• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ANALISIS DATA"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

39

ANALISIS DATA

A. Analisis Struktural

Analisis struktural merupakan langkah awal untuk memaparkan sebuah karya sastra secara detil dan teliti. Analisis struktural merupakan tahap pendahuluan dari penelitian sebuah karya sastra dan tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah, melainkan saling berkaitan erat dalam sebuah bentuk kesatuan yang utuh. Analisis struktural karya sastra fiksi dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, mendeskripsikan fungsi, serta hubungan antar unsur intrinsik (Nurgiyantoro, 2007:37).

Analisis struktural pada novel Pupus Kang Pêpês karya Suharnomo Kasiyun menekankan pada enam unsur pembentuk karya sastra yang bersifat intrinsik meliputi tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat. Seluruh unsur tersebut juga mewakili analisis struktural karya sastra, selanjutnya diuraikan secara berurutan dalam rangka pembahasan segi struktur karya sastra novel Pupus Kang Pêpês karya Suharnomo Kasiyun.

1. Tema

Tema menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007:67). Tema merupakan hal pokok dalam sebuah karya sastra. Jalinan keseluruhan cerita terikat pada tema. Tema unsur

(2)

pokok yang mewarnai jalannya cerita dari awal hingga akhir dalam satu

frame. Tema dalam novel Pupus Kang Pêpês karya Suharnomo Kasiyun

adalah perjuangan seorang tokoh menghadapi dinamika konflik keluarga dan dunia kampus dalam kehidupannya.

Sosok Dr. Subekti mengalami konflik yang sangat kompleks. Konflik berawal dari keluarga dan dikembangkan oleh pengarang sehingga mengganggu kelangsungan hidupnya. Permasalahan dalam keluarga menjadi dasar kehancuran diri Dr. Subekti. Dinamika kehidupan dunia Kampus juga merubah impian dalam mengemban amanah dan mencerdaskan penerus bangsa. Pengarang menambahkan berbagai konflik dalam kehidupannya, sehingga konflik yang muncul semakin dinamis dan kompleks.

2. Alur

Alur merupakan unsur fiksi yang penting di dalam karya sastra yang berbentuk prosa. Pada prinsipnya seperti juga bentuk sastra lainnya, suatu fiksi harus bergerak dari suatu permukaan (beginning), melalui suatu pertengahan (middle), menuju suatu akhir (ending), yang dalam dunia sastra lebih dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan regulasi atau denoument (Tarigan, 1984: 127).

Alur merupakan rangkaian sebuah cerita dari awal hingga akhir. Alur yang baik adalah alur yang dapat membantu mengungkapkan tema dan amanat dari peristiwa - peristiwa serta adanya hubungan sebab akibat yang wajar antara peristiwa yang satu dengan yang lain. Novel Pupus Kang Pêpês

(3)

karya Suharnomo Kasiyun memiliki alur maju dengan tekhnik flashback. Rangkaian alur akan diuraikan sebagai berikut.

a. Situation

Tahap situation merupakan tahap yang berisi berbagai pelukisan dan pengalaman situasi latar dan tokoh - tokoh dalam cerita (Nurgiyantoro, 2007: 149−150). Alur diawal mengisahkan tentang kedatangan sosok Dr. Subekti dari Lexington Amerika Serikat. Ia melewati hari - harinya untuk menuntut ilmu selama dua tahun. Setelah menyelesaikan kewajibannya, ia akhirnya pulang ke kampung halaman.

Kutipan:

“Aneh, tansaya cedhak karo Surabaya atine tambah dheg-dhegan. Apa kang wus dumadi sasuwene iki? Rong taun lawase dheweke ninggalake Surabaya, ninggalake Indonesia ngudi ilmu menyang Amerika rasane kaya suwi banget. Waktu rong taun krasa luwih saka sewindu. Saiki bareng wis teka titiwancine rasane kaya mung sakeplasan. Ewasemono rasa kangen marang anak, bojo, mahasiswa, lan kahanan universitas kang ora kena disayuti. Wis sepira saiki gedhene Andri anake kang nalika ditinggal mbiyen isih umur rong taun? Apa isih kelingan karo bapake? Apa ora wedi mengko yen ketemu dheweke? Terus piye kahanane Yuni? …” (PKP Hal. 1)

Terjemah:

“Aneh, semakin dekat Surabaya hatinya semakin tidak karuan. Apa yang telah terjadi selama ini? Dua tahun lamanya meninggalkan Surabaya, meninggalkan Indonesia menuntut ilmu ke Amerika terasa sangat lama. Waktu dua tahun terasa lebih dari sewindu. Sekarang sudah tiba saatnya rasanya seperti sekejap saja. Seperti halnya rasa rindu kepada anak, istri, mahasiswa, dan keadaan Universitas yang tidak bisa dirangkulnya. Sudah seberapa besarnya Andri anaknya sekarang yang ketika ditinggal dulu masih berumur dua tahun? Apa masih teringan dengan bapaknya? Apa tidak takut jikalau bertemu dengannya? Lalu bagaimana keadaan Yuni?...” (PKP Hal. 1)

(4)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Subekti sangat merindukan keluarga yang telah ditinggalnya. Selama dua tahun merantau merelakan keluarga demi tercapainya cita - cita untuk membahagiakan anak, istri, dan almamater. Kebahagiaan mendalam dirasakan oleh seorang ayah ketika akan bertemu dengan anak kesayangannya. Ia merindukan istri tercinta. Ia juga merasa bangga terhadap almamater yang telah memberikan kesempatan untuknya belajar kembali menempuh S3 ke Amerika. Bukan hanya keluarga kecilnya, kerinduan seorang ibu dan saudara kandungnya juga menyelimuti kedatangan Dr. Subekti, seperti kutipan di bawah ini.

Kutipan:

“Alon-alon banget dheweke mlebu njujug pawon, sawijining ibu kang rikmane putih memplak lagi ngrajang bligo. Atine sumendhal. “Ibu…!” Suwarane mandheg ana gorokan. Kang diundang kaget. “Bekti…! Kowe teka Le…!” dheweke ngangkul kenceng, diajak bali mlebu omah.” (PKP hal. 8)

Terjemah:

“Pelan-pelan sekali dia memasuki ruang dapur, seseorang ibu yang rambutnya hampir semua berwarna putih sedang mengiris labu siam. Hatinya terkaget - kaget.

“Ibu…!” Suwaranya berhenti di tenggorokan. Yang dipanggil merasa kaget. “Bekti…! Kamu datang Nak…!” dia merangkul kencang, diajak kembali masuk rumah.” (PKP hal. 8)

Kerinduan ibu terhadap anak kandung terlihat pada kutipan tersebut. Kedatangan anak lelaki tersayang disambut dengan hangat oleh ibunya. Keadaan ibu semakin bertambah usianya membuat hati Dr. Subekti menjadi sedih. Ibu merangkul dengan kencang menandakan kerinduan yang sangat dalam.

(5)

b. Generating Circumstances

Generating circumstances adalah tahap pemunculan konflik dan

peristiwa yang menyulut terjadinya konflik. Tahap generating circumstances mulai muncul konflik. Pengarang memunculkan konflik keluarga sebagai awal tahapan konflik dalam cerita (Nurgiyantoro, 2007: 149−150).

Ketika ditinggal ke Amerika, keluarga kecilnya hancur seketika. Keluarga ibu Dr. Subekti berupaya untuk menyembunyikan kenyataan bahwa istrinya selingkuh, hingga pada akhirnya kenyataan pait tersebut diketahuinya. Ia harus rela menerima keadaan istrinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

Kutipan:

“Rasane awake kaya tanpa balung. Nglempreg. Tibake mung samono kasetyane Yuni. Yuni sing wis dipercaya nganthi dheweke mencaki dina-dina kang bakal lumaku. Yuni sing wis dipercaya dadi ibune anake jebul mung samono imane.” (PKP hal. 17)

Terjemahan:

“Rasanya badannya seperti tanpa tulang. Lemas. Ternyata hanya segitu kesetiaan Yuni. Yuni yang telah dipercaya sampai ia melewati hari-hari yang dilaluinya. Yuni yang telah dipercaya menjadi ibunya anaknya ternyata hanya segitu imannya.” (PKP hal. 17)

Dr. Subekti dihibur oleh teman terdekatnya ketika ia teringat istri dan anak di rumah. Ia belajar tanpa lelah, banting tulang di negeri orang demi mendapatkan predikat doktor. Perjuangan yang ia lakukan semata-mata untuk membahagiakan orang - orang terdekatnya, akan tetapi semua perjuangannya sia - sia. Istri yang telah dipercaya menjadi ibu dari anaknya tega berbuat

(6)

serong. Dr. Subekti sebagai seorang lelaki merasa gagal dalam membina rumah tangganya. Ia kecewa terhadap perilaku istrinya.

c. Rising Action

Rising action merupakan tahap peningkatan konflik, konflik yang

dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya (Nurgiyantoro, 2007: 149−150).

Konflik ditambah oleh pengarang melalui hubungan profesionalitas dalam kampus. Sosok Dr. Subekti adalah orang yang sangat hebat, akan tetapi kehebatannya kalah dengan rasa tunduk dan baktimya kepada atasan. Ia mudah menerima perintah yang diberikan kepadanya. Sifat patuh, jujur, dan keluguan membuat dirinya dimanfaatkan oleh rekan kerjanya.

Kutipan:

“Karo lungguh ndheglek, Ketua Jurusan mlintir-mlintir brengose sing njlaprang. Bekti lungguh karo mbukaki majalah ilmiah terbitan almamatere.

“Wis ta Dhik Bekti ora usah ngajar ana kana. Kaya ora ana PT swasta liya bae.”

“Kula sampun kadhung sagah punika,” wangsulane Bekti. “Rak kena dibatalke ta?”

“Kula sampun kadhung mucal.”

