• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRAS

Dalam dokumen Laporan Tahunan MA Tahun 2013 (Halaman 149-154)

ENGAWASAN INTERNALP

NO KEGIATAN WILAYAH

E. Rapat Koordinasi dan Konsultas

III. PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRAS

Tahun 2013 penilaian Reformasi Birokrasi dilakukan secara mandiri (self

assessment) yang didasarkan pada:

1. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman

Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB).

2. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk

Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara Online.

3. Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RIR.I Nomor 43/KMA/SK/III/2013

tanggal 8 Maret 2013 tentang Penunjukan Koordinator Asesor Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Mahkamah Agung RIR.I.

Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) dilaksanakan dengan tujuan memudahkan menyediakan informasi mengenai perkembangan

pelaksanaan reformasi birokrasi dan upaya-upaya perbaikan yang perlu dilakukan.

Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Mahkamah Agung RI dilakukan melalui tahapan:

1. Pembentukan struktur organisasi.

2. Sosialisasi, koordinasi, dan pelatihan serta kegiatan pelatihan di kantor masing-masing unit Eselon I kepada para asesor dan tim kerjanya serta kepada para Pejabat Struktural dan Fungsional sebagai Tim PMPRB.

3. Komitmen agenda PMPRB Mahkamah Agung RI dengan melibatkan seluruh

unit Eselon I dan Tim PMPRB.

4. Penyamaan persepsi masing-masing asesor pada unit Eselon I.

5. Penyerahan akun dan password kepada asesor unit Eselon I, serta

koordinasi dengan Kementerian PAN dan RB untuk pembuatan akun dan

password kepada responden survei internal. Sistem penilaian dibagi dua kelompok besar, yaitu:

1. Komponen Pengungkit (Enablers). Seluruh aspek internal organisasi instansi pemerintah yang melakukan berbagai upaya manajemen untuk mewujudkan output dan outcome bagi masyarakat pengguna layanan, SDM aparaturnya dan bagi komunitas lokal, nasional, dan internasional, serta mewujudkan kinerja yang menjadi tujuannya. Komponen pengungkit dalam model PMPRB terdiri dari 5 kriteria, yaitu: Kepemimpinan, Perencanaan Strategis, Sumber Daya Manusia Aparatur, dan Kemitraan Sumber Daya dan Proses.

2. Komponen Hasil (Results). Komponen ini adalah output atau outcome yang dihasilkan. Komponen Hasil dalam model PMPRB dibagi empat kriteria, yaitu: (i) Hasil pada masyarakat pengguna layanan, (ii) Hasil pada SDM Aparatur, (iii) Hasil pada Komunitas Lokal, Nasional dan Internasional, serta (iv) Hasil Kinerja Utama.

Penilaian Komponen Pengungkit perlu ditunjang dengan survei internal yang dilakukan dengan cara:

1. Koordinasi dengan para Sekretaris Badan unit Eselon IMahkamah Agung

RI untuk menentukan jumlah responden berdasarkan populasi pegawai Mahkamah Agung RI.

2. Responden diambil dari pegawai masing-masing unit Eselon I yang dihitung

secara proporsional berdasarkan jumlah pegawai (jumlah responden satker Eselon I Mahkamah Agung RI 311 responden).

3. Pengisian kuesioner oleh responden dilakukan secara online menggunakan

sistem aplikasi PMPRB pada tempat dan waktu yang telah ditentukan oleh Kementerian PAN dan RB.

4. Pembagian akun dan password dilakukan secara acak di tempat pengisian kuesioner, serta dilakukan pendampingan oleh Tim Asesor masing-masing unit Eselon I.

Tabel 3-22 :Jumlah Responden Survei Internal

No Unit Eselon 1 Jumlah Responden

1 Badan Urusan Administrasi 95

2 Kepaniteraan 85

3 Ditjen Badan Peradilan Umum 41

4 Ditjen Badan Peradilan Agama 28

5 Ditjen Badan Peradilan Militer dan TUN 23

6 Badan Pengawasan 14

7 Badan Litbang Diklat Kumdil 25

Jumlah 311 Responden

Survei Eksternal terhadap stakeholders Mahkamah Agung RI:

1. Menggunakan hasil survei KPK mengenai integritas sektor publik tahun 2011 dan 2012. Mahkamah Agung RI mendapat nilai indeks integritas ke-3 tertinggi.

