• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN BIOFISIK DAN SOSIAL-EKONOMI

Maluku Tengah” Disusun Oleh: Morgan Ohiwal

PENILAIAN BIOFISIK DAN SOSIAL-EKONOMI

Biofisik

Berdasarkan pendekatan fisiografi bentuk wilayah, Kabupaten Maluku Tengah dapat dikelompokan menjadi: dataran pantai, perbukitan, dan pegunungan. Dengan kondisi hidrologi yang dideskripsikan adalah hidrologi permukaan (sungai), berdasarkan luas aliran sungai (DAS), di kabupaten Maluku tengah dapat dikelompokan kedalam dua sistim sungai berdasarkan kondisi pulaunya, sistem sungai pulau besar dan sistem sungai pulau-pulau kecil, dengan jumlah 144 buah sungai yang dapat digunakan masyarakat sebagai sumber air bersih maupun sebagai pengairan lahan pertanian

Dengan demikian maka pemanfaatan sumber daya alam juga harus sesuai dengan kondisi geografis yang terdiri atas daerah kepulauan tersebut. Dimana sumber daya yang dimiliki akan berbeda antara pulau besar dan pulau kecil akan berbeda, sehingga sumber daya (khususnya sumber daya alam) tersebar tidak merata, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Mengingat distribusinya yang tidak merata, tahap pertama dari suatu pengembangan wilayah teknokratik adalah mengidentifikasi sumber daya yang ada melalui kegiatan evaluasi sumber daya, baik sumber daya alami, sumber daya manusia, sumber daya buatan, maupun sumber daya sosial.

. Curah hujan rata-rata tahunan di pulau Seram dan sekitarnya berkisar antara 2000-4000 mm. Dengan vegetasi yang terdapat pada umumnya adalah tanaman pertanian dominasi kelapa, tanaman campuran (tanaman setahun dan tahunan) yang menyebar secara sporadis, vegetasi khusus daerah pantai (ketapang, waru, dan jenis-jenis Pescapprae), hutan primer dan hutan sekunder.

Keanekaragaman hayati (biodiversity) didefinisikan sebagai gabungan antara jumlah jenis dan jumlah individu masing-masing jenis dalam suatu komunitas (Deshmukh, 1992). Keanekaragaman merupakan salah satu ukuran yang dipakai untuk menunjukan tingkat kemantapan dari suatu ekosistem. Struktur tanah yang terdapat pada kabupaten Maluku tengah cenderung serupa antara satu dengan yang lain. Struktur tanah sangat mempengaruhi keberadaan vegetasi suatu wilayah, dengan kata lain dapat diidentifikasi struktur tanah berdasarkan jenis vegetasi yang dapat hidup diwilayah ini.

55 Maluku Tengah mempunyai wilayah pesisir yang cukup banyak karena merupakan dearah dengan banyak pulau kecil. Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai, maka wilayah pesisir mempunyai dua macam batas, yaitu : batas sejajar garis pantai dan batas tegak lurus terhadap garis pantai (Dahuri dkk, 1996). Wilayah pesisir dan laut dengan pulau-pulau kecilnya merupakan kawasan dengan produktifitas hayati tinggi.sehingga bagi sektor perikanan, kawasan ini menjadi sumber-sumber perekonomian yang sangat potensial.SDA pesisir, maka di kawasan ini juga menjadi sumber konflik berbagai kepentingan (Cicin-Sain dan Knecht, 1998).

Karena struktur tanah pada Kabupaten Maluku Tengah cenderung serupa antara yang satu dengan yang lainnya dikarenakan kondisi geografis yang tidak berbeda secara signifikan antara satu pulau dengan pulau lainnya. Dengan demikian penggunaan lahan oleh masyarakat dapat dibagi menjadi:

Rumah atau Luman

Rumah masyarakat Negeri disebut “luman”. Rumah Tradisional masyarakat berbentuk empat persegi panjang dengan dua atap menghadap kedepan dank e belakang dan memiliki satu pintu di bagian depan.