Ketua jurusan meneng, bali mlintiri brengose. Mripate nyawang tajem, kaya kepingin njajagi atine.” (PKP hal. 26)

Terjemahan:

“Sambil duduk tegap (kepalanya menghadap keatas), Ketua Jurusan memlintir-mlintir kumisnya yang panjang. Bekti duduk sambil membuka majalah ilmiah terbitan almamaternya.

“Sudahlah Dhik Bekti, tidak usah mengajar disana. Kayak tidak ada PT swasta lain saja.”

(7)

“Saya sudah terlanjur janji itu.” Jawabnya Bekti. “Kan bisa dibatalin kan?”

“Saya sudah terlanjur mengajar.”

Ketua jurusan diam, memlintir kembali kumisnya. Matanya memandang dengan tajam, seperti ingin menguasai hatinya.” (PKP hal. 26)

Sosok Dr. Subekti kaget setelah mendengar perkataan Ketua jurusan. Ketua jurusan adalah orang yang dihormatinya. Tidak disangka ia berniat menjadikannya sebagai objek bisnis monopoli pendidikan. Dr. Subekti menjadi korban keserakahannya. Ia merasa dijadikan barang taruhan untuk mencapai popularitas mereka.

1) Plagiarisme

Pak Giri adalah tokoh yang bersifat rakus dan gila terhadap kedudukan. Tokoh Pak Giri menjabat sebagai ketua jurusan. Perbuatan plagiat tidak diketahui oleh orang lain kecuali Dr. Subekti. Berikut kutipannya.

Kutipan:

“Dumadakan atine Bekti kaya malah ditantang nalusuri tulisan kuwi. Dheweke bali ngeling-eling, nalika kuliah Pascasarjana ana Jakarta..! Ya ampun… Pak Caraka. Pak Caraka kancane tunggal kost. Makalah iku persis karo skripsine dhosen saka Ujung Pandang nalika nempuh sarjanane.“ (PKP hal. 45)

Terjemahan:

“Secara mendadak Bekti hatinya tertantang untuk menelusuri tulisan tersebut. Dia mengingat-ingat kembali, ketika kuliah Pascasarjana di Jakarta..! Ya ampun… Pak Caraka. Pak Caraka temannya sekosan. Makalah tersebut sama dengan skripsinya dosen dari Ujung Pandang ketika menempuh sarjananya.” (PKP hal. 45)

Pak Giri menjadi pemakalah dalam sebuah acara di Universitas Bina Pemuda. Tidak terduga bahwa beliau menyajikan makalah milik Pak Caraka.

(8)

Pak Caraka merupakan seorang guru berusia lanjut. Ia adalah teman sekamar Pak Giri ketika masih menempuh sarjana di Jakarta. Dr. Subekti merasa kecewa dengan perbuatan atasannya tersebut. Ia menjadi manusia bermuka dua. Makalah plagiat yang disajikannya di muka umum menjadikan dirinya seorang yang hebat. Perbuatan menghalalkan segala cara tersebut dilakukannya demi mendapatkan prestise.

2) Perselingkuhan

Perselingkuhan menjadi tahap peningkatan konflik selanjutnya. Konflik telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Konflik selanjutnya dimulai ketika Upik datang ke kost kakak iparnya. Upik mulai bercerita kejadian yang telah terjadi selama Dr. Subekti berada di Amerika. Ia mendengarkan cerita Upik dengan seksama.

Kutipan 1:

“Nalika liburan semesteran aku lan kanca-kancaku kabeh padha mulih. Omah sing dikontrak Mas Bekti kosong. Bareng aku bali menyang omah ika nalika liburan wis entek, tangga-tangga padha crita menawa Mbak Yuni karo Mas Joko bubar digerebek Pak RT.” (PKP hal. 49)

Terjemahan 1:

“Ketika liburan semester aku dan teman-temanku semuanya pulang. Rumah yang dikontrak Mas Bekti kosong. Ketika aku balik dari rumah itu ketika liburan sudah selesai, para tetangga cerita kalau Mbak Yuni dengan Mas Joko selesai digrebek Pak RT” (PKP hal. 49)

Upik menceritakan kejadian kakaknya dengan terus meneteskan air mata. Dr. Subekti baru mengetahui kejadian tersebut secara detil. Yuni telah melemparkan kotoran di mukanya. Perselingkuhannya diketahui oleh warga

(9)

sekitar, sehingga seketika itu mereka digerebeg oleh warga dan Pak RT. Dr. Subekti merasa malu dengan perbuatan istrinya tersebut.

Kutipan 2:

“Mas Bekti isih enget Bu Citra?” Pitakone Upik katon ragu-ragu lan wedi.

“Ibu koste mbakyumu dhek isih kuliyah mbiyen?”

“Seulan kepungkur aku ketemu Bu Citra, Bu Citra crita…”Upik ora nerusake critane…”

“Crita apa?”

“Mbak Yuni sangang wulan kepungkur tau nggugurake kandhutane.” Sirahe Bekti kaya kethuthuk gandhen. Kaya mengkono tibake kelakuane Yuni nalika dheweke ora ana.” (PKP hal. 51)

Terjemahan:

“Mas Bekti masih ingat Bu Citra?” Tanya Upik dengan ragu-ragu dan takut.

“Ibu kosnya kakakmu sewaktu kuliah dulu?”

“Sebulan lalu aku bertemu Bu Citra, Bu Citra bercerita…” Upik tidak meneruskan ceritanya…”

“Crita apa?”

“Mbak Yuni sembilan bukan yang lalu pernah menggugurkan kandungannya.”

Kepalanya Bekti seperti di pukul dengan amer. Seperti itulah ternyata perbuatan Yuni ketika dia tidak ada”. (PKP hal. 51)

Perselingkuhan berakhir dengan pengerebekan oleh warga dan Pak RT. Yuni ternyata pernah menggugurkan kandungannya sebelum sekarang hamil. Dr. Subekti merasa hidupnya hancur berantakan, selama dua tahun ia berjuang dan yang diperjuangkan malah menghianatinya. Ia baru mengetahui bahwa perselingkuhan Yuni telah berlangsung lama.

3) Surat Seminar

Dr. Subekti merasakan banyak peristiwa janggal setelah pulang dari Amerika. Peristiwa janggal tersebut terjadi pada keluarga dan di kampus.

(10)

Surat seminar yang dikirim oleh Pak Dodi tidak ditemukan oleh Dr. Subekti. Setelah mengecek ke bagian surat masuk di sub bagian fakultas terdapat kejanggalan. Hal tersebut terbukti pada kutipan berikut.

Kutipan :

“Surat-surat iki mbok dekek ana ngendi?” pitakone Wiwik.

“Nggih wonten tempat surat kagungane Pak Bekti ingkang wonten kantor Jurusan punika. “

“Yawis, ora apa-apa,” kandhane bekti mungkasi pirembugan iku. “Paijan kanthi ragu-ragu ninggalake ruangane Bekti.

“Iki kudu diusut, Mas!” kandhane Wiwik sakwise Paijan mungkur. Bekti mung meneng. Menenge kawah kang umob njerone.

“Yen kaya ngene iki, jenenge wis kebacut!” kandhane Wiwik maneh. Bekti ngguyu ampang. Guyune wong kang rojah-rajeh atine.” (PKP

hal. 57)

Terjemahan:

“Surat-surat ini kamu letakkan dimana?” tanya Wiwik.

“Ya ditempat surat milik Pak Bekti yang ada di Kantor Jurusan itu” “Yasudah, tidak apa-apa,” jawab Bekti mengakhiri obrolan tersebut. Paijan dengan ragu-ragu meninggalkan ruangannya Bekti.

“Ini harus di telusuri, Mas!” bilang Wiwik setelah Paijan pergi. Bekti hanya diam. Diamnya kawah yang meluap di dalamnya”

“Kalau seperti ini, namanya sudah kebangetan!” lanjut pembicaraan Wiwik.

Bekti tersenyum hambar. Senyuman orang yang hancur hatinya” (PKP hal. 57)

Berdasar kutipan di atas, surat seminar yang ditunggu oleh Dr. Subekti diambil oleh orang. Ia telah mendapatkan surat undangan kurang lebih tiga kali dalam dua bulan. Pak Paijan melakukan pemasukan surat sesuai prosedurnya. Surat kepada Dr. Subekti diletakkan Paijan di kotak beliau. Seseorang dengan sengaja mengambil surat tersebut. Undangan seminar bergengsi sesuai dengan disiplin ilmu Sosiologi Pedesaan, itulah yang

(11)

diharapkan olehnya. Seseorang yang gila terhadap kedudukan dengan sengaja menggagalkan keberhasilannya dengan cara licik.

4) Tuduhan di Rapat Jurusan

Rapat Jurusan dihadiri oleh para dosen. Mereka beradu argumen tentang pengeluaran Ariwarni dari kampus. Ariwarni bekerja sebagai wanita panggilan kelas tinggi. Wanita tunasusila yang melayani nafsu semua orang tanpa didasari rasa sayang. Pekerjaan haram tersebut dilakukan demi mendapatkan uang untuk membeli obat ayahnya dan membiayai sekolah adiknya. Ariwarni dituduh mencemari lembaga pendidikan sehingga pantas untuk mendapatkan sanksi. Ia merasa hancur karena sanksinya adalah ia dikeluarkan dari kampus.

