Hal menarik yang perlu Penulis kemukakan di sini adalah bahwa apabila hubungan hukum Landlord dan Tenant itu adalah suatu Perjanjian, maka dalam proses beracara kasus Putusan MARI 2995 itu, si pihak Tenant
mendalilkan bahwa pihak Pengadilan tidak mengakui adanya hubungan hukum yang tercipta, khususnya yang ditandai oleh Formulir Layanan, yang telah Penulis singgung di atas.
Si pihak Tenant mendalilkan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan, dalam pertimbangan-pertimbangan hukumnya telah mengandung kelalaian-kelalaian, karena telah tidak
62
mempertimbangkan dalil-dalil Gugatan, Replik, bukti-bukti dan fakta-fakta, sehingga menghasilkan keputusan yang keliru dan tidak benar dalam memberikan putusannya, yaitu memberikan Putusan menolak formulir layanan pelanggan sebagai bentuk Perjanjian yang sah dan mengikat secara hukum. Beberapa argumen yang dibangun oleh si Tenant perlu untuk dipertimbangkan.
Menurut si pihak Tenant, adalah tidak beralasan jika pertimbangan
Judex Facti tingkat pertama pada paragraf 6 halaman 63, paragraf 1 dan 2 halaman 64 menolak dalil si Tenant jika Majelis telah mempertimbangkan sebelumnya jika awal perjanjian antara si Tenant adalah sebagaimana bukti58yang diakui si Landlordtelah dibuat dan dilaksanakan oleh si Tenant dan si Landlordsepuluh tahun yang lalu59. Kaitan dengan itu, menurut si Tenant, dengan mempertimbangkan bahwa bentuk perjanjian haruslah memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu: sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, suatu sebab yang halal dan juga mempertimbangkan bahwa dengan memperhatikan bukti P-6 tesebut, ternyata dibuat/ditandatangani oleh si Tenant dan petugas si pihak Lamdlordyang adalah tidak mempunyai kewenangan untuk menandatangani suatu perjanjian akan tetapi yang bersangkutan hanya sebagai pencatat atas suatu keluhan dari pelanggan/si Tenant, tidak ada kata-kata yang menunjukan adanya kesepakatan diantara si Tenant dan petugas pencatat dari
58
Bukti P-1. 59
Bukti P-6/ T-1 judulnya adalah Formulir Layanan Pelanggan, bukti P-6/ T-1 tersebut adalah merupakan bentuk layanan administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 5 tentang hak dan kewajiban.
63
si Landlord, materi yang dituliskan pun bukan sesuatu yang pasti akan tetapi berupa permintaan yang masih digantungkan pada suatu keputusan dari otoritas yang berwenang, oleh karena itu bukti P-6/T-1 tersebut tidak dapat dikatakan sebagai bentuk perjanjian karena tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana Pasal 1320 KUH Perdata, oleh karena itu petitum angka 3 haruslah ditolak.
Si pihak Tenant juga mendalilkan bahwa adalah pertimbangan yang tidak beralasan hukum dan tidak berdasarkan fakta jika bukti P-6: Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang ditandatangani oleh Petugas dari pihak Landlord dan si Tenantadalah bukan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Bukti P-1: Perjanjian Baku tentang Layanan Jasa Telekomunikasi Selular GSM Telkomsel, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 6.4 Bukti P-1 yang berbunyi :―Kewajiban Pelanggan untuk membayar biaya- biaya yang terhutang olehnya akan jatuh tempo pada tanggal sebagaimana disebutkan dalam surat tagihan atau pemberitahuan yang disampaikan oleh bagian Costumer Service Telkomsel atau pemberitahuan tertulis yang disampaikan Telkomsel, mana yang lebih cepat‖. Menurut si Tenant, bukti P-6: Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang ditandatangani itu adalah bukan sekedar catatan permintaan atau permohonan dari dirinya, lebih dari pada itu, juga merupakan suatu bentuk informasi/pemberitahuan tertulis yang sebagaimana juga telah ditegaskan dan dibenarkan oleh si Landlord dalam Jawaban Gugatan pada halaman 7 angka 4 yang mendalilkan bahwa dalam perkara a quo, Formulir Layanan Pelanggan
64
atas nama Tenant yang diterima pada tanggal 20 November 2009, adalah sebagai bentuk Perjanjian yang sah dan mengikat secara hukum bagi Tenant
dan Landlord. Pihak tenan juga tidak dapat menerima pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan, dalam pertimbangan hukumnya yang berkenaan dengan dalil-dalil si Tenant yang menyatakan si Landlordtelah cedera janji/Wanprestasi atas Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 karena dia telah melakukan pemblokiran secara sepihak terhadap kartu Halo Tenant pada tanggal 14 Desember 2009, telah menghasilkan keputusan yang keliru dan tidak benar dalam memberikan Putusannya yang menolak si Landlord telah wanprestasi tersebut.