Pekarangan atau kintal

Pekarangan masyarakat disebut dengan “kintal” yang mereka defenisikan sebagai sebidang lahan yang di dalam terdapat bangunan rumah dan sebagian lahan lainnya terfletak disekitar bangunan rumah yang ditanami beranekaragam jenis tanaman seperti tanaman hias, tanaman obat, pohon buah-buahan, dan lain-lainnya.

Perkampungan atau Inian

Perkampungan masyarakat Negeri pada umumnya dibangun ditepi pantai karena bentuk geografis dari Kabupaten Maluku Tengah merupakan daerah kepulauan.

Kebun atau Dusun

Satuan lingkungan atau “dusun” dalam terminology lokal masyarakat disebut dengan “aka” dan aka terdiri atas dua macam yaitu :

(a) Aka kiiti atau kebun kecil yang dibuat disekitar perkampungan dan berukuran kecil atau tidak luas antara 200-1000 m2 dibatasi dengan pagar dan biasanya ditanami dengan berbagai jenis tanaman pangan semusim seperti tanaman sayuran dan tanaman pangan. Pembudidayaan jenis-jenis tanaman sayuran dan tanaman pangan semusim tersebut dilakukan secara campuran (mixed cropping) dan jarak tanam tidak teratur.

(b) Aka maina atau kebun besar yang berukuran cukup luas antara 1-10 ha atau bahkan lebih luas lagi ditanami jenis-jenis tanaman tahunan seperti kelapa, cengkeh, coklat, kopi, sagu, dammar, dan tanaman buah-buahan. Berdasarkan jenis tanamannya maka aka maina atau dusun dapat dibagi menjadi :

56

 Dusun coklat (aka maina soklat)

Masyarakat mengenal kebun coklat belum lama dan merupakan bentuk usaha tani yang relative baru. Ciri khas kebun coklat masyarakat berada di kawasan perbukitan atau pegunungan dan ditanam secara campuran dengan berbagai jenis tanaman buah-buahan dan areal tersebut masih terdapat beberapa jenis tanaman pohon hutan.

 Dusun cengkih

Pengembangan dusun cengkeh mengalami penurunan dan masyarakat lebih memilih mengusahakan kebun coklat dibandingkan cengkeh pada saat ini, karena beberapa alasan antara lain; (a) penanaman cengkih memerlukan perawatan yang lebih sulit disbanding jenis perkebunan lainnya; (b) tanaman cengkih lebih lambat memberikan hasil dibandingkan tanaman lainnya; (c) hasil cengkih sulit dipasarkan; dan (d) cengkih hanya sekali panen dalam setahun.

 Dusun kelapa (luin)

Pada masa lalu kelapa mempunyai peran penting dalam masyarakat terutama peran sosial ekonomi. Kepemilikan kebun kelapa menjadi simbol kekayaan suatu keluarga dan merupakan sumber ekonomi utama melalui hasil kopranya. Namun pada masa kini peran ekonomi kelapa telah tergantikan oleh jenis tanaman perkebunan lainnya seperti coklat, kopi, pala dan lainnya. Kondisi kebun kelapa berlokasi di dekat perkampungan sudah tergolong tua dan perlu perejamaan.

 Dusun pala (Aka maina pala)

Tanaman pala tidak banyak jumlahnya dan lebih banyak ditanam sebagai tanaman sela diantara jenis-jenis tanaman coklat, cengkih, dan kopi.

 Dusun sagu (Aka maina hatan)

Bentuk satuan lingkungan ini sebenaranya secara alamiah telah ada dan pada saat ini masyarakat sudah mulai membudidayakannya, walaupun pada saat ini sagu sudah bukan lagi menjadi bahan pangan utama. Keanekaragaman jenis tumbuhan yang terdapat di kebun sagu antara lain jenis tanaman buah-buahan dan jenis tumbuhan hutan yang memiliki manfaat untuk bahan bangunan dan kayu bakar.

 Dusun durian

Secara tradisional masyarakat tidak mengusahakan jenis durian dalam suatu perkebunan khusus buah durian. Dusun durian dibangun hanya berupa suatu kebun yang ditanami berbagai jenis tanaman dan tanaman buah durian menjadi dominan di kebun tersebut. .Buah durian menjadi penting karena memiiki harga yang cukup tinggi dan mudah memasarkannya.

