• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penokohan 1) Dr. Subekti

Dalam dokumen BAB II ANALISIS DATA (Halaman 23-69)

Dr. Subekti adalah sosok lelaki pekerja keras. Ia bekerja sebagai dosen di sebuah Universitas ternama di Surabaya. Doktor muda yang memiliki ilmu tinggi, tetapi keberuntungan tidak berpihak olehnya. Perjuangan tokoh utama tersebut sangat gigih dalam menghadapi konflik dalam kehidupannya. Sosok Subekti dideskripsikan oleh pengarang melalui beberapa cara, antara lain.

a) Portrayal of thought strem or conscious thught

Pelukisan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya. pendeskripsian sifat Dr. Subekti digambarkan secara eksplisit. Melalui pemikiran Dr. Subekti dapat dilihat bahwa beliau memiliki sifat tanggung jawab, rela berkorban, memiliki pandangan luas terhadap dunia pendidikan. Sifat tersebut tercermin pada kutipan berikut.

Kutipan:

“Kanggo apa adoh-adoh menyang mancanegara? kanggo nusa lan bangsa apa mung kanggo ambisi pribadi? Dheweke banjur kelingan pranyatane Sutan Takdir Alisyahbana puluhan taun kepungkur menawa bangsa Indonesia pengen maju kudu gelem necep ilmu kanthi tuntas saka negara-negara Eropa. Dheweke ora selak karo pranyatan iki, mula kanthi tekad manteb ninggal almamater” (PKP hal. 5)

Terjemah:

“Buat apa jauh-jauh ke mancanegara? Untuk nusa dan bangsa apa hanya untuk ambisi pribadi saja? Dia kemudian teringat dengan pernyataan dari Sutan Takdir Alisyahbana puluhan tahun yang lalu kalau bangsa Indonesia ingin maju harus mau menyerap ilmu sampai selesai dari negara-negara Eropa. Dia tidak mau mengakui pernyataan ini, jadi dengan tekat mantap meninggalkan almamater”.

Kepedulian terhadap dunia pendidikan membuatnya menuntut ilmu ke luar negeri. Subekti memiliki pemikiran bahwa orang yang ingin bangsanya maju harus bertekat meninggalkan segalanya walaupun meninggalkan bumi pertiwi.

b) Direct author analysis

Penokohan Dr. Subekti yang kedua yakni pengarang dengan langsung menganalisis watak tokoh atau direct author analysis. Suharmono Kasiyun sebagai pengarang mencoba memaparkan secara langsung watak dari tokoh tersebut.

Kutipan:

“Sedhan BMW kuwi sing mbok karepake? Pancen kowe pantes dadi dhosen. Sedhilut maneh ndang usulna profesormu. Dhosen sing apik ya kaya kowe kuwi, lugu, jujur, kutu buku, lan ora tau sugih.” (PKP hal. 35)

Terjemahan:

“Sedan BMW itu yang kamu inginkan? Memang kamu pantas jadi dosen. Bentar lagi, cepat usulkan profesormu. Dosen yang bagus itu ya kaya kamu ini, lugu, jujur, kutu buku, dan tidak pernah kaya.” (PKP hal. 35)

Melalui percakapan Endra dengan Dr. Subekti pada kutipan di atas pengarang menjelaskan secara langsung sifat Dr. Subekti. Seorang dosen yang memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan. Sifat lugu tercermin ketika Dr. Subekti dimanfaatkan oleh Pak Dibya menjabat sebagai Ketua Jurusan. Beliau memonopoli pendidikan dengan memanfaatkan Dr. Subekti sebagai umpannya.