Si pihak Tenant menguraikan bahwa pertimbangan Judex Facti tingkat
pertama pada paragraf 3 halaman 64 yang menyatakan: ―Menimbang, bahwa
oleh karena petitum angka 3 ditolak, maka si Tenanttidak dapat mendasarkan dalilnya (wanprestasi yang dilakukan Tergugat) tersebut pada Formulir Layanan Pelanggan sebagaimana bukti P-6/T-1‖, Adalah Pertimbangan yang tidak beralasan hukum dan tidak berdasarkan fakta. Dalam pandangan si
Tenantsebagaimana telah diuraikan pada Keberatan Kedua si Tenant di atas, Bukti P-6: Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang ditandatangani oleh Petugas si Landlord dan si Tenant adalah suatu bentuk Pemberitahuan tertulis yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Bukti P-1: Perjanjian Baku tentang Layanan Jasa Telekomunikasi Selular GSM Telkomsel, sehingga Bukti P-6 adalah suatu bentuk perjanjian yang telah
65
memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Dan oleh karenanya, Tenant dapat mendasarkan dalilnya (wanprestasi yang dilakukan Landlord).
Menurut si Tenant adalah salah jika hal itu tidak dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan.Mengapa? Menurut Si Tenant bahwa si Landlord dan dirinya telah sepakat bahwa tagihan kartu Halo Pemohon Kasasi/Penggugat bulan September 2009 sebesar tujuh juta tujuh ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah, dilakukan secara dicicil sebanyak tiga kali pembayaran dan dalam waktu tigabulan, sebagaimana dinyatakan dalam Bukti P–6: Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang ditandatangani itu dan yang menyebutkan bahwa :..ybs. (in casusi Tenant) meminta keringanan Pembayaran sebanyak tiga kali dalam tiga bulan yang total tagihannya adalah sebesar Rp 7.750.764,00,. Menurut dalil si pihak Tenant, dia sudah melakukan Pembayaran pertama Rp 5.000.000,00 tanggal 20/11/2009 akan melakukan
pembayaran lagi sebesar Rp 1.500.000,00 dan sisanya akan dibayarkan pada bulan berikutnya.
