• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUAAN AKIBAT STRES OKSIDATIF DENGAN PEMBERIAN DIPEPTIDA ALANIL-GLUTAMINA EKSOGEN

Sunarno1, Wasmen Manalu2, Nastiti Kusumorini2, Dewi Ratih Agungpriyono3

1

Program Doktor Mayor Ilmu-Ilmu Faal dan Khasiat Obat, Sekolah Pascasarjana, IPB 2

Mayor Ilmu-Ilmu Faal dan Khasiat Obat, Sekolah Pascasarjana, IPB 3

Mayor Ilmu Biomedis Hewan, Sekolah Pascasarjana, IPB ABSTRAK

Penuaan fisiologis dan penuaan akibat stres oksidatif ditandai dengan penurunan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus di bawah ambang batas normal. Kondisi ini berdampak pada penurunan ketersediaan glutamina intraseluler dan level glutation hipokampus. Salah satu cara untuk meningkatkan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus, serta level glutation hipokampus adalah melalui pemberian dipeptida alanil- glutamina eksogen. Penelitian ini dirancang untuk mendapatkan gambaran konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus dan hubungannya dengan level glutation hipokampus setelah pemberian konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina eksogen, baik pada tikus yang mengalami penuaan fisiologis atau penuaan akibat stres oksidatif. Tikus-tikus percobaan dirancang menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan ukuran 2x2x2. Faktor pertama adalah umur tikus percobaan yang terdiri atas 2 level, yaitu 12 dan 24 bulan. Faktor kedua adalah stres oksidatif yang terdiri atas 2 level, yaitu tanpa atau dengan stres oksidatif. Faktor ketiga adalah pemberian dipeptida alanil- glutamina yang terdiri atas 2 konsentrasi, yaitu 0% dan 7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dipeptida alanil-glutamina 7% secara efektif memberi peningkatan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus, baik pada tikus muda (52.66% dan 39.10%) atau tua (32.90% dan 52.91%), tikus normal (46.46% dan 47.71%) atau stres oksidatif (39.69% dan 42.31%). Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian dipeptida alanil-glutamina 7% memberi peningkatan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus serta peningkatan level glutation hipokampus. Peningkatan level glutation hipokampus menunjukkan perbaikan fungsi pada penuaan hipokampus, baik pada penuaan fisiologis atau penuaan akibat stres oksidatif.

Kata kunci: dipeptida alanil-glutamina, glutation, penuaan fisiologis, penuaan akibat stres oksidatif, fungsi hipokampus

ABSTRACT

Physiological aging or aging due to oxidative stress decreases alanine- glutamine dipeptide concentrations in the plasma and in the hippocampus. These conditions cause the decreased avaibility of glutamine in the cell and glutathione levels in the hippocampus. One way to increase the concentration of alanine- glutamine dipeptide in the plasma and in the hippocampus, as well as increase in

the levels of glutathione in the hippocampus, is through the administration of alanine-glutamine dipeptide exogenously. This study was designed to obtain the concentration profile of alanine-glutamine dipeptide in plasma and hippocampus and their relation to hippocampal glutathione levels after the optimum concentrations of alanine-glutamine dipeptide supplementation in aged or oxidative-stressed rats. The experimental rats were assigned into a completely randomized design with 2x2x2 factorial arrangement and three replications. The first factor was the age of the experimental rats, consisted of two levels i.e., 12 and 24 months. The second factor was oxidative stress consisted of two levels, i.e., without or with oxidative stress. The third factor was the concentration of alanine-glutamine dipeptide administration consisted of 2 concentrations, i.e. 0% and 7%. The results showed that administration of 7% alanine-glutamine dipeptide effectively increased concentrations of alanine-glutamine dipeptide in the plasma and in the hippocampus of young (52.66% and 39.10%) or aged (32.90% and 52.91%) rats, in normal (46.46% and 47.71%) or in oxidative-stress (39.69% and 42.31%) rats. This research concluded that administration of 7% alanine-glutamine dipeptide increased the concentrations of alanine-glutamine dipeptide in the plasma or in the hippocampus and increased the levels of glutathione in the hippocampus. The increased levels of glutathione in the hippocampus improved functions of the aging hippocampus, both in physiological aging or aging due to oxidative stress.