57  Dusun langsat

Kepemilikan dusun langsat tidak dimiliki oleh semua masyarakat. Namun hampir sebagian masyarakat yang memiliki dusun menanam jenis ini di lahan dusunnya.

Hutan Sekunder (Ewang Aung)

Berdasarkan pengertian masyarakat hutan sekunder (ewang aung) adalah hutan yang telah terganggu oleh aktifitas manusia atau menerangkannya sebagai hutan asli yang telah dibuka untuk kepentingan kebun atau membuat dusun dan selanjutnya dibiarkan menghutan kembali. Pengertian ini juga berlaku untuk hutan primer yang telah mengalami kerusakan secara alami seperti kerusakan karena angina tau badai, terjangan banjir, kebakaran karena kekeringan dan lain-lannya..Ewang aung bagi masyarakat dimanfaatkan sebagai sumber kayu bakar, meramu hasil hutan non kayu seperti keanekaragaman jenis tumbuhan obat, rotan, sagu, dan berbagai jenis buah-buahan dan sayuran.

Hutan Primer (Ewang)

Ewang atau hutan asli atau hutan primer merupakan satuan lingkungan berupa hutan yang masih asli dan belum mengalami kerusakan akibat dari gangguan baik gangguan alam maupun dari aktifitas manusia. Penguasaan hutan “ewang” ini dikuasai oleh soa, sehingga kepemilikannya bersifat komunal. Batas kepemilikan hutan primer ini tidak jelas di lapangan, kecuali yang memiliki batas alam yang jelas seperti sungai, lembah atau bukit, sehingga batas kawasan ini sering menjadi konflik antar desa, antar soa atau antar kelompok masyarakat.

Sosial-Ekonomi

Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan. Untuk itu, pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial-budaya merupakan indikator-indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.

Dengan demikian pemberdayaan masyarakat pada Kabupaten Maluku Tengah harus secara menyeluruh dan merata guna meminimalisir ketimpangan sosial dan konflik sosial di masyarakat yang mungkin akan terjadi. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan pangan juga meningkat, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat akan melakukan ekstensifikasi lahan yang akan berdampak pada pengundulan hutan.

Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan aset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Indikator utama dimensi ekonomi ini adalah tingkat efisiensi, dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah, dan stabilitas ekonomi (material) manusia baik untuk generasi sekarang maupun yang akan mendatang.

58

Mengingat keterbatasan dan ketidakmerataan sumberdaya pada Kabupaten Maluku Tengah, maka setiap potensi sumberdaya yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hal ini mengandung arti bahwa setiap sumberdaya harus dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin. Dalam teori ekonomi, prinsip efisiensi dibagi menjadi dua jenis yaitu : efisiensi produksi dan efisiensi alokasi. Efisiensi produksi dicapai dengan meminimumkan biaya untuk menghasilkan satu unit output. Sedangkan efisiensi alokasi adalah suatu kondisi dimana dalam suatu produksi output, sumberdaya yang dialokasikan adalah maksimum dan harga produksi barang sama dengan biaya marginalnya. Dalam proses perencanaan pengembangan wilayah, aspek ekonomi berperan penting untuk mengalokasikan sumberdaya secara lebih efektif dan efisien baik dalam perspektif jangka pendek maupun jangka panjang.

Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk dalam hal ini ialah terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis (sumberdaya genetik), sumberdaya tanah, air dan agroklimat, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan.

Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi sehingga ketiganya harus diperhatikan secara berimbang. Sistim sosial yang stabil dan sehat serta sumberdaya alam dan lingkungan merupakan basis untuk kegiatan ekonomi, sementara kesejahteraan ekonomi merupakan prasarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial budaya maupun kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Sistim sosial yang tidak stabil atau sakit (misalnya terjadi konflik social dan pravalensi kemiskinan) akan cenderung menimbulkan tindakan yang merusak kelestarian sumberdaya alam dan merusak kesehatan lingkungan (misalnya kelangkaan tanah dan air) dapat mendorong terjadinya kekacauan dan penyakit sosial.