Kutipan:

“Wiwik noleh marang Pak Sujono. Sing disawang rumangsa didumuk, banjur kanthi kalem celathu, “Dak kira ora aku thok, akeh sing ngerti manawa Ariwarni mujudake wanita panggilan. Yen ora percaya, pak bekti sing kulina tindak Hotel Wora-Wari mesthi pirsa.” Bekti kaya ditampek raine, tebung „kulina‟ kuwi genah disengaja, diucapake kanthi alon lan sengaja.” (PKP hal. 70)

Terjemahan:

“Wiwik menoleh kepada Pak Sujono. Yang dilihat merasa terpojokkan, kemudian dengan lirih berbicara, “Saya kira bukan saya saja, banyak yang tahu kalau Ariwani menjadi wanita panggilan. Kalau tidak percaya, Pak Bekti yang biasanya pergi ke Hotel Wora-Wari jelas tahu.” Bekti seperti ditampar wajahnya, kata „kulina‟ itu pasti disengaja, diucapkan dengan pelan dan sengaja.” (PKP hal. 70)

Tokoh Pak Sujono menyeret Dr. Subekti dalam masalah Ariwarni. Saat rapat jurusan berlangsung, ia membuat suasana menjadi panas. Pak

(12)

Sujono masih memendam kebencian kepada Ariwarni sehingga berupaya membalas dengan mengeluarkannya secara tidak terhormat dari kampusnya. Pak Sujono memfitnah Dr. Subekti dengan menjelaskan bukti tanpa mengetahui benar atau salahnya bukti tersebut. Perbuatan Pak Sujono merupakan upaya untuk menghancurkan karir Dr. Subekti dan masa depan Ariwarni.

5) Teror Surat

Konflik keluarga selalu menghantui hidup Dr. Subekti, bahkan ketika sudah di kampus tetap saja banyak orang menyinggung masalah pribadinya. Dr. Subekti mencoba meredam konflik pribadinya dengan sekuat tenaga, akan tetapi konflik semakin dinamis. Hadirnya teror surat tanpa nama ditujukan oleh Dr. Subekti menambah beban dalam hidupnya. Isi surat tersebut mengutarakan perbuatan doktor muda lulusan Lexington, Amerika Serikat yang melakukan pencemaran almamater dan merusak pagar ayu. Teror surat tanpa nama membuat kaget para dekanat dan dosen.

Kutipan:

“Lan nalika maca isine layang budek kuwi, atine kang wus lawas sengkleh kaya dijejuwing, kaya dirajang-rajang. Bekti ngebruake gegere marang sendhenan kursi. Rasane kaya ora kuwat ngglawat. Sauntara suwene dheweke mung dheleg-dheleg.

Sawise ngusapi kringet kang ndlewer ing pipine, alon-alon Bekti nyawang Dhekan I, lan pembantu Dhekan II. Kaya-kaya kabeh nyawang dheweke kanthi welas. Bekti banjur ndhingkluk, karo nyekeli bathuke. Surasanane layang budheg kuwi bali ngometake pikirane. Nganthi kapan bae dheweke ora bakal bisa nglalekake isine layang kuwi.” (PKP hal. 83)

(13)

Terjemahan:

“Dan ketika membaca isinya surat tanpa nama tersebut, hatinya yang sudah lama patah seperti dipampang dan diiris-iris. Bekti menjatuhkan punggungnya di kursi. Rasanya seperti tidak kuat menanggung. Beberapa lama kemudian dia hanya duduk meratapi kesedihannya. Setelah mengusap keringat yang bercucuran di pipinya, pelan-pelan

Bekti memandang Dekan I, dan Pembantu Dekan II. Sepertinya semua melihat dia dengan merasa kasihan. Bekti kemudian menundukkan kepala, dengan memegang kepalanya. Suasana surat tanpa nama itu kembali membingungkan pikirannya. Sampai kapanpun ia tidak akan bisa melupakan isi surat tersebut.” (PKP hal. 83)

Dekan I membaca sepucuk surat kaleng yang berisi teror ditujukan kepada Dr. Subekti. Setelah surat tanpa nama tersebut dibaca dengan seksama, Dr. Subekti baru mengerti alasan Wiwik tiba - tiba menjauhinya. Surat tanpa nama isinya begitu kejam ditujukan kepadanya. Ia disebut sebagai dosen merusak pager ayu, mencintai temannya sendiri yang telah bersuami, berpacaran dengan rekan kerja, dan telah tidur bersama mahasiswa bimbingannya.

Dr. Subekti tidak kuat menanggung beban dalam hidupnya. Konflik keluarga serta aksi teror membuatnya semakin pasrah menghadapi kehidupan. Dekan I dan Pembantu Dekan II merasa kasihan melihat beban yang ditanggungnya. Doktor muda tersebut merasa malu, keringat bercucuran di wajahnya. Ia menundukkan kepala sebagai bukti rasa malu kepada atasannya dan ia juga memegang kepalanya pertanda bahwa semakin berat beban yang ditanggung olehnya. Surat tanpa nama berisi teror kejam telah membuat hatinya semakin teriris.

(14)

6) Sahabat menjauhi

Endra membantu menyelesaikan permasalahan sahabat dekatnya. Ia mempertemukan Dr. Subekti dengan Giarto dan Wiwik. Pertemuan mereka bertujuan menyelesaikan masalah mereka. Pertemuan bertempat di restoran megah. Sebagai sahabat dekat, Endra merasa kasihan dengan kehidupan doktor muda tersebut. Keberhasilan karirnya malah membuatnya dirundung konflik. Konflik timbul karena keserakahan pihak - pihak tertentu.

Kutipan:

“Apa karepmu?” pitakone Bekti marang Endra santak. “Mumpung durung kebacut, salah paham iki kudu ndang diberesake,” kandhane Endra karo ngglendheng Bekti.

Bekti ora bisa suwala. Dheweke mung manut bae diglendheng Endra. Giarto kang sajake ngenteni tekane Endra banjur ngadeg. Semono uga Wiwik.” (PKP hal. 88)

Terjemahan:

“Apa maksudmu?” Bekti bertanya kepada Endra dengan santak. “Masih belum terlanjur, salah faham ini harus segera dibereskan,” ujar Endra sambil menarik Bekti.

Bekti tidak bisa melawan. dia hanya menurut saja ditarik Endra. Giarto yang terlihat sudah menunggu kedatangan Endra kemudian berdiri. Begitu juga Wiwik.” (PKP hal.88)

Endra memiliki niat baik. Ia meluruskan perselisihan dalam persahabatan mereka. Awalnya, Endra memaksa agar Dr. Subekti ikut dengannya untuk bertemu Giarto dan Wiwik. Ia tidak bisa menolak ajakan Endra. Sebelum memesan makanan, mereka terlebih dahulu mengungkapkan isi hati masing - masing. Giarto percaya kepada perkataan istrinya yakni Wiwik. Surat tanpa nama hanyalah fitnah yang dibuat seseorang untuk

(15)

menghancurkan reputasinya. Setelah pertemuan tersebut, hubungan Wiwik dengan Dr. Subekti normal kembali.

7) Andri Sakit

Dr. Subekti kembali menghadapi konflik setelah mengetahui bahwa Istrinya berselingkuh. Anak semata wayang yang bernama Andri sakit demam berdarah. Ia dilarikan ke RS. Aisyah untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Kutipan:

“Bekti nampani lempitan kertas sasuwek sing ora diamplopi. Sajake layang kuwi ditulis sarana dadakan. Lempitan layang dibukak, banjur diwaca. Isine cekak aos.

“Mas Bekti, panjenengan diutus kundur Ibu. Yen bisa saiki uga. Andri lara.” Bekti njegreg. “Andri mesakke kowe Le!” jerit atine. Kanthi sempoyongan dheweke mlebu kamar”. (PKP hal.92)

Terjemahan:

“Bekti menerima lipatan sehelai kertas yang tidak diberi amplop. Mungkin itu ditulis karena mendadak. Lipatan surat dibuka, kemudian dibaca. Isinya pendek sekali.

“Mas Bekti, Kamu disuruh Ibu pulang. Kalau bisa sekarang juga. Andri sakit.” Bekti diam sejenak. “Andri kasihan kamu nak!” jeritan hatinya. Dengan sempoyongan dia masuk kamar”. (PKP hal. 92)

Surat singkat dikirim oleh Upik. Upik mengabarkan bahwa Andri sakit. Bertubi - tubi cobaan menghadang hidup Dr. Subekti. Dr. Subekti terpukul setelah menerima berita bahwa anak kesayangannya sakit demam berdarah dan dirawat inap di RS. Aisyah. Sebagai ayah, ia merasa memiliki tanggungan terhadap anaknya. Setelah membaca surat tersebut, ia bergegas ke kamar dan mempersiapkan diri melakukan perjalanan ke Sumoroto, Ponorogo.

(16)

d. Climax

Tahap klimaks, konflik dan pertentangan yang terjadi akan diakui dan ditimpalkan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dipahami oleh (tokoh - tokoh) utama yang berperan sebagai pelaku utama dan penderita terjadinya konflik utama (Nurgiyantoro, 2007: 149−150).

1) Aksi Demonstrasi Mahasiswa

Setelah aksi teror surat kaleng tanpa nama, konflik muncul kembali di Kampus. Dr. Subekti mendengar suara para mahasiswa berdemo dari ruangan Dekan dengan menyebut namanya. Dekan I, Pembantu Dekan II, dan Dr. Subekti langsung keluar untuk melihat kejadian apa yang telah berlangsung. Puluhan mahasiswa telah bergerombol di depan kantor dekan dengan membawa poster - poster berisi tuntutan kepada Dr. Subekti.

Kutipan:

“Panone Bekti dadi semrepet. Suwara-suwara kuwi, suwarane puluhan mahasiswa padha bengok-bengok protes. Kupinge Bekti kaya disamber bledhek rasane, panas kaya dipanggang ana wawa.

“Pecat dhosen maksiat...! Pecat dhosen laknat...! Ukum dhosen mesum...!”

Saliyane suwara pating brengok kuwi, Bekti isih kober maca poster-poster. “Kampus dudu kompleks bordil! Kampus masyarakat ilmiah, dudu masyarakat lanyah!” lan isih akeh maneh sing ora kober diwaca Bekti. Nalika dheweke nyawang pucuke cagak gendera ing plataran Fakultas, “Astaghfirullah...!” ing pucuk cagak gendera iki wis kumlebet cawet lan kutang.” (PKP hal.106)

Terjemahan:

“Pandangan Bekti menjadi kabur. Suara-suara tersebut, suara puluhan mahasiswa yang sedang berdemonstrasi protes. Telinga Bekti rasanya seperti disambar guntur, panas seperti dipanggang di bara api.