Tokoh utama novel ini memiliki sifat jujur dan lugu. Salah satu kejujurannya adalah ketika Pak Dodik marah karena usulan pembicara seminar yang ditujukan kepada Dr. Subekti. Pengusulan tersebut tidak mendapatkan respons sehingga ia berkata jujur bahwa tidak pernah mendapatkan surat dari Pak Dodik. Saat Pak Giri melakukan seminar di Salah satu Universitas, ia melakukan plagiat. Dr. Subekti dengan keluguanya mencoba mengingat makalah yang sebelumnya pernah dibacanya tersebut. Makalah yang dipergunakan Pak Giri adalah milik teman seangkatannya ketika menempuh gelar sarjana.

c) Reaction to event

Reaction to event merupakan pendeskripsian tokoh melalui reaksinya

terhadap kejadian-kejadian disekelilingnya. Berbagai kejadian dialami setelah pulang dari Amerika. Dr. Subekti merasakan bahwa dirinya dijadikan sebagai bahan untuk monopoli pendidikan oleh atasannya. Keberhasilan meraih gelar doktor membuat kehidupan Subekti menjadi berubah. Berbagai konflik dalam kehidupannya harus dilalui, akan tetapi sikapnya yang selalu tabah, pasrah, dan hanya bisa memendam amarah membuat hidupnya terpenjara.

Kutipan:

“Bekti ngebruake gegere ana sendhenan jok. Sirahe didhangakake karo dijambaki rambute.

“Kowe dikandani Wiwik?” Endra ora wangsulan.

Bekti tambah rosa nggone njambaki rambute.

“Rasa-rasane aku ora kuwat yen kudu ngene terus,” kandhane. “Wong-wong kampus nganggep aku kaya barang bae, dianggo rebutan. Ora ana sing merduli marang pangorbananku. Aku dianggep robot. Aku arep dimonopoli. (PKP hal. 32 33)

Terjemahan:

“Bekti membantingkan pundaknya pada sandaran jok. Kepalanya dihadapkan ke atas sambil menarik rambutnya.

“Kamu diceritain sama Wiwik?”Endra tidak menjawab

Bekti semakin kuat menarik rambutnya. “Rasa-rasanya aku sudah tidak kuat kalau seperti ini terus,” jawabnya. “Orang-orang kampus menganggap aku seperti barang saja, dibuat rebutan. Tidak ada yang perduli dengan pengorbananku. Aku dianggap seperti robot. Aku mau dimonopoli. (PKP hal. 32 33)

Dr. Subekti melakukan sebuah reaksi ketika terjadi peristiwa, sehingga muncullah sifatnya. Dia dijadikan oleh para penguasa sebagai objek meraih kekuasaan di kampusnya. Sikap kurang tegas Dr. Subekti ketika menangani permasalahan kehidupannya membuat ia terbelenggu dalam keterpurukan. 2) Yuni

Yuni adalah Istri dari Dr. Subekti. Mereka mernikah dikaruniai seorang anak bernama Andri. Andri ditinggal oleh bapaknya selama dua tahun menimba ilmu di Amerika. Istri tercintanya tega melakukan perselingkuhan selama ditinggal ke luar negeri. Pemaparan tokoh Yuni dalam novel Pupus

Kang Pêpês ini terbukti pada uraian berikut. a) Conversation of others about character

Conversation of others about character yakni tokoh-tokoh dalam suatu

cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama, dengan demikian maka secara tidak langsung pembaca dapat mendapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai tokoh utama tersebut. Yuni sebagai tokoh utama memiliki peran mewarnai alur cerita dari awal hingga akhir agar menjadi kompleks.

Keterkaitan tokoh Yuni sangat berpengaruh terhadap perkembangan awal konflik yang dimiliki oleh Dr. Subekti. Keluarga kecil dan sederhana tersebut retak akibat kelakuan Yuni karena perselingkuhannya. Perwatakan Yuni dapat dilihat dari kutipan berikut.

Kutipan 1:

“Dhik Yuni menyang Surabaya ya sewulan sepisan, njupuk gajine Dhik Bekti. Biyasane yen menyang Surabaya ya mung sedina rong dina saperlune bae. Nanging sawise Dhik Bekti kira-kira oleh setaun ana kana, menawa njupuk gaji dheweke rada suwe ana Surabaya. Malah terkadhang nganti seminggu,” Sudadi mandheg ngulu idu, abot banget arep kumecap. “Trus piye?” Murni menyat, mlayu mlebu kamar, Ibune ngusapi eluh kang dleweran ana pipine karo ngendika alon, “Pancen wis nasibmu, le!”