Si Tenant juga mendalilkan bahwa terhadap kesepakatan yang tercantum dalam Bukti P–6: Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 itu, dia sebagai Tenant, dengan kesadaran, iktikad baik dan bertanggung jawab tetap berupaya untuk memenuhi kewajibannya dengan melakukan pembayaran pada tanggal 21 Oktober 2009 sebesar lima juta
66
rupiah, kemudian pada tanggal 20 November 2009 sebagai pembayaran cicilan kedua sebesar satu juta lima ratus ribu rupiah. Si Tenant juga mendalilkan bahwadisamping itu, berdasarkan Bukti P-7: Informasi Biaya Penggunaan Kartu Halo, No. Invoice Number 0080509458 No. Kartu Halo 62811969697 Bulan Tagihan Desember, si Landlord justru telah membuktikan dan membenarkan dalil-dalil yang dikemukakan si Tenant. Yaitu sisa tagihan bulan November 2009 yang menjadi kewajibannya sebesar Rp 1.250.764,00 dari nilai total tagihan sebelumnya sebesar Rp 7.750 764,00;Tagihan bulan berjalan sebesar Rp 1.306.857,00; si Landlord mengakui dan telah menerima pembayaran sebesar Rp 3.006.225,00, yaitu pembayaran sisa tagihan sebesar Rp 1.500.000,00 sebagaimana kesepakatan dalam Bukti P–6: Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang ditandatangani oleh Petugas si Landlord dan si Tenant, pembayaran untuk pemakaian bulan berjalan sebesar Rp 1.506.225,00. Pihak Tenant mendalilkan jatuh tempo (due date) adalah setiap tanggal 20 pada setiap bulannya (tanggal 20 Desember 2009); Isi kesepakatan Bukti P-6: Formulir Layanan Pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang ditandatangani itu, masih tetap direalisasikan oleh si
Tenant dengan konsisten melakukan pembayaran baik untuk sisa tunggakan maupun untuk tagihan bulan berjalan. Namun, menurut si Tenant,dengan secara melawan hak dan secara sewenang-wenang pada tanggal 14 Desember 2009 pihak Landlord melakukan pemblokiran.
Pihak Tenant terus bersikeras bahwa berdasarkan pertimbangan Judex Facti Tingkat Pertama pada paragraf 7 halaman 60 yang menyatakan:
67
―Menimbang, bahwa untuk menentukan ada tidaknya wanprestasi, maka perlu
dibuktikan hal-hal sebagai berikut, yaitu: Apakah Tergugat telah lalai memenuhi perjanjian;Apakah Tergugat tidak memenuhi perjanjian;Apakah Tergugat terlambat memenuhi perjanjian,‖dari fakta-fakta dan uraian tersebut di atas, secara logika yuridis dapat disimpulkan bahwa Pemblokiran kartu Halo milik si Tenant secara sepihak dan melawan hak oleh si Landlord pada tanggal 14 Desember 2009 sebelum batas waktu (jatuh tempo pembayaran) tanggal 20 Desember 2009, telah memenuhi salah satu unsur pembuktian yang menentukan adanya suatu wanprestasi. Dengan demikian jelas, didalilkan si
Tenant, bahwa dengan diblokirnya kartu Halo Tenantsebelum batas waktu tanggal 20 Desember 2009, sangat jelas dan nyata bahwa Landlord telah melakukan Wanprestasi.
Oleh karena itu, menurut si Tenant, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas 1A Khusus Jakarta Selatan, dalam pertimbangan-pertimbangan hukumnya yang berkenaan dengan Pemblokiran Kartu Halo Tenant telah mengandung kesalahan-kesalahan, kekeliruan dan tidak benar dalam memberikan Pertimbangan-pertimbangan yang telah Memberi Hak Kepada
Landlord untuk melakukan pemblokiran dan pertimbangan pemblokiran tersebut adalah bukan perbuatan wanprestasi. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut, menurut si Tenant, Pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama pada paragraf 5 halaman 64 dan paragraf 5 halaman 65 yang menyatakan
―Menimbang, bahwa dalam bukti P-1/ T-6 kewajiban si Tenant sebagai pelanggan kartu Halo adalah membayar biaya penggunaan layanan
68
dasar,layanan tambahan dan layanan administratif kepada si Landlord atau PT. Telkomselpada waktu dan cara sebagaimana dimaksud Pasal 7, yaitu yang akan jatuh tempo pada tanggal sebagaimana disebutkan dalam surat tagihan dan selanjutnya dalam Pasal 8 memberi hak kepada Landlord untuk melakukan pemblokiran apabila Tenant tidak memenuhi kewajiban pembayaran biaya yang terhutang.