(17)

“Pecat dosen maksiat...! Pecat dosen laknat...! hukum dosen mesum...!” selain suara keras tersebut, Bekti masih sempat membaca poster-poster. “Kampus bukan kompleks bordil! Kampus masyarakat ilmiah, dudu masyarakat lanyah!” dan masih banyak lagi yang tidak sempat dibaca Bekti. Ketika dia melihat ujung tiang bendera di halaman fakultas, “Astaghfirullah...!” di ujung tiang bendera itu telah berkibar celana dalam dan bra.” (PKP hal. 106)

Dr. Subekti merasa sangat malu. Ia mencoba tabah dan kuat ketika melihat berbagai poster tuntutan yang dibuat oleh mahasiswa. Tuntutan tersebut agar Dr. subekti dikeluarkan dari kampus karena telah berbuat bukan layaknya seorang ilmuan. Mahasiswa juga mengibarkan celana dalam dan bra di tiang bendera halaman fakultas. Melihat kejadian tersebut pikirannya semakin tidak karuan. Ia berniat mengundurkan diri dan bekerja di Jakarta karena keadaan di kampus semakin membuatnya tertekan. Konflik yang ditanggungnya semakin berat.

e. Denoument

Tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan. Konflik - konflik yang lain, sub - sub konflik, atau konflik tambahan, jika ada juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri (Nurgiyantoro, 2007: 149−150). Tahap denoument pada cerita dalam novel Pupus Kang Pêpês sebagai berikut.

1) Gantung diri

Setelah kejadian surat tanpa nama diterima oleh Dekan dan Rektor. Dr. Subekti semakin tertekan. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya penambahan konflik aksi mahasiswa di depan halaman fakultas. Aksi tersebut

(18)

membuat Dr. Subekti merasa malu. Ia mulai pasrah dengan kehidupannya. Hidup penuh lika -liku dilaluinya dengan tabah dan sabar, akan tetapi kesabaran membuatnya semakin tersiksa. Berikut kutipan pernyataan Dr. Subekti.

Kutipan:

“Apa isih ana gunane dheweke urip ana ing donya? Anake ontang-anting lan lara nemen. Bojone wus tumindak durhaka, mitra-mitrane padha deksiya. Dheweke nangis sesenggukan keranta-ranta. Sauntara langit tansaya peteng. Angine tambah nggebes. Suwarane wit Trembesi tambah gemredeg, kaya gerenge buta-buta ngelak ludira. Lan nalika mripate nyawang gulungan OHP, dumadakan thukul pikirane. Alon-alon dheweke njupuk spidol lan kertas sasuwek ing meja, banjur ing kertas kuwi,

“Tinimbang aku disiya-siya, luwih becik aku dak lunga”. Ing ngisor tulisan iku ditandhatangani lan ditulisi jenenge. Kertas dijarake ana meja, ditindhihi spidol. Alon-alon dheweke menyat. Lawang isih bukakan ditutup, dikunci saka njero. Bubar nutup lawang dheweke marani kabel OHP, banjur nggeret kursi digawamenyang cedhak cendhela. Kanthi ancik-ancik kursi dheweke nelekake kabel ning kusen cendhela.ana bageyan kang dijarake nglawer. Sawise iku dheweke nggawe kala ing bageyan kabel kang nglawer iku.” (PKP hal. 109 -−110)

Terjemahan:

“Apa masih ada gunanya dia hidup di dunia? Anaknya terbontang-banting dan sakit parah.istrinya sudah berbuat durhaka, teman-temannya menyia-nyiakannya. Dia menangis tersedu-sedu. Suara pohon Trembesi menambah ramai, seperti suara Raksasa minum darah. Dan keyika matanya melihat gulungan OHP, mendadak muncul dipikirannya. Pelan-pelan dia mengambil spidol dan kertas selembar di meja, kemudian di kertas tersebut ditulis,

“Daripada aku disia-sia, lebih baik aku pergi saja”. Di bawah tulisan itu ditanda tangani dan ditulis namanya. Kertas dibiarkan di meja, ditindihi dengan spidol. Pelan-pelan ia berjalan. Pintu yang masih terbuka ditutup. Dikunci dari dalam. Setelah menutup pintu ia menghampiri kabel OHP, kemudian menggeret kursi dibawa dekat jendela. Dengan beralaskan kursi dia memasangkan kabel di tepi jendela. Ada bagian kabel yang dibiarkan jatuh. Setelah itu dia

(19)

membuat bulatan si bagian kabel yang dibiarkan tadi.” (PKP hal.

109-−110)

Keputusasaan yang dirasakannya membuatnya berpikir tidak jernih. Setelah melihat kabel OHP terlintas dalam pikirannya untuk mengakhiri hidupnya. Konflik yang dideritanya sudah terlalu pedih dan sulit untuk dilaluinya. Konflik keluargaa yang semakin parah, konflik di dunia kampus juga ia rasakan. Ia dijadikan sebagai objek bisnis monopoli pendidikan dan dihancurkan karirnya melalui surat tanpa nama.

Banyak orang menerornya di Kampus. Teman kerja telah memanfaatkan hidupnya. Semua konflik yang melanda kehidupan Dr. Subekti tidak terselesaikan dengan baik. Pengarang membuat akhir cerita sad ending dengan meminta pembaca agar bisa menebak akhir ceritanya.

Uraian di atas merupakan tahapan alur dalam novel karya Suharnomo Kasiyun. Berdasar hasil tersebut, dapat ditunjukkan melalui grafik dari tahapan alur awal hingga akhir novel Pupus Kang Pêpês sebagai berikut.

(20)

Grafik 1. Tahapan Alur Novel Pupus Kang Pêpês

Grafik 1. tersebut menjelaskan tahapan dalam alur novel Pupus Kang

Pêpês karya Suharmono Kasiyun. Huruf A merupakan tahap situation, tahap

ini mulai diperkenalkan tokoh-tokoh dalam novel Pupus Kang Pêpês. Pengarang memperkenalkan sosok Dr. Subekti di awal episode. Tahap

situation mulai diperkenalkan tokoh dari asal – usul pekerjaan, kegiatan,

hingga keadaan keluarga.

Setelah tahap situation, mulai masuk pada huruf B yaitu tahap

generating sircumstances. Tahap kedua ini menjelaskan tentang konflik yang

mulai muncul dalam kehidupan sosok Dr. Subekti. Konflik pada huruf B adalah konflik keluarga, Yuni sebagai istri telah berbuat serong dan mengandung anak perselingkuhannya.

(21)

Huruf C berada pada episode 4 dalam grafik di atas menjelaskan bahwa kembalinya Dr. Subekti di kampus dengan setengah hati menjalankan pekerjaannya. Ia dijadikan objek bisnis monopoli pendidikan karena ilmunya yang tinggi. Tahap rising action dimulai pada huruf D episode 4 dalam novel

Pupus Kang Pêpês. Rising action yakni konflik yang muncul dalam kehidupan

tokoh mulai dinamis dan bertambah seiring dengan interaksi yang dilakukan Dr. Subekti.

Konflik berkembang mulai dari huruf D hingga huruf I disebut dengan

small conflict. Mulai dari episode 5 sampai episode 9. Episode 5 masuk ke

dalam tahap small conflict, yakni Pak Giri (ketua jurusan) sebagai pemakalah dalam sebuah acara seminar, ia melakukan plagiarisme yang mengetahui perbuatan tersebut hanyalah doktor muda tersebut. Huruf E terletak di episode 6 menjelaskan gejolak konflik tokoh utama mulai memuncak. Istri yang disayanginya diketahui pernah menggugurkan kandungannya dari hasil perselingkuhan. Ia juga digerebek sewaktu melakukan perbuatan mesum di kontrakan adiknya. Pada episode 6 juga terjadi konflik di kampus. Surat panggilan seminar dan pemakalah hilang diambil orang yang tidak bertangung jawab. Huruf G episode 8, berhubungan dengan attitude pendidik. Para dosen menuduh Dr. Subekti melakukan hal berkaitan dengan seksualitas.

Konflik semakin dinamik, di huruf H bertepatan pada episode 9 dalam novel Pupus Kang Pêpês. Pada tahap small conflict selanjutnya ini, Pengarang memunculkan konflik lagi. Ia mendapat surat tanpa nama yang berisi isu tentang seksualitas. Surat tersebut membuat pernyataan bahwa Dr. Subekti

(22)

telah merusak pagar ayu. Surat tanpa nama menjelaskan bahwa ia telah melakukan hubungan seks dengan Ariwarni. Ia difitnah telah berpacaran dengan rekan kerjanya dan dituduh berselingkuh dengan Wiwik. Huruf I telah muncul konflik oleh tiga wanita yang disangkut pautkan dengan surat tanpa nama tersebut. Hubungan Dr. Subekti dengan Wiwik, Bu Nining, dan Ariwarni menjadi memburuk.

Tokoh Dr. Subekti dikisahkan pada episode 10 mendapatkan masalah lagi. Anak semata wayangnya terkena penyakit demam berdarah. Ia merasa bahwa kewajiban sebagai seorang ayah tidak dilakukan dengan baik. Puluhan mahasiswa melakukan demonstrasi untuk pemecatan doktor muda tersebut. Aksi dilakukan di halaman fakultas dengan disaksikan ratusan orang. Sosok Dr. Subekti sudah tidak kuat lagi menerima kenyataan hidupnya. Terlalu banyak konflik yang kehadiranya semakin dinamis dan tiada henti seolah-olah semua pengorbanan yang dilakukannya tidak berguna. Pada episode 10, diceritakan ia memilih jalan mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.

