• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

III.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

IV.1.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian

IV.1.3.1. Penjelasan responden atas variabel kompensasi

Penjelasan responden atas kesesuaian antara gaji yang diterima dengan beban pekerjaan menunjukkan responden yang berjumlah 35 orang (60,3 persen) menyatakan sesuai antara gaji yang diterima dengan beban pekerjaan. Responden berjumlah 15 orang (25,9 persen) menyatakan sangat sesuai, dan 8 orang (13,8 persen) menyatakan kurang sesuai. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan sesuai antara gaji yang diterima dengan beban pekerjaan. Artinya, pegawai yang masih mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu

yang telah ditetapkan, maka gaji yang diterima dianggap masih sesuai dengan beban pekerjaannya. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan tidak sesuai antara gaji yang diterima dengan beban pekerjaan karena pegawai merasakan beban tugas yang diberikan senantiasa bertambah akan tetapi tidak diiringi dengan pertambahan gaji yang diterima.

Penjelasan responden atas daya tarik dari pemberian bonus kepada pegawai pada PT. Asuransi Jiwasraya menunjukkan responden yang berjumlah 33 orang (56,9 persen) menyatakan sangat menarik sekali atas pemberian bonus kepada pegawai pada PT. Asuransi Jiwasraya. Responden berjumlah 21 orang (36,2 persen) menyatakan menarik sekali, dan 4 orang (6,9 persen) menyatakan menarik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan sangat menarik sekali atas pemberian bonus kepada pegawai pada PT. Asuransi Jiwasraya. Pemberian bonus merupakan salah satu upaya untuk menstimulus dan mendorong pegawai untuk bekerja lebih baik, sehingga dengan kinerja yang baik diharapkan dapat mendatangkan manfaat tersendiri bagi kemajuan perusahaan di kemudian hari.

Penjelasan responden atas daya tarik program pemberian insentif untuk memacu kinerja pegawai menunjukkan responden yang berjumlah 42 orang (72,4 persen) menyatakan menarik atas program pemberian insentif untuk memacu kinerja pegawai. Responden berjumlah 13 orang (22,4 persen) menyatakan menarik sekali, dan 3 orang (5,2 persen) menyatakan kurang menarik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan menarik atas program pemberian insentif untuk memacu kinerja pegawai. Hal ini dikarenakan pegawai merasa bahwa hasil

kerja mereka jaga dihargai oleh perusahaan, selain itu insentif secara otomatis akan memberikan penambahan pendapatan bagi pegawai. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan kurang menarik atas program pemberian insentif untuk memacu kinerja pegawai dikarenakan pegawai menilai bahwa besaran insentif yang diberikan belum sesuai dengan harapan pegawai tersebut.

Penjelasan responden atas manfaat fasilitas kerja dalam menunjang kinerja pegawai menunjukkan responden yang berjumlah 34 orang (58,6 persen) menyatakan bermanfaat sekali atas fasilitas kerja dalam menunjang kinerja pegawai. Responden berjumlah 12 orang (20,7 persen) menyatakan sangat bermanfaat sekali, dan 12 orang (20,7 persen) menyatakan bermanfaat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bermanfaat sekali atas fasilitas kerja dalam menunjang kinerja pegawai. Hal ini dikarenakan tersedianya fasilitas kerja ini akan mempermudah setiap aktivitas pegawai dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Penjelasan responden atas manfaat fasilitas kerja dalam menunjang efektivitas kerja pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan menunjukkan responden yang berjumlah 30 orang (51,7 persen) menyatakan bermanfaat sekali atas fasilitas kerja dalam menunjang efektivitas kerja pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan. Responden berjumlah 21 orang (36,2 persen) menyatakan sangat bermanfaat sekali, dan 7 orang (12,1 persen) menyatakan bermanfaat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bermanfaat sekali atas fasilitas kerja dalam menunjang efektivitas kerja pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan. Dampak baik dari tersedianya fasilitas kerja ini adalah setiap pekerjaan yang diberikan pada

pegawai dapat diselesaikan sesuai dengan target yang ditetapkan tanpa mebuang-buang waktu dan tenaga yang lebih besar.