Oleh karena hal pemblokiran, menurut si Tenant merupakan sesuatu yang diperjanjikan dan disepakati oleh kedua belah pihak manakala salah satu pihak lalai dalam melaksanakan kewajibannya, maka perbuatan Tenant yang telah lalai membayar tagihan pembayaran kartu Halo, telah memberi hak kepada si Landlord untuk melakukan pemblokiran, oleh karena mana perbuatan Landlord melakukan pemblokiran bukanlah merupakan perbuatan wanprestasi dan tidak ada kaitannya dengan formulir layanan Pelanggan tanggal 20 November 2009, karena mana petitum 4 patut untuk ditolak, adalah Pertimbangan tidak beralasan hukum, saling bertentangan dan tidak berdasarkan fakta, demikian dalil si Tenant. Menurut pihak Tenant, hal itu terjadi karena: Bahwa berdasarkan Bukti P-7: Informasi Biaya Penggunaan Kartu Halo, No. Invoice Number 0080509458 No. Kartu Halo 62811969697 Bulan Tagihan Desember, tanggal jatuh tempo pembayaran adalah pada tanggal 20 Desember 2009 serta Pemblokiran kartu Halo secara sepihak dan melawan hak oleh Landlord tersebut, telah memenuhi salah satu unsur pembuktian yang menentukan adanya suatu wanprestasi, sebagaimana telah uraikan pada Keberatan Tenant di atas.
69
Dalam pandangan pihak Tenant, dengan demikian jelas bahwa Pertimbangan Judex Facti Tingkat Pertama yang telah memberikan hak kepada
Lanlord untuk melakukan pemblokiran pada tanggal 14 Desember 2009 dan pemblokiran tersebut bukanlah merupakan suatu wanprestasi, adalah Pertimbangan yang tidak beralasan hukum, oleh karena itu Putusan Tingkat Tinggi tesebut haruslah dibatalkan. Pihak Tenant juga mendalilkan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan, dalam pertimbangan-pertimbangan hukumnya yang berkenaan dengan Perbuatan
Landlordselaku pelaku usaha telah melakukan perbuatan yang bertentangan dan melanggar UU Perlindungan Konsumen, telah mengandung kesalahan- kesalahan, kekeliruan dan tidak benar dalam memberikan Pertimbangan- Pertimbangan bahwa tidak ada perbuatan Landlord yang melanggar UU Perlindungan Konsumen, sebagaimana dikemukakan sebagai berikut:
Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama pada
paragraf 5 halaman 65 yang menyatakan:―Menimbang, bahwa oleh karena
pemblokiran yang dilakukan oleh Landlord atas kartu Halo milik Penggugat No. 0811969697 adalah merupakan konsekuensi dari pelaksanaan/isi perjanjinan yang disepakati oleh Tenant dan Landlord, maka artinya
Landlordtelah melaksanakan perjanjian dengan benar sesuai yang sudah disepakati bersama, maka oleh karena itu tidak ada perbuatan yang dilanggar dari UU Perlindungan Konsumen, karena itu petitum ke 5 patut untuk ditolak‖, menurut si Tenant, adalah suatu Pertimbangan Hakim yang tidak beralasan hukum dan tidak berdasarkan fakta. Hal seperti itu terjadi, karea menurut si
70
Tenant, sebagaimana uraian Keberatan Ketiga dan Keberatan Keempat si
Tenant di atas, bahwa dengan diblokirnya kartu Halo oleh Landlord sebelum batas waktu tanggal 20 Desember 2009, sangat jelas dan nyata bahwa