Key words: alanine-glutamine dipeptide, glutathione, physiological aging, oxidative-stress aging, hippocampal functions

PENDAHULUAN

Penuaan fisiologis dan penuaan akibat stres oksidatif merupakan dua faktor utama penyebab penurunan fungsi hipokampus. Penurunan fungsi hipokampus ditandai dengan penurunan viabilitas neuron, peningkatan mortalitas neuron, berkurangnya panjang akson neuron, penurunan kemampuan belajar dan mengingat, penurunan aktivitas motorik, serta kerusakan struktur mitokondria neuron hipokampus. Salah satu penyebab penurunan beberapa indikator fungsi hipokampus tersebut adalah penurunan level glutation. Penurunan level glutation hipokampus dipicu oleh penurunan konsentrasi glutamina atau dipeptida alanil- glutamina dalam hipokampus dan plasma darah (Anonim 2001; Rosenzweig dan Barnes 2003; Miller dan O'Callaghan 2005; Xavier dan Costa 2009; Ito dan Schuman 2011).

Penuaan pasti akan terjadi, namun dapat diupayakan untuk diperlambat. Salah satu cara penanganan penuaan adalah meningkatkan ketersediaan glutamina atau dipeptida alanil-glutamina plasma, hipokampus, dan glutation hipokampus di

atas ambang batas normal. Ketersediaan glutamina atau dipeptida alanil-glutamina plasma, hipokampus, dan level glutation hipokampus berguna untuk mendukung integritas dan fungsi neuron yang berdampak pada perbaikan fungsi hipokampus (Wang et al. 2007; Roth 2008). Salah satu cara kerja bahan antipenuaan adalah menyediakan asam amino yang dapat digunakan untuk meningkatkan glutamina atau dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus. Peningkatan kedua senyawa ini dapat memberi peningkatan level glutation hipokampus sehingga penurunan beberapa indikator fungsi hipokampus dapat diperbaiki. Senyawa yang memiliki potensi seperti ini ialah dipeptida alanil-glutamina (Berg et al. 2006).

Dipeptida alanil-glutamina ialah bentuk lain dari glutamina yang diketahui sebagai penyedia glutamina intraseluler yang digunakan untuk mendukung sintesis glutation di dalam tubuh (Jun et al. 2006; Daren et al. 2007; Fernandes et al. 2010). Sebagai prekursor glutation, dipeptida alanil-glutamina mempunyai peran menyediakan glutamina dalam hipokampus. Glutamina dapat dikonversi menjadi asam glutamat dan bersama-sama dengan sisteina dan glisina digunakan untuk sintesis glutation (Dringen et al. 2000). Dipeptida alanil-glutamina mempunyai sifat stabil selama mengalami proses di dalam tubuh, lebih cepat mengalami proses hidrolisis, mampu melintasi sawar darah otak, dan dapat menyediakan kebutuhan glutamina yang digunakan untuk meningkatkan sintesis glutation dalam neuron. Selain itu, dipeptida alanil-glutamina juga berpengaruh pada peningkatan viabilitas neuron, penurunan mortalitas neuron, peningkatan panjang akson, perbaikan kemampuan belajar dan mengingat, aktivitas motorik, penurunan protein amiloid, dan perbaikan kerusakan struktur mitokondria (Anonim 2001; Rosenzweig dan Barnes 2003; Miller dan O'Callaghan 2005; Berg et al. 2006; Reddy 2009; Xavier dan Costa 2009; Ito dan Schuman 2011).

Pemberian dipeptida alanil-glutamina diharapkan dapat memberi peningkatan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus, serta peningkatan level glutation hipokampus, baik pada tikus yang mengalami penuaan fisiologis atau penuaan akibat stres oksidatif. Dengan demikian, dipeptida alanil- glutamina dapat digunakan untuk memperbaiki beberapa indikator yang berkaitan dengan penurunan fungsi hipokampus, dapat memperlambat penuaan, dan mencegah terjadinya penyakit neurodegeneratif.

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus, dan korelasinya dengan level glutation hipokampus hasil pemberian konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina, baik pada tikus yang mengalami penuaan fisiologis atau penuaan akibat stres oksidatif.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di kandang Hewan Percobaan dan Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dari bulan Juni-Desember 2010.

Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi: pakan pelet komersial, garam fisiologis (NaCl 0,9%), akuades, dipeptida alanil-glutamina, larutan Krebs, dan asam perklorat. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kandang tikus dan perlengkapannya, jarum suntik, spuit injeksi, satu set alat bedah, gelas ukur, botol stok larutan uji, botol sampel organ, lemari es, freezer, vorteks, timbangan digital, timbangan analitik, water bath, sentrifus, dan spektrofotometer.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial yang terdiri atas 3 faktor dengan ukuran 2x2x2. Faktor pertama ialah umur tikus yang terdiri atas 2 level, yaitu 12 dan 24 bulan. Faktor kedua ialah perlakuan tanpa atau dengan stres oksidatif. Faktor ketiga ialah pemberian dipeptida alanil-glutamina yang terdiri atas 2 konsentrasi, yaitu 0% dan 7%. Aklimasi hewan uji, pembuatan hewan model penuaan, dan metode pemberian dipeptida alanil-glutamina dilakukan sama seperti pada penelitian tahap pertama.

Di akhir perlakuan, tikus-tikus dikorbankan dan dilanjutkan dengan pengambilan sampel plasma darah dan hipokampus. Penentuan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma darah dan hipokampus dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm sesuai prosedur yang telah dilakukan oleh Wang et al. (2010) dengan beberapa modifikasi.

Hasil penentuan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus pada tikus yang mengalami penuaan fisiologis dan penuaan akibat stres oksidatif dianalisis dengan prosedur analisis varian pada taraf 5% dengan menggunakan software The SAS System versi 9. Peningkatan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus berbanding lurus dengan level

glutation hipokampus dan dapat memicu perbaikan beberapa indikator penuaan yang berkaitan dengan fungsi hipokampus, baik pada penuaan fisiologis atau penuaan akibat stres oksidatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penuaan fisiologis dan penuaan akibat stres oksidatif dapat menyebabkan penurunan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina dalam plasma dan hipokampus sampai di bawah ambang batas normal. Penurunan senyawa ini dalam plasma dan hipokampus merupakan indikator penurunan level glutation hipokampus. Dalam penelitian ini digunakan konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina dengan harapan dapat meningkatkan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus dan meningkatkan level glutation hipokampus pada kedua kondisi penuaan. Hasil pengamatan dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus serta level glutation hipokampus disajikan pada Tabel 3.

Berdasarkan data pada Tabel 3 terlihat bahwa umur atau stres oksidatif menyebabkan penurunan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus dan ditemukan interaksi antara keduanya (P<0.05). Peningkatan umur tikus, yaitu umur 24 bulan dari 12 bulan menyebabkan penurunan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus sebesar 13.31% dan 14.48%. Demikian pula pengaruh stres oksidatif juga memberi hasil yang sama. Stres oksidatif pada tikus menyebabkan penurunan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus (P<0.05), berturut-turut 11.39% dan 11.48%, lebih rendah dibanding tikus normal. Adapun tikus umur 24 bulan yang mengalami stres oksidatif mempunyai penurunan konsentrasi dipeptida alanil- glutamina plasma dan hipokampus sebesar 15.99% dan 10.48%, lebih tinggi dibanding tikus umur 12 bulan. Hal ini berarti konsentrasi dipeptida alanil- glutamina yang terdapat dalam darah atau hipokampus mengalami penurunan sebagai akibat peningkatan umur dan stres oksidatif. Penurunan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus diikuti penurunan level glutation. Sunarno et al. (2012) melaporkan bahwa peningkatan umur tikus 24 bulan atau stres oksidatif menyebabkan penurunan level glutation hipokampus sebesar 48.56% atau 94.42% dibanding umur tikus 12 bulan atau tikus normal. Adapun interaksi antara umur tikus 24 bulan dan stres oksidatif menghasilkan

penurunan level glutation hipokampus sebesar 35.71% dibanding tikus umur 12 bulan pada kondisi yang sama.

Tabel 3 Rataan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus pada tikus yang mengalami penuaan fisiologis dan penuaan akibat stres oksidatif hasil pemberian konsentrasi optimum dipeptida alanil- glutamina eksogen Stres oksidatif Ala-Glu (%) Ala-Glu plasma (mmol/L) Ala-Glu hipokampus (µmol/g bobot basah jaringan) TS 0 0.510 ± 0.036 5.510 ± 0.050 12 7 0.780 ± 0.053 7.833 ± 0.076 S 0 0.465 ± 0.021 4.817 ± 0.076 Umur (bulan) 7 0.710 ± 0.036 6.533 ± 0.104 TS 0 0.480 ± 0.020 4.300 ± 0.100 24 7 0.670 ± 0.026 6.657 ± 0.140 S 0 0.437 ± 0.035 4.060 ± 0.053 7 0.550 ± 0.050 6.100 ± 0.020 U * * Faktor utama S * * A * * U-S * * Interaksi A-U * * A-S * * A-U-S TN TN

Keterangan: Data yang ditampilkan merupakan nilai rataan ± standar deviasi. Ala-Glu: dipeptida alanil-glutamina, TS: tanpa stres oksidatif, S: stres oksidatif, A: dipeptida alanil-glutamina, U: umur. Tanda * (P<0.05): berpengaruh signifikan, TN: tidak signifikan.