IV.1.3.2. Penjelasan responden atas variabel promosi jabatan

Penjelasan responden atas pengaruh senioritas terhadap peluang pegawai untuk mendapatkan promosi jabatan menunjukkan responden yang berjumlah 33 orang (56,9 persen) menyatakan bahwa senioritas berpengaruh sekali terhadap peluang pegawai untuk mendapatkan promosi jabatan. Responden berjumlah 16 orang (27,6 persen) menyatakan sangat berpengaruh sekali, dan 9 orang (15,5 persen) menyatakan berpengaruh. Hasil tersebut menunjukkan mayoritas responden menyatakan bahwa senioritas berpengaruh sekali terhadap peluang pegawai untuk mendapatkan promosi jabatan. Pegawai yang senior dinilai lebih menguasai kondisi yang dihadapi perusahaan, tentu dengan melihat dari sisi pengalaman pegawai tersebut di bidangnya masing-masing. Hal inilah yang membuat perusahaan memprioritaskan pegawai senior dalam promosi jabatan.

Penjelasan responden atas pengaruh kualifikasi pendidikan terhadap peluang pegawai mendapatkan promosi jabatan menunjukkan responden yang berjumlah 28 orang (48,3 persen) menyatakan bahwa kualifikasi pendidikan berpengaruh terhadap peluang pegawai mendapatkan promosi jabatan. Responden berjumlah 25 orang (43,1 persen) menyatakan berpengaruh sekali, dan 5 orang (8,6 persen) menyatakan kurang berpengaruh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan kualifikasi pendidikan berpengaruh terhadap peluang pegawai mendapatkan promosi jabatan. Untuk mengemban suatu jabatan tertentu perusahaan juga menilai dari sisi

pendidikan pegawai bersangkutan, harapannya adalah tingkat pendidikan yang dimiliki pegawai dapat mendukung pekerjaan yang akan dihadapi selama menduduki posisi tertentu. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa kualifikasi pendidikan kurang berpengaruh terhadap peluang pegawai mendapatkan promosi jabatan karena perusahaan saat ini masih cenderung menilai dari senioritas pegawai yang ada.

Penjelasan responden atas prestasi kerja pegawai berpeluang untuk dapat dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi pada PT. Asuransi Jiwasraya menunjukkan responden yang berjumlah 37 orang (63,8 persen) menyatakan bahwa prestasi kerja pegawai berpeluang sekali untuk dapat dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi pada PT. Asuransi Jiwasraya. Responden berjumlah 12 orang (20,7 persen) menyatakan berpeluang, 5 orang (8,6 persen) menyatakan sangat berpeluang sekali, dan 4 orang (6,9 persen) menyatakan kurang berpeluang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan prestasi kerja pegawai berpeluang sekali untuk dapat dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi pada PT. Asuransi Jiwasraya. Hal ini dikarenakan pegawai yang memiliki prestasi kerja dapat dipastikan bahwa pegawai tersebut telah melakukan hal yang lebih baik dari pegawai lainnya, sehingga sudah sewajarnya apabila pegawai yang bersangkutan mendapatkan peluang promosi jabatan. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa prestasi kerja pegawai kurang berpeluang untuk dapat dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi pada PT. Asuransi Jiwasraya karena beberapa pegawai melihat bahwa penilaian

prestasi kerja yang dilakukan perusahaan belum objektif, apalagi penilaian itu tidak disesuaikan dengan beban kerja masing-masing pegawai.

Penjelasan responden atas peluang promosi jabatan sehubungan dengan loyalitas pada PT. Asuransi Jiwasraya menunjukkan responden yang berjumlah 38 orang (65,5 persen) menyatakan berpeluang atas promosi jabatan sehubungan dengan loyalitas pada PT. Asuransi Jiwasraya. Responden berjumlah 13 orang (22,4 persen) menyatakan kurang berpeluang, dan 7 orang (12,1 persen) menyatakan berpeluang sekali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan berpeluang atas promosi jabatan sehubungan dengan loyalitas pada PT. Asuransi Jiwasraya. Pegawai yang loyal adalah pegawai yang senantiasa menjaga nama baik dan bekerja sepenuh hati untuk perusahaan, dan dengan demikian sudah selayaknya pula pegawai seperti ini mendapat peluang promosi jabatan. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan kurang berpeluang atas promosi jabatan sehubungan dengan loyalitas pada PT. Asuransi Jiwasraya karena penilaian seorang pegawai untuk dipromosi tidak hanya dilihat dari sisi loyalnya saja, sehingga peluangnya relatif kecil untuk dipromosi.

