• Tidak ada hasil yang ditemukan

Soal Keterbukaan Informasi ( Representation ) Landlord

Dalam dokumen T1 312010022 BAB III (Halaman 79-85)

2.7. Analisis Bagaimana Penyelenggara 60 Telekomunikasi sebaga

2.7.1. Soal Keterbukaan Informasi ( Representation ) Landlord

Berbicara mengenai keterbukaan informasi, hal tersebut merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh oleh pelaku usaha dan sebaliknya merupakan hak yang diterima oleh konsumen. Mengenai hal tersebut, sudah diatur secara jelas dalam UU Perlindungan Konsumen. Kewajiban pelaku usaha salah satunya adalah memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.66Sedangkan salah satu hak dari konsumen adalah hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.67Hal tersebut terlihat dalam rumusan

dalam putusan ‖bahwa kemudian Penggugat dikejutkan dengan tagihan bulan

September 2009 sebesar Rp 7.750.764,00 (tujuh juta tujuh ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah), sedangkan biasanya hanya sebesar Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah), pembengkakan biaya tersebut ternyata kemudian diketahui oleh Penggugat dikarenakan biaya roaming internasional di luar negeri, yaitu selama seminggu ketika Penggugat menjalankan ibadah umrah di Mekkah; Bahwa terhadap tagihan tersebut, Penggugat telah menugaskan 2 (dua) orang staf dari kantor Penggugat untuk

66

Lihat Pasal 7 huruf (b) UU No. 8 tahun 1999 tntang Perlindungan Konsumen. 67

80

menyampaikan keberatan Penggugat dan meminta keringanan pembayaran kepada Tergugat di Kantor Grapari Telkomsel, Jalan Gatot Subroto. Dalam hal ini, Penggugat tidak memperoleh informasi atau tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang besarnya biaya roaming internasional di luar negeri, tetapi Tergugat melalui petugasnya hanya menyatakan bahwa pencarian informasi dimaksud menjadi kewajiban pelanggan (dalam hal ini menjadi kewajiban

Penggugat)‖68

Tentu saja hal tersebut bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku yang sudah secara jelas mengatakan bahwa merupakan kewajiban bagi penyelenggara telekomunikasi dalam memberikan informasi yang jelas dan benar kepada pelanggannya. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa dalam putusan tersebut, belum memperhatikan secara benar aturan hukum yang ada dalam hal mempertimbangkan hak-hak dari pelanggan yang mana ketika hak tersebut tidak dipenuhi sehingga pelanggan mengalami kerugian. Prinsip prinsip hukum yang seharusnya diperhatikan oleh hakim dalam mengambil keputusan merupakan hal yang

Menurut Penulis, Pertanggungjawaban landlord maupun tenant

merupakan pertanggungjawaban berdasarkan pada prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab (Presumtion Of Liability Principle) hal tersebut dikarenakan aturan hukum yang berlaku dalam UU Telekomunikasi, UU ITE maupun UU perlindungan konsumen mamberikan posisi pelaku usaha sebagai pihak yang memiliki beban pembuktian jika terdapat kerugian sehingga pelaku usaha yang

68

81

selalu dianggap bertanggungjawab, kecuali pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaiannya.

Dalam Putusan MARI 2995 terdapat pertanggungjawaban landlord

merupakan pertanggungjawaban berdasarkan pada prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab.Hal tersebut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Yang terlihat dalam bunyi rumusan: Bahwa pertimbangan Judex Facti tingkat pertama pada paragraf 6 halaman 63, paragraf 1 dan 2 halaman 64 yang

menyatakan:―Menimbang, bahwa Majelis telah mempertimbangkan sebelumnya jika awal perjanjian antara Penggugat adalah sebagaimana bukti P-1 yang diakui Penggugat telah dibuat dan dilaksanakan oleh Penggugat dan Tergugat sepuluh tahun yang lalu, bukti P-6/ T-1 judulnya adalah Formulir Layanan Pelanggan, bukti P-6/ T-1 tersebut adalah merupakan bentuk layanan administratif

sebagaimana diatur dalam Pasal 5 tentang hak dan kewajiban‖; ―Menimbang,

bahwa bentuk perjanjian haruslah memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu: sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk

membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, suatu sebab yang halal‖; ―Menimbang, bahwa dengan memperhatikan bukti P-6 tesebut, ternyata dibuat/ ditandatangani oleh Pengugat dan petugas Tergugat yang adalah tidak mempunyai kewenangan untuk menandatangani suatu perjanjian akan tetapi yang bersangkutan hanya sebagai pencatat atas suatu keluhan dari pelanggan/Pengugat, tidak ada kata-kata yang menunjukan adanya kesepakatan diantara Penggugat dan petugas pencatat dari Tergugat, materi yang dituliskan pun bukan sesuatu yang pasti akan tetapi berupa permintaan yang masih