Landlord telah melakukan Wanprestasi. Namun demikian, Tenant masih beritikad baik untuk melunasi seluruh sisa tagihan terakhir sebesar tiga juta tiga ratus empat belas ribu empat ratus enam puluh dua rupiah sebagaimana Bukti P-9: Bukti Pembayaran yang dilakukan oleh Tenant sebesar Rp 3.314.462,00 tertanggal 14 Mei 2010 dengan Nomor Bukti Bayar: 30600140520100118981974. Sehingga menyebabkan Tenant selaku konsumen telah kehilangan hak atas kenyamanan dalam memanfaatkan produk jasa kartu Halo dan Hak Tenant tersebut adalah hak yang dijamin oleh hukum yang ditulis dalam UU Perlindungan Konsumen.Pasal 7 huruf (a) UU Perlindungan Konsumen: ―beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya‖;Pasal 7 huruf (b) UU Perlindungan Konsumen: ―memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”. Pasal 7 huruf (c) UU Perlindungan Konsumen: ―memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.‖Pasal 26 UU yang sama juga di dalamnya dinyaakan:―pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi jaminan dan/ atau garansi yang disepakati dan/ atau yang diperjanjikan.‖ Sementara itu, berkaitan dengan hal tersebut si Tenant juga membangun argumen bahwa Pasal 17 huruf (a) UU Telekomunikasi:
71
telekomunikasi wajib menyediakan pelayanan telekomunikasi berdasarkan prinsip perlakuan yang sama dan pelayanan yang sebaik-baiknya baik bagi semua pengguna.‖
Si pihak Tenant juga mendalilkan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan, dalam pertimbangan-pertimbangan hukumnya yang berkenaan dengan Pengembalian atas uang yang dikeluarkan oleh si Tenant, telah mengandung kesalahan-kesalahan, kekeliruan dan tidak benar dalam memberikan Pertimbangan-Pertimbangan. Dalam pandangan si
Tenant, kekeliruan seperti itu terjadi karena uang yang sudah dikeluarkan si
Tenant tersebut, sudah menjadi kewajiban hukum dari si Tenant sendiri yang tidak dapat dibebankan kepada orang lain, sebagaimana dikemukakan sebagai berikut: bahwa pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Pertama pada paragraf 1 halaman 66 yang menyatakan: ―Menimbang, bahwa terhadap tuntutan si Tenant agar Landlord mengembalikan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh si Tenantsehubungan pengurusan perkara dimaksud sebagaimana bukti P-10, P-11, P-12, P-14a, P-14b, P-14c dan bukti pendukung pengeluaran uang Penggugat berupa P-13a, P-13b, P-13c dan P-13d sebesar Rp 5.500.000,00, oleh karena biaya-biaya tersebut dikeluarkan adalah untuk mewakili kepentingan si Tenant secara pribadi dalam memperlancar pekerjaannya, maka adalah menjadi kewajiban hukum dari si Tenant sendiri yang tidak dapat dibebankan kepada orang lain, karena itu Petitum ke 6 patut
untuk ditolak‖, adalah Pertimbangan tidak beralasan hukum dan tidak berdasarkan fakta, setidak-tidaknya menurut si Tenant karena: dengan
72
diblokirnya kartu Halo oleh Landlord sebelum batas waktu tanggal 20 Desember 2009, sangat jelas dan nyata bahwa Landlord telah melakukan wanprestasi yang mengakibatkan Kerugian Materil yang dialami oleh Tenant
sebagaimana Bukti P-10, P-11, P-12, P-14a, P-14b, P-14c dan Bukti Pendukung pengeluaran uang Tenant berupa Bukti P-13a, P-13b, P-13c dan P- 13d sebesar lima juta lima ratus ribu rupiah. Bahwa selain kerugian-kerugian diatas, si Tenant juga telah kehilangan opportunity/peluang/kesempatan untuk menjaga citra dan kredibilitasnya. Perbuatan Landlord, menurut Tenant, juga telah menimbulkan citra negatif terhadap Tenantyang sedang menjaga dan membangun citra serta reputasinya. Dan oleh karenanya, menimbulkan kerugian Immateril termasuk namun tidak terbatas, terhadap perasaan yang tidak nyaman dalam diri Tenant, maka si Tenant menuntut ganti rugi terhadap
Landlord atas kerugian immaterial tersebut sebesar satu miliar rupiah.
2.6. Pertimbangan Mahkamah Agung Mengenai Hubungan Landlord-