Dilihat dari data ketenagakerjaan pada Kabupaten Maluku Tengah terdapat setidaknya lebih dari setengah atau 57.33% dari penduduknya bekerja di sektor pertanian. Dengan demikian, maka sistem pertanian terutama yang berbasis kearifan lokal atau dusun harus dijaga kelestariannya. Selain merupakan sumber pendapatan ekonomi masyarakat dusun juga mempunyai fungsi ekologi yang sangat baik di dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam yang berkelanjutan.

Masyarakat Negeri memiliki pengetahuan tentang keanekaragaman jenis tumbuhan yang tumbuh disekitar tempat tinggalnya. Mereka memilik pengetahuan yang baik dalam pengenalan keanekaragaman jenis tumbuhan yang didasarkan pada karakteristik morfologi tumbuhan dan kegunaannya. Dalam mengenali keanekaragaman jenis tumbuhan langkah-langkah awal yang mereka lakukan adalah :

(a) Mengenali ciri morfologi dari jenis tumbuhan, yaitu diawali melihat bentuk daunnya (totun), warna kulit batangnya (ai unin), batangnya atau kayunya (hatan atau helan), buahnya (huan), cabang (sakat), tangkai, ranting (salan), akar (ai tamun), dan keberadaan getahnya.

(b) Mengelompokan apakah jenis tumbuhan tersebut berupa rumput-rumputan dan perdu (ehu), liana (ayaan), batang atau pohon (hatan), dan berumpun (ulun).

(c) Melakukan penanaman: penanaman diawali dengan kata “ehu” untuk jenis rumput, “ayaan” untuk jenis liana, “ai” untuk jenis pohon.

59 (d) Menyebutkan kegunaannya: masyarakat mengenal dengan baik kegunaan

jenis-jenis tumbuhan yang terdapat disekitar mereka.

Dusun merupakan sistim sosial yang digunakan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam yang mereka miliki. Di samping menjaga ekosistem alam “dusun” merupakan sumber pendapatan masyarakat karena jika dilihat dari tanaman yang diusahakan, hasil dari jenis-jenis tanaman budidaya yang diusahakan oleh masyarakat memiliki nilai ekonomi yang tinggi, misalnya cengkeh, kopi, coklat, kelapa, dan lain-lainnya yang nilai ekonominya bisa mencukupi kebutuhan mereka.

Pengendalian kerusakan lahan

Sebagaimana diketahui kondisi lahan pada Kabupaten Maluku Tengah terbagi atas dataran pesisir, perbukitan, dan pegunungan. Maka untuk daerah pegunungan dijadikan sebagai kawasan lindung dan daerah resapan air. Dimana daerah pegunungan merupakan hutan primer atau “ewang” yang masih dalam kondisi alami. Sedangkan untuk dataran pesisir dan perbukitan yang merupakan kawasan budidaya tindakan pengendalian yang dapat dilakukan adalah :

(a) Cara mekanik dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuanya untuk memperlambat aliran air permukaan, mengurangi erosi, serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan ( Seloliman, 1997). Metode konservasi yang dapat dilakukan diantaranya; pengelolaan tanah, pembangunan teras, pembuatan saluran disepanjang kontur yang berfungsi sebagai saluran air untuk mengisi persediaan air dalam tanah, penanaman tanaman dalam strip kontur.

Karena umumnya masyarakat membuka lahan pertanian pada daerah perbukitan dengan kemiringan 10-40% maka teknik konservasi yang baik dilakukan adalah teras bangku, gulud atau guludan, teras kebun untuk tanaman perkebunan dan buah-buahan, rorak yang bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah tererosi, dan pembuatan embung tradisional. Sistim mekanik yang biasanya dilakukan masyarakat pesisir juga adalah dengan pembuatan pemecah ombak dengan menggunakan batuan karang disamping mencegah terabrasinya tanah pesisir pantai juga sebagai habitat biota laut terutama ikan karang

(b) cara biologi; penanaman rumpun bambu pada daerah tepian sungai diperlukan untuk mencegah erosi alur dan parit yang terjadi akibat aktifitas manusia maupun yang terjadi secara alami yang ditanam membentuk pagar, penanaman tanaman penutup tanah untuk mencegah besar dan laju aliran permukaan baik pada tepian teras yang dibuat atau pada lahan terbuka dan di antara baris tanaman, pergiliran tanaman dan tumpang sari baik juga untuk meningkatkan kesuburan tanah, penanaman tanaman mangrove untuk mencegah erosi tanah daerah pesisir akibat abrasi air laut.

