• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMUSAN DISKUS

II. Tata Kelola Ekosistem Gambut

politik kebakaran dan kejahatan lingkungan di tingkat lokal, nasional dan regional. Hal ini merupakan salah satu aspek penting untuk menjadi perhatian karena fenomena yang terjadi saat ini sudah masuk ke subyek keamanan nasional.

2. Terdapat gap persoalan pengetahuan dan pemahaman tentang ekosistem gambut yang dikaitkan dengan governance dalam perspektif pencegahan.

3. Terdapat beberapa kebijakan yang tidak sinkron terkait dengan pengelolaan ekosistem gambut.

4. Belum ada persepsi yang sama diantara jajaran pemerintah maupun para pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap krisis sumberdaya alam termasuk ekosistem gambut.

5. Pada masa depan pemerintah dan pemangku kepentingan harus lebih mengedepankan usaha-usaha pencegahan kebakaran (fire prevention) daripada pemadaman api (fire suppression) karena akan jauh lebih murah dan efektif. Ini harus terlihat diantaranya pada alokasi anggaran yang lebih besar untuk pencegahan kebakaran lahan, hutan dan gambut.

6. Di dalam PP No. 71 / 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut sudah dipastikan (firm) soal pengendaliannya sehingga tidak perlu diutak-atik lagi, kecuali pasal-pasal yang terkait dengan kerusakan yang berimplikasi hukum.

7. Pemerintah perlu membentuk “Tim Khusus Tata Kelola Lahan Gambut dan Kebakaran” berdasarkan Instruksi Presiden dengan melibatkan sektor-sektor terkait di pemerintahan, pihak swasta, dan pakar, tokoh masyarakat dan LSM.

II. Tata Kelola Ekosistem

Gambut

Pokok Bahasan:

a. Prinsip Dasar Tata Kelola Ekosistem

b. Perpsektif Pencegahan Kerusakan dan Rehabilitasi PasKa Kebakaran

Rumusan:

1. Kesatuan hidrologis gambut dijadikan sebagai dasar pengelolaan ekosistem gambut untuk mempertahankan kubah gambut agar sumber air terpenuhi sepanjang tahun, terhindar dari banjir dan kekeringan dengan menata kubah dan meminimalkan saluran drainase di sekeliling kubah.

2. Perlu disiapkan langkah-langkah ke depan untuk menetapkan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG), karakteristik ekosistem gambut dan menetapkan fungsi lindung ekosistem gambut sesuai dengan kriteria yang antara lain meliputi minimal 30 % dari luasan KHG, ketebalan gambut, rencana tata ruang, hutan konservasi, hutan lindung, serta flora dan fauna endemik.

3. Untuk memperkuat perumusan kebijakan

harus mengenali KHG dan karakteristik ekosistem gambut dari aspek keilmuan maupun praktik di lapangan.

4. Prinsip dasar pengelolaan ekosistem gambut harus dalam unit kesatuan hidrologis gambut yang mencakup lahan gambut maupun tanah mineral yang dibatasi oleh dua sungai.

5. Peta KHG yang memuat karakteristik ekosistem gambut merupakan peta strategis untuk penetapan fungsi lindung dan fungsi budidaya ekosistem gambut.

6. Perlu disusun landscape model dan atau mozaic model dalam layout pemanfaatan ekosistem gambut.

7. Pencegahan kebakaran lahan gambut dilakukan dengan tidak membiarkan kondisi gambut dalam keadaan kering, artinya menjaga kelembaban di permukaan lahan gambut melalui pengaturan muka air di lahan. 8. PP No. 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Ekosistem Gambut segera diefektifkan dan peraturan turunannya segera disusun.

9. Penataan ulang konsesi yang sudah terlanjur berada di lahan gambut dan berdampingan dengan kawasan konservasi, perlu mendapat perhatian.

10. Pencegahan kebakaran hutan harus dilakukan dengan penataan ulang pengelolaan ekosistem gambut secara komprehensif yang sifatnya permanen.

