• Tidak ada hasil yang ditemukan

Supervisi kepala sekolah merupakan kemampuan kepala sekolah untuk membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran dengan indikator antara lain; (1) Membimbing guru dalam mengembangkan silabus dan RPP; (2) membimbing guru dalam memilih strategi/metode pembelajaran; dan (3) membimbing guru untuk memanfaatkan teknologi informasi. Hasil jawaban responden atas variabel supervisi kepala sekolah dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Penjelasan Responden Atas Variabel Supervisi Kepala Sekolah

No Pernyataan Jawaban Responden Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Total f % f % f % f % f % f % 1 Memberi pengarahan menyusun silabus. 4 10 9 22.5 19 47.5 8 20 0 0 40 100 2 Hanya memberikan

contoh silabus untuk dijadikan pedoman. 3 7.5 12 30 16 40 7 17.5 2 5 40 100 3 Memberi pengarahan bagaimana menyusun RPP sesuai ketentuan kurikulum. 6 15 6 15 16 40 10 25 2 5 40 100

No Pernyataan Jawaban Responden Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Total f % f % f % f % f % f % 4 Hanya memberikan contoh RPP sesuai kurikulum. 2 5 14 35 16 40 5 12.5 3 7.5 40 100

5 Bertanya kepada guru tentang kesulitan menyusun RPP. 7 17.5 6 15 15 37.5 7 17.5 5 12.5 40 100 6 Memberikan pengarahan tentang berbagai metode pembelajaran. 3 7.5 11 27.5 12 30 13 32.5 1 2.5 40 100

7 Bertanya kepada guru tentang kesulitan penggunaan metode pembelajaran. 5 12.5 9 22.5 11 27.5 12 30 3 7.5 40 100 8 Memberi pengarahan tentang penggunaan media pembelajaran. 4 10 10 25 16 40 8 20 2 5 40 100

9 Bertanya kepada guru tentang kesulitan menggunakan media pembelajaran.

4 10 11 27.5 17 42.5 6 15 2 5 40 100

10 Memberi kesempatan kepada guru mengikuti pelatihan pembelajaran berbasis teknologi informasi. 3 7.5 16 40 13 32.5 5 12.5 3 7.5 40 100 11 Membimbing penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran. 5 12.5 10 25 10 25 9 22.5 6 15 40 100

12 Bertanya kepada guru tentang kesulitan menggunakan teknologi informasi dalam pembelajaran. 5 12.5 16 40 10 25 6 15 3 7.5 40 100 13 Menugaskan membuat RPP berbasis teknologi informasi. 2 5 16 40 12 30 9 22.5 1 2.5 40 100

Sumber : Data primer diolah, lampiran 2, 2015.

Pada Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa kepala sekolah memberikan pengarahan tentang bagaimana menyusun silabus kadang-kadang dilakukan oleh kepala sekolah, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 4 (10%), sering sebanyak 9 orang (22,5%), kadang-kadang sebanyak 19 orang

(47,5%), jarang sebanyak 8 orang (20%), dan tidak ada menjawab tidak pernah (0%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah kadang-kadang dalam memberikan arahan menyusun silabus.

Kepala sekolah kadang-kadang hanya memberikan contoh silabus yang benar untuk dijadikan pedoman bagi guru, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 3 (7,5%), sering sebanyak 12 orang (30%), kadang- kadang sebanyak 16 orang (40%), jarang sebanyak 7 orang (17,5%), dan tidak pernah sebanyak 2 (5%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah kadang-kadang dalam memberikan contoh silabus sebagai pedoman bagi guru.

Kepala sekolah kadang-kadang memberikan pengarahan tentang bagaimana menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 6 (15%), sering sebanyak 6 orang (15%), kadang-kadang sebanyak 16 orang (40%), jarang sebanyak 10 orang (25%), dan tidak pernah sebanyak 2 (5%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah kadang-kadang dalam memberikan pengarahan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum.