(c) Cara kimia dengan penambahan bahan organik tanah dapat dilakukan dengan pemulsaan disamping dapat meningkatkan kesuburan tanah juga dapat memperkecil laju aliran permukaan

60

KESIMPULAN

Dalam sistem pertanian terdapat dua kendala utama yaitu kendala fisik dan profitabilitas (keuntungan usaha). Pada kondisi ekstrim, faktor keterbatasan fisik dapat diatasi dengan berbagai kondisi buatan. Sedangkan pada sistem produksi pertanian yang dibatasi oleh luas areal dapat diatasi dengan pemanfaatan teknologi. Selain teknologi, secara spasial faktor iklim juga berpengaruh terhadap sistem produksi pertanian.Karena pada batas-batas tertentu, pengaruh iklim dapat membatasi penggunaan lahan, mekanisasi, budidaya dan sebagainya. Dalam perencanaan pengembangan wilayah dan pengendalian lahan berdasarkan konsep pertanian berkelanjutan, maka tiga hal yang harus diperhatikan adalah :

1. Dimensi sosial yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat guna mencapai kesejahteraan sosial yang harmonis

2. Dimensi ekonomi sebagai indikator utama tingkat efisiensi dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah, dan stabilitas ekonomi manusia untuk generasi sekarang dan yang akandatang.

3. Dimensi lingkungan guna menekan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam.

Dusun merupakan sistem pengelolaan lahan yang sangat sesuai atau mengsinergikan antara peraturan pemerintah no 41 tahun 1999 tentang kehutanan, tujuan pembangunan Kabupaten Maluku Tengah dimana salah satunya adalah meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat.

REKOMENDASI

Pemerintah harus berperan sebagai human kontrol sehingga masyarakat lokal tidak dimarginalkan terhadap hak-hak sumberdaya alam yang mereka miliki baik secara politik dan ekonomi.

Konsep dan pelaksanaan pengelolaan hutan berbasis masyarakat (dusun) adalah sistim pengelolaan sumberdaya hutan yang dapat dilakukan bersama Perum Perhutani dan masyarakat desa untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional.

Pemerintah harus memposisikan hutan rakyat, hutan adat dan hutan Negara sebagai satu kesatuan ekosistem, termasuk unsur manusia, pranata sosial, kelembagaan, hak dan kewajiban setiap pelaku, dan kesetaraan dan pengakuan hukum, ekonomi dan politik harus dibangun bersama-sama, dengan mengacu kepada kepentingan individu dan kepentingan publik.

61 DAFTAR PUSTAKA

Alikodra. S. Hadi. 2012. Konservasi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan. UGM Press.Yogyakarta.

Aryadi, Mahrus. 2012. Hutan Rakyat. Umm Press. Malang.

BPS. 2013. Maluku Tengah Dalam Angka.Masohi. Maluku Tengah.

BPS.2012. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Maluku Tengah. Maluku Tengah.

Hardiyatmo. C. Hady. 2006. Penanganan Tanah Longsor Dan Erosi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Rustiadi, E., S. Sunsun., dan P.R. Dyah. 2011. Perencanaan dan Pengembangan

Wilayah. Restpent Press. Jakarta-Indonesia.

Solahuddin, Soleh. 2009. Pertanian Harapan Masa Depan. IPB Press.Bogor-Indonesia.

Wattimena. A. Gustaf. Agroforestri di Maluku. proceeding Permama 2011. Bogor

62

“Potensi Pengembangan Sagu untuk Mendukung Ketahanan

Dokumen terkait