Penjelasan responden atas kepentingan kejujuran pegawai sebagai acuan dalam memperoleh kesempatan promosi jabatan menunjukkan responden yang berjumlah 44 orang (75,9 persen) menyatakan bahwa kejujuran pegawai penting sekali sebagai acuan dalam memperoleh kesempatan promosi jabatan. Responden berjumlah 9 orang (15,5 persen) menyatakan penting, dan 5 orang (8,6 persen) menyatakan sangat penting sekali. Hasil tersebut menunjukkan mayoritas responden

menyatakan bahwa kejujuran pegawai penting sekali sebagai acuan dalam memperoleh kesempatan promosi jabatan. Tidak mudah untuk mencari orang yang jujur pada saat ini. Akan tetapi kejujuran merupakan modal awal bagi pegawai yang akan dipromosikan. Dengan kejujuran yang dimiliki pegawai diharapkan tidak terjadi tindakan-tindakan yang akan merugikan perusahaan secara keseluruhan.

IV.1.3.3. Penjelasan responden atas variabel kepuasan kerja

Penjelasan responden atas daya tarik dari pekerjaan yang secara mental memberikan kepuasan kerja pada pegawai di PT. Asuransi Jiwasraya menunjukkan responden yang berjumlah 38 orang (65,5 persen) menyatakan bahwa pekerjaan yang secara mental memberikan kepuasan kerja pada pegawai di PT. Asuransi Jiwasraya adalah menarik sekali. Responden berjumlah 14 orang (24,1 persen) menyatakan menarik, dan 6 orang (10,3 persen) menyatakan sangat menarik sekali. Hasil tersebut menunjukkan mayoritas responden menyatakan bahwa pekerjaan yang secara mental memberikan kepuasan kerja pada pegawai di PT. Asuransi Jiwasraya adalah menarik sekali. Hal ini dikarenakan tidak adanya tekanan yang berlebihan kepada setiap pegawai dalam menyelesaikan setiap pekerjaan dapat mengurangi beban mental pegawai, dan dengan demikian pegawai lebih fokus dalam menyelesaikan tugas tugasnya.

Penjelasan responden atas daya tarik gaji dalam memacu semangat bekerja bagi pegawai menunjukkan responden yang berjumlah 32 orang (55,2 persen) menyatakan menarik sekali atas gaji dalam memacu semangat bekerja bagi pegawai. Responden berjumlah 14 orang (24,1 persen) menyatakan sangat menarik sekali, dan

12 orang (20,7 persen) menyatakan menarik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan menarik sekali atas gaji dalam memacu semangat bekerja bagi pegawai. Alasan utama seseorang bekerja adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup melalui gaji yang diperoleh dari pekerjaannya. Berdasarkan hal ini, gaji dapat membuat daya tarik tersendiri dalam bekerja, apalagi gaji yang ditawarkan sesuai dengan keinginan masing-masing pegawai.

Penjelasan responden atas keterbinaan kondisi kerja yang nyaman dalam menunjang peningkatan kinerja pegawai menunjukkan responden yang berjumlah 34 orang (58,6 persen) menyatakan bahwa kondsi kerja yang nyaman terbina sekali dalam menunjang peningkatan kinerja pegawai. Responden berjumlah 15 orang (25,9 persen) menyatakan terbina, dan 9 orang (15,5 persen) menyatakan sangat terbina sekali. Hasil tersebut menunjukkan mayoritas responden menyatakan bahwa kondsi kerja yang nyaman terbina sekali dalam menunjang peningkatan kinerja pegawai. Hal ini dikarenakan membina kondisi kerja nyaman berarti menjaga keharmonisan antar sesama pegawai. Keharmonisan ini akan mengurangi konflik yang mungkin timbul diantara sesama pegawai, dan dapat memberikan suasana kerja yang baik untuk lebih konsentrasi dalam pekerjaan.

