• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan industri jasa ( backward linkage) dan industri yang berbahan baku dari sektor ESDM, antara lain pupuk ( forward

Kemampuan Produksi Dalam Neger

Sasaran 14. Peningkatan industri jasa ( backward linkage) dan industri yang berbahan baku dari sektor ESDM, antara lain pupuk ( forward

linkage)

Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2010. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 5.46.

1. Usaha Jasa Pertambangan, yaitu usaha jasa yang kegiatannya berkaitan dengan tahapan dan/atau bagian kegiatan usaha pertambangan

2. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti, yaitu usaha jasa selain usaha jasa pertambangan yang memberikan pelayanan jasa dalam mendukung kegiatan usaha pertambangan meliputi: bidang- bidang di luar usaha jasa pertambangan

Berdasarkan Direktori Perusahaan Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara Tahun 2010 tercatat 683 usaha jasa lokal dan nasional yang terdiri dari 429 usaha jasa nasional dan 254 usaha jasa lokal. Sebagai catatan usaha jasa lokal yang diinventarisir baru dari 4 Provinsi, sehingga jumlah usaha jasa lokal sebenarnya masih lebih banyak lagi. Dari target 600 jasa usaha pertambangan, realisasi yang dapat dicapai Kementerian ESDM tahun 2010 ini mencapai 683 usaha jasa local dan nasional di bidang pertambangan umum.

1. Terpenuhinya bahan baku industri pupuk

· Persentase pemenuhan bahan baku industri pupuk

Untuk menjamin pasokan gas baik untuk industri, transportasi dan pembangkit secara umum telah dijamin oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 3 tahun 2010 tentang Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri. Gas bumi merupakan bahan baku dan pembuatan pupuk urea yang merupakan komponen terbesar biaya produksi pupuk urea yaitu mencapai 70%. Gas bumi juga merupakan bahan baku untuk industri manufaktur. Untuk menjaga kelangsungan produksi pupuk urea nasional dan industri manufaktur maka harus ada jaminan pasokan gas bumi dengan harga yang wajar. Untuk menjamin tersedianya alokasi gas Menteri ESDM telah mengeluarkan Keputusan Menteri tentang alokasi gas untuk pupuk. Untuk alokasi pasokan gas untuk tranportasi, pemerintah (KESDM) telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No.19/2010 tentang pemanfaatan gas bumi untuk transportasi.Untuk Pembangkit Listrik, telah membangunan proyek FSRU untuk memenuhi kebutuhan gas untuk pembangkit di Jawa Barat Sumatera Utara, dan Jawa Tengah/Jawa Timur. Untuk Jawa Tengah/Jawa Timur alokasi gas akan diperoleh setelah selesainya kajian kebutuhan gas. Isu yang penting dalam rencana pengembangan pabrik pupuk adalah jaminan ketersediaan dan kontinuitas pasokan bahan baku dalam periode yang panjang. Bahan baku pabrik pupuk urea yang paling efisien selama ini adalah gas bumi. Sebagai alternatif pertama bahan baku diupayakan akan menggunakan gas bumi dengan jaminan pasokan paling tidak selama 20 tahun. Untuk itu perlu diadakan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dalam mengupayakan sumber-sumber gas yang diprioritaskan sebagai bahan baku pupuk.

1. Peningkatan industri jasa penunjang

· Jumlah industri jasa penunjang pertambangan umum

Usaha Jasa Pertambangan adalah jenis usaha yang kegiatannya berkaitan dengan tahapan dan/atau bagian kegiatan usaha pertambangan. Penyelenggaraan usaha jasa pertambangan bertujuan untuk: a) menunjang kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan; b) mewujudkan tertib penyelenggaraan usaha jasa pertambangan darn meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c) mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi lokal dalam usaha pertambangan melalui usaha jasa pertambangan dengan mewujudkan kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil.

Usaha jasa pertambangan dikelompokkan menjadi :

Selanjutnya dalam rangka memenuhi kebutuhan pupuk dalam negeri ke depan, maka sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bertanggung jawab terhadap tersusunnya alokasi pasokan gas bumi untuk revitalisasi industri pupuk urea. Berdasarkan surat Menteri ESDM kepada Menteri perindustrian Nomor: 1418/15/MEM.M/2010 tanggal 10 Maret 2010 perihal Pemenuhan Kebutuhan Gas Bumi untuk Industri Pupuk, bahwa dalam kaitannya dengan pelaksanaan program revitalisasi industri pupuk tersebut, Kementerian ESDM telah melakukan beberapa kali pembahasan dengan Kementerian perindustrian dan instansi terkait untuk perencanaan alokasi gas bumi, baik untuk revitalisasi pabrik pupuk maupun pabrik pupuk yang sedang berjalan. Dari hasil pembahasan tersebut dapat diinventarisasi potensi cadangan gas bumi yang direncanakan sebagai alternatif pasokan gas bumi dalam rangka revitalisasi.