Tahap denoument berada pada episode 11 terletak di huruf K. Tahap

denoument dijelaskan bahwa konflik mulai reda. Pengarang membuat kisah

sosok Dr. Subekti dalam novel Pupus Kang Pêpês dengan tragic diakhir cerita. Dr. Subekti memilih untuk gantung diri. Mengakhiri kehidupannya di kampus tercinta menjadi solusi yang dipilih bagi tokoh utama.

(23)

3. Penokohan 1) Dr. Subekti

Dr. Subekti adalah sosok lelaki pekerja keras. Ia bekerja sebagai dosen di sebuah Universitas ternama di Surabaya. Doktor muda yang memiliki ilmu tinggi, tetapi keberuntungan tidak berpihak olehnya. Perjuangan tokoh utama tersebut sangat gigih dalam menghadapi konflik dalam kehidupannya. Sosok Subekti dideskripsikan oleh pengarang melalui beberapa cara, antara lain.

a) Portrayal of thought strem or conscious thught

Pelukisan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya. pendeskripsian sifat Dr. Subekti digambarkan secara eksplisit. Melalui pemikiran Dr. Subekti dapat dilihat bahwa beliau memiliki sifat tanggung jawab, rela berkorban, memiliki pandangan luas terhadap dunia pendidikan. Sifat tersebut tercermin pada kutipan berikut.

Kutipan:

“Kanggo apa adoh-adoh menyang mancanegara? kanggo nusa lan bangsa apa mung kanggo ambisi pribadi? Dheweke banjur kelingan pranyatane Sutan Takdir Alisyahbana puluhan taun kepungkur menawa bangsa Indonesia pengen maju kudu gelem necep ilmu kanthi tuntas saka negara-negara Eropa. Dheweke ora selak karo pranyatan iki, mula kanthi tekad manteb ninggal almamater” (PKP hal. 5)

Terjemah:

“Buat apa jauh-jauh ke mancanegara? Untuk nusa dan bangsa apa hanya untuk ambisi pribadi saja? Dia kemudian teringat dengan pernyataan dari Sutan Takdir Alisyahbana puluhan tahun yang lalu kalau bangsa Indonesia ingin maju harus mau menyerap ilmu sampai selesai dari negara-negara Eropa. Dia tidak mau mengakui pernyataan ini, jadi dengan tekat mantap meninggalkan almamater”.

(24)

Kepedulian terhadap dunia pendidikan membuatnya menuntut ilmu ke luar negeri. Subekti memiliki pemikiran bahwa orang yang ingin bangsanya maju harus bertekat meninggalkan segalanya walaupun meninggalkan bumi pertiwi.

b) Direct author analysis

Penokohan Dr. Subekti yang kedua yakni pengarang dengan langsung menganalisis watak tokoh atau direct author analysis. Suharmono Kasiyun sebagai pengarang mencoba memaparkan secara langsung watak dari tokoh tersebut.

Kutipan:

“Sedhan BMW kuwi sing mbok karepake? Pancen kowe pantes dadi dhosen. Sedhilut maneh ndang usulna profesormu. Dhosen sing apik ya kaya kowe kuwi, lugu, jujur, kutu buku, lan ora tau sugih.” (PKP hal. 35)

Terjemahan:

“Sedan BMW itu yang kamu inginkan? Memang kamu pantas jadi dosen. Bentar lagi, cepat usulkan profesormu. Dosen yang bagus itu ya kaya kamu ini, lugu, jujur, kutu buku, dan tidak pernah kaya.” (PKP hal. 35)

Melalui percakapan Endra dengan Dr. Subekti pada kutipan di atas pengarang menjelaskan secara langsung sifat Dr. Subekti. Seorang dosen yang memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan. Sifat lugu tercermin ketika Dr. Subekti dimanfaatkan oleh Pak Dibya menjabat sebagai Ketua Jurusan. Beliau memonopoli pendidikan dengan memanfaatkan Dr. Subekti sebagai umpannya.

(25)

Tokoh utama novel ini memiliki sifat jujur dan lugu. Salah satu kejujurannya adalah ketika Pak Dodik marah karena usulan pembicara seminar yang ditujukan kepada Dr. Subekti. Pengusulan tersebut tidak mendapatkan respons sehingga ia berkata jujur bahwa tidak pernah mendapatkan surat dari Pak Dodik. Saat Pak Giri melakukan seminar di Salah satu Universitas, ia melakukan plagiat. Dr. Subekti dengan keluguanya mencoba mengingat makalah yang sebelumnya pernah dibacanya tersebut. Makalah yang dipergunakan Pak Giri adalah milik teman seangkatannya ketika menempuh gelar sarjana.

c) Reaction to event

Reaction to event merupakan pendeskripsian tokoh melalui reaksinya

terhadap kejadian-kejadian disekelilingnya. Berbagai kejadian dialami setelah pulang dari Amerika. Dr. Subekti merasakan bahwa dirinya dijadikan sebagai bahan untuk monopoli pendidikan oleh atasannya. Keberhasilan meraih gelar doktor membuat kehidupan Subekti menjadi berubah. Berbagai konflik dalam kehidupannya harus dilalui, akan tetapi sikapnya yang selalu tabah, pasrah, dan hanya bisa memendam amarah membuat hidupnya terpenjara.

Kutipan:

“Bekti ngebruake gegere ana sendhenan jok. Sirahe didhangakake karo dijambaki rambute.

“Kowe dikandani Wiwik?” Endra ora wangsulan.

Bekti tambah rosa nggone njambaki rambute.

“Rasa-rasane aku ora kuwat yen kudu ngene terus,” kandhane. “Wong-wong kampus nganggep aku kaya barang bae, dianggo rebutan. Ora ana sing merduli marang pangorbananku. Aku dianggep robot. Aku arep dimonopoli. (PKP hal. 32 33)

(26)

Terjemahan:

“Bekti membantingkan pundaknya pada sandaran jok. Kepalanya dihadapkan ke atas sambil menarik rambutnya.

“Kamu diceritain sama Wiwik?”Endra tidak menjawab

Bekti semakin kuat menarik rambutnya. “Rasa-rasanya aku sudah tidak kuat kalau seperti ini terus,” jawabnya. “Orang-orang kampus menganggap aku seperti barang saja, dibuat rebutan. Tidak ada yang perduli dengan pengorbananku. Aku dianggap seperti robot. Aku mau dimonopoli. (PKP hal. 32 33)

Dr. Subekti melakukan sebuah reaksi ketika terjadi peristiwa, sehingga muncullah sifatnya. Dia dijadikan oleh para penguasa sebagai objek meraih kekuasaan di kampusnya. Sikap kurang tegas Dr. Subekti ketika menangani permasalahan kehidupannya membuat ia terbelenggu dalam keterpurukan. 2) Yuni

Yuni adalah Istri dari Dr. Subekti. Mereka mernikah dikaruniai seorang anak bernama Andri. Andri ditinggal oleh bapaknya selama dua tahun menimba ilmu di Amerika. Istri tercintanya tega melakukan perselingkuhan selama ditinggal ke luar negeri. Pemaparan tokoh Yuni dalam novel Pupus

Kang Pêpês ini terbukti pada uraian berikut. a) Conversation of others about character

Conversation of others about character yakni tokoh-tokoh dalam suatu

cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama, dengan demikian maka secara tidak langsung pembaca dapat mendapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai tokoh utama tersebut. Yuni sebagai tokoh utama memiliki peran mewarnai alur cerita dari awal hingga akhir agar menjadi kompleks.

(27)

Keterkaitan tokoh Yuni sangat berpengaruh terhadap perkembangan awal konflik yang dimiliki oleh Dr. Subekti. Keluarga kecil dan sederhana tersebut retak akibat kelakuan Yuni karena perselingkuhannya. Perwatakan Yuni dapat dilihat dari kutipan berikut.

Kutipan 1:

“Dhik Yuni menyang Surabaya ya sewulan sepisan, njupuk gajine Dhik Bekti. Biyasane yen menyang Surabaya ya mung sedina rong dina saperlune bae. Nanging sawise Dhik Bekti kira-kira oleh setaun ana kana, menawa njupuk gaji dheweke rada suwe ana Surabaya. Malah terkadhang nganti seminggu,” Sudadi mandheg ngulu idu, abot banget arep kumecap. “Trus piye?” Murni menyat, mlayu mlebu kamar, Ibune ngusapi eluh kang dleweran ana pipine karo ngendika alon, “Pancen wis nasibmu, le!”

“Akhire.. akhire rong wulan kepungkur kulawarga kene lagi ngerti menawa Dhik Yuni ngandhut…” (PKP hal. 17)

Terjemahan 1:

“Dik Yuni ke Surabaya ya sebulan sekali, mengambil gajinya Dik Bekti. Biasanya kalau pergi ke Surabaya ya hanya sehari dua hari seperlunya saja. Tapi, setelah Dik Bekti kira-kira setahun disana, ketika mengambil gaji dia agak lama di Surabaya. Terkadang malah sampai seminggu”. Sudadi berhenti sejenak menelan ludah, berat sekali mau mengatakannya. “Terus gimana?” Murni langsung berlari masuk kamar, ibunya mengusap air mata yang menetes di pipinya sambil berucap pelan, “Pancen wis nasibmu, le!”

“Akhirnya… akhirnya dua bulan yang lalu keluarga sini baru ngerti kalau Dik Yuni hamil…” (PKP hal. 17)

Terdeskripsikan bahwa Yuni selama ditinggal oleh suaminya selama setahun, sering berkunjung di Surabaya. Kejanggalan tersebut tidak dirasakan oleh keluarga Dr. Subekti. Yuni hamil dengan sepupunya yang bernama Sujoko. Keluarga besar Ponorogo mencoba menutupi peristiwa tersebut kepada Dr. Subekti, akan tetapi rahasia tersebut akhirnya diungkapkan oleh

(28)

Sudadi. Kakak iparnya dengan berat hati menjelaskan secara kronologis peristiwa yang menimpa istrinya tersebut.