Penjelasan responden atas dukungan rekan sekerja dalam meningkatkan semangat sesama pegawai dalam bekerja menunjukkan responden yang berjumlah 40 orang (69,0 persen) menyatakan bahwa rekan sekerja mendukung sekali dalam meningkatkan semangat sesama pegawai dalam bekerja. Responden berjumlah 10 orang (17,2 persen) menyatakan sangat mendukung sekali, dan 8 orang (13,8 persen)

menyatakan mendukung. Hasil tersebut menunjukkan mayoritas responden menyatakan bahwa rekan sekerja mendukung sekali dalam meningkatkan semangat sesama pegawai dalam bekerja. Selain keluarga, peranan rekan sekerja sangat dibutuhkan pegawai untuk menjaga konsistensi dalam bekerja, terutama pada masa seorang pegawai menghadapi masalah yang berhubungan dengan pekerjaannya. IV.1.3.4. Penjelasan responden atas variabel senioritas

Penjelasan responden atas kemampuan pegawai senior dalam mencapai target kerja menunjukkan responden yang berjumlah 26 orang (44,8 persen) menyatakan bahwa pegawai senior mampu sekali dalam mencapai target kerja. Responden berjumlah 20 orang (34,5 persen) menyatakan mampu, dan 12 orang (20,7 persen) menyatakan kurang mampu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa pegawai senior mampu sekali dalam mencapai target kerja. Hal ini dikarenakan pengalaman yang dimiliki pegawai senior merupakan modal dasar pegawai tersebut dapat menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa pegawai senior kurang mampu dalam mencapai target kerja karena tidak semua pegawai senior memiliki kemampuan yang sama dalam menyelasikan tugas yang dibebankan kepadanya, sehingga ada beberapa pegawai senior yang tidak dapat menyelesaikan tugas sesuai target.

Penjelasan responden atas kecakapan pegawai yang senior untuk menyelesaikan pekerjaan menunjukkan responden yang berjumlah 35 orang (60,3 persen) menyatakan bahwa pegawai yang senior cakap sekali untuk menyelesaikan pekerjaan. Responden berjumlah 20 orang (34,5 persen) menyatakan cakap, dan 3

orang (5,2 persen) menyatakan kurang cakap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pegawai yang senior cakap sekali untuk menyelesaikan pekerjaan. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang dihadapi pegawai adalah pekerjaan rutinitas sehari-hari, sehingga dalam pengambilan keputusanpun pegawai senior lebih berani dibanding dengan pegawai lainnya. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa pegawai yang senior kurang cakap untuk menyelesaikan pekerjaan karena tidak semua keputusan yang diambil dapat menyenangkan seluruh pihak terutama bagi pegawai-pegawai yang dibebani tanggung jawab tertentu akibat keputusan dari pegawai senior tersebut.

Penjelasan responden atas keterampilan pegawai senior dalam menyelesaikan tugas rutin sehari-hari di PT. Asuransi Jiwasraya menunjukkan responden yang berjumlah 26 orang (44,8 persen) menyatakan bahwa pegawai senior terampil dalam menyelesaikan tugas rutin sehari-hari di PT. Asuransi Jiwasraya. Responden berjumlah 17 orang (29,3 persen) menyatakan terampil sekali, dan 15 orang (25,9 persen) menyatakan kurang terampil. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa pegawai senior terampil dalam menyelesaikan tugas rutin sehari-hari di PT. Asuransi Jiwasraya. Seseorang bisa melakukan sesuatu karena terbiasa, dan pengalaman yang membuat seorang pegawai menjadi lebih terampil dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa pegawai senior kurang terampil dalam menyelesaikan tugas rutin sehari-hari di PT. Asuransi Jiwasraya karena seharusnya pekerjaan yang diselesaikan oleh pegawai senior bisa lebih baik lagi dari tugas yang telah diselesaikannya pada

saat ini, artinya pegawai senior dinilai belum memaksimalkan kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

IV.1.3.5. Penjelasan responden atas variabel prestasi kerja

Penjelasan responden atas disiplin waktu kehadiran pegawai di PT. Asuransi Jiwasraya menunjukkan responden yang berjumlah 37 orang (63,8 persen) menyatakan disiplin sekali dengan waktu kehadiran pegawai di PT. Asuransi Jiwasraya. Responden berjumlah 17 orang (29,3 persen) menyatakan disiplin, dan 4 orang (6,9 persen) menyatakan kurang disiplin. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan disiplin sekali dengan waktu kehadiran pegawai di PT. Asuransi Jiwasraya. Hal ini dikarenakan setiap pegawai yang belum hadir pada waktu yang telah ditetapkan akan senantiasa mendapatkan peringatan dari atasannya masing-masing, dan hal ini akan mengurangi penilaian yang baik bagi pegawai yang bersangkutan. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan kurang disiplin dengan waktu kehadiran pegawai di PT. Asuransi Jiwasraya karena belum ada sangsi yang tegas kepada para pegawai yang terlambat hadir, sehingga tidak terjadi perbaikan yang signifikan terhadap kehadiran pegawai tertentu untuk lebih disiplin.

