• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN BIOFISIK, SOSIAL DAN EKONOMI

DAFTAR PUSTAKA

PENILAIAN BIOFISIK, SOSIAL DAN EKONOMI

Iklim tropis wilayah kecamatan Pemenang sangat baik untuk komoditas pertanian baik tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman perkebunan, begitupula potensi pariwisata yang terdapat di Malimbu dan tiga Gili merupakan primadona para wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal ini berdampak pada peningkatan pendapatan daerah yang mana pendapatan tertinggi masyarakat kecamatan Pemenang ditunjang dari sektor pertanian dan pariwisata.

Potensi pertanian tanaman pangan berupa padi dan ubi kayu perlu terus ditingkatkan karena lahan sawah dan ladang relatif luas dan cocok untuk

42

pengembangan padi. Komoditas ubi kayu berproduksi paling tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya, tetapi penanaman ubi kayu masih banyak ditemukan di daerah lereng sehingga banyak terjadi degradasi lahan. Komoditas perkebuna berupa kelapa dan jambu mete juga perlu terus ditingkatkan. Pada peta wilayah Pemenang, perkebunan banyak ditemukan pada daerah rendah dekat pantai. Dalam hal ini komoditas kelapa dan jambu mete produktif untuk dikembangkan terlihat bahwa produksi komoditas tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas yang lain.

Laju pertumbuhan penduduk kecamatan Pemenang tahun 2000-2010 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 1.91% termasuk laju pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang lain dengan wilayah yang paling sempit dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi dibutuhkan penyediaan fasilitas berupa perumahan ataupun lapangan usaha. Intensitas penggunaan lahan semakin meningkat akibat dari kebutuhan hidup yang semakin meningkat pula. Permasalahan ini akan berdampak pada penggunaan lahan secara tidak bertanggung jawab sehingga akan menimbulkan permasalahan berupa degradasi lahan akibat dari ekploitasi berlebihan dan tidak sesuai untuk peruntukan penggunaan lahan tersebut.

Kasus tanah longsor sering terjadi di Kecamatan Pemenang. Hal ini dikarenakan pembukaan hutan untuk permukiman dan usaha tapi cukup tinggi. Kegatan ini juga dipicu oleh keberadaan pariwisata 3 Gili. Keberadaan objek wisata ini mendorong peningkatan kebutuhan akan tempat tinggal para pendatang maupun para wisatawan. Peluang ini dilihat oleh masyarakat sehingga mereka mendirikan pemukiman dan usaha pada kawasan yang berada pada akses wisata Gili seperti kawasan Pegunungan Pusuk dimana Kawasan pegunungan Pusuk juga menawarkan pemandangan alam yang indah. Masyarakat tidak hanya mendirikan pemukiman tetapi mereka juga mengusahakan tanaman semusim yang memilki perakaran pendek yang nantinya dapat memicu degradasi lahan.

Permasalahan lain yaitu pengkonversian lahan pertanian menjadi pemukiman semakin meningkat. Permasalahan ini bisa disebabkan karena kurangnya sumberdaya manusia yang paham terhadap penggunaan lahan sehingga mereka bersifat degradatif terhadap lingkungan dan diperparah pula dengan jumlah tenaga penyuluh di kabupaten Lombok Utara masih rendah dan kurangnya pemanfaatan sumberdaya lama secara optimal. Minimnya tenaga penyuluh lapang digambarkan melalui jumlah sebaran pekerja sosial menurut BPS Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2012 hanya sebanyak 4 orang. Jika keadaan ini terus dibiarkan maka akan berdampak pada jumlah pengkonversian lahan pertanian menjadi permukiman semakin tinggi. Hal ini juga diperparah dengan kurangnya jumlah lulusan perguruan tinggi yang dianggap usia produktif yang mampu mengelola lahan agar lebih produktif.

Pertumbuhan penduduk ini juga berakibat pada peningkatan jumlah penduduk miskin dengan jumlah penduduk miskin sebesar 1,651 jiwa dan rumah tidak layak huni sejumlah 1,082 (BPS Kabupaten Lombok Utara 2013). Kemiskinan ini dikhawatirkan akan menyebabkan penggunaan lahan yang tidak bertanggung jawab yaitu berupa pembukaan hutan untuk berusaha tani ilegal. Oleh sebab itu, perlu adanya pemberdayaan sumber daya manusia dengan

43 pemberian pemahaman dan pelatihan pengelolaan lahan yang tepat dan juga memberdayakan perempuan karena jumlah penduduk perempuan relatif sama dengan penduduk laki-laki, tetapi pemberdayaan wanita masih kurang diintensifkan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan Usaha Kecil Menengah.

KESIMPULAN

Setelah melakukan penilaian biofisik, sosial, ekonomi terhadap pemanfaatan lahan di kecamatan Pemenang maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kabupaten Lombok Utara memiliki potensi sektor pertanian berupa tanaman padi dan ubi kayu yang bagus untuk terus dikembangkan karena lahan yang tersedia relatif luas dan komoditas perkebunan berupa kelapa dan jambu mete dimana pengembangan cocok pada daerah rendah dan berproduksi tinggi.

Melihat permasalahan pengkonversian lahan pertanian menjadi pemukiman serta lahan kritis, permasalahan ini banyak disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang cepat, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan lahan yang tepat serta keberadaan pariwisata 3 Gili yang mengakibatkan peningkatan pendirian pemukiman dan hotel pada lahan pertanian dan berlereng.

REKOMENDASI

Setelah menganalisis segala potensi dan permasalahan dalam pemanfaatan pertanian/wilayah terhadap RTRW Kabupaten Lombok Utara, maka dapat ditawarkan rekomendasi berupa perlua adanya konsultasi publik mengenai RTRW Kabupaten Lombok Utara karena masyarakat masih banyak yang belum memahami rencana tata ruang wilayah mereka. Dengan adanya konsultasi publik ini maka partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan bisa lebih ditingkatkan.

Agar tidak terjadinya penggunaan lahan yang tidak sesuai fungsinya maka perlu adanya pemberlakuan kearifan lokal masyarakat setempat seperti yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu “Gawe Gawah”. Kearifan Lokal Berupa gawe gawah ini sangat efektif pengaruhnya dalam menjaga hutan dan hutan adat agar hutan tetap lestari dan mampu mempertahankan mata air yang menjadi sumber pengairan pertanian, perkebunan, dan kebutuhan masyarakat. Hal ini harus terus dipertahankan agar tingkat kerusakan hutan semakin ditekan.

Peningkatan jumlah penduduk berdampak pula pada kebutuhan pangan penduduk yang semakin tinggi. Oleh sebab itu, kearifan lokal daerah Lombok Utara berupa penggunaan Sambik bisa dimanfaatkan sebagai lumbung pangan dikala sumber pangan berkurang akibat adanya gagal panen atau sebagainya sehingga pemerintah tidak terlalu kesusahan dalam menyediakan kebutuhan pangan daerah yang berimplikasi pula pada pengurangan pembukaan lahan hutan yang bersifat degradatif dan ilegal untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.

44

DAFTAR PUSTAKA

Dokumen terkait