• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

5.2. Penilaian Kinerja LSM dalam Program PHBM 1 Penilaian Kinerja untuk Setiap Elemen

5.2.2. Penilaian Kinerja untuk Setiap LSM

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa LSM 1 dan LSM 2 mempunyai jumlah total nilai baik yang tinggi yaitu masing-masing sebanyak 88,9% dan 72,2% (Grafik 2). Sementara LSM lainnya berkisar antara 30 – 50%. Namun LSM 6 memiliki jumlah nilai baik yang paling sedikit yaitu sebanyak 16,7% dan memiliki nilai kurang baik tertinggi diantara LSM lainnya yaitu sejumlah 36,1%. LSM 3 dan LSM 1 bahkan tidak memiliki nilai kurang baik sementara yang lainya memiliki nilai kurang baik berkisar antara 2 – 30%. Keberagaman hasil penilaian kinerja LSM dalam pelaksanaan program PHBM ini menunjukkan bahwa tingkat kapasitas, pengetahuan, dan jaringan yang dikembangkan oleh LSM sangat beragam. Kondisi wilayah, sebaran lokasi pendampingan, metode serta pendekatan yang dilakukan oleh LSM mempengaruhi kinerja LSM yang bersangkutan. Program pokok yang diusung oleh LSM bersama dengan masyarakat juga memberikan pengaruh terhadap kinerja sebuah lembaga dalam proses pendampingan dengan masyarakat.

95 Grafik 2. Rekapitulasi Penilaian Kinerja LSM dalam Program PHBM

Dalam penelitian ini, setiap indikator mempunyai bobot yang sama. Kinerja LSM dinilai dari pembobotan setiap elemen yang diperoleh dengan menentukan nilai setiap indikator terhadap jumlah nilai secara keseluruhan indikator. Jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja LSM dalam program PHBM ini berjumlah 36 indikator. Berdasarkan rumus dalam metode pengambilan keputusan sertifikasi PHBML yang dikembangkan oleh LEI, maka:

Kinerja yang baik, jika B ≥ 18 indikator dan C ≥ 9 indikator Kinerja yang cukup baik, jika B ≥ 9 indikator dan C ≥ 18 indikator Kinerja yang kurang baik, jika selain yang diatas.

Berdasarkan rumus tersebut sebagian besar LSM yaitu 5 mempunyai kinerja yang baik dalam pelaksanaan program PHBM dan sebanyak 2 LSM masing-masing memiliki kinerja yang cukup baik dan kurang baik (Grafik 3).

Rekapitulasi Penilaian Kinerja LSM dalam Program PHBM

72.2% 30.6% 61.0% 88.9% 33.3% 16.7% 41.7% 58.3% 55.6% 27.8% 50.0% 38.9% 8.3% 41.7% 47.2% 50.0% 36.1% 38.9% 0.0% 19.4% 0.0% 2.8% 25.0% 36.1% 8.3% 5.6% 5.6% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% LSM 1 LSM 2 LSM 3 LSM 4 LSM 5 LSM 6 LSM 7 LSM 8 LSM 9 Nama LSM % J u m lah I n di ka to r

96 Penilaian Kinerja LSM dalam Program PHBM

55,6% 22,2%

22,2%

Baik Cukup baik Kurang baik

Grafik 3. Penilaian Kinerja LSM dalam Program PHBM

Berdasarkan hasil penilaian kinerja LSM dalam menjalankan program PHBML, diperoleh peringkat kinerja berdasarkan tingkat kinerja dan kategori fokus proyek UNDP (Tabel 18). LSM 4 yang termasuk dalam kategori fokus proyek dalam pendampingan teknis memiliki kinerja paling baik dibandingkan dengan LSM lainnya. Sementara LSM 6 yang mengusung pendampingan teknis juga, menjadi LSM yang paling kurang baik kinerjanya dalam melaksanakan program PHBM dibandingkan dengan LSM yang lainnya. Dapat disimpulkan bahwa kategori fokus proyek dalam UNDP tidak mempengaruhi kinerja LSM dalam menjalankan proyek UNDP. Faktor-faktor lainnya misalnya basis pengetahuan tentang program PHBM, pengalaman pelaksana dan lembaga dalam program PHBM, pendekatan yang dilakukan, serta besar kecilnya permasalahan yang terjadi di masyarakat merupakan sebagian dari faktor penentu kinerja LSM.