Hasil penelitian ini memberi bukti bahwa peningkatan umur dan stres oksidatif terkait interaksinya memberi pengaruh pada mobilisasi dipeptida alanil- glutamina dari tempat-tempat penyimpanan di dalam tubuh ke dalam sistem sirkulasi darah. Sebagian besar dipeptida alanil-glutamina dari sistem sirkulasi darah diduga ditranspor menuju ke hipokampus, karena bagian otak ini paling membutuhkan substrat glutamina. Kondisi ini berdampak pada penurunan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina dalam darah. Dalam hipokampus, dipeptida alanil-glutamina dikonversi secara bertahap menjadi glutamina dan asam glutamat. Asam amino ini selanjutnya digunakan untuk mendukung sintesis glutation di hipokampus. Tingkat kebutuhan glutamina yang tinggi menyebabkan penurunan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina di hipokampus. Glutation

sebagai sistem antioksidan mempunyai peran penting dalam pertahanan seluler pada radikal bebas akibat peningkatan umur, stres oksidatif, dan interaksi antara keduanya. Namun, adanya ketidakseimbangan antara kapasitas antioksidan dan oksidan menyebabkan laju perbaikan fungsi hipokampus lebih rendah dibanding laju kerusakan oksidatif. Selanjutnya, kondisi ini memberi dampak pada penurunan level glutation di hipokampus. Beberapa penelitian memberi bukti yang menguatkan pendapat ini.

Jun et al. (2006) melaporkan bahwa stres metabolik dapat menyebabkan penurunan konsentrasi glutamina, baik yang bersirkulasi dalam darah maupun yang terdapat dalam jaringan. Penurunan ini telah diketahui sebagai bagian dari upaya penggunaan glutamina untuk melindungi jaringan tubuh dari kerusakan oksidatif sekaligus melakukan perbaikan morfologi maupun fungsi jaringan. Dipeptida alanil-glutamina sebagai bentuk lain glutamina juga mengalami hal yang sama. Lebih lanjut dilaporkan bahwa gangguan keseimbangan antara kapasitas antioksidan glutation dan laju kerusakan oksidatif menyebabkan perbaikan fungsi pada sel-sel yang mengalami penurunan fungsi (cell injury) tidak dapat optimal, tidak terkecuali sel-sel neuron di hipokampus (Schluz et al. 2000; Kulkarni et al. 2005; Jun et al. 2006; Lemberg dan Fernandez 2009). Hal ini akhirnya menyebabkan level glutation di hipokampus menjadi menurun.

Pada penelitian ini diamati pula konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus hasil pemberian konsentrasi optimum dipeptida alanil- glutamina dan interaksi antara dipeptida alanil-glutamina dengan umur atau stres oksidatif. Data pada Tabel 8 terlihat bahwa konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus mengalami peningkatan sebesar 43.23% dan 45.14% dibanding kontrol setelah diberi konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina (P<0.05). Peningkatan konsentrasi senyawa ini pada plasma dan hipokampus juga terlihat pada hasil interaksi antara konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina dan tikus umur 24 bulan yang mencapai 32.90% dan 52.91% dibanding kontrol, sedangkan pada tikus umur 12 bulan masing-masing mengalami peningkatan sebesar 52.66% dan 39.10% (P<0.05) (Gambar 10 dan 11). Peningkatan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus akibat pengaruh konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina atau interaksi antara konsentrasi

optimum senyawa ini dan umur menginduksi peningkatan level glutation di hipokampus.

Gambar 10 Konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma hasil interaksi antara dipeptida alanil-glutamina 0% (hitam) dan 7% (abu-abu) dengan level umur tikus atau level stres oksidatif.