Kutipan 2:

“Nalika liburan semesteran aku lan kanca-kancaku kabeh padha mulih. Omah sing dikontrak Mas Bekti kosong. Bareng aku bali menyang omah ika nalika liburan wis entek, tangga-tangga padha crita menawa Mbak Yuni karo Mas Joko bubar digerebek Pak RT” (PKP hal. 49)

Terjemahan2:

“Ketika liburan semester aku dan teman-temanku semuanya pulang. Rumah yang dikontrak Mas Bekti kosong. Ketika aku balik dari rumah itu ketika liburan sudah selesai, para tetangga cerita kalau Mbak Yuni dengan Mas Joko selesai digerebek Pak RT” (PKP hal. 49)

Yuni telah melakukan perbuatan yang dilanggar oleh adat, agama, dan Negara. Kejadian penggerebekan tersebut membuat momok bagi keluarga Dr. Subekti dan keluarganya. Yuni menjadi bahan perbincangan orang disekelilingnya karena sebelum kejadian penggerebekan, ia telah hamil dan menggugurkan kandungannya. Begitu kejam perbuatan istri kepada suaminya.

b) Reaction to event

Penggambaran tokoh Yuni selanjutnya dengan cara reaction to event yaitu pelukisan reaksi pelakon terhadap kejadian-kejadian yang menimpa kehidupannya. Karakter tokoh Yuni dapat diketahui melalui kejadian-kejadian disekelilingnya. Reaksi tokoh dapat berbentuk perkataan, perbuatan, maupun pemikiran yang mencerminkan sifat dari tokoh tersebut.

Kutipan:

“Bekti ora nglegewa babar pisan marang kedadeyan kuwi. Lan sawise sakeplasan wanita iku weruh Bekti, karo nalusuri teras dheweke ora bisa mbendung tangise. Nanging ibune terus nggeret dheweke. “Mas

(29)

Bekti… Mas Bekti…! Aku kang dosa Mas Bekti…!” Panjerite Yuni wanita iku.” (PKP hal. 99)

Terjemahan:

“Bekti tidak mengerti sama sekali dengan kejadian itu. Dan setelah sebentar wanita itu melihat Bekti, sambil menuju teras dia tidak bisa menahan air matanya. Tetapi ibunya terus menyeret dia “Mas Bekti… Mas Bekti…! Aku yang dosa Mas Bekti…! Jeritnya Yuni, wanita itu.” (PKP hal. 99)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Yuni melakukan kesalahan besar terhadap Dr. Subekti. Yuni meneteskan air mata saat melihat suaminya. Ibu kandung Yuni merasa malu dengan perbuatan anaknya, sehingga menyeret Yuni agar menjauh dari suaminya.

c) Direct author analysis

Tokoh Yuni juga digambarkan oleh pengarang dengan menganalisis watak tokoh tersebut secara langsung. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Kutipan:

“Rasane awake kaya tanpa balung. Nglempreg. Tibake mung samono kasetyane Yuni. Yuni sing wis dipercaya nganthi dheweke mencaki dina-dina kang bakal lumaku. Yuni sing wis dipercaya dadi ibune anake jebul mung samono imane”. (PKP hal. 17)

Terjemahan:

“Rasanya badannya seperti tanpa tulang. Lemas. Ternyata hanya segitu kesetyaan Yuni. Yuni dipercaya sampai ia melewati hari-hari yang akan dilaluinya. Yuni yang telah dipercaya menjadi ibunya anaknya ternyata hanya segitu imannya”. (PKP hal. 17)

(30)

Pengarang menjelaskan melalui reaksi suami bahwa Yuni tidak kuat imannya. Kekecewaan seorang suami terhadap istri sangat dirasakan oleh sosok Dr. Subekti. Istri tercinta melakukan ikatan dengan orang lain dibelakangnya. Keluarga kecil yang baru dibangunnya hancur seketika.

3) Andri

Andri adalah anak laki-laki semata wayang berumur dua tahun, anak dari Dr. Subekti dengan Yuni. Selama ditinggal bapaknya ke Amerika, Andri tinggal bersama ibunya. Ketika ibunya mendapatkan masalah karena hamil dari buah perselingkuhan, maka Andri dirawat oleh kakek dan neneknya di Madiun.

Sifat tokoh Andri dijelaskan oleh pengarang melalui reaction of others

to character yaitu melukiskan bagaimana pandangan-pandangan tokoh lain

dalam suatu cerita terhadap tokoh tersebut. Sosok Andri dalam novel Pupus

Kang Pêpês digambarkan sebagai anak yang memiliki sifat baik, lugu, patuh

terhadap orang tua, tidak muda percaya dengan orang lain, dan sayang terhadap keluarga. Perwatakan Andri dapat dilihat dari kutipan berikut.

Kutipan:

“… kelingan patemone telung dina kepungkur. Bocah iku maune wedi karo dheweke.

“Iki bapak lo Le,” kandhane maratuwane, “ayo salim Bapak! Jare kepingin ketemu bapak?”

“Bapak ana Amerika ngono lo, Mbah!” “Ya, saiki wis kundur. Ayo salim!”

“Ki Bapak, Le!” Kandhane ngondhok-ondhok. “Bapak wis kundur. Andri nyuwun apa? Bocah cilik iku digendhong, diarasi. Sing digendhong mung plenggang-plenggong.” (PKP hal. 21)

(31)

“… teringat dengan pertemuan tiga hari yang lalu. Anak tersebut sebelumnya takut dengan dia.

“Ini Bapak lo, Nak!.” Sahut mertuanya, “ayo cium tangan Bapak! Katanya pengen ketemu Bapak?

“Bapak ada di Amerika gitu lo, Eyang!” “Ya, sekarang sudah balik. Ayo cium tangan!”

“Ni bapak, Nak!” Ucapnya sambil bersedih. “Bapak sudah balik, Andri minta apa?” anak kecil itu digendong sambil ditatap. Yang digendong masih bingung.” (PKP hal. 21)

Andri mewarisi sifat pintar dan lugu seperti sosok ayahnya. Ia menjadi kebanggaan bagi orang tuanya. Anak pintar serta lugu tersebut harus menjadi korban dari keretakan hubungan ayah dan ibunya. Ia selalu menanti kedatangan ayahnya dari Amerika.

4) Ibu Sumoroto

Ibu Sumoroto adalah ibu Dr. Subekti. Ibu digambarkan pengarang dengan melukiskan bentuk lahir pelakon pysical description. Ibu Sumoroto memiliki tiga anak, Gunarto yang menikah dengan Winarti. Mereka tinggal di Jakarta. Anak kedua Murni menikah dengan Sudadi yang tinggalnya seatap bersama ibunya di Sumoroto, Ponorogo. Anak terakhir bernama Dr. Subekti yang memperistri Yuni.

Kutipan 1:

“… Meh setaun aku ora mulih. Mbak yumu kuwi riyaya kepungkur bali.” “Ibu umoroto ya sehat-sehat ta, mbak? Pitakone ngalih marang mbakyune

ipe.

“Sehat-sehat Dhik, wong nalika aku silaturrahmi keng ibu biyen, ngendikane isih blanja menyang pasar piyambakan, kok.” (PKP hal. 2)

(32)

Terjemahan 1:

“… Hampir setahun aku tidak pulang. Kakak perempuanmu itu hari raya kemarin pulang”.

“Ibu Sumoroto juga sehat-sehat kah kak? Pertanyaannya berpindah ke kakak perempuannya.

“Sehat-sehat Dik, orang ketika aku silaturrahmi ke ibu dulu, bilangnya masih belanja ke pasar sendiri ko”. (PKP hal. 2)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa keadaan fisik Ibu Sumoroto dalam keadaan sehat. Beliau masih bisa berbelanja ke pasar sendiri menandakan bahwa tubuh beliau kuat dan dalam keadaan sehat. Bukti lain yang menjelaskan keadaan fisik Ibu Sumoroto sebagai berikut.

Kutipan 2:

“Alon-alon banget dheweke mlebu njujug pawon, sawijining ibu kang rikmane putih memplak lagi ngrajang bligo.” (PKP hal. 8)

Terjemahan 2:

“Pelan-pelan sekali dia masuk langsung ruang dapur, seseorang ibu yang rambutnya hampir semua berwarna putih sedang mengiris labu siam.”

(PKP hal. 8)

Keterangan di atas memperjelas, meskipun ibu semakin bertambah usianya akan tetapi beliau masih melaksanakan aktivitas sehari-hari. Beliau memasak di dapur dan mengiris labu siam. Uban di rambut ibu yang semakin hari bertambah banyak tidak menggoyahkan semangat dalam menjalani kehidupan.

(33)

Tokoh Ibu Mertua dari Dr. Subekti memiliki sifat baik, penyayang, dan sabar. Hal tersebut diketahui ketika Andri ditinggal bapaknya. Ibu Andri mendapat konflik karena berselingkuh sehingga dengan segenap jiwa Ibu Mertua merawat cucunya di Balong.

Pengarang melukiskan watak Ibu Mertua dengan cara reaction to event maksudnya watak terlihat pada saat terjadi reaksi tokoh terhadap kejadian-kejadian. Hal tersebut dapat diketahui dalam kutipan-kutipan berikut.

Kutipan 1:

“Ika lo Le, Bapak rawuh” Keprungu suwarane maratuwane.

Setengah mlayu Bekti marani bocah cilik kang diadhep marang maratuane. Bareng wis cedhak dheweke njeger sedhela. Bocah iku katon pucet kaya kapas, mripate ngluyup. Jarum infus nembus tangan tengene.”

(PKP hal. 98)

Terjemahan 1:

“Itu lo Nak, Bapak datang” terdengar suara mertuanya.