97 Tabel 18. Peringkat Kinerja LSM dalam Program PHBM

No Nama LSM Tingkat dan Peringkat Kinerja Kategori Fokus Proyek

1 LSM 4 Baik Pendampingan teknis

2 LSM 1 Baik Konservasi

3 LSM 3 Baik Konservasi

4 LSM 8 Baik Advokasi

5 LSM 9 Baik Advokasi

6 LSM 7 Cukup baik Advokasi

7 LSM 2 Cukup baik Konservasi

8 LSM 5 Kurang baik Pendampingan teknis

9 LSM 6 Kurang baik Pendampingan teknis

Sumber: Hasil pengolahan data

Dalam pelaksanaan proyek UNDP, penelitian ini menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan dari setiap LSM dalam program PHBM (Tabel 19). Temuan adanya kelebihan dapat dijadikan secara pemicu untuk lebih meningktakan kinerjanya. Sementara adanya kelemahan terhadap lembaga dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga (lesson learned) sehingga kinerjanya lebih dapat ditingkatkan.

98 Tabel 19. Kelebihan dan Kelemahan LSM dalam Program PHBM

No Nama LSM Kelebihan dalam

Program PHBM

Kelemahan dalam Program PHBM

1 LSM 1 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman

yang panjang dengan program konservasi pantai (hutan mangrove)

• Memiliki kedekatan dengan pihak pemerintah daerah

• Lokasi proyek di pantai yang sudah terdegradasi parah dan memiliki kesulitan yang tinggi untuk merehabilitasinya

• Karena programnya konservasi, masyarakat sulit memahami

manfaatnya

• Karena dampak yang dirasakan jangka panjang sehingga

masyarakat tidak dapat langsung memperoleh dampaknya dalam jangka pendek

• Munculnya isu tenurial yaitu konflik antara masyarakat dengan pemerintah daerah yang muncul terkait dengan tanah timbul (tanah yang muncul akibat degradasi pantai)

2 LSM 2 • Program yang diangkat spesifik dan unik serta hanya ada

di lokasi proyek ini

• Telah melakukan kerjasama dengan Departemen

Kehutanan dan kalangan akademis setempat

• Pengalaman lembaga dan pelaksana proyek terhadap program

PHBM masih lemah

• Lembaga dan pelaksana proyek tidak mempunyai basis

pengetahuan dasar dan pemahaman yang cukup terkait dengan program PHBM

• Pelaksanaan proyek belum sepenuhnya mencerminkan konsep dasar

dan makna yang sesungguhnya tentang partisipasi dan PHBM

• Dalam prakteknya, tidak terdapat proses pengorganisasian

masyarakat

• Lembaga tidak mengembangkan konsep kelembagaan yang kuat

• Karena programnya konservasi, masyarakat sulit memahami

manfaatnya

• Karena dampak yang dirasakan jangka panjang sehingga

masyarakat tidak dapat langsung memperoleh dampaknya

3 LSM 3 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai kompetensi

tentang kelola pesisir dan pulau-pulau kecil dalam program konservasi (hutan mangrove)

• Program yang diangkat spesifik serta fokus pada isu pesisir dan pulau-pulau kecil

• Pembuatan Kebun Rakyat yang dikelola secara kelompok

• Adanya indikasi saling ketergantungan antara masyarakat dan

lembaga karena pendampingannya telah berlangsung sekitar 10 tahun

• Karena programnya konservasi, masyarakat sulit memahami

manfaatnya

99

No Nama LSM Kelebihan dalam

Program PHBM

Kelemahan dalam Program PHBM

dan telah memberikan manfaat bagi masyarakat dirasakan oleh masyarakat masih belum sepenuhnya terasa

4 LSM 4 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman

yang panjang dengan program sertifikasi ekolabel di hutan milik

• Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada sertifikasi ekolabel

• Dukungan yang penuh dari pemerintah daerah (Dinas

Kehutanan dan Lingkungan), perguruan tinggi dan pihak swasta (pengusaha kayu) terkait dengan sertifikasi ekolabel

• Mampu melakukan kolaborasi yang intensif antara LSM,

pemerintah dan kalangan bisnis (pengusaha)

