• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pentingnya Kewajiban Perusahaan Mendukung Infrastruktur Kebakaran dalam Rangka Pengelolaan

Gambut

Bambang Hendroyono: Sekjen KLHK

Perkembangan hotspot September 2015 terbesar berada di Kalimantan Tangah (APL 3055, HL 475).

Analisa hotspot berdasarkan perizinan usaha: hutan alam 12%, HTI 43%, open access

45%, IUPHHK-HA.

Analisa hotspot berdasarkan tipe lahan: mineral 74%, gambut 26%.

Permasalahan kebakaran di lahan gambut adalah adanya pembalakan liar.

Permasalahan lainnya adalah kanal di gambut sebagai transportasi illegal logging. Kawasan lindung di areal HTI berjumlah 10%. Potret permasalahan kebakaran di lahan gambut adalah kanalisasi yang dibuat oleh perusahaan yang menyebabkan kekeringan. Surat Edaran Dirjen BUK/PHPK:

1. Surat Edaran Dirjen BUK Nomor SE.6/ VI-BUHT/2012 tanggal 14 September 2012 tentang Penanganan Dini Bahaya

Kebakaran Hutan dan Lahan serta Penurunan Jumlah Hotspot kepada pemegang IUPHHK-HTI.

2. Surat Edaran Dirjen BUK Nomor SE.3/ VI-BUHT/2014 tanggal 27 Februari 2014 tentang Antisipasi Musim Kemarau dan Upaya Pencegahan terjadinya Kebakaran Hutan kepada pemegang IUPHHK-HTI. 3. Surat Edaran Dirjen BUK Nomor SE.4/VI-

BUHT/2014 tanggal 2 April 2014 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan kepada pemegang IUPHHK-HTI.

4. Surat Edaran Dirjen BUK Nomor SE.5/ VI-BUHT/2014 tanggal 20 Juni 2014 tentang Antisipasi Menghadapi El Nino dan Kewaspadaan Kebakaran Hutan dan Lahan.

5. Surat Edaran Dirjen BUK Nomor SE.10/ VI-BUHT/2014 tanggal 31 Oktober 2014 tentang Pencegahan Kebakaran Hutan. 6. Surat Edaran Dirjen BUK Nomor SE.12/

VI-BUHT/2014 tanggal 30 Desember 2014 tentang Antisipasi Musim Kemarau dan Pencegahan serta Pengendalian Kebakaran Hutan di areal IUPHHK dan sekitarnya.

7. Surat Edaran Dirjen BUK Nomor SE.5/VI- BUHT/2014 tanggal 27 April 2015 tentang Deteksi Dini Kebakaran Hutan dan Lahan Melalui Portal Sipongi.

Instrumen penanggulangan kebakaran hutan setelah adanya izin HTI yaitu:

1. Sarana dan prasarana (dukungan early

warning system dan kewajiban pemegang

izin menyediakan Sarpras)

3. Penegakan hukum (pidana, sanksi administratif)

Temuan umum hasil audit kepatuhan 2014: Audit kepatuhan tahun 2014: 10 perusahaan tidak patuh dan 1 perusahaan sangat tidak patuh.

Jumlah HTI di seluruh Indonesia adalah seluas 2.7 jt Ha.

Review pemegang izin:

Upaya pemerintah sudah dilakukan pada tahun 2014.

Instrument penanggulangan kebakaran hutan:

Izin HTI/HA (sarana/prasarana, perbaikan tata kelola, penegakan hukum)

Peta kerawanan kebakaran hutan sebagai panduan pelaksanaan kalender kerja

Kewajiban pemegang izin dalam manajemen kebakaran hutan:

Kewajiban Pemegang Izin dalam manajemen kebakaran hutan :

1. Pasal 48 ayat (3) UU 41/1999 tentang Kehutanan.

2. Pasal 24 ayat (1) PP 45/2004 tentang Perlindungan Hutan.

3. Permenhut P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan :

a. Pasal 12. Pencegahan Kebakaran meliputi :

1) Inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan

2) Inventarisasi faktor penyebab

3) Penyiapan regu pemadam kebakaran 4) Pembuatan prosedur tetap

5) Pengadaan sarana dan prasarana 6) Pembuatan sekat bakar

b. Pasal 14. Pencegahan kebakaran hutan dilakukan :

1) Pemegang izin pemanfaatan hutan 2) Pemegang izin penggunaan kawasan 3) Pemegang izin hutan hak

4) Pemegang izin pemanfaatan pada hutan konservasi

4. Pasal 1 butir 12 Permenhut P.30/Menhut- II/2014 tentang IHMB dan RKUPHHK-HTI - Pembersihan Lahan tanpa pembakaran. 5. Lampiran 1 Bagian D, Perdirjen P.7/VI-

BUHT/2014 tentang Pedoman Penyusunan, Penilaian dan Persetujuan RKUPHHK-HTI. - Menyajikan rencana perlindungan

terhadap bahaya kebakaran

6. Kewajiban Pemegang Izin dalam Klausul SK pemberian Izin untuk melakukan perlindungan hutan (pengendalian kebakaran)

Perlu adanya penyempurnaan tentang Aturan yang secara khusus mengatur mengenai penanggulangan Kebakaran Hutan di Areal Izin meliputi : Sistem Pencegahan, Sistem Pemadaman, Sistem Penanganan Paska Kebakaran, Sarana Prasarana dan Kelembagaan

Sistem pencegahan :

1. Aspek system pengendalian kebakaran hutan

2. System deteksi dini (pantauan hotspot dan cuaca)

3. PLTB

4. SOP Pengendalian Kebakaran Hutan 5. Alokasi biaya

6. Rencana kerja

7. Inventarisasi daerah rawan karhut 8. Inventarisasi faktor penyebab 9. Laporan kegiatan pencegahan Sistem pemadaman :

1. Melakukan deteksi kebakaran hutan 2. Memadamkan kebakaran

3. koordinasi dengan instansi terkait

4. Mobilisasi masyarakat untuk pemadaman 5. Laporan tindakan pemadaman kepada

Bupati/walikota

Sistem penanganan paska kebakaran hutan : 1. Identiikasi monitoring dan evaluasi 2. Penegakan hukum

3. Rehabilitasi

Sarana prasarana : 1. Peralatan deteksi dini 2. Peralatan pemadaman 3. Sumber daya air 4. Sekat bakar

5. Akses jalan pemadaman 6. Posko dan pos jaga

7. Sarana komunikasi dan informasi 8. Sarana prasarana penyuluhan 9. Laporan kegiatan pencegahan Kelembagaan :

1. Perangkat organisasi Regu Pemadam Kebakaran

2. Pelatihan bagi Regu Pemadam Kebakaran Poin-poin penting:

Memperhatikan karakteristik bioisik area kerja yaitu perizinan di tanah mineral (pembuatan embung) dan perizinan di tanah gambut.

Penerapan teknologi ecohydro dalam pengelolaan gambut untuk mengontrol tinggi muka air

Memperhatikan aspek sosial dengan mengoptimalkan peranan Masyarakat Sekitar melalui Program MPA (Masyarakat Peduli Api)

Awal 2015 sudah disusun rencana aksi yang disusun dengan para pakar gambut dan melibatkan masyarakat.

Kegiatan yang sudah dilakukan:

1. Penerbitan SK tim review ( 22 Mei 2015) 2. Koordinasi dengan para pihak (NGO, Pakar,

Masyarakat, Pemda, Mei – Juni 2015) 3. Pelaksanaan FGD dengan para pihak (23

Juni 2015)

4. Pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat (26 Juni 2015)

5. Proses administrasi menggunakan teknologi pemotretan resolusi tinggi (LIDAR) 70.000 Ha (September 2015)

6. Kajian sosial (1 Oktober 2015)

7. Pemetaan Partisipatif (1 Oktober 2015)

Kebijakan yang akan disiapkan:

1. Penyempurnaan peraturan

2. Tata kelola gambut melalui pengelolaan berbasis satuan hidrologis

3. Melakukan penegakan hukum melalui mekanisme multidoor dan sanksi administratif

4. Perpanjangan moratorium hutan alam dan lahan gambut dan melaksanakan pengawasan dengan efektif.

Prof. Dr. Azwar Maas (UGM)

- Infrastruktur pemadaman awal

kebakaran:

1. Akses, ketercapaian dan keterlintasan (perlu dipikirkan ketercapaian dan keterlintasan yang juga sesuai dengan kebutuhan pemadaman lewat daratan. 2. Sarana transportasi banyak tapi multi

fungsi yang digunakan untuk kegiatan lain. Kendaraan air terbatas.

3. Sarana pemantauan: komunikasi

(radio, televisi).

4. Sumber air: harus tersedia dengan jarak 100 m dengan jumlah yang mencukupi.

5. Sarana pemadaman : macam peralatan pemadaman seperti pompa dengan berbagai kapasitas berikut kesiapan

operasionalnya (temuan UKP4) di Riau

tahun 2013-2014.

6. SDM yang siap gerak: banyak SDM yang multi fungsi.

- Terjadi kebakaran karena ada sumber energi, ditunjang dengan biomassa yang kering.

- Berapapun jumlah karbon yang

terkandung di dalam lahan gambut

tidak masalah asal ekosistemnya tidak terganggu.

- Tidak semua air tanah pada ekosistem bisa naik, tergantung macam gambutnya. - Pelaku pembakaran dengan alasan:

1. Buka lahan secara cepat 2. Adanya akses

3. Penyuburan tanah 4. Hutan terdegradasi

5. Tidak memiliki nilai ekonomi 6. Ada yang menyuruh

- Faktor yang berperan dalam kebakaran: 1. Alam

2. Musim kemarau

3. Tidak ada pergerakan air laut

4. Bioisik lahan

5. Tipe gambut 6. Kondisi gambut 7. Posisi lahan 8. Sistem kanalisasi

- Banyak system yang kurang sinergi.

- Perlu dilakukan tata kelola air secara

bersama seperti dari Kemen PUPR,

KLHK, Deptan, Depdagri, Tata Ruang BPN, Bappenas, praktisi pengamat lingkungan, akademisi dan harus dilakukan dengan menjadi satu kesatuan dan terus berjalan. - Penanggulangan pemadaman sangat

mutlak.

- Himbauan: apa target dari FGD 3 hari ini. - Konsep penataan satuan hidrologis yang

berkaitan dengan konservasi air dan pengelolaan tata air berbasis ecohydro menjadi kunci untuk pencegahan di masa depan.

- Kombinasi antara pemetaan ketebalan gambut dan melihat permukaan (LIDAR) adalah dua hal yang sangat perlu dilakukan.

- Usul: bentuk tim antar kementerian

untuk melibatkan orang-orang yang patut dilibatkan dan dibuatkan SK agar mereka bisa melakukan enforcement.

Harris Gunawan (UNRI)

- Presiden sudah memberikan guideline untuk kita membuat rekomendasi hasil dari FGD ini.

- “Dari Riau inilah akan terjawab bagaimana kita akan menuntaskan bencana asap. Dari Riau keluarlah konsep solusi tuntas bencana asap untuk seluruh indonesia” - Kebakaran terjadi 99.99% terjadi karena

olah tangan manusia.

- Perbaikan kubah gambut sebagai sumber air

- Ekosistem gambut di Riau telah

mengalami over bleeding sehingga

menjadi lebih mudah terbakar. - “Peat swamp” menuju collaps.

- Revitalisasi tata air dengan membuat kanal air berbasis masyarakat.

- Pengeringan melalui kanal akan

memberikan dampak terhadap munculnya hotspots.

- Kubah gambut mensuplai air segar bagi masyarakat.

- Rekayasa sosial perlu dilakukan.

- Perlu dikembangkan kebun campuran di lahan gambut.

Dokumen terkait