Sunarno et al. (2012) melaporkan bahwa level glutation hipokampus akibat pengaruh konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina mengalami peningkatan 85.76% dibanding kontrol. Hasil dengan pola yang sama juga terjadi pada interaksi antara dipeptida alanil-glutamina dengan umur. Pemberian konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina dengan dosis hasil konversi dosis 1.66 g/kg bb/hari pada manusia menghasilkan peningkatan level glutation hipokampus sebesar 58.76% pada tikus umur 12 bulan, lebih tinggi dibanding kontrol, sedangkan tikus umur 24 bulan mengalami peningkatan 125.81%. Hasil penelitian ini memberi bukti adanya korelasi positif antara konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus dengan level glutation hipokampus setelah diberi konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina eksogen. Selain itu juga ditemukan bukti bahwa tingkat penurunan konsentrasi dipeptida alanil- glutamina plasma dan hipokampus serta level glutation hipokampus di bawah kondisi normal dapat diperbaiki kembali ke kondisi normal bahkan dapat ditingkatkan setelah diberi konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina eksogen. Bukti ini menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina eksogen sangat diperlukan dalam penanganan penuaan yang

0.488 0.459 0.495 0.451 0.745 0.610 0.725 0.630 0.000 0.190 0.380 0.570 0.760 12 24 TS S Di p e p ti d a al a n il -gl ut ami n a (m m o l/L)

disebabkan oleh peningkatan umur (penuaan fisiologis). Hasil penelitian ini sesuai hasil penelitian Mates et al. (2002) yang melaporkan bahwa pemberian glutamina eksogen mempunyai peran penting dalam memelihara keseimbangan konsentrasi glutamina plasma dan otak serta meregulasi metabolisme oksidatif otak. Lebih lanjut dilaporkan bahwa glutamina tidak hanya penting sebagai sumber energi tetapi juga sebagai prekursor asam glutamat yang digunakan untuk meningkatkan sintesis glutation di hipokampus.

Gambar 11 Konsentrasi dipeptida alanil-glutamina hipokampus hasil interaksi antara dipeptida alanil-glutamina 0% (hitam) dan 7% (abu-abu) dengan level umur tikus atau stres oksidatif.

Interaksi antara konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina dengan stres oksidatif memberi hasil peningkatan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus (P<0.05). Tikus dengan stres oksidatif mengalami peningkatan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus sebesar 39.69% dan 42.31% setelah diberi konsentrasi optimum dipeptida alanil- glutamina eksogen, lebih tinggi dibanding kontrol, namun masih lebih rendah dibanding tikus normal yang mengalami peningkatan 46.46% dan 47.71% (Gambar 10 dan 11).

Peningkatan konsentrasi senyawa ini, baik pada plasma atau hipokampus, berbanding lurus dengan level glutation di hipokampus. Sunarno et al. (2012) melaporkan, tikus dengan stres oksidatif mengalami peningkatan level glutation hipokampus sebesar 97.26% setelah diberi konsentrasi optimum dipeptida alanil- glutamina eksogen, lebih tinggi dibanding kontrol, sedangkan tikus normal

5.164 4.180 4.905 4.439 7.183 6.379 7.245 6.317 0.000 1.850 3.700 5.550 7.400 12 24 TS S Di p e p ti d a al a n il -gl ut ami n a (µ m l/g b b ja ri n gan )

mengalami peningkatan 76.47%. Bukti ini semakin memperjelas bahwa konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus berbanding lurus dengan level glutation hipokampus. Perbedaan peningkatan konsentrasi senyawa ini pada tikus normal atau stres oksidatif setelah diberi konsentrasi optimum dipeptida alanil-glutamina eksogen menunjukkan adanya interaksi antara kedua faktor tersebut. Peningkatan konsentrasi senyawa ini dalam plasma dan hipokampus juga melibatkan faktor eksogen dan endogen. Dalam arti, selain berasal dari dipeptida alanil-glutamina eksogen, senyawa ini juga dapat berasal dari hasil biosintesis di dalam tubuh. Bukti ini diperkuat oleh hasil penelitian yang melaporkan bahwa dipeptida alanil-glutamina adalah bentuk lain glutamina yang merupakan asam amino non-esensial. Sifat non-esensial mempunyai arti bahwa senyawa ini dapat disintesis di dalam tubuh (Kulkarni et al. 2005). Lebih lanjut dilaporkan bahwa saluran pencernaan adalah organ utama yang berperan dalam pemrosesan nitrogen di dalam tubuh yang memberi kontribusi secara nyata pada suplai glutamina maupun dipeptida alanil-glutamina di dalam darah dan berbagai jaringan tubuh lainnya, termasuk hipokampus (Lemberg dan Fernandez 2009). Peningkatan konsentrasi senyawa ini dalam plasma dan hipokampus dapat mendukung proses penggabungan beberapa asam amino menjadi protein. Secara klinis perbaikan konsentrasi glutamina, baik dalam darah atau jaringan dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen, sintesis protein, dan morfologi jaringan, termasuk sintesis glutation di hipokampus. Demikian pula perbaikan level glutation pada jaringan tubuh, termasuk hipokampus secara umum digunakan untuk pemeliharaan integritas sistem imun, integritas seluler jaringan, dan kesehatan normal jaringan (Kulkarni et al. 2005; Lemberg dan Fernandez 2009).