Setengah berlari Bekti menghampiri anak kecil yang ada dihadapan mertuanya. Setelah dekat, dia membusungkan punggunggnya sebentar. Anak tersebut terlihat pucat seperti kapas, matanya sayup. Jarum infus menusuk tangan kanannya.” (PKP hal. 98)

Respons ibu mertua terlihat sangat ramah dan bahagia dalam kutipan tersebut. Ketika melihat menantunya masuk ke kamar RS. tempat Andri dirawat, secara langsung mertuanya menyambut dengan memberitahu cucunya bahwa bapaknya datang. Setelah dua tahun meninggalkan anak dan istri, akhirnya menantu kesayangannya datang.

(34)

Kutipan 2:

“Iki bapak lo Le,” kandhane maratuwane, “ayo salim Bapak! Jare kepingin ketemu bapak?”

“Bapak ana Amerika ngono lo, Mbah!”

“Ya, saiki wis kundur. Ayo salim!” (PKP hal.21)

Terjemah 2:

“Ini Bapak lo, Nak!.” Sahut mertuanya, “Ayo cium tangan Bapak! Katanya pengen ketemu Bapak?

“Bapak ada di Amerika gitu lo, Eyang!”

“Ya, sekarang sudah balik. Ayo cium tangan!” (PKP hal. 21)

Kebaikan hati ibu mertua dalam mendidik cucunya membuat hati Dr. Subekti merasa bangga. Ibu mertua dengan senang hati merawat cucunya. Beliau rela meluangkan waktu demi menggantikan posisi bapak dan ibunya Andri untuk sementara waktu. Kutipan tersebut terlihat bahwa ibu mertua mengajarkan kepada Andri untuk patuh dan menghormati bapaknya. Ibu mertua bersifat baik ketika Dr. Subekti datang, ia menyuruh cucunya untuk mencium tangan bapaknya. Hal demikian sebagai bukti bahwa terdapat rasa cinta dan sayang anak kepada orang tua.

6) Winarti

Winarti adalah istri Gunarto bertempat tinggal di Jakarta. Tokoh yang akrab disapa Yu Win tersebut merupakan kaka ipar Dr. Subekti, menantu dari Ibu Sumoroto. Perwatakan dari Winarti dipaparkan oleh pengarang melalui

conversation of others about character yang akan dijelaskan lebih detil

(35)

Melalui conversation of others about character, perwatakan tokoh-tokoh lain dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan Winarti, dengan demikian maka secara tidak langsung pembaca dapat mendapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai sifat dan perilaku dari sosok Winarti tersebut. Kutipan:

“Kabeh-kabeh nyimpen wewadi,” kandhane lirih.

“Wiwit aku teka ana daleme mas Gunarto wis oleh firasat menawa ana kedadeyan ora becik. Mas Gunarto lan Mbak winarti pesen supaya aku langsung mulih mrene. Jare Yuni lan Andri ana kene. Biyen ing surate dheweke kandha menawa ana daleme ibune, ana Balong. Nanging nyatane bareng aku ana kene, Yuni lan Andri ora ana!” (PKP hal. 13)

Terjemahan:

“Semua-semua menyimpan rahasia,” ucapnya lirih.

“Sedari aku datang ke rumahe mas Gunarto sudah merasakan firasat kalau ada kejadian tidak baik. Mas Gunarto dan mbak Winarti pesan supaya aku langsung pulang kesini. Katanya Yuni dan Andri ada disini. Dulu di suratnya dia bilang kalau ada di rumah ibunya, di Balong. Tetap ternyata setelah aku disini Yuni dan andri tidak ada!” (PKP hal. 13)

Winarti dan suami menyimpan sebuah rahasia yang tidak boleh diketahui oleh Dr. Subekti. Melalui pernyataan langsung sosok Dr. Subekti dapat mengetahui tindak tanduk dan tindak tutur Winarti. Winarti berbohong kepada adik iparnya bahwa Yuni serta Andri berada di rumah Balong, akan tetapi setelah sampai di tempat tersebut mereka tidak ada. Alasan kebohongan Winarti dan Suaminya dikarenakan ingin menjaga hati adiknya dari kenyataan pait tentang kasus yang menimpa istrinya.

(36)

7) Mas Gunarto

Mas Gunarto merupakan anak tertua Ibu Sumoroto, suami Winarti. Ia juga melakukan kebohongan dengan menutup - nutupi keadaan anak serta istri adiknya yang baru saja datang dari Amerika. Pengarang melukiskan bagaimana pandangan-pandangan tokoh lain dalam suatu cerita terhadap tokoh Mas Gunarto dengan cara reaction of others to character. Adik ragilnya membawa keberhasilan dengan mendapatkan gelar doktor dari Universitas Kentucky, Lexington harus menerima kenyataan pait dalam hidupnya. Mas Gunarto sebagai kakak mencoba melaksanakan tanggung jawab. Ia mencoba tidak membocorkan rahasia. Kebohongan yang dilakukan Gunarto merupakan kesepakatan dari keluarganya dan semata - mata demi kebaikan adiknya. Kutipan:

“Yagene Yuni lan Andri, mas?”

“Ora apa-apa. Nanging Dhik Bekti kudu sabar.” Geneya Andri?” Pitakone dibaleni.

“Ora apa-apa” “Yuni?”

“Ya, ya.. ora apa-apa.” “Ibuku?”

“Alhamdulillah, Ibu uga sehat.”

“Aku ngerti, Mas Gun lan Mbak Win nyimpen wewadi. Yagene ora kersa blaka?” (PKP hal. 4 5)

Terjemahan:

“Bagaimana Yuni dan Andri, Mas?”

“tidak apa-apa. Tapi Dik Bekti harus sabar.” “Kenapa Andri?” Mengulangi pertanyaan. “Tidak ada apa-apa.”

“Yuni?”

“Ya, ya… tidak ada apa-apa.” “buku?”

(37)

“Alhammdulillah, Ibu juga sehat.”

“Aku tahu, Mas Gun dan Mbak Win menyimpan rahasia. Kenapa tidak mau terus terang?” (PKP hal. 4 −5)

Dr. Subekti berkali - kali menanyakan keadaan istri dan anaknya, tetapi Gunarto tetap menutup rapat rahasia dibalik peristiwa ketika adik ragilnya di Amerika. Rasa sayang terhadap adiknya tersebut membuatnya merasa tidak tega ketika berbohong. Hingga akhirnya ia menyuruh ke Balong dan bertanya kepada Ibunya sendiri.

8) Wiwik

Tokoh Wiwik adalah anak seorang pejabat negara yang kaya. Tokoh Wiwik dalam novel Pupus Kang Pêpês merupakan teman dekat dari tokoh Dr. Subekti. Mereka bekerja dalam satu universitas. Ningrum digambarkan pengarang dengan melukiskan bentuk lahir pelakon (pysical description).

Tokoh Wiwik memiliki fisik tinggi, cantik dengan wajahnya cantik dengan kaca mata, memiliki rambut panjang, ramah dan berwibawa. Wiwik mudah bergaul dengan orang lain dan tidak mudah marah apabila sedang bercanda dengan kawan-kawannya. Sikap yang dimiliki Wiwik sangat disukai oleh orang terdekatnya.

Kutipan:

“Dheweke nyawang Kenya sing nyalami. Isih ayu kaya biyen. Kacamata minus ngrenggani mripate kang blalak-blalak. Rambute kang dawa saiki disanggul, tambah mrebawani.” (PKP hal. 20)

Terjemahan:

“Dia melihat orang-orang yang diajak berjabat tangan. Masih cantik kaya dulu. Kacamata minus memberi cela matanya yang besar dan bening.

(38)

Rambutnya yang panjang sekarang disanggul menjadi berwibawa.” (PKP hal. 20)

Tokoh Wiwik ketika masih mahasiswa pernah jatuh cinta terhadap sosok Dr. Subekti, akan tetapi rasa cintanya tidak terbalas. Dr. Subekti menikahi teman dekatnya yang bernama Yuni. Hingga saat ini, hubungan mereka tetap baik. Mereka menjadi sahabat, hingga akhirnya Wiwik menikah dengan Giyarto. Hal ini menunjukan bahwa Wiwik memiliki sifat yang kuat dan suka bercanda walau seberat apapun cobaan yang menimpanya, ia selalu tabah menerima keadaan.

9) Endra

Tokoh Endra merupakan tokoh protagonis. Sahabat dekat sosok Dr. Subekti dari SMA. Endra memiliki sebuah perusahaan. Bisnis yang dijalankannya berjalan lancar dan sukses. Ia selalu memikirkan potret kehidupan yang realistis membuat hidupnya semakin maju. Selanjutnya pada point analisis perwatakan Endra selanjutnya akan dijelaskan lebih detil.

a) Portrayal of thought strem or conscious thught

Pengarang mencoba melukiskan jalan pikiran Endra atau apa yang terlintas dalam pikirannya. Pernyataan tersebut terbukti dalam kutipan berikut. Kutipan:

“Aku melu prihatin marang tragedhi sing mbok alami,” Kandhene Endra sajroning mobil.

“Pancen wis nasibku,”. Wangsulane Bekti. Mripate manther nyawang mengarep.

“Masa dhepanmu luwih penting. Ora ana gunane nggetuni barang kang wus dumadi” (PKP hal. 32)

(39)

Terjemahan:

“Aku ikut prihatin dengan peristiwa yang kamu alami” Ucap Endra didalam mobil.

“Memang sudah nasibku,” jawab Bekti sambil melihat ke arah depan. “Masa depanmu lebih penting. Tidak ada gunanya menyesali sesuatu

yang sudah terjadi”. (PKP hal. 32)

Endra memiliki sifat yang humanis. Ia merespons keadaan orang disekelilingnya dan mencoba untuk bersikap empati. Keprihatinan yang dirasakan Endra sebagai teman dekat Dr. Subekti membuat dirinya ikut terpukul. Ia mencoba membangun semangat sahabat dekatnya tersebut dengan tetap terus maju menghadapi tantangan kehidupan. Konflik yang semakin membuat hidupnya terpukul akan terselesaikan apabila terus memandang masa depan.

b) Reaction to event

Pengarang melukiskan watak Endra selajutnya yakni dengan cara memasukkan reaksi tokoh terhadap kejadian-kejadian. Tentang respons tokoh dalam menghadapi konflik kehidupan. Reaksi tersebut terdapat pada kutipan berikut.