82

digantungkan pada suatu keputusan dari otoritas yang berwenang, oleh karena itu bukti P-6/T-1 tersebut tidak dapat dikatakan sebagai bentuk perjanjian karena tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320

KUH Perdata, oleh karena itu petitum angka 3 haruslah ditolak‖.69

Dalam pertimbangan ini, Penulis melihat ada permasalahan hukum berkaitan dengan perjanjian sewa menyewa yang dilakukan oleh kedua pihak yang kemudian tidak diakui oleh tergugat bahwa terdapat hubungan hukum sewa menyewa padahal seharusnya secara hukum perjanjian tersebut tentu harus ada. Seperti yang telah penulis kemukakan diatas bahwa hubungan hukum antara kedua pihak adalah hubungan hukum sewa menyewa.Dalam UU Telekomunikasi sudah mengatur mengenai hal tersebut yang mengatakan bahwa penyelengara jasa telekomunikasi menyelenggarakan jasa telekomunikasi, menggunakan dan atau menyewa jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan telekomunikasi.70 Dalam rumusan pasal tersebut sudah jelas bahwa hubungan sewa menyewa itu ada dan tidak dapat disimpangi bahkan haruslah menjadi pertimbangan hakim dalam memberikan putusannya agar sesuai dengan prinsip- prinsip hukum yang ada.

Sehingga setelah melihat pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Penulis menyimpulkan bahwa dalam putusan tersebut hakim telah berusaha untuk mendekatkan putusannya pada prinsip hukum, baik yang dituntut

69

Putusan Mahkamah Agung. 70

83

oleh KUHPerdata, UU Telekomunikasi, UU ITE maupun UU Perlindungan Konsumen.

84

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Sesuai dengan analisis yang terdapat dalam BAB terdahulu, inti dari penelitian ini adalah dalam Penulis melihat bahwa penyelenggara telekomunikasi dalam hal ini operator seluler dengan pelanggan mempunyai hubungan yang sama dengan prinsip hubungan landlord dan tenant. Bahwa Penulis melihat bahwa prinsip-prinsip hukum hubungan landlord dan tenant

hidup dalam putusan MARI 2995 tersebut. Yang dimaksud adalah posisi pelanggan, dalam hal adalah sebagai tenant dan posisi penyelenggara operator adalah sebagai landlord. Hubungan hukum tersebut secara eksplisit ditemukan dalam UU telekomunikasi.Sehingga rasionalitas atau alasan pembenar yuridisnya adalah UU Telekomunikasi tersebut.Dalam hubungan hukum tersebut, baik hak maupun kewajiban masing-masing pihak telah diatur secara jelas dalam ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

3.2.Saran

Yang menjadi cacatan dalam analisis putusan ini, hakim dalam putusannya, hakim kurang mengerti mengenai prinsip-prinsip hukum yang mengatur tentang sewa-menyewa. Dalam hal ini sewa-menyewa dalam penyelenggaraan telekomunikasi antara landlord dan tenant. Sehingga pihak

85

apayang seharusnya menjadi hak-haknya yang pada dasarnya hak tersebut secara jelas sudah diatur dan dijamin dalam peraturan perundangan yang berlaku

Penegak hukum, dalam hal ini adalah hakim dalam memberikan pertimbangan terhadap putusan pada kasus-kasus berikutnya agar lebih memperhatikan kaidah-kaidah hukum yang berlaku agar putusan tersebut tepat dan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan. Karena persoalan tersebut sangat bekaitan dengan kepentingan hukum yang diharus dijamin, baik itu kepentingan pihak landlord maupun kepentingan pihaktenant. Sehingga seharusnya kembali dengan cermat memperhatikan prinsip hukum yang berlaku,

dalamhal ini baik yang diinginkan oleh KUHPerdata, UU Telekomunikasi, UU Informasi dan Transaksi Elektronik maupun UU Perlindungan Konsumen yang merupakan dasar hukum yang berlaku.

Dalam dokumen T1 312010022 BAB III (Halaman 79-85)