“Akhire.. akhire rong wulan kepungkur kulawarga kene lagi ngerti menawa Dhik Yuni ngandhut…” (PKP hal. 17)

Terjemahan 1:

“Dik Yuni ke Surabaya ya sebulan sekali, mengambil gajinya Dik Bekti. Biasanya kalau pergi ke Surabaya ya hanya sehari dua hari seperlunya saja. Tapi, setelah Dik Bekti kira-kira setahun disana, ketika mengambil gaji dia agak lama di Surabaya. Terkadang malah sampai seminggu”. Sudadi berhenti sejenak menelan ludah, berat sekali mau mengatakannya. “Terus gimana?” Murni langsung berlari masuk kamar, ibunya mengusap air mata yang menetes di pipinya sambil berucap pelan, “Pancen wis nasibmu, le!”

“Akhirnya… akhirnya dua bulan yang lalu keluarga sini baru ngerti kalau Dik Yuni hamil…” (PKP hal. 17)

Terdeskripsikan bahwa Yuni selama ditinggal oleh suaminya selama setahun, sering berkunjung di Surabaya. Kejanggalan tersebut tidak dirasakan oleh keluarga Dr. Subekti. Yuni hamil dengan sepupunya yang bernama Sujoko. Keluarga besar Ponorogo mencoba menutupi peristiwa tersebut kepada Dr. Subekti, akan tetapi rahasia tersebut akhirnya diungkapkan oleh

Sudadi. Kakak iparnya dengan berat hati menjelaskan secara kronologis peristiwa yang menimpa istrinya tersebut.

Kutipan 2:

“Nalika liburan semesteran aku lan kanca-kancaku kabeh padha mulih. Omah sing dikontrak Mas Bekti kosong. Bareng aku bali menyang omah ika nalika liburan wis entek, tangga-tangga padha crita menawa Mbak Yuni karo Mas Joko bubar digerebek Pak RT” (PKP hal. 49)

Terjemahan2:

“Ketika liburan semester aku dan teman-temanku semuanya pulang. Rumah yang dikontrak Mas Bekti kosong. Ketika aku balik dari rumah itu ketika liburan sudah selesai, para tetangga cerita kalau Mbak Yuni dengan Mas Joko selesai digerebek Pak RT” (PKP hal. 49)

Yuni telah melakukan perbuatan yang dilanggar oleh adat, agama, dan Negara. Kejadian penggerebekan tersebut membuat momok bagi keluarga Dr. Subekti dan keluarganya. Yuni menjadi bahan perbincangan orang disekelilingnya karena sebelum kejadian penggerebekan, ia telah hamil dan menggugurkan kandungannya. Begitu kejam perbuatan istri kepada suaminya.

b) Reaction to event

Penggambaran tokoh Yuni selanjutnya dengan cara reaction to event yaitu pelukisan reaksi pelakon terhadap kejadian-kejadian yang menimpa kehidupannya. Karakter tokoh Yuni dapat diketahui melalui kejadian-kejadian disekelilingnya. Reaksi tokoh dapat berbentuk perkataan, perbuatan, maupun pemikiran yang mencerminkan sifat dari tokoh tersebut.

Kutipan:

“Bekti ora nglegewa babar pisan marang kedadeyan kuwi. Lan sawise sakeplasan wanita iku weruh Bekti, karo nalusuri teras dheweke ora bisa mbendung tangise. Nanging ibune terus nggeret dheweke. “Mas

Bekti… Mas Bekti…! Aku kang dosa Mas Bekti…!” Panjerite Yuni wanita iku.” (PKP hal. 99)

Terjemahan:

“Bekti tidak mengerti sama sekali dengan kejadian itu. Dan setelah sebentar wanita itu melihat Bekti, sambil menuju teras dia tidak bisa menahan air matanya. Tetapi ibunya terus menyeret dia “Mas Bekti… Mas Bekti…! Aku yang dosa Mas Bekti…! Jeritnya Yuni, wanita itu.” (PKP hal. 99)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Yuni melakukan kesalahan besar terhadap Dr. Subekti. Yuni meneteskan air mata saat melihat suaminya. Ibu kandung Yuni merasa malu dengan perbuatan anaknya, sehingga menyeret Yuni agar menjauh dari suaminya.

c) Direct author analysis

Tokoh Yuni juga digambarkan oleh pengarang dengan menganalisis watak tokoh tersebut secara langsung. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Kutipan:

“Rasane awake kaya tanpa balung. Nglempreg. Tibake mung samono kasetyane Yuni. Yuni sing wis dipercaya nganthi dheweke mencaki dina-dina kang bakal lumaku. Yuni sing wis dipercaya dadi ibune anake jebul mung samono imane”. (PKP hal. 17)

Terjemahan:

“Rasanya badannya seperti tanpa tulang. Lemas. Ternyata hanya segitu kesetyaan Yuni. Yuni dipercaya sampai ia melewati hari-hari yang akan dilaluinya. Yuni yang telah dipercaya menjadi ibunya anaknya ternyata hanya segitu imannya”. (PKP hal. 17)

Pengarang menjelaskan melalui reaksi suami bahwa Yuni tidak kuat imannya. Kekecewaan seorang suami terhadap istri sangat dirasakan oleh sosok Dr. Subekti. Istri tercinta melakukan ikatan dengan orang lain dibelakangnya. Keluarga kecil yang baru dibangunnya hancur seketika.

3) Andri

Andri adalah anak laki-laki semata wayang berumur dua tahun, anak dari Dr. Subekti dengan Yuni. Selama ditinggal bapaknya ke Amerika, Andri tinggal bersama ibunya. Ketika ibunya mendapatkan masalah karena hamil dari buah perselingkuhan, maka Andri dirawat oleh kakek dan neneknya di Madiun.

Sifat tokoh Andri dijelaskan oleh pengarang melalui reaction of others

to character yaitu melukiskan bagaimana pandangan-pandangan tokoh lain

dalam suatu cerita terhadap tokoh tersebut. Sosok Andri dalam novel Pupus

Kang Pêpês digambarkan sebagai anak yang memiliki sifat baik, lugu, patuh

terhadap orang tua, tidak muda percaya dengan orang lain, dan sayang terhadap keluarga. Perwatakan Andri dapat dilihat dari kutipan berikut.

Kutipan:

“… kelingan patemone telung dina kepungkur. Bocah iku maune wedi karo dheweke.

“Iki bapak lo Le,” kandhane maratuwane, “ayo salim Bapak! Jare kepingin ketemu bapak?”

“Bapak ana Amerika ngono lo, Mbah!” “Ya, saiki wis kundur. Ayo salim!”

“Ki Bapak, Le!” Kandhane ngondhok-ondhok. “Bapak wis kundur. Andri nyuwun apa? Bocah cilik iku digendhong, diarasi. Sing digendhong mung plenggang-plenggong.” (PKP hal. 21)

“… teringat dengan pertemuan tiga hari yang lalu. Anak tersebut sebelumnya takut dengan dia.

“Ini Bapak lo, Nak!.” Sahut mertuanya, “ayo cium tangan Bapak! Katanya pengen ketemu Bapak?

“Bapak ada di Amerika gitu lo, Eyang!” “Ya, sekarang sudah balik. Ayo cium tangan!”

“Ni bapak, Nak!” Ucapnya sambil bersedih. “Bapak sudah balik, Andri minta apa?” anak kecil itu digendong sambil ditatap. Yang digendong masih bingung.” (PKP hal. 21)

Andri mewarisi sifat pintar dan lugu seperti sosok ayahnya. Ia menjadi kebanggaan bagi orang tuanya. Anak pintar serta lugu tersebut harus menjadi korban dari keretakan hubungan ayah dan ibunya. Ia selalu menanti kedatangan ayahnya dari Amerika.