Adapun alokasi pasokan gas bumi untuk pabrik Pupuk Kalimantan Timur (PKT)-5, pabrik pupuk di Tangguh dan pabrik pupuk di Donggi Senoro adalah:

1. PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT) – 5

2. Telah disetujui alokasi gas sebanyak 80 MMSCFD dari Lapangan KKKS Mahakam Total dan Inpex dan Lapangan Sebuku KKKS Pearl terhitung mulai tanggal 01 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2021.

3. Pabrik Pupuk di Tangguh

4. Untuk pengembangan pabrik pupuk dengan gas dari lapangan Tangguh telah diselesaikan Pre-FS oleh

Tim Interdep pada April 2009. Dari hasil Pre-FS, terdapat cadangan uncommitted (2P risked) sebesar

2,9 TCF, yang tingkat kepastiannya sangat tergantung pada hasil uji produksi dan pemboran yang diharapkan akan selesai pada akhir tahun 2014.

5. Pabrik Pupuk di Donggi Senoro

6. Kemampuan pasokan gas bumi dari lapangan Donggi Senoro sebesar 415 MMSCFD (2014-2027), dengan alokasi gas untuk domestik sebesar 115 MMSCFD (28% terhadap total produksi) yaitu untuk Panca Amara Utama (PAU) sebesar 55 MMSCFD dan 60 MMSFD untuk PLN.

Kebijakan Pemerintah dalam hal Pemanfaatan Gas Bumi diprioritaskan untuk peningkatan produksi, kebutuhan bahan baku pupuk, penyediaan tenaga listrik dan sektor industri lainnya. Dikarenakan sebagian besar pabrik pupuk yang menggunakan bahan baku gas bumi belum mendapatkan alokasi jumlah gas yang cukup dalam jangka panjang, disarankan pembangunan pabrik pupuk yang baru diarahkan mendekati sumber Gas Bumi yang besar.

Permasalahan yang dihadapi oleh pabrik pupuk adalah sebagai berikut:

- Umur pabrik yang tua sudah di atas 30 tahun, dimana pada saat ini pemakaian gas buminya 25% lebih tinggi dibandingkan dengan pabrik-pabrik yang menggunakan teknologi baru yang hemat energi. - Penggantian peralatan dalam jumlah besar akan menyebabkan membesarnya biaya investasi dan

operasional; peralatan yang tidak diganti, memiliki potensi yang besar terjadi kerusakan secara tiba-

tiba yang dapat menyebabkan turunnya on stream days yang meningkatkan biaya pemeliharaan dan

menurunkan keandalan pabrik.

- Suku cadang peralatan sulit diperoleh di pasaran dan jika bisa dipenuhi oleh vendor maka harganya akan

sangat mahal.

- Sebagian besar pabrik pupuk yang menggunakan bahan baku gas bumi belum mendapatkan alokasi jumlah gas yang cukup dalam jangka panjang.

Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 7 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2010. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 5.47.

Indikator Kinerja Sasaran 1 Penunjang

1. Waktu ketahanan stock Cadangan BBM Nasional

Terkait dengan salah satu misi Kementerian ESDM untuk meningkatkan keamanan pasokan energi dan mineral (energy and mineral security) dalam negeri, maka diperlukan adanya persediaan cadangan (buffer stock). Sebagaimana terlihat dalam tabel di atas, bahwa waktu ketahahan persediaan BBM nasional adalah 24 hari.

Secara ringkas, sesuai data hasil pengukuran kinerja dapat disimpulkan bahwa target tersebut dapat direalisasikan dengan nilai capaian kinerja 100% atau dengan kata lain target ini menunjukkan bahwa persediaan pasokan energi cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sampai dengan 24 hari ke depan.

2. Jumlah hak khusus untuk ruas transmisi dan WJD yang diberikan

Pada tahun 2010 BPH Migas telah menyusun dan menerbitkan Peraturan BPH Migas Nomor 19/P/BPH/XI/2010 tanggal 30 Nopember 2010 tentang Pemberian Hak Khusus Pengangkutan dan Niaga Gas Bumi Melalui Pipa. Peraturan ini merupakan revisi Peraturan BPH Migas :

· Nomor 01/P/BPH Migas/XII/2004 tanggal 10 Desember 2004 tentang Pedoman Pemberian Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa Pada Ruas Tertentu Pipa Transmisi Gas Bumi.

· Nomor 02/P/BPH Migas/XII/2004 tanggal 10 Desember 2004 tentang Pedoman Pemberian Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa Pada Wilayah Tertentu Jaringan Distribusi Gas Bumi.

Sasaran 1: Terwujudnya pengaturan & pengawasan penyediaan dan pendistribusian