• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.4 Teknik Analisis Data

4.4.1 Penilaian Manfaat Ekonomi Reduksi Emisi Karbon

Potensi nilai ekonomi reduksi emisi karbon proyek PLTSa Bantargebang akan diestimasi berdasarkan nilai pasar. Hal tersebut dilakukan karena kini karbon dapat dianggap sebagai manfaat tidak langsung (indirect benefit), meski bersifat

tangible karena terdapat harga standar yang berlaku di pasar internasional maupun nasional. Proyek PLTSa Bantargebang perlu diidentifikasi terlebih dahulu untuk

mengetahui manfaat proyek berdasarkan nilai nyata (tangible value) dan nilai tak nyata (intangible value). Barang tangible merupakan sumberdaya yang dapat dinilai dengan nilai pasar, sedangkan barang intangible adalah barang atau jasa lingkungan yang perlu pendekatan khusus untuk menilainya. Secara lebih jelas konsep tersebut dikaitkan sesuai penelitian tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3 Identifikasi Benefit and Cost Proyek PLTSa

Identifikasi Direct Indirect

Benefit Listrik*

Tipping fee*

Reduksi emisi karbon.* Penyerapan tenaga kerja. Pencegah eksternalitas negatif berupa

pencemaran air lindi di Sungai Kali Asem. Perubahan paradigma cara pengolahan sampah di TPA.

Cost Direct project costs (upah tenaga kerja, infrastruktur kantor)*

Acquisition costs (pembelian atau pembuatan teknologi)*

Implementation costs

(produktivitas yang hilang)*

Whole of life ownership costs

(biaya operasional,

pemeliharaan, penggantian fasilitas, pelatihan). *

Dampak regulasi jika gagal diterapkan

(adanya market failure). Biaya untuk memperbaiki pengetahuan manajemen perusahaan yang lemah. Penurunan produktivitas organisasi perusahaan

Keterangan: (*) cakupan penelitian

Sumber: Disadur dari Sydney Technical and Further Education Comission, 1991

Produk utama dari PLTSa adalah listrik. Proyeksi manfaat ekonomi listrik dilakukan dengan menyesuaikan kapasitas produksi listrik PLTSa Bantargebang per tahun dengan harga listrik yang diberlakukan oleh PLN sebagai pembeli. Secara lebih jelas, penilaian manfaat ekonomi produksi listrik (B) tersebut sesuai dengan persamaan (4.1).

Estimasi terhadap emisi GRK akan dinilai menggunakan Landfill Gas Emission (LandGEM) versi 3.02, yaitu aplikasi yang digunakan oleh EPA untuk memperkirakan kandungan GRK. LandGEM V03.02 dioperasikan dengan mengadopsi sistem Software Microsoft Excel 2010. Keunggulan LandGEM V3.02 ini yaitu mudah untuk digunakan dan dapat memproyeksikan kandungan GRK hingga kurun waktu 60 tahun. Fitur utama yang disediakan oleh LandGEM yaitu

User Inputs, Pollutants, Input Review, Methane dan Results. Tahap-tahap dalam mengoperasikan LandGEM V03.02 sebagai berikut:

User Inputs

Pada sheet ini dibutuhkan data mengenai tahun pembukaan TPST, jumlah sampah yang masuk ke TPST, pemilihan parameter kandungan methane, potensi kapasitas methane, konsentrasi kandungan gas non-methane serta volume methane. dibutuhkan data tonase sampah yang masuk ke Bantargebang. Data kondisi riil pada tahun 1990 hingga 2011 menjadi acuan untuk proyeksi sampah yang akan masuk pada tahun 2012-2023. Karakteristik sampah diasumsikan mengandung 55,6% sampah orgnaik (Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2011). Pollutants

Pada sheet ini telah tersedia model parameter berdasarkan konsentrasi polutan sesuai jenisnya (bilangan baku). Model parameter itu menggunakan konstanta terbaru dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 2014. Penentuan konstanta methane generation rate sebesar 0,05 year-1 berdasarkan pada pembuangan sampah yang masih conventional open landfill, artinya tak ada pemilahan jenis sampah berupa plastik, alumunium, botol kaca, dedanunan dan lain-lain. Penggunaan asumsi conventional open landfill juga menentukan konstanta kapasitas potensi methane yaitu sebesar 170 m3/Mg. Perkiraan konsentrasi gas non-methane ditentukan sebesar 4.000 ppmv karena tak melalui bermacam perlakuan pengolahan sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) sebelum dibawa ke TPST Bantargebang.