Kutipan:

“Kowe kliru. Sanadjan aku pengusaha, aku bisa matesi. Aku dudu binatang ekonomi. Aku sawijining masinis, lan modhal iku sepure. Tugasku ngeterake penumpang marang tujuan kang dikarepake. Luwih saka sewu limang atus wong penumpangku. Ateges saora-orane aku bisa nylametake atusan wanita saka tangane mucikari.” (PKP hal. 35)

Terjemahan:

“Kamu salah, walaupun aku pengusaha, aku bisa membatasi. Aku bukan binatang ekonomi. Aku salah satu masinis, dan modalnya itu kereta.

(40)

Tugasku mengantarkan penumpang ke tujuan yang diinginkan. Lebih dari seribu lima ratus orang penumpangku. Yang artinya setidaknya aku bisa menyelamatkan ratusan wanita dari tangannya mucikari. (PKP hal. 35)

Reaksi Endra membuat dirinya terketuk hatinya untuk mulai perduli terhadap kejadian - kejadian di lingkungan sekelilingnya. Tokoh Endra menjabat sebagai pimpinan sebuah perusahaan ternama di Surabaya. Ia mencoba untuk bersikap adil dan bijaksana dalam mengatur jalannya perusahaan. Semua orang yang membutuhkan pekerjaan serta memiliki skill yang bagus pasti akan diterima untuk bekerja bersamanya. Sikap realistisnya membuat Dr. Subekti takjub, ia mampu mempekerjakan lebih dari 1.500 orang dalam perusahaannya. Endra mudah bergaul dengan siapa saja, sehingga membuat orang disekelilingnya senang ketika bersamanya.

10) Giarto

Tokoh selanjutnya yakni Giarto. Giarto adalah suami Wiwik. Ia seorang pekerja kantoran yang memiliki sifat penurut, pemaaf, santai, dan ramah. Giarto dan Wiwik menikah dan dikaruniai seorang anak.

Perwatakan tokoh Giarto dilukiskan oleh pengarang melalui reaksi pelakon terhadap kejadian - kejadian disekelilingnya (reaction to event). Kebijaksanaan Endra dalam membantu menyelesaikan konflik dalam dunia kerja Dr. Subekti dengan Wiwik membuahkan hasil. Giarto mencoba tetap tenang ketika mendapat fitnah tentang istrinya.

Kutipan:

“Bekti nyawang Giarto tajem. Sing disawang katon ayem lan anteng. Panyawange kang manther marang gelas pindhah marang Endra. Bekti

(41)

ngampet ambegan, nalika Giarto mesem banjur celathu., “kok kaya bocah cilik bae. Aku percaya marang Wiwik, sasuwene iki ora ana lan ora perlu na wadi kang sinengker antarane aku lan Wiwik,” Kandhane marang Endra.” (PKP hal. 89)

Terjemahan:

“Bekti memandang tajam Giarto. Yang dipandang terlihat baik-baik saja dan tenang. Sorot matanya pada gelas pindah mengarah ke Endra. Bekti menahan napas, ketika Giarto tersenyum kemudian berbicara, “Kok kaya anak kecil saja, aku percaya kepada Wiwik, selama ini tidak ada dan tidak perlu ada rahasia yang disembunyikan antara aku dan Wiwik,” bilangnya kepada Endra. (PKP hal. 89)

Persahabatan tokoh Endra, Dr. Subekti, dan Wiwik tidak akan hancur hanya karena fitnah yang tidak jelas sumbernya. Kepercayaan seorang suami terhadap istri membuat konflik terselesaikan dengan baik. Giarto memecahkan masalah secara bijaksana. Begitu juga Endra membantu meluruskan permasalahan agar terselesaikan dengan baik tanpa ada rasa benci.

11) Pak Giri

Tokoh Pak Giri dalam novel Pupus Kang Pêpês menduduki jabatan sebagai ketua Jurusan di salah satu Universitas di Surabaya. Beliau memiliki watak semena-mena terhadap bawahan, otoriter, iri, kejam, dan gila jabatan. Ia melakukan berbagai cara agar jabatan yang dimilikinya tetap diduduki. Harta dan tahta membuatnya buta kepada orang disekelilingnya. Ia menyelewengkan kekuasaanya untuk bisnis monopoli dengan memanfaatkan para pegawainya demi tercapainya tujuan yang diinginkannya.

Sifat Pak Giri terlihat dari pelukisan jalan pikiran atau apa yang terlintas dalam pikirannya (portrayal of thought strem or conscious thught ).

(42)

Banyak kejadian-kejadian janggal terjadi di Jurusan disebabkan oleh perbuatan Pak Giri. Salah satu kejanggalan tersebut tecermin dalam kutipan berikut.

Kutipan:

“Karo lungguh ndheglek, Ketua Jurusan mlintir-mlintir brengose sing njlaprang. Bekti lungguh karo mbukaki majalah ilmiah terbitan almamatere.

“Wis ta Dhik Bekti ora usah ngajar ana kana. Kaya ora ana PT swasta liya bae.”

“Kula sampun kadhung sagah punika,” wangsulane Bekti. “Rak kena dibatalke ta?”

“Kula sampun kadhung mucal.”

Ketua jurusan meneng, bali mlintiri brengose. Mripate nyawang tajem, kaya kepingin njajagi atine.” (PKP hal. 26)

Terjemahan:

“Sambil duduk tegap (kepalanya menghadap keatas), Ketua Jurusan memlintir-mlintir kumisnya yang panjang. Bekti duduk sambil membuka majalah ilmiah terbitan almamaternya.

“Sudahlah Dik Bekti, tidak usah mengajar disana. Kayak tidak ada PT swasta lain saja.”

“Saya sudah terlanjur janji itu.” Jawabnya Bekti. “Kan bisa dibatalin kan?”

“Saya sudah terlanjur mengajar.”

Ketua Jurusan diam, memlintir kembali kumisnya. Matanya memandang dengan tajam, seperti ingin menguasai hatinya.” (PKP hal. 26)

Tokoh Pak Giri dalam novel ini bersifat antagonis. Seorang pemimpin yang tidak patut untuk dicontoh oleh bawahannya. Sifat semena-menanya muncul hanya untuk kepentingan pribadinya.kutipan di atas sebagai bukti bahwa beliau berusaha mempengaruhi Dr. Subekti untuk menolak mengajar di PT swasta lain.

Pengarang melukiskan tokoh Pak Giri tentang bagaimana pandangan-pandangan tokoh lain dalam suatu cerita terhadap tokoh tersebut (reaction of

(43)

others to character). Pandangan tokoh lain menjadi suatu hal penting untuk

mengetahui sifat Pak Giri. Kejadian janggal di lingkungan kampus membuat Dr. Subekti ikut terjerumus dalam konflik tersebut.

Kutipan:

“Dumadakan atine Bekti kaya malah ditantang nalusuri tulisan kuwi. Dheweke bali ngeling-eling, nalika kuliah Pascasarjana ana Jakarta..! Ya ampun… pak Caraka. Pak Caraka kancane tunggal kost. Makalah iku persis karo skripsine dhosen saka Ujung Pandang nalika nempuh sarjanane.“ (PKP hal. 45)

Terjemahan:

“Secara mendadak Bekti hatinya ditantang untuk menelusuri tulisan tersebut. Dia mengingat-ingat kembali, ketika kuliah Pascasarjana di Jakarta..! Ya ampun… Pak Caraka. Pak Caraka temannya sekosan. Makalah tersebut sama dengan skripsinya dosen dari Ujung Pandang ketika menempuh sarjananya.” (PKP hal. 45)

Suatu hari, Pak Giri menjadi pemakalah dalam sebuah acara. Tidak terduga bahwa makalah yang disajikan beliau adalah makalah milik Pak Caraka. Pak Caraka merupakan seorang guru berusia lanjut. Ia adalah teman dekat Pak Giri. Dr. Subekti merasa kecewa dengan apa yang dilakukan atasannya tersebut. Makalah plagiat yang disajikannya di muka umum menjadikan dirinya seorang yang hebat. Perbuatan menghalalkan segala cara tersebut dilakukannya demi mendapatkan prestise.

12) Upik

Tokoh Yuni mempunyai adik kandung perempuan bernama Upik. Upik mendapatkan kabar bahwa mbak kandungnya melakukan

Gambar

Grafik 1.  Tahapan Alur Novel Pupus Kang Pêpês

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Peraturan Presiden No.45 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung yaitu guna mewujudkan kawasan perkotaan cekungan Bandung

Keg egia iata tan n Be Bela laja jarr 3: 3: P Pen engg ggun unaa aan n da dan S n Sum umbe berr Da Dana na

Scaffolding adalah bangunan peralatan (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat

Secara teoritik, manajemen jaringan jalan harus dilakukan secara integratif dalam suatu Secara teoritik, manajemen jaringan jalan harus dilakukan secara integratif

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran menceritakan kembali peristiwa penting yang di alami di lingkungan keluarga yaitu dengan cara

Peningkatan aktivitas timulin (Gambar 4) membuktikan bahwa gangguan sistem imun wanita premenopause sebagai akibat atrofinya kelenjar timus dapat diperbaiki dengan minuman

Apakah kenaikan harga BBM bersubsidi akan mempengaruhi jumlah pemakaian bahan bakar untuk usaha jasa Anda.. Apakah Anda akan mengurangi frekuensi pembelian bahan bakar

kelompok sosial yang ada untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara material maupun spiritual serta pemerintah juga