belum teraliri adalah dusun yang merupakan daerah proses perluasan jaringan (dalam hal ini belum semua dusun di desa yang teraliri listrik. Di antaranya di dusun Anta (desa Tanglad), dusun Bucang (Desa Sakti), dusun Subyan (desa Sakti). Saat ini rasio elektrifikasi 75% dusun terlistriki. Hambatan pengembangan listrik di Nusa Penida adalah letak geografis (jaringan listrik) dan pemukiman penduduk yang menyebar.

Sejak Tahun 1993, pasokan listrik nusa penida mengunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel. Pada tahun 2009, PLN sudah bisa mengaliri listrik selama 24 jam dengan kebutuhan mencapai 2 Mega untuk ketiga pulau. Kebutuhan solar untuk mampu mengaliri listrik di Nusapenida mencapai 350KL per bulan. Selain itu, di Nusa Penida juga terdapat pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Kedua jenis pembangkit ini merupakan pembangkit energi terbarukan. Pada bulan April 2013, Nusa Penida sudah dialiri listrik kabel bawah laut (base power) dalam hal ini pasokan listrik sudah tidak menjadi permasalahan karena tidak hanya mengandalkan penggunaan PLTD yang berbahan bakar solar. Beban puncak saat ini untuk 3 pulau berkisar 2,5 Mega Watt (2,2-2,4 MW). Dengan jam puncak pada malam hari 7-10 (4jam).

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) berada di puncak Mundi (Nusa besar). Tiap unit PLTB mampu menghasilkan listrik sebesar 50 kW. Kelemahan dalam oprasionalisasinya adalah faktor kelembaban/humidity sehingga sering mengalami kerusakan karena berkarat. Solusinya adalah dengan melakukan Schedule Maintenance. Saat ini terdapat 11 unit PLTB dengan rincian 3 unit berasal dari PLN dan 8 unit berasal dari pemerintah pusat (esdm) dan sudah diserahkan kepada

Masyarakat Nusa Penida, Bali

PLN Mandiri Masyarakat

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP 49 kabupaten Klungkung. Oleh Kabupaten, pengelolaannya diserahkan kepada koperasi. Kegiatan pengkajian pada saat akan membangun PLTSurya dan Bayu diakukan oleh pemerintah pusat. Asetnya di serahkan kepada PEMDA. Pemda mencari pengelola yang cocok (koperasi), kemudian hasil listrik yang didapat dijual kembali ke PLN. Pada akhirnya, PLN menjual kepada masyarakat.

Sebagian pelanggan di wilayah Jungud Batu, Desa Lembongan merupakan pelanggan listrik kategori bisnis. Hal ini dikarenakan pada wilayah tersebut merupakan wilayah pariwisata dengan fasilitas resort yang dimiliki. Pada awalnya PLN hanya mengandalkan penggunaan PLTD untuk memasok listrik. Namun karena sering padam, dan berdampak buruk terhadap pariwisata maka timbul keinginan dari PLN untuk membuat kabel bawah laut. Keberadaan PLTD dianggap tidak efisien karena menimbulkan suara bising dan asap. Selain itu biaya BBM yang besar karena menggunakan BBM non subsidi (300 KL), kelebihannya adalah proses pembangunan instalasi dapat dilakukan dengan cepat.

Proses inisiasi awal untuk memutuskan penggunaan kabel memakan waktu 2 tahun. Dasar pembangunan Kabel bawah laut adalah karena faktor keandalan, diantaranya listrik tidak mudah mati yang diakibatkan pembangkit sedang down, tidak memiliki kendala akibat mesin rusak atau kendala dalam penyaluran solar (suplay BBM), Sejak di bangun, belum ada gangguan yang signifikan. Untuk rencana kedepan, ada rencana membangun kabel bawah laut lagi, untuk jaga-jaga jika kabel 1 mengalami kerusakan.

Tarif listrik untuk masyarakat (PLTD dan kabel bawah laut) sama sesuai dengan tarif nasional. Rekening yang mendapatkan subsidi adalah pelanggan dengan 450 dan 900 watt. Pada wilayah Jungud Batu, sebagian pelanggan melakukan pembayaran listrik dengan sistem pra bayar. Sedangkan pada wilayah Nusa Besar, pelanggan listrik pra bayar baru mencapai 40%. Saat ini masyarakat melakukan pembayran rekening tagihan listrik melalui bank. Desa wilayah pesisir Nusa Penida , sebelah barat: Toyopakeh, sakti (dusun penida), Ped (dusun sental, dusun tanah bias, dusun bodong), Kutampi (dusun telage, dusun buyuk, dusun mentigi). Sebelah Utara: Desa Sampalan (dusun Kutapang), Desa Batu Mulapan, sebelah Timur: Desa Suane (dusun karang sari, Semaye, Karang, Pejakutan). Terdapat rumah dalam dusun yang menempel listrik dengan desa lain, karena letaknya yang berdekatan.

Pada Tabel 4.25 dapat dilihat sebaran pelanggan di desa-desa yang terdapat di Nusa Penida. Pelanggan terbesar adalah golongan R1-450 sebesar 44,13% (3.808 pelanggan), R1-900 sebesar 43,84% (3.783 pelanggan), R1 1300 sebesar 9,44% (815 pelanggan), R1 2200 sebesar 2,6% (224 pelanggan).

Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan di Sektor KP 50 Tabel 4.25. Data Kelistrikan Nusa Penida tahun 2013 (Juni)

Tipe Sakti Kutampi Desa (jumlah pelanggan)

Kaler Pakeh Pejukutan Toya Ped Suana Batumadeg Tanglad R1 450 287 297 104 255 276 288 274 205 R1 900 201 125 144 137 206 222 246 288 R1 1300 35 45 36 28 39 25 21 63 R1 2200 6 17 9 7 16 10 8 16

Tipe Sekartaji Klumpu Bunga Desa (jumlah pelanggan)

mekar nunggul Batu Kutampi Batu kandik Jungut batu Lembongan R1 450 154 234 258 356 306 256 154 104 R1 900 266 288 244 291 249 279 308 289 R1 1300 45 56 70 92 102 34 56 68 R1 2200 9 11 16 26 19 8 21 25

Sumber: PLN Rayon Nusa Penida, 2013