Gambar 3-4 :Pengorganisasian Kegiatan PMPRB Mahkamah Agung R.I

PMPRB didasarkan pada siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) dengan didukung bukti-bukti yang relevan. Semakin kuat bukti, semakin besar penilaian PMPRB Sub Kriteria yang bersangkutan atau sebaliknya semakin lemah bukti semakin kecil penilaiannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan bukti-bukti adalah:

1. Bukti-bukti: notulen rapat, berita/publikasi, laporan, rekaman video, foto, rekaman suara, dokumen peraturan dan lainnya.

2. Bukti-bukti harus faktual, otentik, representatif, cukup, dan terkini.

3. Kertas kerja harus dijadikan bukti utama, sehingga asesor bisa melihat proses penilaian pada unit kerja berikut sintesisnya.

4. Perlu disepakati para asesor bukti mana yang diunggah pada tingkat unit kerja dan mana yang unggah pada tingkat instansi.

Salah satu aspek penting yang dilakukan dalam PMPRB adalah menyusun sintesis, yaitu uraian mengenai kondisi obyektif saat ini pada unit kerja terkait dengan subkriteria yang sedang dinilai. Sintesis sangat bermanfaat untuk melihat keselarasan antara kondisi internal organisasi, dengan bukti-bukti yang relevan digunakan serta nilai yang diberikan. Jika setiap penilaian mandiri dilengkapi dengan sintesis, maka akan diketahui perkembangan kondisi dari tahun ke tahun.

2. Menggunakan hasil survei Soegeng Sarjadi Syndicate tahun 2012. Mahkamah Agung RI mendapat urutan ke-2 dari 15 lembaga pemerintah bebas korupsi Koordinator Asesor Sekretaris MA-RI Pengarah Tuada Pembinaan Asesor Eselon I BAWAS Pembantu Asesor (Eselon II, III, IV) Asesor Eselon I Badilum Pembantu Asesor (Eselon II, III, IV) Asesor Eselon I BUA Pembantu Asesor (Eselon II, III, IV) Asesor Eselon I Badilag Pembantu Asesor (Eselon II, III, IV) Asesor Eselon I Balitbang Pembantu Asesor (Eselon II, III, IV) Asesor Eselon I Miltun Pembantu Asesor (Eselon II, III, IV) Asesor Eselon I Kepaniteraan Pembantu Asesor (Eselon II, III, IV)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun sintesis adalah sebagai berikut: 1. Penguraian sintesis dilakukan dengan memperhatikan subkriteria dan

pertanyaan pemandu yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. 2. Dalam hal pertanyaan pemandu belum sepenuhnya menguraikan apa yang dikehendaki oleh subkriteria, maka asesor dapat menguraikannya dalam sintesis.

3. Sintesis disusun dalam kalimat yang sederhana, dapat berupa pointers, tetapi dapat menggambarkan kondisi obyektif saat ini.

Koordinasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi untuk seluruh asesor terhadap unit kerja dilaksanakan Inspektorat dalam hal ini adalah Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI. Tugas Koordinator Asesor adalah:

1. Mengawasi kemajuan penilaian mandiri yang dilakukan oleh asesor untuk unit kerjanya masing-masing. Inspektorat, melalui sistem online dapat melihat kemajuan per unit kerja dalam melakukan penilaian mandiri.

2. Menetapkan jadwal Panel 1, Panel 2 dan Panel 3.

3. Memimpin pertemuan-pertemuan rutin untuk membahas permasalahan yang dihadapi atau melakukan pertukaran pengalaman.

4. Memimpin Panel 1 untuk veriikasi dan kelengkapan penilaian.

5. Memimpin Panel 2 untuk menghitung dan membuat penilaian instansi. 6. Memimpin Panel 3 untuk inalisasi hasil penilaian.

Gambar 3-5 : Pelaksanaan Rapat Panel 1, Panel 2 dan Panel 3.

Langkah-langkah teknis penilaian dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Melakukan penilaian terhadap komponen pengungkit. 2. Melakukan penilaian terhadap komponen hasil. 3. Melakukan Survei Internal.

4. Melakukan Survei Eksternal.

5. Menilai Sub kriteria Pemenuhan Target Indikator Eksternal.

6. Memberikan penilaian subkriteria pemenuhan target indikator internal (9 program mikro reformasi birokrasi).

7. Merancang rencana perbaikan dan tindak lanjut unit kerja.

Indikator Internal PMPRB Tahun 2013 menggunakan 9 Program Mikro Reformasi Birokrasi, sedangkan Reformasi Birokrasi tahun 2012 menggunakan 8 area. Terdapat satu penambahan program yaitu Monitoring dan Evaluasi. Perbandingan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3-23 :Perbandingan Program Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

NO

Dalam dokumen Laporan Tahunan MA Tahun 2013 (Halaman 149-154)