11. Untuk mendukung kegiatan pencegahan

kebakaran sebagaimana tersebut pada butir 1 di atas, kepada berbagai pihak pelaku usaha (kelapa sawit dan HTI) dan pemerintah daerah (desa, kota/kabupaten dan provinsi), segera melakukan:

a. Pengukuran dan pengumpulan data curah hujan dan muka air tanah gambut di seluruh lokasi konsesi perkebunan kelapasawit dan HTI.

b. Pemetaan sebaran dan kordinat lokasi titik hot spot sejak masa lalu hingga kini (sejarah

hot spots) disertai data perkembangan penduduk (perambah) di lokasi titik api.

c. Kampanye besar-besaran secara luas di berbagai pelosok pedesaan.

12. Melakukan rehabilitasi lahan gambut paska kebakaran dengan cara:

a. Menerapkan teknik rehabilitasi lahan gambut yang terbakar sesuai dengan tingkat kerusakannya dengan melakukan penanaman kembali, rewetting, pemilihan jenis tanaman yang toleran genangan dengan langkah-langkah menyiapkan persemaian, penanaman, penggunaan mikroba tanah, agroforestry di lahan gambut, dan pengelolaan penanganan kebakaran di lahan gambut. b. Mewajibkan para pemegang konsesi

segera melaksanakan rehabilitasi di areal konsesinya masing-masing.

c. Melibatkan dunia usaha dalam perbaikan lahan-lahan gambut bekas terbakar di sekitar areal konsesi mereka.

13. Perlu disiapkan rumusan kebijakan yang terkait moratorium total pembukaan lahan baru di gambut, penegakan total zero burning dengan mengedepankan di tingkat desa, pemberian kompensasi dan bantuan masyarakat, membangun struktur baru dengan mengedepankan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), alokasi anggaran untuk pencegahan dan penanggulangan dini, akuntabilitas

pemerintah daerah, dan pembekuan DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi

Khusus).

14. Pemerintah pusat harus memfasilitasi pemerintah daerah dalam menyiapkan rencana mitigasi, kontijensi, rencana operasi dan rencana pemulihan paska bencana kebakaran, serta menyediakan anggaran terkait bencana kebakaran dan asap sebagai salah satu prioritas.

15. Fokus untuk memperluas aksi-aksi rehabilitas dengan sistem tabat, embung, sumur bor, tanam tanaman sekat bakar dan penanaman vegetasi yang adaptif di lahan gambut dengan melibatkan masyarakat. Sekat kanal terbukti efektif menahan air. 16. Perlu perhatian terhadap ekosistem gambut

di pulau kecil, yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan ekosistem gambut di pulau besar.

17. Salah satu syarat untuk pengelolaan ekosistem gambut secara terintegrasi dalam satu kesatuan hidrologis gambut adalah interaksi dan kolaborasi yang kuat antara

stakeholders.

18. Pemulihan kerusakan perlu mempertimbangkan hasil kajian / penelitian

dengan belajar dari keberhasilan dan kegagalan yang telah dilakukan beberapa pihak.

19. Kekuatan masyarakat dan kearifan tradisional yang selama ini mampu melindungi ekosistem gambut menjadi bagian penting dalam peningkatan tata kelola ekosistem gambut.

20. Melakukan proteksi terhadap wilayah kelola masyarakat lokal untuk memastikan bahwa negara hadir dan melindungi aset- aset produksi yang selama ini dikelola oleh masyarakat lokal (dengan meningkatkan kapasitas sumberdaya, akses informasi, permodalan, tata niaga dan perlindungan). 21. Membangun kerja sama para pihak dalam

manajemen restorasi gambut berbasis partisipasi rakyat dan kemitraan (dalam upaya pemulihan lahan dan hutan gambut, termasuk tabat atau sekat kanal-kanal dan meningkatkan keanekaragaman hayati).

Dokumen terkait