Input Review

Untuk menghindari kesalahan dalam memperkirakan emisi terkait listrik di TPST, pada tahap ini LandGEM V03.02 menampilan seluruh data yang telah kita input agar dapat dilakukan pengecekan lagi.

Methane

Pada sheet ini data mengenai jumlah emisi methane yang dihasilkan oleh input sampah telah otomatis dikalkulasikan. Kandungan methane menjadi patokan untuk melakukan penghitungan kandungan zat lainnya. Persamaan untuk melakukan kalkulasi tersebut sebagai berikut.

Keterangan:

QCH4 = jumlah metana yang diproduksi setiap tahun i = tambahan 1 tahun kenaikan

n = jumlah tahun kalkulasi dimulai-tahun awal sampah diterima k = rate produksi metana (0,050 year-1)

L0 = potensi kapasitas produksi metana (170 m3/Mg)

Mi = massa jenis dari sampah yang diterima pada tahun ke-i (Mg)

Results and Social Cost of Carbon

Langkah terakhir dalam LandGEM ini menampilkan jumlah methane dan kandungan zat lainnya sesuai yang user ingin proyeksikan. Jumlah emisi CO2 tersebut kemudian dinilai berdasarkan market value. EPA memiliki kajian yang menarik mengenai market value of carbon pricing. Harga karbon yang dikenakan oleh EPA adalah Social Cost of Carbon (SCC).

Nilai SCC mencakup kepada kerugian yang harus ditanggung masyarakat secara global terkait penurunan produktivitas pertanian, kesehatan, kerusakan akibat meningkatnya intensitas banjir, dan berkurangnya nilai dari jasa lingkungan (EPA, 2010b). SCC telah dikaji oleh EPA untuk memproyeksikan harga karbon hingga tahun 2050. SCC tersebut memperkirakan terjadinya peningkatan harga karbon 0,4-0,5 USD/ton CO2, atau sekitar Rp 4.800 hingga Rp 6.000/ton CO2 seperti yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Proyeksi Social Cost of Carbon 2008-2023

Tahun Social Cost of Carbon (Rp*/ton CO2)

2008 247.200 2009 252.000 2010 256.800 2011 262.800 2012 268.800 2013 273.600 2014 279.600 2015 285.600 2016 291.600 2017 297.600 2018 303.600 2019 309.600 2020 315.600 2021 324.000 2022 331.200 2023 339.600

Sumber: EPA, 2010b (Diolah), Keterangan: *Kurs Rp 12.000/USD

4.4.2 Analisis Ekonomi Proyek PLTSa Bantargebang

Analisis Biaya dan Manfaat atau Cost-Benefit Analysis (CBA) digunakan untuk mengkaji biaya dan manfaat yang ada selama proyek PLTSa Bantargebang berjalan. Terdapat beberapa komponen untuk menyusun cash flow proyek agar nilai ekonomi dapat diestimasi. Komponen tersebut dapat dikelompokkan menjadi biaya investasi, dan biaya operasional (variabel dan tetap).

Biaya investasi dikeluarkan pada awal proyek didirikan, contohnya biaya yang dikeluarkan untuk pembebasan lahan, sewa ataupun biaya mendirikan bangunan proyek. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan setiap proses produksi dilakukan seperti biaya tenaga kerja. Upah tenaga kerja dalam analisis ekonomi dinilai berbeda jika pekerja tersebut merupakan pekerja terdidik atau tak terdidik. Biaya lain yang termasuk dalam biaya operasional yaitu bahan baku, pajak, dan reinvestasi.

Biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang harus dikeluarkan selama proyek berjalan. Biaya akan dijabarkan melalui arus pengeluaran dan pemasukan perusahaan (cash flow) untuk mengetahui bagaimana manfaat yang dihasilkan

(4.3) dari biaya tersebut. Setelah cash flow disusun melalui komponen biaya yang tersedia, maka selanjutnya dilakukan kajian terhadap kelayakan investasi proyek.

Beberapa kriteria yang diperlukan untuk menilai kelayakan investasi proyek yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost (Net B/C) dan Payback Period.