Penjelasan responden atas kebebasan pegawai berinovasi dalam penyelesaian tugasnya menunjukkan responden yang berjumlah 26 orang (44,8 persen) menyatakan bahwa pegawai bebas sekali berinovasi dalam penyelesaian tugasnya. Responden berjumlah 17 orang (29,3 persen) menyatakan bebas, 13 orang (22,4 persen) menyatakan kurang bebas, dan 2 orang (3,4 persen) menyatakan tidak bebas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa pegawai

bebas sekali berinovasi dalam penyelesaian tugasnya. Hal ini dikarenakan setiap pegawai dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan padanya menggunakan metode yang dikuasai oleh pegawai yang bersangkutan, dan tentu saja akhir dari pekerjaan itu tetap harus sesuai dengan apa yang diharapkan. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa pegawai tidak bebas berinovasi dalam penyelesaian tugasnya karena masih adanya batasan-batasan yang diberikan dalam menyelesaikan pekerjaan, walaupun batasan tersebut sifatnya adalah baik untuk kepentingan perusahaan.

Penjelasan responden atas tingkat kekompakan tim dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan PT. Asuransi Jiwasraya menunjukkan responden yang berjumlah 28 orang (48,3 persen) menyatakan kompak. Responden berjumlah 26 orang (44,8 persen) menyatakan kompak sekali, dan 4 orang (6,9 persen) menyatakan kurang kompak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa tingkat kekompakan tim dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan PT. Asuransi Jiwasraya adalah kompak. Hal ini dikarenakan sudah banyak pekerjaan yang melibatkan tim dapat diselesaikan dengan baik oleh setiap tim yang dibentuk. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan kurang kompak dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan PT. Asuransi Jiwasraya karena tidak mudah untuk menyatukan persepsi setiap anggota tim yang dibentuk pada awalnya, walaupun demikian seiiring berjalannya waktu tim tersebut dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Penjelasan responden terhadap tanggungjawab pegawai atas target kerja yang di berikan oleh PT. Asuransi Jiwasraya menunjukkan responden yang berjumlah 39 orang (67,2 persen) menyatakan bahwa pegawai bertanggung jawab sekali atas target kerja yang diberikan oleh PT. Asuransi Jiwasraya. Responden berjumlah 15 orang (25,9 persen) menyatakan bertanggung jawab, dan 4 orang (6,9 persen) menyatakan kurang bertanggung jawab. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa pegawai bertanggung jawab sekali atas target kerja yang diberikan oleh PT. Asuransi Jiwasraya. Hal ini dikarenakan setiap pegawai merasakan bahwa tanggung jawab yang diberikan merupakan kewajiban dari pegawai untuk menjalani dan menyelesaikan setiap tugas yang dibebankan. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa pegawai kurang bertanggung jawab atas target kerja yang diberikan oleh PT. Asuransi Jiwasraya karena beberapa target kerja yang tidak terselesaikan akibat kurang sesuainya waktu dengan beban tugas yang diberikan sehingga target tersebut tidak sesuai dengan harapan perusahaan.

Penjelasan responden atas kebutuhan kemampuan kepemimpinan dalam diri pegawai untuk menyelesaikan pekerjaannya menunjukkan responden yang berjumlah 33 orang (56,9 persen) menyatakan butuh sekali atas kemampuan kepemimpinan dalam diri pegawai untuk menyelesaikan pekerjaannya. Responden berjumlah 18 orang (31 persen) menyatakan sangat butuh sekali, 6 orang (10,3 persen) menyatakan butuh, dan 1 orang (1,7 persen) menyatakan kurang butuh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan butuh sekali atas kemampuan kepemimpinan dalam diri pegawai untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini

dikarenakan setiap pegawai dituntut untuk dapat mengambil keputusan terbaik yang berhubungan dengan pekerjaannya. Pengambilan keputusan ini hanya dapat dilakukan oleh pegawai yang memiliki kemampuan kepemimpinan, terutama tugas-tugas yang diberikan sudah berhubungan dengan kerja sama di dalam suatu tim. Sedangkan minoritas responden yang menyatakan kurang butuh atas kemampuan kepemimpinan dalam diri pegawai untuk menyelesaikan pekerjaannya karena tugas yang diembannya tidak melibatkan pegawai-pegawai lain.

IV.2. Pembahasan

Dokumen terkait