4) Ibu Sumoroto

Ibu Sumoroto adalah ibu Dr. Subekti. Ibu digambarkan pengarang dengan melukiskan bentuk lahir pelakon pysical description. Ibu Sumoroto memiliki tiga anak, Gunarto yang menikah dengan Winarti. Mereka tinggal di Jakarta. Anak kedua Murni menikah dengan Sudadi yang tinggalnya seatap bersama ibunya di Sumoroto, Ponorogo. Anak terakhir bernama Dr. Subekti yang memperistri Yuni.

Kutipan 1:

“… Meh setaun aku ora mulih. Mbak yumu kuwi riyaya kepungkur bali.” “Ibu umoroto ya sehat-sehat ta, mbak? Pitakone ngalih marang mbakyune

ipe.

“Sehat-sehat Dhik, wong nalika aku silaturrahmi keng ibu biyen, ngendikane isih blanja menyang pasar piyambakan, kok.” (PKP hal. 2)

Terjemahan 1:

“… Hampir setahun aku tidak pulang. Kakak perempuanmu itu hari raya kemarin pulang”.

“Ibu Sumoroto juga sehat-sehat kah kak? Pertanyaannya berpindah ke kakak perempuannya.

“Sehat-sehat Dik, orang ketika aku silaturrahmi ke ibu dulu, bilangnya masih belanja ke pasar sendiri ko”. (PKP hal. 2)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa keadaan fisik Ibu Sumoroto dalam keadaan sehat. Beliau masih bisa berbelanja ke pasar sendiri menandakan bahwa tubuh beliau kuat dan dalam keadaan sehat. Bukti lain yang menjelaskan keadaan fisik Ibu Sumoroto sebagai berikut.

Kutipan 2:

“Alon-alon banget dheweke mlebu njujug pawon, sawijining ibu kang rikmane putih memplak lagi ngrajang bligo.” (PKP hal. 8)

Terjemahan 2:

“Pelan-pelan sekali dia masuk langsung ruang dapur, seseorang ibu yang rambutnya hampir semua berwarna putih sedang mengiris labu siam.”

(PKP hal. 8)

Keterangan di atas memperjelas, meskipun ibu semakin bertambah usianya akan tetapi beliau masih melaksanakan aktivitas sehari-hari. Beliau memasak di dapur dan mengiris labu siam. Uban di rambut ibu yang semakin hari bertambah banyak tidak menggoyahkan semangat dalam menjalani kehidupan.

Tokoh Ibu Mertua dari Dr. Subekti memiliki sifat baik, penyayang, dan sabar. Hal tersebut diketahui ketika Andri ditinggal bapaknya. Ibu Andri mendapat konflik karena berselingkuh sehingga dengan segenap jiwa Ibu Mertua merawat cucunya di Balong.

Pengarang melukiskan watak Ibu Mertua dengan cara reaction to event maksudnya watak terlihat pada saat terjadi reaksi tokoh terhadap kejadian-kejadian. Hal tersebut dapat diketahui dalam kutipan-kutipan berikut.

Kutipan 1:

“Ika lo Le, Bapak rawuh” Keprungu suwarane maratuwane.

Setengah mlayu Bekti marani bocah cilik kang diadhep marang maratuane. Bareng wis cedhak dheweke njeger sedhela. Bocah iku katon pucet kaya kapas, mripate ngluyup. Jarum infus nembus tangan tengene.”

(PKP hal. 98)

Terjemahan 1:

“Itu lo Nak, Bapak datang” terdengar suara mertuanya.

Setengah berlari Bekti menghampiri anak kecil yang ada dihadapan mertuanya. Setelah dekat, dia membusungkan punggunggnya sebentar. Anak tersebut terlihat pucat seperti kapas, matanya sayup. Jarum infus menusuk tangan kanannya.” (PKP hal. 98)

Respons ibu mertua terlihat sangat ramah dan bahagia dalam kutipan tersebut. Ketika melihat menantunya masuk ke kamar RS. tempat Andri dirawat, secara langsung mertuanya menyambut dengan memberitahu cucunya bahwa bapaknya datang. Setelah dua tahun meninggalkan anak dan istri, akhirnya menantu kesayangannya datang.