NPV merupakan metode untuk mengetahui kelayakan proyek dengan prinsip bahwa proyek layak untuk dijalankan jika jumlah keseluruhan manfaat yang diterima melebihi atau setidaknya sama dengan biaya investasi yang telah dikeluarkan (NPV ≥ 0). Adapun perhitungan NPV menurut Gittinger (1986) sebagai berikut.

Keterangan:

Bt = Penerimaan yang diperoleh proyek pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan proyek pada tahun ke-t n = Umur ekonomis proyek

i = Tingkat suku bunga (%)

t = Tahun investasi proyek (t=0,1,2...n)

Hasil perhitungan NPV kemudian dinilai sesuai kriteria berikut:

1) NPV < 0, menunjukkan bahwa proyek tidak layak untuk dilaksanakan secara finansial karena manfaat (benefit) yang diperoleh kurang dari biaya investasi yang telah dikeluarkan.

2) NPV = 0, menunjukkan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan namun mengalami kesulitan karena manfaat yang diperoleh hanya akan cukup untuk mengganti atau menutupi biaya investasi.

3) NPV > 0, menunjukkan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan karena benefit yang didapatkan lebih besar dari biaya investasi yang telah dikeluarkan.

Gray et al. (1992) menjabarkan IRR adalah tingkat rendemen (kelebihan atau keuntungan perusahaan) atau rate of return atas investasi netto. IRR merupakan tingkat i yang memenuhi tiga syarat sebagai berikut:

1) Rendemen implisit dalam tiap tahun sama dengan hasil i kali nilai investasi pada akhir tahun sebelumnya, yaitu:

Rt = iFt-1

2) Nilai investasi pada akhir tahun (t) sama dengan nilai pada akhir tahun sebelumnya dikalkulasikan dengan sisa pengurangan benefit netto dari rendemen implisit.

3) Benefit netto ketika akhir umur proyek (tahun n) merupakan jumlah nilai investasi yang masih berlaku pada akhir tahun sebelumnya, ditambah rendemen implisit. Maka, nilai investasi ketika akhir tahun n menjadi nol. Dalam analisis IRR, hal utama yang akan dicari yaitu pada tingkat bunga berapa (discount rate) akan dihasilkan NPV = 0. Persamaan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut.

Keterangan :

Bt dan Ct = Penerimaan dan biaya bruto yang diperoleh proyek pada tahun

ke t;

Bt - Ct = Benefit netto dalam tahun t, nilai negatif merupakan investasi; n = Umur ekonomis proyek;

Ft = Nilai investasi yang belum dikembalikan sampai akhir tahun t,

setelah realisasi benefit /biaya yang terjadi dalam tahun itu;

Rt = Rendemen implisit tahun t, dapat dibayarkan (agar diterima

oleh penyelenggara proyek) atau tidak dibayarkan.

i = IRR

Melalui persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa IRR adalah nilai

discount rate (i) yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Contohnya, terdapat suatu proyek dengan IRR yang dihitung 25% dan biaya dana proyek sebesar 15%. Nilai IRR tersebut lebih besar daripada biaya dana proyek sehingga dapat dikatakan menarik secara finansial.

Konsep lain untuk mengetahui kelayakan investasi yaitu Net B/C ratio, yaitu perbandingan antara nilai arus manfaat (inflow) saat ini dibagi dengan nilai

arus biaya (outflow) saat ini. Gittinger (1986) menjelaskan bahwa Net B/C berfungsi menunjukkan besarnya manfaat yang didapatkan setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Proyek layak untuk dilaksanakan jika memiliki nilai Net B/C lebih dari atau setidaknya sama dengan satu (Net B/C ≥ 1). Perhitungan yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan :

Bt = Benefit (penerimaan) proyek yang diperoleh tahun ke-t Ct = Cost (biaya) proyek yang dikeluarkan pada tahun ke-t n = Umur ekonomis proyek

i = Tingkat suku bunga (%) t = Tahun investasi (t=0,1,2...n)

Perlu jangka waktu tertentu untuk mengembalikan biaya yang dikeluarkan dalam investasi proyek. Proyek yang baik adalah proyek yang memiliki jangka waktu cepat dalam pengembalian biaya investasi. Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan suatu proyek menutupi modal tersebut, dapat menggunakan konsep

Payback Period (PP). Persamaan umum PP yaitu:

Keterangan :

P = Jangka waktu yang diperlukan proyek untuk pengembalian investasi I = Biaya investasi

Ab = Manfaat bersih setiap tahun

Net B/C =

(4.5)

Dokumen terkait