SIMPULAN

Pemberian dipeptida alanil-glutamina 7% memberi peningkatan konsentrasi dipeptida alanil-glutamina plasma dan hipokampus serta peningkatan level glutation hipokampus. Peningkatan level glutation hipokampus dapat memperantarai perbaikan fungsi pada penuaan hipokampus tikus, baik pada penuaan fisiologis atau penuaan akibat stres oksidatif.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Benefits ot the amino acid L-glutamine. Sci Mind 28:04-15. Berg A, Rooyakcers O, Norberg A, Wernerman J. 2006. Elimination kinetics of

L-alanyl-L-glutamine in ICU patients. Biomed Life Sci 29(3):221-228.

Daren KH, Dhaliwalm R, Andrew Day RD, Drover J, Cote H, Wischmeyer P. 2007. Optimizing the dose of glutamine dipeptides and antioxidants in critically ill patients: a phase I dose-finding study. J Parent Ent Nut 31(2):109-118.

Dringen R, Gutterer JM, Hirrlinger J. 2000. Glutathione metabolism in brain metabolic interaction between astrocytes and neurons in the defense against reactive oxygen species. Eur J Biochem 267:4912-4916.

Fernandes V, Rogero MM, Tirapegui J. 2010. Effects of supplementation with free glutamine and the peptide alanyl-glutamine on parameters of muscle damage and inflammation in rats submitted to prolonged exercise. Cell Biochem Funct 28:24-30.

Ito HT, Schuman EM. 2011. Functional division of hippocampal area CA1 via modulatory gating of entorhinal cortical inputs. Hippocampus 9:1-15.

Jun C, Dai CL, Zhang X, Cui K, Xu F, Xu YQ. 2006. Alanyl-glutamine dipeptide inhibits hepatic ischemia-reperfusion injury in rats. Word J Gastroenterol 12 (9):1373-1378.

Kulkarni C, Kulkarni KS, Hamsa BR. 2005. L-Glutamic acid and glutamine: exciting molecules of clinical interest. Indian J Pharmacol 37(3):148-154. Mates JM, Gomez CP, de Casto IN, Asenjo M, Marquez J. 2002. Glutamine and

its relationship with intracellular redox status, oxidative stress and cell proliferation/death. J. Biochem Cell Biol 34(5):439-458.

Miller DB, O'Callaghan JP. 2005. Aging, stress and the hippocampus. Ageing Res Rev 4(2):123-40.

Reddy PH. 2009. Amyloid beta, mitochondrial structural, and functional dynamics in Alzheimer's disease. Exp Neurol 218:286–292.

Rosenzweig ES, Barnes CA. 2003. Impact of aging on hippocampal function: plasticity, network dynamics, and cognition. Prog Neurobiol 69:143.

Roth R. 2008. Non nutritive effects of glutamine. J Nutr 138:2025S-2031S.

Schulz JB, Lindenau J, Seyfried J, Dichgans J. 2000. Glutathione, oxidative stress, and neurodegeneration. Eur J Biochem 267:4904-4911.

Sunarno, Manalu W, Kusumorini N, Agungpriyono DR. 2012. Peran alanin- glutamin dipeptida dalam mengoptimlakan level glutation di hipokampus dan hubungannya dengan status fungsi hipokampus pada penuaan fisiologis dan penuaan akibat stres oksidatif. Sains Med 4(1):157-165.

Wang H, Jia G, Huang L, Wu C, Wang K. 2010. Study on the absorption and transport of different glutamine dipeptides in small intestine of weaned piglets. J Anim Plant Sci 7(1):751-759.

Wang L, Maher TJ, Wurtman, Richard J. 2007. Oral L-glutamine increases GABA level in striatal tissue and extracelluler fluid. Fas J 21:1227-1232. Xavier GF, Costa VCI. 2009. Dentate gyrus and spatial behaviour. Neurosci 33:

PERBAIKAN HISTO-MORFOLOGI DAN MITOKONDRIA