Kutipan 2:

“Iki bapak lo Le,” kandhane maratuwane, “ayo salim Bapak! Jare kepingin ketemu bapak?”

“Bapak ana Amerika ngono lo, Mbah!”

“Ya, saiki wis kundur. Ayo salim!” (PKP hal.21)

Terjemah 2:

“Ini Bapak lo, Nak!.” Sahut mertuanya, “Ayo cium tangan Bapak! Katanya pengen ketemu Bapak?

“Bapak ada di Amerika gitu lo, Eyang!”

“Ya, sekarang sudah balik. Ayo cium tangan!” (PKP hal. 21)

Kebaikan hati ibu mertua dalam mendidik cucunya membuat hati Dr. Subekti merasa bangga. Ibu mertua dengan senang hati merawat cucunya. Beliau rela meluangkan waktu demi menggantikan posisi bapak dan ibunya Andri untuk sementara waktu. Kutipan tersebut terlihat bahwa ibu mertua mengajarkan kepada Andri untuk patuh dan menghormati bapaknya. Ibu mertua bersifat baik ketika Dr. Subekti datang, ia menyuruh cucunya untuk mencium tangan bapaknya. Hal demikian sebagai bukti bahwa terdapat rasa cinta dan sayang anak kepada orang tua.

6) Winarti

Winarti adalah istri Gunarto bertempat tinggal di Jakarta. Tokoh yang akrab disapa Yu Win tersebut merupakan kaka ipar Dr. Subekti, menantu dari Ibu Sumoroto. Perwatakan dari Winarti dipaparkan oleh pengarang melalui

conversation of others about character yang akan dijelaskan lebih detil

Melalui conversation of others about character, perwatakan tokoh-tokoh lain dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan Winarti, dengan demikian maka secara tidak langsung pembaca dapat mendapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai sifat dan perilaku dari sosok Winarti tersebut. Kutipan:

“Kabeh-kabeh nyimpen wewadi,” kandhane lirih.

“Wiwit aku teka ana daleme mas Gunarto wis oleh firasat menawa ana kedadeyan ora becik. Mas Gunarto lan Mbak winarti pesen supaya aku langsung mulih mrene. Jare Yuni lan Andri ana kene. Biyen ing surate dheweke kandha menawa ana daleme ibune, ana Balong. Nanging nyatane bareng aku ana kene, Yuni lan Andri ora ana!” (PKP hal. 13)

Terjemahan:

“Semua-semua menyimpan rahasia,” ucapnya lirih.

“Sedari aku datang ke rumahe mas Gunarto sudah merasakan firasat kalau ada kejadian tidak baik. Mas Gunarto dan mbak Winarti pesan supaya aku langsung pulang kesini. Katanya Yuni dan Andri ada disini. Dulu di suratnya dia bilang kalau ada di rumah ibunya, di Balong. Tetap ternyata setelah aku disini Yuni dan andri tidak ada!” (PKP hal. 13)

Winarti dan suami menyimpan sebuah rahasia yang tidak boleh diketahui oleh Dr. Subekti. Melalui pernyataan langsung sosok Dr. Subekti dapat mengetahui tindak tanduk dan tindak tutur Winarti. Winarti berbohong kepada adik iparnya bahwa Yuni serta Andri berada di rumah Balong, akan tetapi setelah sampai di tempat tersebut mereka tidak ada. Alasan kebohongan Winarti dan Suaminya dikarenakan ingin menjaga hati adiknya dari kenyataan pait tentang kasus yang menimpa istrinya.