Kepala sekolah kadang-kadang hanya memberikan contoh tentang rencana pelaksanaan pembelajaran yang ada di kurikulum, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 2 (5%), sering sebanyak 14 orang (35%), kadang-kadang sebanyak 16 orang (40%), jarang sebanyak 5 orang (12,5%), dan tidak pernah sebanyak 3 (7,5%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah kadang-kadang dalam memberikan contoh rencana pelaksanaan pembelajaran yang ada di kurikulum.

Kepala sekolah kadang-kadang bertanya pada guru tentang kesulitan menyusun rencana pelaksanaan pelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 7 (17,5%), sering sebanyak 6 orang (15%), kadang-kadang sebanyak 15 orang (37,5%), jarang sebanyak 7 orang (17,5%), dan tidak pernah sebanyak 5 (12,5%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah kadang-kadang bertanya kepada guru tentang kesulitan menyusun rencana pelaksanaan pelajaran.

Kepala sekolah jarang memberikan pengarahan tentang berbagai strategi atau metode pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi peserta didik, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 3 (7,5%), sering sebanyak 11 orang (27,5%), kadang-kadang sebanyak 12 orang (30%), jarang sebanyak 13 orang (32,5%), dan tidak pernah sebanyak 1 (2,5%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah jarang dalam memberikan pengarahan tentang strategi untuk mengembangkan potensi peserta didik.

Kepala sekolah jarang bertanya kepada guru tentang kesulitan dalam penggunaan strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 3 (7,5%), sering sebanyak 11 orang (27,5%), kadang-kadang sebanyak 12 orang (30%), jarang sebanyak 13 orang (32,5%), dan tidak pernah sebanyak 1 (2,5%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah jarang betanya kepada guru tentang kesulitan dalam penggunaan metode pembelajaran.

Kepala sekolah kadang-kadang memberikan pengarahan tentang penggunaan media pembelajaran, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 4 (10%), sering sebanyak 10 orang (25%), kadang-kadang

sebanyak 16 orang (40%), jarang sebanyak 8 orang (20%), dan tidak pernah sebanyak 2 (5%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah kadang- kadang dalam memberikan pengarahan tentang penggunaan media pembelajaran.

Kepala sekolah kadang-kadang bertanya kepada guru tentang kesulitan menggunakan media pembelajaran, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 4 (10%), sering sebanyak 11 orang (27,5%), kadang- kadang sebanyak 17 orang (42,5%), jarang sebanyak 6 orang (15%), dan tidak pernah sebanyak 2 (5%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah kadang-kadang bertanya kepada guru tentang kesulitan penggunaan media pembelajaran.

Kepala sekolah sering memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan membuat perangkat pembelajaran berbasis teknologi informasi, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 3 (7,5%), sering sebanyak 16 orang (40%), kadang-kadang sebanyak 13 orang (32,5%), jarang sebanyak 5 orang (12,5%), dan tidak pernah sebanyak 3 (7,5%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah sering memberikan kesempatan kepada guru mengikuti pelatihan membuat perangkat pembelajaran berbasis teknologi informasi.

Kepala sekolah sering membimbing dalam penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 5 (12,5%), sering sebanyak 10 orang (25%), kadang-kadang sebanyak 10 orang (25%), jarang sebanyak 9 orang (22,5%), dan tidak pernah sebanyak 6 (15%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah sering membimbing guru dalam penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran.

Kepala sekolah sering bertanya kepada guru tentang kesulitan dalam penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 5 (12,5%), sering sebanyak 16 orang (40%), kadang-kadang sebanyak 10 orang (25%), jarang sebanyak 6 orang (15%), dan tidak pernah sebanyak 3 (7,5%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah sering bertanya kepada guru tentang kesulitan penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran.

Kepala sekolah sering menugaskan untuk membuat rencana pelaksanaan pelajaran berbasis teknologi informasi, hal ini terlihat dari jumlah responden menjawab selalu sebanyak 2 (5%), sering sebanyak 16 orang (40%), kadang- kadang sebanyak 12 orang (30%), jarang sebanyak 9 orang (22,5%), dan tidak pernah sebanyak 1 (2,5%). Hal ini responden menganggap bahwa kepala sekolah sering menugaskan guru membuat rencana pelaksanaan pelajaran berbasis teknologi informasi.

Dokumen terkait