• Bekerja pada hutan milik yang secara legalitas tidak menjadi masalah utama

• Berhasil menfasilitasi masyarakat untuk memperoleh

sertifikasi ekolabel dari LEI

• Kesulitan dalam menyampaikan ide sertifikasi ekolabel karena

dampaknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang

• Masyarakat belum memiliki pengalaman dalam melakukan proyek

yang berorientasi pada bidang konservasi

5 LSM 5 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman

yang panjang dengan program pola kemitraan di wilayah proyek

• Memiliki kedekatan dengan pihak pemerintah daerah

• Belum tersedianya road map yang jelas atas pelaksanaan proyek

• Belum adanya runtutan pemikiran yang lebih praktis yang dapat

menjadi acuan

• Masih belum ada koneksitas yang jelas antara tujuan proyek dengan

basis pengorganisasian masyarakat yang selama ini menjadi bagian dari sebuah gerakan

6 LSM 6 • Lembaga mempunyai pengalaman yang panjang dengan

pendampingan di masyarakat di dalam kawasan hutan negara (Tahura)

• Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada lokasi tertentu

• Mengangkat isu ekowisata sebagai strategi untuk memperoleh pengakuan dari pemerintah agar masyarakat memperoleh akses terhadap sumberdaya hutannya

• Mampu menaikkan posisi tawar (bargaining power)

dihadapan pemerintah karena interaksinya cukup intensif

• Kesulitan dalam memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh

pengakuan dari pemerintah karena status hutan negara dengan fungsi konservasi (Tahura)

• Masyarakat belum memahami dengan benar tentang gagasan

ekowisata sebagai instrumen untuk memperoleh pengakuan dari pemerintah

• Produksi hasil hutan dan pertanian belum dapat dikembangkan

lebih lanjut (pengolahan pascapanen dan pemasarannya)

• Peran pemerintah desa belum optimal dalam mendukung program

PHBM

100

No Nama LSM Kelebihan dalam

Program PHBM

Kelemahan dalam Program PHBM

7 LSM 7 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman

yang panjang dengan program tanah simpen di kawasan hutan negara (Perum Perhutani)

• Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada lokasi tertentu

• Keterlibatan dengan pemerintah daerah cukup intensif

• Berhasil memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh

akses terhadap sumberdaya hutan melalui MoU dengan Perhutani

• Menggunakan metode pendekatan penggalian status tanah

dan penggunaannya sesuai dengan perspektif sejarah lokal sebagai dasar untuk menata ulang kepemilikan dan pengelolaan hutan

• Mampu memfasilitasi kelembagaan di tingkat masyarakat

sehingga menjadi kuat

• Wilayah dampingan termasuk ke dalam kawasan hutan negara

(Perhutani)

• Batas-batas yang tidak jelas antara kawasan hutan negara (Perhutani) dengan kawasan hutan yang diklaim oleh masyarakat (tanah simpen) sehingga menimbulkan konflik

• Perhutani mempunyai bukti legalitas yang lebih kuat dibandingkan

dengan masyarakat

8 LSM 8 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai kapasitas dan

pengalaman yang panjang dengan program advokasi kebijakan untuk masyarakat adat di kawasan Taman Nasional

• Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada lokasi tertentu

• Keterlibatan dengan pemerintah daerah cukup intensif

• Dukungan dari masyarakat sangat besar untuk

mewujudkan tujuan bersama

• Produksi hasil hutan dan pertanian belum dapat dikembangkan

lebih lanjut (pengolahan pascapanen dan pemasarannya)

• Belum adanya titik temu tentang perbedaan kepentingan tenurial

antara masyarakat adat dengan pihak Taman Nasinal

• Tujuan untuk membuat peraturan daerah (Perda) tentang hak kelola

hutan ulayat masih belum terwujud

• Lokasi proyek yang mempunyai jarak yang jauh dari pusat

pemerintahan daerah sehingga menyulitkan kerja advokasi

9 LSM 9 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman

yang panjang dengan program HKm

• Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada lokasi tertentu

• Berhasil memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh

akses terhadap sumberdaya hutan melalui ijin definitif HKm

• Lokasi proyek dijadikan sebagai kampung belajar dari

pihak lain karena keberhasilannya

• Belum membuat strategi pemasaran sosial (social marketing) untuk melakukan perluasan dampak proyek di lokasi lainnya

• Belum melibatkan pihak perguruan tinggi dan swasta untuk

101

No Nama LSM Kelebihan dalam

Program PHBM

Kelemahan dalam Program PHBM

• Mampu memfasilitasi kelembagaan di tingkat masyarakat

sehingga menjadi kuat

• Keterlibatan dengan pemerintah daerah cukup intensif

• Dukungan dari masyarakat sangat besar untuk

mewujudkan tujuan bersama

• Mampu membangun kolaborasi dengan lembaga

internasional (ICRAF) dalam mengembangkan proyek