7) Mas Gunarto

Mas Gunarto merupakan anak tertua Ibu Sumoroto, suami Winarti. Ia juga melakukan kebohongan dengan menutup - nutupi keadaan anak serta istri adiknya yang baru saja datang dari Amerika. Pengarang melukiskan bagaimana pandangan-pandangan tokoh lain dalam suatu cerita terhadap tokoh Mas Gunarto dengan cara reaction of others to character. Adik ragilnya membawa keberhasilan dengan mendapatkan gelar doktor dari Universitas Kentucky, Lexington harus menerima kenyataan pait dalam hidupnya. Mas Gunarto sebagai kakak mencoba melaksanakan tanggung jawab. Ia mencoba tidak membocorkan rahasia. Kebohongan yang dilakukan Gunarto merupakan kesepakatan dari keluarganya dan semata - mata demi kebaikan adiknya. Kutipan:

“Yagene Yuni lan Andri, mas?”

“Ora apa-apa. Nanging Dhik Bekti kudu sabar.” Geneya Andri?” Pitakone dibaleni.

“Ora apa-apa” “Yuni?”

“Ya, ya.. ora apa-apa.” “Ibuku?”

“Alhamdulillah, Ibu uga sehat.”

“Aku ngerti, Mas Gun lan Mbak Win nyimpen wewadi. Yagene ora kersa blaka?” (PKP hal. 4 5)

Terjemahan:

“Bagaimana Yuni dan Andri, Mas?”

“tidak apa-apa. Tapi Dik Bekti harus sabar.” “Kenapa Andri?” Mengulangi pertanyaan. “Tidak ada apa-apa.”

“Yuni?”

“Ya, ya… tidak ada apa-apa.” “buku?”

“Alhammdulillah, Ibu juga sehat.”

“Aku tahu, Mas Gun dan Mbak Win menyimpan rahasia. Kenapa tidak mau terus terang?” (PKP hal. 4 −5)

Dr. Subekti berkali - kali menanyakan keadaan istri dan anaknya, tetapi Gunarto tetap menutup rapat rahasia dibalik peristiwa ketika adik ragilnya di Amerika. Rasa sayang terhadap adiknya tersebut membuatnya merasa tidak tega ketika berbohong. Hingga akhirnya ia menyuruh ke Balong dan bertanya kepada Ibunya sendiri.

8) Wiwik

Tokoh Wiwik adalah anak seorang pejabat negara yang kaya. Tokoh Wiwik dalam novel Pupus Kang Pêpês merupakan teman dekat dari tokoh Dr. Subekti. Mereka bekerja dalam satu universitas. Ningrum digambarkan pengarang dengan melukiskan bentuk lahir pelakon (pysical description).

Tokoh Wiwik memiliki fisik tinggi, cantik dengan wajahnya cantik dengan kaca mata, memiliki rambut panjang, ramah dan berwibawa. Wiwik mudah bergaul dengan orang lain dan tidak mudah marah apabila sedang bercanda dengan kawan-kawannya. Sikap yang dimiliki Wiwik sangat disukai oleh orang terdekatnya.

Kutipan:

“Dheweke nyawang Kenya sing nyalami. Isih ayu kaya biyen. Kacamata minus ngrenggani mripate kang blalak-blalak. Rambute kang dawa saiki disanggul, tambah mrebawani.” (PKP hal. 20)

Terjemahan:

“Dia melihat orang-orang yang diajak berjabat tangan. Masih cantik kaya dulu. Kacamata minus memberi cela matanya yang besar dan bening.

Rambutnya yang panjang sekarang disanggul menjadi berwibawa.” (PKP hal. 20)

Tokoh Wiwik ketika masih mahasiswa pernah jatuh cinta terhadap sosok Dr. Subekti, akan tetapi rasa cintanya tidak terbalas. Dr. Subekti menikahi teman dekatnya yang bernama Yuni. Hingga saat ini, hubungan mereka tetap baik. Mereka menjadi sahabat, hingga akhirnya Wiwik menikah dengan Giyarto. Hal ini menunjukan bahwa Wiwik memiliki sifat yang kuat dan suka bercanda walau seberat apapun cobaan yang menimpanya, ia selalu tabah menerima keadaan.

Dalam dokumen BAB II ANALISIS DATA (Halaman 23-69)

Dokumen terkait